Share

(Mereka) Pesimis

Penulis: frianniya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-08 15:09:35

Menjalani hari-hari tanpa dukungan dari keluarga dan teman-teman, tidak membuatku pesimis akan mimpiku yang akan terwujud ini. Meskipun aku harus menepis semua omongan-omongan yang keluar dari mulut semua orang yang berkata buruk tentang impianku. Mereka semua tidak memiliki mimpi, tidak seperti aku.

“Kak, ibu pamit mau kerja dulu ya” Pamit ibuku, pukul 6 pagi.

Ibuku bernama Xena wulandari, beliau pernah bermimpi ingin memiliki butik terkenal di kota Yogya, akan tetapi impiannya kandas ketika mendapatkan kabar bahwa orang tua beliau meninggal dalam kecelakaan lalu lintas, yang menyebabkan ibuku harus bekerja serabutan untuk hidup bersama saudara-saudaranya.  Sayangnya, setelah kegagalan yang bertubi-tubi menyebabkan ibuku tidak percaya akan mimpinya lagi, maka sampai hari ini, beliau hanyalah seorang buruh cuci di salah satu rumah pengusaha di kota yogya, selain itu terkadang ibuku juga harus mencari tambahan uang untuk bisa membayar buku sekolahku.

“Ibu nanti pulang jam berapa? Biar aku bisa masakin ibu?” Tanyaku dengan ibu, yang sedang mengeluarkan sepedanya.

Setiap hari ibuku harus menganyuh sepedanya kurang lebih 10 km untuk sampai ke rumah majikannya, melihat ibu yang selalu kecapaian setelah pulang kerja, aku selalu tidak tega dengan beliau. Akan tetapi, ibu selalu membantahku jika aku berfikir jika beliau capek. Padahal semua jelas dapat dilihat dari raut wajahnya.

“Ibu mungkin nanti pulang jam 5 sore kak, tidak usah masak ya. Hari ini ibu tidak punya uang untuk beli beras, kita hari ini makan singkong dulu gapapa kan kak?” Pinta ibuku.

“Ara masih punya uang buat beli beras bu, nanti ara belikan beras ya bu” Tanyaku dengan ibu, karna aku tidak tega jika harus melihat ibuku hanya makan singkong setelah capek bekerja seharian.

“Tidak usah kak, uangnya kamu tabung saja ya. Ibu berangkat dulu” Ibuku menolak tawaranku, lalu menghampiriku untuk berpamitan denganku.

Setelah ibu sudah pergi dan tidak terlihat lagi, aku masuk ke dalam rumah untuk segera pergi mandi agar tidak telat sampai sekolah. Aku masih kelas 12 smk, mengambil jurusan tata boga, karna di desaku hanya ada 1 sekolahan saja, dengan jurusan hanya tata boga dan akuntansi. Aku mengambil tata boga, karna aku memiliki hobbi memasak dan ingin membuka usaha kuliner. Sebenarnya aku ingin sekali membuat donat untuk di titipkan ke warung-warung, tapi sayangnya aku tidak memiliki modal untuk berjualan, dan untuk menghutang di warung tidak di izinkan oleh orang tuaku. Karna mereka takut jika tidak bisa melunasinya.

“Bapak, ara pamit mau sekolah dulu” Ucapku dengan bapak pukul setengah 7 pagi. Saat itu bapak sedang meminum segelas teh hangat yang aku siapkan di atas meja makan.

“Maaf ya kak, hari ini bapak tidak bisa ngasih kamu uang saku dulu, bapak belum mendapat bayaran dari pak darman” Suara bapakku lirih, mencoba menjelaskan tentang keadaan beliau.

“Tidak apa bapak, ara masih ada uang. Nanti ara pulang pagi kok, jadi nggak mungkin lapar juga di sekolah, ini ara juga udah bawa air putih kok pak” Jawabku sambil menunjukkan botol minumku.

“Kamu hati-hati ya berangkatnya, nanti bapak pulang sore, bapak hari ini ada kerjaan di kecamatan sebelah” Perintah bapak.

Bapakku seorang buruh bangunan, akan tetapi tidak setiap hari selalu mendapatkan panggilan untuk bekerja, dan selalu di bayar dengan upah yang tidak terlalu banyak, karna di desa kami upah untuk buruh bangunan masih relatif kecil. Saat tidak mendapatkan panggilan, biasanya bapakku mengerjakan sawah milik pak darman, beliau adalah seorang lurah di desa ku. Beliau sangat ramah dengan semua warganya, dan selalu membantu warganya ketika ada yang tertimpa musibah.

Aku berangkat sekolah dengan berjalan kaki, jarak dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh, hanya 15 menit untuk berjalan kaki. Lagi pula teman-teman sedesaku juga berjalan kaki semua, jadinya kami pulang dan pergi ke sekolah selalu beramai-ramai, yang menjadikan jarak rumah ke sekolah tidak terasa.

“Itu ara” Tunjuk wulan ke arahku, yang sudah menunggu di gang desa.

“Woooo lama sekali kamu, capek kami menunggunya” Protes Dea ke aku.

“Maaf ya, tadi dandan yang cantik dulu biar dapat pacar hahahah” Jawabku sambil tertawa melihat muka teman-temanku yang sudah kusam.

“Halah-halah, masih pagi udah ketinggian lagi mimpinya” Ejek wulan ke arahku. Wulan memang temanku yang paling cerewet dan paling sering membully di antara teman-temanku yang lain, akan tetapi sebenarnya hatinya mudah rapuh, hanya saja tertutup dengan penampilannya yang tomboi.

“Stop!! Ayo jalan, keburu telat” Bentak Ria.

“ehh.. oke baiklah, sendika dawuh ratu” ucapku sanbil menunduk dan tertawa. Ria memang terkenal paling galak di antara kami. Dia pendiam, akan tetapi sekalinya membuka mulut, tidak bisa pelan suaranya, mungkin memang sudah terlahir menjadi komandan upacara. Walaupun penampilannya yang feminim, tetapi dia adalah juara silat antar desa.

Bab terkait

  • Di Antara Keajaiban   Segera Pulih, Pak

    Menghabiskan waktu di sekolah tercinta, bercanda ria dengan teman sekelas, mengikuti rapat dengan anggota organisasi, mengikuti ekstrakurikuler dan berdoa agar jadi pulang pagi. Hari begitu seru jika selalu kita syukuri. Bangunan sekolah yang hanya sederhana, mungkin bisa dibilang sudah tidak layak dijadikan sekolah. Akan tetapi, inilah sekolah satu-satunya yang mampu menampung kami, anak-anak orang miskin di pelosok desa. Bahkan ketika hujan anginpun, kita selalu was-was dan berdoa agar dinding kelas tidak roboh.“Pulang sekolah mau kemana, beibbb?” Tanya dea, ke Drimisya Girl. Terdengar sangat lucu, tapi ini nama geng kami, gabungan dari Wulan anggita Utami, Clara Arlita Xenasya, Dea Rahma, dan Bilqis Ria Ramadhani.“Aku langsung pulang, mau belajar” Jawabku cepat.“Dihh... masih aja berharap keajaiban pengen masuk UGM ternyata” Ejek wulan kepadaku.“Udahlah ra, orang tuamu kita itu sama, cuman buruh kadang juga

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Di Antara Keajaiban   Pisang Goreng Tepung

    Memiliki teman yang selalu ada ketika sedang berada di titik terbawah, membuatku selalu bersyukur bisa akrab dengan mereka. Sejak kecil kita memang selalu main bersama, mungkin karna rumah kita yang tidak terlalu jauh, dan mungkin juga karna kesamaan perekonomian yang kita alami. Tapi mendapatkan teman seperti mereka bertiga adalah anugrah yang tidak henti-hentinya aku syukuri, walaupun kita berempat selalu berbeda pendapat, apalagi soal mimpi.Pagi ini, wulan dan dea datang ke rumahku, hanya untuk sekedar mengobrol, akan tetapi ria tidak ikut karna dia sedang pergi ke kota bersama kakak perempuannya. Kita janjian pukul 10 pagi, dan seperti rakyat pada umumnya, janjian jam 10 datangnya habis dzuhur.“Hallooo sayang.. lama banget ya pasti nunggunya hahaha” Sapa wulan mengagetkanku, aku saat itu sedang menjemur jagung di depan rumah sambil menulis sebuah cerpen.“Astaga kaget” Jawabku spontan.“Ini belum malem lo, kok udah mimp

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Di Antara Keajaiban   Di Kota Bersama Ibu

    Pagi ini aku bangun lebih awal dari biasanya, karna hari ini adalah hari libur, dan aku ingin ikut ibuku bekerja di kota. Jam 4 pagi aku sudah bangun dan membantu ibuku di dapur. Mulai hari ini, ibuku mencoba menjual donat yang akan di titipkan di warung-warung dekat rumah. Karna perekonomian keluarga kami yang sedang menurun, di tambah sudah 1 minggu bapak sakit, sehingga uang ibuku tidak cukup untuk membeli beras dan memberiku uang saku.“Hari ini clara libur bu, gurunya baru ada rapat buat persiapan ujian, hari ini aku ikut ibu ke kota ya, bantu ibu. Biar kerjaan ibu cepat selesai, terus sorenya kita bisa bikin gorengan buat di titipkan di warung mie ayam, yaa bu. Boleh yaaa!! ” rengekku dengan ibu, agar di bolehkan ikut ke kota. Aku tidak tega melihat ibuku membanting tulangnya sendirian, menanggung nafkah keluarga sendirian.“Boleh, asalkan harus bawa buku, jadi kalau kerjaan agak longgar kamu bisa belajar, deal ya” Perintah ibuku.&

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Di Antara Keajaiban   Menambah Rezeki

    Hari kedua untuk berjualan donat. Aku mencoba membujuk ibu untuk mau menitipkan donat di kantin sekolahku, dan ibu mensetujuinya. Pagi ini kami membuat adonan donat yang lebih banyak dari kemarin, karna donat yang aku titipkan di warung-warung ludes semua terjual. “Donatnya enak dek. Anak-anak tadi sampai pada kehabisan, usul saja nih dek besok bawa lebih banyak”. Begitulah salah satu respon dari pemilik warung yang aku titipi untuk menjual donatku. Hari ini, aku dan ibuku bangun lebih awal. Mungkin besok, kami akan membuat adonannya malam saja, agar bangunnya tidak sepagi ini.“Buk, donatnya di titipin sekolah kayaknya seru, coba dulu aja buk 10 pcs dulu” Usulku dengan ibu, ibuku mulai berfikir-fikir.“Boleh deh kak, kalau gitu kita tambahin bikinnya. Besok kita bikin adonan malam saja kali ya kak, kasian kamu kalau tiap hari harus bangun setengah 3, ngantuk nanti kamu di sekolah” Ucap ibuku sambil menceramahiku.“Iya s

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Di Antara Keajaiban   Berjanjilah,ra!

    Hari ini, aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke pantai parangtritis untuk sekedar refreshing dan mencari suasana baru. Kita berangkat pukul setengah 6 pagi, naik sepeda. Karna rumah ke pantai hanya 45 menit jika menggunakan sepeda. Sekalian kita berolahraga, karna sudah lama tidak sepedaan bersama-sama. Pagi ini kami pergi ber 8. Aku, dea, wulan, ria, aryo, reno, tasya dan doni.“Ra...clara, udah siap belum?”Teriak aryo dari luar rumah sambil mengetok pintu.Aryo menunggu cukup lama, karna suaranya tidak terdengar sampai dalam rumah. Aryo mengulangi untuk mengetok pintu lagi.“Claraaaa!!! Udah siap belum!!” Teriak aryo lagi.Aku yang mendengar suara aryo langsung berlari ke pintu depan untuk membukakan pintu. Sambil menyambut aryo.“Selamat pagi putra kesayangan pak lurah! Saya clara arlita xenasya, sudah siap menjadi beban sepedaan anda” Ucapku dengan aryo setelah aku membuka pintu.“Hayukkk.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Di Antara Keajaiban   CV. Andalita Permata

    Sepagi ini bapak sudah mengayuh sepedanya yang sudah rusak untuk pergi ke kota. Saat matahari masih belum muncul, bahkan langit masih sangat gelap. Suasana desa masih sunyi, belum ada suara orang-orang menyapu halamannya. Dua minggu lagi adalah ulang tahunku yang ke 17, bapak menjajikanku sebuah kado yang tidak akan aku duga sama skali. Berkali-kali aku menolak untuk diberikan kado oleh beliau, akan tetapi bapak selalu berkata “Bapak akan kasih kado buat kamu, kakak harus terima pemberian bapak”.Bapak, sosok laki-laki cinta pertamaku yang tidak pernah menyakiti hatiku, walaupun aku selalu mengelak, tapi beliau selalu menganggapku sebagai putri sematawayangnya yang masih belajar merangkak. Belum di izinkan untuk pergi jauh sendirian ataupun hanya sekedar tidak diizinkan untuk memiliki pacar. 27 Desember 2004 adalah angka kelahiranku, begitupula di hari itu, orang tuaku resmi mendapat sebutan bapak dan ibu.“Ehh.. pak budi.. pagi-pagi begin

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24
  • Di Antara Keajaiban   Hukuman

    3 tahun aku menjadi murid di SMK N 2 Adiyata, detik-detik semester akhir sudah ada di depan mata. Murid-murid kelas 3 sudah sibuk mempersiapkan diri untuk mencari perguruan tinggi, dan mencari info tentang lowongan pekerjaan. Tidak berbeda denganku, di sela-sela kesibukanku menjual donat, aku juga selalu berusaha mencari info tentang beasiswa untuk masuk kampus. Aku memang bemimpi masuk di UGM tapi, jika memang rezeki beasiswaku tidak di UGM, aku tidak mempermasalahkan itu, yang paling utama aku tetap bisa melanjutkan impianku."Clara, tolong bentuk panitia untuk pensi setelah Ujian Akhir Semester 5 ya" Ibu wakil kesiswaan meminta tolong kepadaku."Baik bu, nanti saya infokan dengan teman-teman" Jawabku dengan cepat sambil menganggukan kepala, pertanda aku menerima perintah beliau dengan jelas.Di sekolah, aku memanglah pribadi yang sangat aktif di organisasi osis. Aku menjabat sebagai wakil ketua osis untuk mendampingi ardan,ketua osisku. Di kelas a

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • Di Antara Keajaiban   Rapat Osis

    Pembelajaran sehari ini sudah selesai, bel sudah berbunyi pertanda jam pelajaran telah selesai. "Okay, kita sambung pelajaran besok kamis ya" Ucap Guru bahasa Indonesia sambil membereskan buku-bukunya. " Baik bu" Jawab sekelas. Sebelum mengakhiri pelajaran kami sekelas berdoa terlebih dahulu. "Duduk siap grak!!" Ucapku memberikan aba-aba kepada semua anak kelas. Aku menengok kanan-kiri dan belakang, memastikan semua teman-teman ku sudah siap untuk berdoa. "Sebelum kita pulang, berdoa menurut agama masing-masing, berdoa mulai" lanjutku. Kita berdoa dengan sungguh-sungguh. "Selesai, istirahat di tempat grak!!" Aku mengakhiri doa sebelum pulang. "Terimakasih untuk hari ini, hati-hati di jalan, jangan ngebut-ngebut, kalau mau main ganti baju dulu atau sragamnya di tutupin jaketnya. Sampai jumpa hari kamis dengan semangat ikut kuis, jangan lupa belajar ya" Ucap guruku sebelum meninggalkan ruangan, dan memberi wejangan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-26

Bab terbaru

  • Di Antara Keajaiban   Pulang

    Aku melangkahkan kaki ku pelan-pelan menuju rumah. Sepanjang jalan aku hanya diam, menganggap diriku sangat egois. Tidak berfikir bapa yang akan tetangga ucapkan jika melihatku dan aryo di gang malam-malam.“ Kalau malam ini orang tuanya clara belum pulang, mama nginep di rumah clara ya pa” Ucap mamanya aryo meminta izin dengan suaminya.“ Ya ma, gapapa. Mama jagain clara di rumah aja ya, sambil nunggu orang tuanya pulang” Jawab papa aryo mengizinkan.Aku mendengar percakapan itu, sontak membuatku menangis. Aku merasa bersalah telah lari dari rumah malam-malam. Aku malu dengan apa yang aku lakukan, hanya memikirkan diriku sendiri, tidak memikirkan orang-orang baik di sekitarku.“ Paman, bibi. Clara minta maaf ya, clara sudah banyak merepotkan, clara nggak berfikir bagaimana harga diri keluarga paman dan bagaimana harga diri keluarga clara. Maafin clara ya, clara nyesel sudah lari dari rumah malam-malam, clara egois!!” Ucapku kepada orang tua aryo sambil meneteskan air mata lagi.Aku m

  • Di Antara Keajaiban   Egoku

    Aku mondar-mandir di halaman rumah, jam semakin berjalan ke kanan, sudah semakin larut. Tetapi orang tuaku belum juga kembali ke rumah. Berkali-kali melihat jam yang terpasang di tanganku, tapi jarumnya seakan-akan berhenti, aku membuka mataku lebar-lebar barangkali mataku yang bermasalah karna melihat jam yang tidak kunjung berpindah posisi."Mbak clara, duduklah disini!" Perintah pak darman, papa aryo.Aku hanya menengok ke arah mereka, dan terus mondar-mandir di depan rumah. Akhirnya aku memutuskan untuk berlari pergi dari rumah, yang membuat keluarga aryo panik."Clara mau kemana?" Teriak mama aryo, yang membuat Aryo dan papanya langsung melihat ke jalan.Aku tidak menggubris apa yang di teriakkan oleh mamanya aryo."Dek, kejar clara buru. Udah setengah 11 malam ini. Takut ada apa-apa" Mama aryo panik, aryo langsung mengejarku. Beberapa kali ia meneriaki namaku, tapi aku terus berlari ke gang ujung desa sambil menangis, berharap orang tuaku aka

  • Di Antara Keajaiban   Jangan menangis lagi!!!

    Sampai sore aku menunggu orang tuaku pulang, ternyata masih belum ada tanda-tanda sama sekali, padahal langit sudah semakin gelap, matahari sudah tidak nampak lagi di desaku. Aku masih duduk di depan rumah bersama aryo, hanya saling diam. Tidak membicarakan apapun, sudah tidak tahu juga mau membahas apa. Sedari pagi melihat mukanya yang tampan, dan sedari pagi juga ia menemaniku di rumah. Sosok lelaki yang sangat bertanggung jawab dengan wanita, walaupun hanya karna tidak sengaja lewat depan rumahku, tetapi malah ia yang menjagaku seharian ini."Sudah gelap yo, kamu tidak pulang? Nanti di cari bapakmu" Tanyaku ke dia."Aku sudah mengiriminya pesan bahwa aku pulang agak larut, menjagamu sampai orang tuamu pulang. Kalau orang tuamu masih belum pulang, ayah dan ibuku akan kesini juga. Kita bermalam disini untuk menjagamu bersama-sama, tidak apa-apa kan?'Aku terkejut bukan main, sebegitu khawatirnya dia denganku. Sungguh di luar nalarku, aku sendiri tidak ter

  • Di Antara Keajaiban   Rumah Clara

    Aku masih meratapi nasibku, masih terbawa emosi tentang kelakuanku. Sedangkan, aryo masih duduk di depan rumah menungguiku. Aku semakin tidak paham dengan apa yang aku alami, semakin di luar dugaan. Tidak pernah merasakan seperti ini, sangat mengagetkan untukku dan untuk orang-orang sekitarku. Terkesan sangat acuh, itulah yang aku rasakan hari ini. Tidak memperdulikan dan mendengarkan semua ucapan orang lain, padahal mereka ingin membantuku."Ke rumah clara yuk nanti, aku nggak enak sama dia" Wulan mengajak dea dan ria."Okay" Mereka berdua menjawab kompak.Aku melihat jam di dinding kamarku, baru jam 12 siang. Hari ini rasanya sangat lama, mungkin karna aku menunggui kedua orang tuaku pulang ke rumah. Aku berkali-kali melihat jam, rasanya tidak gerak sama skali. Aku menengok ke depan rumah, menengok aryo yang sudah merebahkan kepalanya di atas meja."Aryo, sudah jam 12. Kamu mau ke masjid tidak?" Tanyaku membangunkan aryo yang sedang tidur di meja.

  • Di Antara Keajaiban   Terimakasih

    Aku dan aryo meninggalkan persawah, kami berjalan menuju ke sekolahan lagi. Di sepanjang jalan aryo menceramahi tentang tindakanku. Tidak aku dengarkan sama sekali, aku tidak peduli."Jangan di ulangin ya ra. Kamu boleh sedih, tapi kamu harus kuat. Orang lain nggak perlu tahu kalau kamu itu baru sedih. Ra!! Nggak semua masalah harus di selesaikan dengan nangis dan teriak-teriak, coba berfikir lebih positif lagi, apa dampaknya. Kamu boleh mengeluarkan kesedihan mu, tapi ingat ra. Kamu jangan lupa bersyukur juga, di luar sana banyak yang lebih dari kamu" Aryo sudah mulai berceramah, sudah layaknya ustadz desa."Ya" Jawabku singkat, dengan suara sedikit tegas.Sesampainya di sekolah, gerbang sudah di gembok lagi. Mulailah drama part 2 nya antara aryo dan pak satpam yang sangat menaati peraturan itu."Kalian lagi, dari mana ?" Omel pak satpam yang sedang duduk di meja kerjanya sambil meminum segelas teh hangat."Kami cuman mau ambil tas pak

  • Di Antara Keajaiban   Tak Terkendali

    Setelah perdebatan yang cukup menguras waktu dan tenaga, kami di izinkan untuk masuk ke sekolah tanpa memanggil orang tua. Aku tidak tahu betul, apa yang di katakan aryo kepada guru bk sehingga kita di izinkan untuk masuk tanpa ada drama-drama keliling sekolah atau memanggil orang tua ke sekolah.Aku berjalan masuk ke kelas dengan tidak ada semangat untuk mengikuti jam pelajaran ke 3, aku sudah yakin jika bakal ada drama-drama lagi jika aku masuk saat jam itu. Tapi sudahlah, otakku sudah tidak bisa berfikir, aku hanya mengikuti kaki ku berjalan ke arah kelas, tidak berfikir untuk mengeremnya atau pindah haluan ke kantin misalnya.Aku mengetuk pintu kelas “ Tok-tok-tok” lalu membuk pintu kelas dengan hati-hati dan menutupnya kembali rapat-rapat.“Kok baru datang mbak?” Ketus guru yang mengajar di kelasku.“Maaf bu, ada masalah tadi” Jawabku cuek.“Baik, silahkan duduk mbak. Jangan di ulangi lagi” Guru

  • Di Antara Keajaiban   Tolong, Izinkan Kami

    Gerbang sekolah sudah tertutup rapat, suasana sekolah nampak sudah hening, tidak ada murid ataupun guru yang berjalan di halaman. Nampaknya memang pelajaran benar-benar sudah dimulai, sedangkan aku dan aryo datang ke sekolah sangat terlambat. Aku berdiri di depan gerbang smk, memegang gerbang sambil menengok kanan-kiri, melihat gembok yang sudah terpasang mengait pintu gerbang.“Gabisa masuk kita yo, udah di gembok” Aku pesimis, sudah tidak punya harapan selain lompat dari tembok belakang sekolah atau malah kembali pulang ke rumah.Dari kejauhan terlihat ada satpam smk yang berjalan dari arah ruang osis. Satpam tersebut melihat aku dan aryo yang pasrah di depan gerbang sekolah. Dia menghampiri kami“Sudah telat dek, pulang saja panggil bapak kalian kalau masih niat ikut pelajaran” Omel satpam itu dengan tegas.“Bapak biarkan dulu kami masuk, baru saya panggilkan bapak saya. Saya punya alasan kuat mengapa kami telat, tapi saya

  • Di Antara Keajaiban   Pergi

    Ayam jago sudah mengeluarkan suaranya “Kuk kuruyukkkk”, suara yang terdengar sedikit lebih kencang dari hari kemarin. Mungkin hari ini si ayam jago milik tetangga sedang semangat berkokok. Aku bangun dari tidurku, merapikan spree dan melipat selimut, bergegas ke dapur untuk cuci muka dan membantu ibuku memasak. Hari ini aku tidak berjualan donat, setelah semalaman menangis karna perdebatan yang memalukan itu. Aku berjalan mengelilingi rumah.“Tumben ibuk belum bangun” Ucapku dalam hati, terheran-heran. Biasanya ibuk jam segini sudah bangun untuk memasak.Mataku tertuju ke pintu kamar orang tuaku, ingin mengetuknya tapi takut kalau mengganggu tidur mereka, jika langsung ku buka pintunya takut kalau orang tuaku sudah bangun sehingga terkesan tidak sopan. Aku mencari celah dan cara agar bisa melihat ibuku apakah masih tidur atau tidak. Akhirnya aku memutuskan untuk mengetok pintu kamar orang tuaku.“Tokk...tok..tokkk” Ketukku dar

  • Di Antara Keajaiban   Hening di antara ramai

    Setelah mengelilingi Yogya sejak sore, dan aku sudah di antarkan pulang oleh aryo. Aryo langsung menstater motornya, sesegera mungkin ia melaju, menjauh dari rumahku. Aku menunggu motor aryo hingga hilang terlebih dahulu dari kedua mataku. Setelah aryo sudah tidak kelihatan, aku masuk ke dalam rumah."Pak, buk. kakak pulang!" Teriakku sambil membuka pintu."Dari mana saja?" Suara tinggi ibuku yang terdengar sangat judes, sepertinya akan memarahiku."Dari UGM buk sama aryo" Jawabku sambil melepas sepatu.Muka ibuku memerah, beliau berdiri di hadapanku cukup lama dengan tangan menyilang di dada, sembari menungguiku melepas sepatu. Tidak ada sedikit kata-kata yang keluar dari mulut beliau, tapi rasanya ibu akan sangat marah.“Kanapa berdiri seperti itu buk?” Tegur bapak kepada ibu.“Ini lihat anakmu ini, sudah di bilangi berkali-kali masih saja ngeyel” Ibu mulai marah-marah sambil menunjuk ke arahku.Aku terkejud,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status