Beranda / Romansa / Di Antara Dua Pilihan / Part 108 Luka Lama 1

Share

Part 108 Luka Lama 1

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-25 15:38:55

"Assalamu'alaikum." Ucapan salam laki-laki di depan pintu memecah keseruan mereka.

"Wa'alaikumsalam."

Semua yang ada di ruangan menoleh pada sumber suara. Seorang laki-laki memakai hem warna cokelat gelap berdiri di ambang pintu.

Tidak hanya orang di dalam rumah yang tahu siapa Adnan saja yang terkejut, tapi laki-laki itu sendiri juga kaget. Sudah terlanjur basah, walaupun wajah terasa tebal karena malu, dia tetap menyambut uluran tangan Aksara yang pertama kali menyapanya.

Johan yang kaget memandang ke arah Sarah. Namun wanita itu terlihat tenang. Tadi Bu Arum sudah sempat cerita ke Sarah mengenai Andan yang datang mencari dirinya dan Fatimah. Perasaannya sudah tawar, bahkan sudah lama. Hanya tiga tahun saja dia meratapi kenapa Adnan tidak mengunjungi Fatimah. Selebihnya dia sudah mati rasa. Tidak pernah berharap sang mantan akan ingat tanggungjawabnya. Saat keluarga Adnan juga tidak peduli, Sarah tak lagi meratapi atau mempermasalahkan. Apalagi sekarang, kehadiran Adnan sudah tak be
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Heni Hendrayani
kalau istri nya emang posesif tp dia mau bertanggung jawab pd anak nya dr sarah banyak jln munuju k roma yg kirimi uang lewat pos ke biar gak tau istri nya atau gimn ini emang s adnn gak tanggung jawab aja
goodnovel comment avatar
Barra
nyesel kan telah membuang berlian
goodnovel comment avatar
Yeyeh Masriah
bener bener nangis ini mah kebanyakan bawang Mbak 🥹🥹
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 109 Luka Lama 2

    Daniel yang berdiri dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana, diam-diam mendengarkan. Ia bisa merasakan sakitnya Sarah sekaligus tahu apa yang dirasakan Adnan. Sebab dia juga seorang ayah yang sangat mencintai anak-anaknya. Namun dia bukan Adnan yang mengabaikan darah dagingnya sendiri."Bunda, aku mau ngambil mainan yang ada di mobil." Fatimah bicara pada Sarah."Sini, Sayang. Papa ambilkan," kata Daniel yang mendengar permintaan putri tirinya.Gadis kecil langsung berlari menghampiri Daniel ke halaman. Digendong oleh Daniel dan diajak ke mobilnya yang terparkir di halaman depan.Adnan memperhatikan hingga mereka hilang di balik tembok rumah. Dia melihat sendiri bagaimana laki-laki itu menyayangi Fatimah. Selama ini dia menjadi ayah yang baik untuk kedua anak dengan istri barunya. Tapi menjadi ayah yang tidak bertanggungjawab pada bocah perempuan yang ditinggalkannya enam tahun lalu. Dada Adnan terasa teremas-remas. "Di mana Fatimah sekolah? Aku masih beberapa hari tingga

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-25
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 110 Ziarah dan Kebun Teh 1

    Johan memandang area pemakaman yang lengang pagi itu. Hanya ada satu orang laki-laki tua yang tengah menyapu di sana. Mahika masih menunggu sang suami untuk melangkahkan kaki memasuki gapura makam. Ini pertama kalinya Johan ziarah ke makam Melia. Mahika juga belum tahu makam wanita itu yang sebelah mana."Kita bisa bertanya pada bapak juru kunci itu, Mas," kata Mahika seraya menatap bapak tua yang serius menyapu."Di sini ada ratusan makam, apa mungkin bapak itu tahu yang kita cari?" Johan ragu."Semoga saja tahu. Kalau pun nggak tahu, beliau bisa bantuin kita nyari."Johan mengangguk pelan. Mahika menautkan tangan kanan ke lengan suaminya, sedangkan tangan kirinya memegang keranjang kecil berisi bunga mawar merah dan putih yang ia beli di perjalanan tadi. Johan membawa buket bunga di tangan kanannya. Mereka berjalan masuk gapura makam dan menghampiri juru kunci. "Assalamu'alaikum, Pak.""Wa'alaikumsalam." Bapak yang rambutnya penuh uban itu berbalik arah. Memandang Johan dan Mahika

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-26
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 111 Ziarah dan Kebun Teh 2

    Beberapa malam kemarin dihabiskan dalam perbincangan. Membahas banyak hal untuk langkah ke depan. Dan pagi ini, di apartemen yang sepi, di kamar berseprai biru, keduanya menghabiskan waktu dalam kebersamaan. Tidak khawatir ada yang mengganggu, karena Ubed dan si mbak akan langsung pulang ke rumah Utynya. Bahkan suara berisik mereka tidak akan ada yang mendengarnya. Lelah mendaki, mereka berbaring bersebalahan. Saling menoleh dan tersenyum bahagia. "Aku nggak tahu harus berkata apa untuk mengucapkan terima kasih padamu." Johan berbaring miring dengan siku tangan sebagai tumpuannya. "Nggak nyangka setelah apa yang terjadi, aku bisa menikmati hidup berkeluarga. Punya istri dan anak."Mahika tersenyum. "Kita memang ditakdirkan berjodoh. Meski harus melewati banyak peristiwa, sebelum kita dipertemukan lagi."Johan mengecup kening istrinya. "Padahal waktu kuliah dulu, kita mana pernah berpikir kalau pada akhirnya akan menikah. Kamu cinta banget sama Yuda.""Dan kamu begitu memuja Melia, k

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-26
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 112 Masa Krisis 1

    Malam itu mereka makan hanya bertiga. Daniel, Sarah, dan Fatimah. Sebab Shela belum mengantarkan Chika dan Marcel pulang ke rumah. Biasanya di antar sekitar jam sembilan malam. Setelah anak-anak selesai diajak makan malam oleh mamanya."Fatim, teman barunya baik-baik semua, 'kan? Nggak ada yang nakal?" tanya Daniel pada gadis kecil yang masih sibuk menghabiskan nasi berlaukan bandeng presto."Iya, Pa. Mereka baik. Tapi ada satu anak yang nakal. Dia suka nakut-nakutin Fatimah.""Nakutin bagaimana?""Katanya gigi Fatimah nggak bisa tumbuh lagi." Gadis kecil itu meringis, menunjukkan satu gigi yang baru lepas beberapa hari yang lalu. Daniel tersenyum. "Bisa. Fatimah, nggak usah percaya kata temanmu itu. Nanti tumbuh lagi giginya Fatimah. Yang penting rajin gosok gigi agar giginya sehat.""Ya, Pa. Selesai makan, Fatimah mau langsung gosok gigi.""Nanti saja kalau sudah mau tidur. Kan masih ada roti cokelat yang belum Fatimah makan.""Eh, iya." Gadis kecil itu terkekeh.Sarah yang baru se

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-27
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 113 Masa Krisis 2

    Daniel duduk bersebelahan dengan Sarah, di bangku tunggu untuk pasien, klinik bersalin Sahabat Bunda. Tempat di mana dokter Yunita juga praktek di sana. Dokter langganan Mahika, juga Marisa.Sarah berdebar-debar, karena setelah sekian lama tidak pernah ke dokter kandungan, kali ini baru datang lagi untuk memeriksakan kehamilan. Padahal dulu dia dan Adnan entah berapa kali konsultasi untuk program hamil. Sampai hampir menyerah, kemudian ada kejutan dengan hamil Fatimah kala itu. Tapi ternyata, sebelum hamil suaminya telah berselingkuh di belakangnya.Meskipun berusaha untuk dilupakan, tapi nyerinya terkadang masih bisa dirasakan. Alhamdulillah sekarang dia memiliki suami yang luar biasa seperti Daniel.Seorang suster memanggil namanya. Sarah dan Daniel bersamaan bangkit dari duduk dan masuk ruang pemeriksaan.Dengan ramah dokter itu menyapa pasien barunya. Kemudian langsung melakukan pemeriksaan. Suster di sana membantu menyiapkan untuk tes urine dan USG. Sebab hasil tes tadi pagi tert

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-27
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 114 LDM 1

    Berat berat berat, pilihan yang sulit. Apa harus legowo karena tuntutan pekerjaan atau mengikuti kata hati karena dalam beberapa waktu ini, pikiran Marisa sudah kalang kabut karena cemburu tidak jelas?Aksara memerhatikan istrinya yang masih diam. "Mungkin Mas di sana paling lama dua bulan. Bagaimana, Sayang?"Ketar ketir juga Aksara menunggu jawaban sang istri. Kalau ada pilihan, dia tidak ingin meninggalkan istrinya dan tetap bekerja di Gresik saja. Setiap hari bisa pulang bertemu istri dan anak. Namun Aksara sendiri tidak bisa membantah, untuk resign juga belum waktunya karena usaha yang dirintis bersama sang kakak masih dalam tahap pembenahan sana sini. Bahkan belum resmi dimulai.Marisa membalas tatapan suaminya. "Kita tidur dulu, Mas. Besok pagi aku kasih jawaban."Lah, ini balas dendam namanya. Aksara ingat saat Marisa minta persetujuan untuk menjadi sekretaris bosnya. Sekarang giliran dia yang digantung pula. Kalau dulu ia tak sengaja tidur karena kecapekan, tapi kali ini Mari

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-28
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 115 LDM 2

    Marisa membuka mata ketika merasakan sentuhan lembut di lengannya. Suaminya sudah tampak segar selesai mandi. "Jam berapa, Mas?" tanyanya lirih sambil meraih jam weker di nakas.Jam 04.20 menit. "Loh, tadi malam aku pasang alarm jam setengah empat. Apa tadi nggak bunyi?""Bunyi, tapi Sayang nggak dengar.""Kenapa aku nggak dibangunin? Aku mau masak lebih awal.""Nggak perlu masak. Mas bisa beli nanti. Kamu kelihatan capek banget gitu." Aksara membantu istrinya untuk duduk. Marisa beringsut turun dengan tangan menahan selimut di dadanya hingga masuk kamar mandi.Sarapan pagi itu jauh dari ekspektasi semalam. Tidak ada ikan bakar, ayam krispi, dan sambel matah. Yang ada nasi berlaukan telur mata sapi, sambel bawang, dan sayur sawi di rebus. Mana yang bisa cepat saja karena Aksara harus berangkat lebih awal."Kalau Mas buru-buru, nggak usah nungguin aku. Nanti aku berangkat kerja naik motor saja," kata Marisa sambil berganti pakaian di kamar."Enggak. Mas tunggu kamu di kamarnya Kenzi."

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-28
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 116 Akhir Pekan di Jember 1

    Angin berembus kencang pagi itu. Musim kemarau sepertinya datang lebih cepat dari perkiraan. Suasana sudah terasa berbeda. Udara Surabaya mulai kering dan makin gerah.Marisa mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Semenjak Aksara ada pekerjaan di Jember, tiap hari Marisa berangkat kerja mengendarai motor sendiri daripada naik taksi online.Aksara sebenarnya melarang, tapi Marisa lebih nyaman bawa kendaraan sendiri. Sepulang kerja bisa mampir untuk berbelanja kebutuhan rumah. Terkadang beli lauk untuk makan malamnya dengan Mbak Dwi atau membelikan jajan untuk Kenzi.Pagi ini Marisa berubah seceria mungkin, setelah hampir seminggu tanpa suami. Dan semalam dibuat kesal karena Aksara tidak jadi pulang. Tapi tak mengapa, ia akan menikmati momen ini dengan melakukan beberapa hal. Tadi pagi ia kepikiran untuk mengajak Ari pergi ke salon atau ke tukang urut langganan mereka untuk menservis badan yang udah lama tidak dimanjakan."Kamu nggak ada rencana mau nyusul ke sana kalau suamimu b

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-29

Bab terbaru

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 157 Anniversary 2

    Sebagian perempuan pasti suka barang kemas seperti itu. Disamping bisa mempercantik diri dan melengkapi penampilan, perhiasan juga bisa menjadi barang investasi."Tadi niatnya aku yang mau bikin kejutan. Tapi justru Mas yang bikin aku kaget. Malah aku nggak nyiapin kado. Mas, mau kado apa?" tanya Marisa. Kedua tangannya masih bergelayut manja di leher sang suami."Sayang, kamu serius ingin mas memilih sendiri kadonya?"Marisa mengangguk yakin. Apa yang ditakutkan? Toh biasanya mereka akan merayakan hari spesial dengan cara menghabiskan sepanjang malam dalam kemesraan."Pilih saja. Mas, mau kado apa?" Marisa menatap lekat wajah suaminya."Anak," jawab Aksara singkat tapi serius."Apa?""Anak ketiga. Katanya Mas harus milih sendiri. Makanya Mas pilih anak."Senyum Marisa masih bertahan, ia ingin merayu sang suami agar mengganti permintaan. "Coba minta yang lain?""Nggak bisa, Sayang. Mas disuruh milih kan tadi, ya udah mas pilih anak. Tapi kamu nggak boleh curang, nanti diam-diam pakai

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 156 Anniversary 1

    Marisa tersenyum ramah dan menyalami Mahika dan keluarganya yang menunggu di meja panjang. Tempat yang telah di booking tadi siang. Aksara juga melakukan hal yang sama. Membimbing kedua anaknya untuk salim pada mereka."Maaf, Mama nunggu lama, ya?" Marisa mencium kedua pipi mertuanya."Enggak. Kami juga baru saja sampai," jawab Bu Arum lirih.Beberapa pelayan restoran menyuguhkan minuman.Aksara dan Marisa duduk bersebelahan. Sedangkan anak-anak duduk bersama Ubed di sebelah Mahika. Si centil Keisya sangat dekat dengan budhenya.Mbak Siti, Mbak Dwi, dan pengasuh Ubed juga ikut duduk bergabung di sana. Bu Arum mengajarkan pada putra-putranya agar tidak membedakan mereka. Makanya mereka pada betah bekerja. Marisa heran karena Aksara diam, tidak juga bertanya sebenarnya mereka ada acara apa. Mungkin sang suami mikirnya hanya makan malam biasa. Tak apalah, bukankah sudah lumrah kalau suami jarang yang ingat dengan momen-momen tertentu dalam hidupnya. Bahkan tanggal lahirnya pun terkadan

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 155 Masa Depan 2

    "Mbak, aku mau ngajak Mbak Mahika dan Mas Johan bikin surprise untuk anniversary pernikahan kami yang ketujuh."Mahika menatap lekat Marisa. "Hari ini anniversary pernikahan kalian?"Marisa mengangguk. "Sepertinya Mas Aksa lupa sama hari ini. Makanya aku ingin mengajak kalian bikin surprise. Tadi aku sudah telepon Kafe Harmoni untuk booking tempat. Kita dinner malam ini. Aku sudah telepon Mama sehabis makan siang tadi.""Oke, jam berapa nanti?" tanya Mahika."Jam tujuh sampai kafe. Nanti Mbak sama Mas Johan yang jemput mama, ya. Aku langsung ngajak Mas Aksa dan anak-anak ke kafe. Ajak sekalian papa dan mamanya Mbak Mahika."Kebetulan Pak Raul dan Bu Raul memang berada di rumah Mahika sudah dua hari ini. Setelah pensiun, Pak Raul memang lebih sering datang ke Surabaya. Sebab cucu-cucunya di Jombang sudah pada besar-besar semua. Sibuk sendiri dengan kuliahnya. Jadi hanya Ubed yang menjadi hiburan tersendiri bagi mereka. Terlebih jika anak-anak Aksara ada di sana juga.Mahika mengangguk.

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 154 Masa Depan 1

    Hafsah tersenyum dengan gaunnya yang menerawang. Hadiah dari Kholifah. Beberapa saat dia mematung di kamar mandi. Memperhatikan penampilan barunya. Cantik juga dia memakai gaun kurang bahan itu."Pakailah nanti di malam pengantinmu. Membahagiakan suami pahalanya besar. Kamu pun tahu hal itu. Jadi nggak perlu Mbak perjelas," pesan Kholifah kemarin sore. Ketika baru tiba dari Jember dan menemuinya di kamar.Kholifah lah yang berhasil membuka minda Hafsah. Memarahi juga menasehati. Kholifah berceramah panjang lebar, banyak pandangan, hadist nabi yang di sampaikan dengan segala pemahaman. Baru dengan sepupunya itu hati Hafsah terbuka.Sedangkan dengan Latifa, sepupunya yang paling dekat di Surabaya, juga teman-temannya, justru malah sering mengompori untuk membenci Marisa. Mendukungnya merebut Aksara dari istrinya. Namun tidak dengan Kholifah yang sangat menentang keras dan menyebutnya perempuan tidak punya harga diri. Terkadang di tampar berkali-kali baru membuat seseorang sadar dengan

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 153 Merajut Asa 2

    Sarah beserta suami dan bapaknya juga bergabung dan bersalaman dengan keluarga Bu Arum.Wanita itu menggendong bayi lelaki yang tertidur pulas. Sedangkan ketiga anak yang lain tidak ikut. Sambil melangkah, Daniel mengajak ngobrol Johan dan Aksara. Apalagi kalau bukan bicara mengenai dunia bisnis. Daniel berencana hendak mengajak mereka bekerjasama. Marisa sendiri sudah resign satu bulan yang lalu. Disamping usaha suami dan iparnya mulai butuh tenaga ekstra, kehamilannya juga agak rewel. Namun masih sering bertemu, kalau Daniel datang ke kantor mereka.Mahika juga resign dari perusahaan Omnya. Sekarang fokus di kantor mereka sendiri. Alhamdulillah, perkembangan usaha mereka sangat bagus. Johan dan Aksara memang jenius membawa perusahaan ke arah yang lebih cemerlang. Mereka kompak dan saling melengkapi."Jangan lupa kabarin kalau kamu lahiran," ucap Sarah yang melangkah di sebelah Marisa."Pasti dong, Mbak," jawab Marisa sambil tersenyum.Pak Kyai, Bu Haji, Alim, dan Mifta yang menyam

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 152 Merajut Asa 1

    Marisa terkejut. Begitu pun dengan Mahika. Johan membaca undangan warna abu-abu itu, sedangkan Aksara meladeni Kenzi dan Ubed bermain. Sebenarnya dia mendengar, hanya saja memilih tidak menanggapi."Syukurlah, akhirnya memutuskan nikah juga ustadzah Hafsah, Ma," ujar Mahika seraya memperhatikan undangan yang tengah dibaca sang suami."Haikal Ahmad. Apa dia ustadz juga, Ma?" "Mama kurang paham, Ka. Katanya duda anak satu. Kakaknya yang jodohin sama laki-laki itu. Yang mama dengar, Haikal itu teman kuliahnya Mas Alim."Teman Alim? Pasti usia mereka terpaut lumayan jauh, karena Alim kakak sulungnya Hafsah. Mungkin Hafsah punya pertimbangan tersendiri kenapa menyetujui perjodohan dengan temannya Alim. Bisa jadi, dialah yang sanggup merobohkan keteguhan hati gadis itu."Hari Minggu depan ini, 'kan, Ma?" tanya Marisa."Iya, Ris. Habis akad nikah langsung resepsi. Seperti kamu dan Aksa dulu. Undangannya juga terbatas. Hanya kerabat dekat dan tetangga saja yang di undang."Meski mama, istri,

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 151 Undangan 2

    Johan tertawa lepas berderai sambil memperhatikan lalu lintas di hadapan. "Kamu ada-ada saja, sih, Yang.""Mas, malah ngakak. Sudah kubilang aku hanya penasaran.""Setelah banyak hal terjadi dan aku mendapatkan pasangan sepertimu, apa yang ingin kucari lagi. Di usia kita yang sekarang ini, apa yang ingin kita ambisikan lagi? Aku sangat bersyukur memilikimu dan Ubed. Kamu yang mau menerimaku apa adanya, membuatku bangkit dan sanggup menatap dunia. Memberikan support baik moril maupun materiil. Yang, mikir aneh-aneh itu hanya bikin timbulnya penyakit hati dan masalah."Yang. Ini panggilan spesial dari Johan untuk Mahika. "Iya, aku tahu. Kadang hal-hal begini bisa jadi itermezo percakapan kita. Tapi jujur saja, nggak ada maksud apapun selain sekedar ingin tahu." Mahika tersenyum seraya merangkul lengan suaminya."Aku paham. Kita sudah terlalu tua untuk menciptakan drama.""Tapi Sarah baik, Mas. Nggak seperti Hafsah yang cinta mati ke Aksara.""Memang sejak dulu dia suka Aksa. Hanya saja

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 150 Undangan 1

    "Kenzi masih tidur. Nggak usah khawatir. Mas sudah lihat tadi." Aksara menahan tubuh istrinya.Marisa urung bangkit dari atas pembaringan. Dia menatap sang suami yang mendadak sakau. Pagi ini Aksara berada pada titik kulminasi kesabarannya. Marisa kasihan dan merasa berdosa jika menghindari, karena dokter pun sebenarnya tidak melarang.Kamar kembali hening. Bisik lirih dan deru nafas yang terdengar di telinga masing-masing. Pengalaman beberapa bulan yang lalu membuat Aksara sangat berhati-hati. Meski dikuasai 'keinginan tingkat tinggi', tapi ia tidak ingin mengulang kesalahan yang pernah dilakukannya. Sebab dia pun sangat menginginkan anak itu. Semoga saja Marisa akan memberinya bayi perempuan yang cantik dan lucu. Pagi yang berakhir manis. Terbayar tunai hutang Marisa pada sang suami. Aksara tersenyum bahagia, secerah mentari pagi."I love you," bisiknya.Marisa mengeratkan pelukan. Perutnya yang sudah mulai membuncit di usia kehamilan sepuluh minggu, bersinggungan dengan tubuh Aks

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 149 Kabar Gembira 2

    Diam. Aksara memerhatikan jalanan yang ramai kendaraan dihadapan. Tak menyangka saja, keharmonisan yang tercipta tiga bulan ini ada sisi lain yang disembunyikan istrinya. Bahkan sangat rapi hingga dirinya tidak menyadari. Marisa memang pandai bermain rasa. Senyumnya merekah sepanjang hari. Melayani dirinya dan Kenzi dengan baik. Urusan ranjang yang tidak pernah diabaikan. Bahkan lebih membara dari sebelumnya. Marisa sangat pintar memang. Bagaimana sang istri meyakinkannya saat ia cemburu karena Marisa sering bertemu Hugo untuk urusan pekerjaan. Padahal batin Marisa sendiri masih perlu diyakinkan oleh urusan tentang Hafsah. "Tapi itu kisah selama tiga bulan kemarin, Mas. Kalau sekarang aku memutuskan untuk hamil, berarti semua keraguan itu bisa kuatasi sendiri." Marisa bicara sambil tersenyum. Aksara menarik lengannya pelan hingga Marisa bersandar di bahunya, sedangkan tangan kanannya fokus pegang kemudi. "Makasih, Sayang. Semoga sampai kapan pun kita bisa mengatasi ujian rumah tan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status