Share

43. Sentuhan Hangat

Penulis: Gallon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sonya keluar dari ruangan rawat Sekar dan mendapati suami Sekar yang menatapnya dengan tatapan lelah dan sedih, Sonya yakin kalau lelaki itu sudah menangis sepanjang waktu. “Pak ....”

“Dokter Sonya,” bisik Isan, “bagaimana keadaan Sekar?”

Sonya mengunci mulutnya dia tidak mungkin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, sedekat apa pun dirinya dengan Sekar dan keluarganya rasanya tidak profesional dan elok bila ia langsung mengatakan keadaan Sekar, padahal ada Dokter Aldo yang bertanggungjawab akan hal itu semuanya.

“Mungkin, nanti Dokter Aldo yang akan menjelaskan semuanya,” ungkap Sonya sembari mengusap bahu Isan sesopan mungkin, “tapi, tadi saya sudah pasang alat ventilator untuk membantu bu Sekar bernapas kembali.”

“Iya ... saya, saya tidak tahu kenapa tadi tiba-tiba Sekar tidak dapat bernapas dan tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat,” lirih Isan sembari mengusap wajahnya dengan lemah

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Yung
makanya cepat gugat cerai si emir itu sonya,bikin ganggu kebahagiaan kamu aja,toh nanti dia pun pulang ke rumah lonte
goodnovel comment avatar
Mom L_Dza
Eh Emir mau curi obat²an ya..itu kn ada obatan yg kandungannya narkotika
goodnovel comment avatar
Sawung Madu
sebetulnya Lucu aja cerita ini.. terlalu jauh dari realita.. apalagi Sonya seorang dokter dengan kecerdasan tinggi. jauh dari kehidupan sekarang cerita ini... terlalu tinggi dalam menjatuhkan ketidakberdayaan Sonya..hahahhaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   44. Ada Udang di Balik Bakwan

    "Ngapain kamu di sini?" Sonya berjalan ke arah Emir, sekilas Sonya melihat obat-obatan yang ada di dalam lemari khusus miliknya. Bukan mencurigai tapi, Emir dulu pemakai dan kemarin Sonya masih harus menambahkan dosis yang lumayan banyak agar menahan rasa sakitnya saat ia menjahit kening Emir membuat Sonya sedikit khawatir."Aku nunggu kamu, Sayang," ucap Emir sembari berjalan melewati Sonya dan duduk di sofa yang selalu Sonya jadikan tempat ia tidur bila sudah merasa lelah bekerja.

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   45. Ampun Emir

    "Sinting kamu!? Itu rumah aku, aku yang beli itu rumah pakai uang aku, itu rumah aku!? Bukan rumah kita!? Kamu nggak berhak atas rumah itu, Emir!?" sentak Sonya.Emir dengan cepat menyentuh pipinya yang panas akibat ditampar oleh Sonya, rasa sakit di pipinya tidak sesakit harga dirinya yang seolah Sonya campakkan ke lantai. "Sonya!?""Apa?! Apa!? Kamu mau apa!? Itu rumah aku, kamu nggak punya hak barang sepeser pun dari rumah itu!? Itu

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   46. Keluar?!

    "Ampun, Emir!?" Sonya menjerit keras sembari melindungi wajahnya dengan kedua tangan miliknya yang bergetar hebat. Sonya menutup matanya serapat mungkin, berusaha untuk menahan rasa takutnya akan ledakan kemarahan Emir. Tubuhnya seolah mengeras dan bersiap menerima pukulan dari Emir, entah tamparan atau tonjokkan yang Emir arahkan pada salah satu bagian tubuhnya, Sonya sama sekali tidak bisa berpikir jernih, dia ketakutan.Brak ....Tubuh Sonya bergidik saat mendengar suara keras seolah ada seseorang dibanting di lantai. Sonya masih tetap memejamkan matanya, dirinya terlalu takut untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.Beberapa detik berlalu setelah bunyi tersebut, Sonya terkesiap saat merasakan perasaan hangat menyelimuti tubuhnya dan mungkin ini hanya sebuah ilusi Sonya, karena Sonya merasakan wangi pantai yang sangat

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   47. You and I

    “Sonya, kamu nggak apa-apa?” tanya Awan sembari memutar kunci pintu ruangan Sonya dan saat berbalik tubuhnya langsung merasakan kelembutan tubuh Sonya. Wangi parfum bakarat bercampur dengan wangi alami tubuh Sonya yang sangat Awan sukai seketika itu juga tercium. “Awan ... Awan, aku takut ...,” bisik Sonya sembari mengeratkan pelukannya menempelkan tubuhnya serapat mungkin dengan tubuh Awan. Awan dengan cepat membalas pelukan dan mengusap punggung Sonya dengan lembut, “Udah, udah nggak ada suami kamu itu, udah aku usir.” “Aku takut, Awan ... aku ... aku ....” Sonya melepaskan pelukannya dan menatap manik mata Awan ketakutan berusaha untuk menimbang-nimbang apakah dia harus menceritakan semuanya, pada Awan atau tetap menutupi keadaan pernikahannya yang sudah porak-poranda namun, hanya beberapa orang saja yang mengetahuinya. Sonya memundurkan tubuhnya dan berjalan ke arah meja yang sudah berantakan akibat perkelahian Awan dan Emir. Sonya berjongkok dan

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   48. Can We Hold?

    "Sentuh aku ...," bisik Sonya.Tubuh Awan bergidik saat mendengar permintaan Sonya yang seolah memberikan lampu hijau untuk dirinya menyentuh wanita cantik itu. Wanita yang selalu ada di setiap mimpinya."Awan ...," bisik Sonya pelan sembari mengusap pipi Awan lembut, berusaha agar Awan mau menyentuhnya. "Sentuh aku.""Kamu yakin, Sonya? Sekali aku sentuh kamu, aku nggak mungkin berhenti dan aku bakal terus meminta untuk menyentuh kamu ....""Sentuh ...." Sonya mengecup bibir Awan pelan, menyapukan lidahnya ke permukaan bibir Awan yang hangat."Aku, sekarang ...," bisik Sonya sembari mengalungkan tangannya ke leher Awan.Seketika itu juga pertahanan Awan runtuh, diciumnya bibi

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   49. Godaan Berondong

    "Sonya ...."Sonya menghentikan langkahnya saat mendengar panggilan dari suara yang mulai Sonya sukai, "Kenapa, Awan?""Pulang?" tanya Awan sembari berjalan mendekati Sonya."Iya, aku pulang ... kamu sangka kalau aku jalan ke parkiran aku mau operasi?" tanya Sonya sambil menyelipkan rambutnya ke telinga. Semenjak peristiwa di ruangan kerjanya kemarin Sonya benar-benar salah tingkah di hadapan Awan, pikirannya selalu melayang pad

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   50. Emir Yang Sempurna.

    Sonya menghempaskan tubuhnya di atas ranjang miliknya, rasa lelah yang ia rasakan setelah bekerja dari pagi hari terkikis setelah melakukan ritual mandi air hangat yang sangat Sonya sukai. Sonya berguling dan mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di ranjang, dengan cepat ia melihat ada beberapa pesan dari teman-teman dan koleganya yang langsung Sonya abaikan. Mata Sonya terhenti pada sebuah nama yang sangat ia sukai.“Awan ....” Sonya membuka chat-nya dan bukan menemukan pesan namun sebuah panggilan telepon via aplikasi.Sonya terkejut saat merasakan ponselnya bergetar karena menerima panggilan dari Awan, “Iya ... ada apa? Ada operasi?” tanya Sonya spontan karena biasanya bila bulan perawat yang menghubunginya maka Awan sebagai perawat anestesi yang menghubunginya.“CITO, Dok,” ucap Awan.“Hah ... siapa yang mau dioperasi?” tanya Sonya sigap, dengan cepat ia berdiri dan mengambil kemejanya yang ada terga

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   51. Butuh Bantuan

    “Awan ...,” sapa Sonya saat melihat Awan sudah menyerahkan helm ke tangan Sonya.“Pagi, Sonya,” sahut Awan.Sonya hanya tersenyum simpul saat melihat Awan, rasanya kata-kata Awan tadi malam benar-benar mencambuk dirinya. Membuat Sonya tersadar kalau pernikahan yang saat ini sedang Sonya jalankan adalah pernikahan yang sudah rusak dan karam.“Sonya ... kamu kenapa?” tanya Awan pelan sembari mengambil helm dari tangan Sonya dan memasangkan helm di kepala Sonya.“Nggak ... aku nggak apa-apa,” dusta Sonya, “Aku sakit perut.”“Oh ... kamu PMS?” tanya Awan.Sonya terdiam mendengar pertanyaan Awan, bingung harus menjawab apa, karena semenjak rahimnya di angkat dirinya sudah tidak mengalami menstruasi lagi. “Nggak.”“Jangan bilang kamu masih mikirin kata-kata aku kemarin,” ucap Awan.Sonya menengadah dan mendapati wajah Awan yang sedang mena

Bab terbaru

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   389. From Gallon With Love

    Hai semua pembacaku sayang ....Gallon ucapkan terima kasih sudah membaca hingga akhir kisa perjalanan cinta Awan dan Sonya. Sebuah kisah yang pelik, berat dan penuh gairah dari Awan dan Sonya.Kisah yang dimulai dari sebuah pengkhianatan, rasa benci, dan mamaki diri akibat sebuah kekurangan yang menjadikan diri Sonya membenci dirinya dan melupakan rasa dicintai juga mencintai.Sebuah kisah dengan akhir yang manis namun dibalut sebuah kenyataan hidup, sebuah kenyataan yang membuat kita sadar kalau kita hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Secinta apa pun kita pada seseorang ingatlah ada maut yang memisahkan namun, yakinlah maut juga yang akan menyatukan kalian kembali. Cerita ini harus berakhir di sini, cerita manis ini harus berakhir secara sedih namun tetap dibalut senyum bukan sebuah tangis. Cerita cinta Sonya dan Awan tidak akan ada kelanjutannya, semuanya sudah jelas dan mereka sudah sangat berbahagia dengan kehidupannya. Gallon harap semua yang membacanya puas dengan akhir ki

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   388. Sebuah Akhir Dari Kisah yang Manis

    Tit ... tit ... tit ....Suara alat yang memonitor jantung Awan terdengar memilukan di kuping Hana dan Haikal, sudah lima hari mereka berdua berjaga di sana bergantian dan tidak mau meninggalkan Awan, semenjak Awan terjatuh dari kamar mandi."Hana, Haikal bisa keluar?" tanya Daniel melalui celah pintu kamar.Hana dan Haikal saling tatap lalu keluar dari kamar, sebelumnya mereka berdua mengecup kening Awan pelan. Setelah di luar Hana dan Haikal bertemu dengan Daniel dan juga Adara bersama seorang dokter. Mereka tahu siapa dokter itu, dokter itu adalah Dokter Intan, adik almarhum mama mereka."Tante ada apa?" tanya Hana sambil berdiri di samping Daniel, spontan suaminya itu merangkul bahunya pelan mencoba menguatkan Hana."Ada yang salah sama Daddy?" tanya Haikal sambil merangkul pinggang istrinya, mencoba mencari ketenangan dari tubuh istrinya itu.Intan mencoba tersenyum sebaik mungkin walau ia sadar kalau ia tidak bisa menipu Hana dan Haikal yang sudah mengenal dirinya dengan sangat b

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   387. Sebuah Ketetapan Tuhan

    Tangan Awan terus bergerak mengelus nisan Sonya, disetiap tarikan napasnya ia merasakan rasa rindu yang menusuk nan sakit. Ia rindu memeluk Sonya, mengecupi tubuh istrinya, dan tidur di samping wanita yang sudah menemaninya selama 37 tahun. Jemari Awan terus bergerak, sesekali terdengar suara tarikan napas berat Awan. Matanya mulai buram akibat menahan air mata yang selalu jatuh ke tanah setiap ia datang ke sana untuk bertemu Janu dan Sonya.Masih segar di ingatannya saat Sonya pergi meninggalkan dirinya di pelukkannya. Sonya kalah dan menyerah pada penyakitnya, wanita itu pergi meninggalkan dirinya tiga tahun lalu. Sonya menyerah pada penykitnya, Sonya meninggalkan dirinya sendirian di dunia. Maut sudah memisahkan mereka, mengakhiri sebuah dongeng cantik nan bahagia yang selama ini Awan dan Sonya rajut. Menikah dengan Sonya adalah sesuatu yang sangat Awan sukai. Setiap harinya selalu Awan lewati dengan perasaan senang dan bahagia, walau ada beberapa kali mereka menemui hambatan ke

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   386. Selamat Pagi Sonya

    37 Tahun Kemudian .....Awan mematut dirinya di depan kaca sambil menarik-narik kemejanya. Ia sesekali tersenyum sambil mengusap-usap bagian rambutnya yang sudah memutih termakan usia. Ia sekali lagi memutar tubuhnya memastikan kalau tampilannya sudah sesuai dengan apa yang ia harapkan.Tangan Awan mengambil parfume yang sudah ia pakai semenjak dahulu kala, seketika itu juga wangi laut menyeruak ke indera penciumannya. Mencium itu semua membuat ia ingat perkataan Sonya kalau menciumnya wangi tubuhnya seolah ia sedang berlibur ke pantai."Sonya," bisik Awan sambil tersenyum kembali ke arah cermin. Ah ... ia rindu pada istrinya, ia rindu pada celotehan istrinya itu. Tanpa sadar pikirannya menghitung sudah berapa lama ia menikahi Sonya. "37 tahun," bisik Awan yang mulai menghitung berapa lama ia sudah menikah dengan Sonya, wanita yang sangat ia cintai hingga masa tuanya itu. Tok ... tok ... tok ....Awan menoleh melalui bahunya dan mendapati pintu kamarnya di buka. Senyumannya melebar

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   385. Sebuah Kesepakatan Awan dan Sonya

    "Mereka tidur di sini," ucap Lidya sambil membuka pintu kamar Tara.Sonya melihat Hana dan Haikal yang tidur di ranjang bersama Tara dan Amia. Terlihat kedua anaknya itu mengenakan piayama yang sama sambil memeluk sesuatu yang mereka bagi, Sonya tanpa sadar tersenyum melihat apa yang anak kembarnya itu peluk. "Aku nggak paham kenapa Hana dan Haikal meluk handuk, mereka tiap tidur selalu meluk handuk itu. Aku sampai sangka itu selimut tapi, aku liat-liat itu ternyata handuk," terang Lidya sambil mengambil tas si kembar yang sudah rapih di pojok kamar. "Itu anduk aku, mereka minta katanya buat mereka bawa." Sonya menahan tawanya sendiri saat mengingat keinginan si kembar, tanpa sadar tangan Sonya mengusap kening si kembar. "Ya ampun, manis banget ... padahal mereka bukan anak kamu secara biologis tapi, manis banget," ucap Lidya sambil mengusap kedua lengannya. "Iya ... aku bersyukur mendapatkan mereka berdua ... aku bersyukur dipertemukan dengan Awan dan diberkahi dua malaikat ini,"

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   384. Nafsu yang Terganggu

    "Bener-bener si kupret!" maki Eka sambil berjalan berlalu lalang di hadapan Lidya yang sedang membaca majalah dan sesekali melirik ke arah Eka.Eka kembali melihat jam yang ada di dinding rumah dengan geram, bagaimana tidak, waktu sudah menunjukkan jam 12 malam di hari senin dan bila jarum panjang jam bergerak sedikit saja maka hari sudah berganti menjadi hari selasa. "Bisa duduk nggak, sih?" tanya Lidya yang akhirnya kesal melihat Eka terus bergerak hilir mudik seperti setrikaan. "Duduk, sini." Lidya menepuk sofa yang ada di sampingnya berharap suaminya duduk di sana dan tenang. Sayangnya keinginannya tidak tercapai, Eka menggeleng sambil kembali hilir mudik dan memainkan ponselnya."Ini kupret satu, kebiasaannya ya Tuhan, dia bilang hari senin ... ini hari senin, bahkan ...." Eka melihat jam dinding dan menyadari jarum panjangnya sudah bergeser. "Udah hari selasa ... dasar manusia tanah sengketa, hobi bener bikin susah orang."Lidya hanya bisa menahan tawanya melihat kelakuan Eka y

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   383. Menjilat Manisnya Madu

    Awan mengambil madu dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi menyusul Sonya yang sudah menghilang di dalam kamar mandi. Saat sampai di ambang pintu kupingnye mendengar suara gemericik air dari dalam tempat shower.Langkah kaki Awan terhenti saat ia melihat Sonya sedang membasahi sekujur tubuhnya dengan air hangat yang keluar dari pancuran. Siluet tubuhnya terlihat menggoda, tubuh sintal Sonya seolah meminta Awan untuk menyentuhnya. Napasnya makin tertahan saat ia melihat tangan Sonya menyentuh setiap inci tubuhnya dengan pelan dan sensual, ia suka melihat Sonya menyentuh tubuhnya sendiri, birahinya seolah dipuaskan melalu visual Sonya yang entah bagaimana caranya selalu menjadi magnet untuk dirinya. Sonya berbalik dan mendekati Awan selangkah demi selangkah, seolah setiap langkah yang Sonya lakukan sebagai sebuah tombol yang lagi-lagi membuat pria itu menggemeretakkan giginya menahan hasrat liar yang sudah meronta untuk dilepaskan detik itu juga."Nggak buka baju?" tanya Sonya sambil

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   382. Sebotol Madu

    "Aku nggak sanggup lagi, Wan," tolak Sonya sambil mendorong piring sejauh mungkin dari hadapannya, perutnya seolah akan meledak karena sudah menghabiskan banyak sekali hidangan laut yang tersaji."Terus ngapain kamu pesen makanan sebanyak ini?" tanya Awan kesal sambil menunjuk hidangan laut yang ada di hadapannya. "Yah tadi, keliatannya enak semuanya jadi aku pesen," kilah Sonya sambil mengambil garpu dan menusuk-nusuk udang yang ada di atas piring. Sonya mengakui kalau makanan itu enak tapi, rasanya perutnya sudah tidak mampu lagi menerima makanan lebih banyak lagi."Terus ini gimana? Aku udah bilang tadi, pesen seperlunya aja, jangan lapar mata, Sonya," ucap Awan sambil melihat meja makannya yang masih terhidang cumi saus padang, udang galah asam manis, kepiting bakar dan juga ikan bakar.Awan ingat tadi saat Sonya memesan semuanya ia sudah mengingatkan Sonya kalau mereka tidak akan mampu menghabiskan semuanya tapi, istrinya ini tetap pada pendiriannya ingin memesan semua makanan y

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   381. Bulan Madu yang Manis

    "Mommy baru sampai, Nak," ucap Sonya sambil duduk di sudut ranjang dan melihat Awan yang terlihat sibuk berbicara dengan petugas hotel."Iya ... Hana, 3 hari aja, Daddy kamu juga bilang tiga hari, kan, kalau lebih nanti biar Mommy yang pulang sendiri dan Daddy, Mommy tinggal di sini," lanjut Sonya sambil menyentuh handuk yang dibentuk angsa di atas ranjangnya. Matanya dengan cepat menyisir keadaan kamarnya, jujur pada awalnya Sonya tidak tau mau di bawa kemana dirinya oleh Awan. "Iya, janji. Udah kamu di sana baik-baik dan jangan nakal. PR-nya kerjain dan tolong, suruh Haikal kerjain PR-nya juga, adik kamu suka lupa diri kalau nggak diingatkan," pinta Sonya sambil mengucapkan beberapa kata perpisahan sebelum memutuskan sambungan telepon dari Hana.Setelah ia menitipkan Hana dan Haikal di rumah Lidya, Awan sama sekali tidak mau mengatakan ke mana mereka akan pergi dan ternyata Awan membawanya ke salah satu resort yang ada di pulau seribu. H island resort.Sonya tersenyum saat berjalan

DMCA.com Protection Status