"Kau!"Hendra hanya menyerigai saat melihat Nabil datang, lelaki itu melepaskan tangannya dengan santai dari tanganku."Apa kau tidak bekerja, Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Nabil pada Hendra."Apa kalian saling kenal.""Apa kau lupa kalau kita mengenalnya!" tanya Mas nabil dengan raut wajah merah karena murka, dia tidak mampu menyembunyikan kecemburuannya, semua perasaaannya terlihat dengan jelas."Apakah kau tidak bekerja.""Aku kebetulan lewat sini dan mampir di sini," jawab Hendra, sambil menyilangkan tangannya."Apa yang kau lakukan di sini? Ini kan butik pakaian wanita dan anak-anak?""Aku berencana memesan pakaian untuk keluargaku, apa itu masalah?" ucap Hendra.Sepertinya Mas Nabil tidak akan berani bicara berlebihan kepada Hendra karena secara teknis keluarga Hendra adalah atasan keluarga Mas Nabil. Mereka lebih kaya dan berpengaruh jadi tidak akan punya kuasa untuk lebih banyak ikut campur."Kau sendiri apa yang kau lakukan, bukannya kau menyiapkan persiapan acara unt
Aku kembali pukul 08.00 malam dari butik, membawakan beberapa jenis makanan dan cemilan untuk anakku dan Rihanna. Mereka bertiga yang selalu setia menunggu di rumah, berhamburan menyambut kedatanganku dengan sukacita."Bunda.""Ini kue dan ayam goreng kalian.""Terima kasih Bunda.""Tak masalah sayang." Anak-anak menuju meja makan lalu menikmati makanan mereka sementara aku dan Rihanna duduk di ruang tamu sambil diri ini melepas sepatu."Sepertinya ada banyak hal yang tidak saya ketahui," ucap Rihanna sambil menatapku dengan seksama."Ya, betul, aku tidak menceritakan dari sebagian Apa yang kulakukan.""Apa itu sudah terlalu jauh untuk diberitahukan pada orang lain.""Kalau dibilang sudah terlalu jauh sih iya, aku tidak menceritakan padamu karena khawatir kau akan keberatan.""Lalu, apa rencananya berjalan lancar?" Selidiknya."Setengah lancar," jawabku."Kalau begitu ceritakan."Aku mulai menceritakan segalanya, bagaimana detail-detail rencana yang telah kulakukan untuk menjerat k
*Aku tuh nggak sibuk dengan beberapa pelanggan yang datang memesan pakaian secara langsung saat bel pintu berdenting dan orang yang kubenci hadir di hadapan pintu."Iklima, boleh bicara?""Aku sibuk."Kuabaikan kedatangannya dan terus mengukur lingkar dada dan lengan klienku, aku mendelik padanya kemudian memberi isyarat agar dia tidak menggangguku.Lelaki itu kemudian mengambil tempat duduk dan dengan gelisah ia menantikan diriku selesai melayani klien. Setelah pelangganku membayar dan berpamitan mereka pun meninggalkan butik. Tanpa memperdulikan kehadiran mantan suami, aku malah sibuk membereskan meja bola dan kain-kain yang ku tawarkan kepada pelanggan barusan."Bagaimana progres persidangan?""Kenapa kau rayakan itu padaku apa kau lihat butikku adalah pengadilan agama? Kalau kau begitu penasaran kenapa tidak hadir saja langsung sidangnya?""Aku malas.""Intinya saja, apa tujuanmu datang ke butikku, aku sangat sibuk dan tidak mau diganggu oleh tamu yang tidak penting," ujarku ketu
"Sudah cukup, jangan bising di tempat usahaku aku harus menjahit dan memotong pola jadi aku persilahkan kalian untuk pulang ke rumah kalian sendiri!""Kamu ya Mbak, kamu sudah memutuskan untuk melepaskan Mas Nabil jadi tolong dong jangan beri Dia kesempatan untuk datang menemuimu dan merayumu!""Hei, kau! Tolong jaga ucapanmu, jika aku memukulmu aku akan terlihat tidak punya belas kasihan kepada hewan," ucapku mengejeknya, wanita itu makin gusar dan emosi. Dia melotot padaku sambil menarik nafas dengan dalam yang menandakan bahwa ia terkejut dengan perkataanku barusan."Jaga ucapanmu, Mbak, kenapa kamu menyebut tempat Sofia sebagai binatang?!" ujar Cici."Hei Sofia, apa kau tidak bisa menghancurkan diriku sendiri hingga kau harus membawa orang lain, apa kau lemah sampai harus melibatkan adikmu?""Hah?!" Wanita itu kehilangan kata-kata, dia benar-benar geram, dia berusaha untuk tegar dan tangguh di hadapanku padahal sebenarnya wanita itu akan mulai menangis karena tidak sanggup melawa
Dua hari kemudian,Kuhadiri pesan sidang terakhir untuk putusan perceraian kami. Kukenalkan pakaian terbaik dan berdandan rapi lalu berangkat menuju pengadilan dan menemui Mas Nabil di sana.Saat hendak masuk karena sudah dipanggil oleh petugas panitera sidang, sempat membisikkan sesuatu di telingaku."Apa kau yakin dengan ini aku benar-benar berat menceraikanmu."Aku tidak menjawabnya aku hanya tersenyum sambil menggeleng pelan.Kami didudukkan berdampingan menghadap meja hakim. Setelah ditanyai tentang kesiapan kami untuk bercerai, dan aku tetap menjawab dengan jawaban yang sama bahwa kami tetap harus berpisah, akhirnya hakim mengeluarkan putusannya.Setelah membacakan putusan dan kami benar-benar dinyatakan berpisah, hakim mengetuk palu, aku tersenyum lega sementara Mas Nabil menggelengkan kepala sambil memijit di keningnya. Perceraian ini adalah gerbang Baru menuju kehidupan dan harapan baru, Aku berharap setelah mencampakan lelaki tidak berguna Ini hidupku akan semakin baik dan
Gila, lelaki yang ada di hadapanku ini benar-benar sudah jatuh cinta dan menyukaiku, sepertinya tidak sehari pun mampu ia lewati tanpa bertemu atau berbincang sebentar denganku.Sepertinya ia benar-benar merasa tertantang untuk menaklukkan janda."Tolong bedakan perasaanmu, bedakan antara jatuh cinta yang sebenarnya atau sekedar rasa simpati dan kasihan.""Aku memang kasihan padamu tapi rasa kasihan itu mengalahkan rasa kagum dan begitu Aku menyukaimu. Semua orang membicarakan betapa berbakti dan sempurnanya dirimu sebagai menantu, kau juga istri yang baik yang tidak akan membantah suami atau keluar tanpa izinnya, wanita sepertimu yang aku inginkan alih-alih wanita yang hanya berdandan dan sibuk dengan klub sosialita.""Ah, tapi aku punya dua anak yang harus kutanggung, juga aku harus fokus pada masa depan mereka.""Jangan khawatirkan itu selama aku masih hidup maka biaya sekolah bukanlah masalah untukku. Kau tahu kan omset perusahaanku ada berapa banyak?""Aku tidak tahu....""Apa ka
Menjelang magrib aku sampai di depan pintu gerbang rumahku, kulangkahkan kakiku dan menuntun motorku masuk dengan senyum bahagia karena hari ini aku mendapati banyak peristiwa dalam hidupku.Kuletakkan motorku di tempat yang sudah tersedia lalu menguncinya kemudian beranjak naik ke teras. Betapa terkejutnya aku saat melihat Nabil meringkuk di sana dan langsung berdiri begitu melihatku datang."Apa yang kau lakukan di sini.""Aku datang mengunjungi anak-anak.""Iya tapi itu hanya sebentar kemudian Rihanna hanya mengizinkan ku menunggumu di teras tanpa membiarkan ku masuk.""Itu keputusan yang tepat mengingat hal itu akan meminimalisir fitnah antara kami dan para tetangga, kau tahu kan kalau kami hanya mengontrak di sini?" jawabku dengan tenang."Aku ke sini untuk bicara.""Baru pagi tadi kita berjumpa di persidangan, kemudian istri dan adik iparmu datang melabrakku ke butik, lalu saat kembali ke rumah untuk istirahat Aku malah mendapatimu di sini. Apa yang kau inginkan?""Aku merasa
Tin...Matahari baru saja sepenggalah naik saat aku hendak membereskan diriku untuk berangkat kerja. Kupakai pakaian cantik dan mulai menyisir rambut ketika bunyi klakson barusan menjeda kegiatanku.Kusibak tirai jendela dan dari pagar yang tingginya hanya semeter tiga puluh centi itu kudapati lelaki tampan yang kini berdiri di sisi mobilnya.Aku terkejut dengan kedatangan lekaki bertubuh tinggi proporsional itu, melihatku di jendela ia melambaikan tangan, senyum tersungging dari bibirnya yang bercupit seksi, sekilas aku terjeda oleh sesuatu yang sekilas menggoda imanku, aku sempat berpikir bagaimana rasanya jika bibirku dan bibirnya bertemu."Ah, apa aku sudah gila!" Aku langsung menjitak kepalaku sendiri sambil mengucapkan istighfar dan tersenyum dengan gugup.Dia kembali tersenyum padaku dan aku juga membalas lambaian tangan lelaki berwajah oval dan tatapan mata teduh itu, gaya rambut yang klimis dan cara berpakaiannya yang rapi membuat lelaki itu nampak seperti bos muda y
Aku sadar bahwa jika kamu ini terus berkepanjangan maka sebentar lagi aku akan berada di ambang perceraian dengan mas Nabil. Jika aku bercerai dengannya maka sekali lagi semua usahaku untuk punya suami akan sia-sia aku terpaksa harus menjanda untuk kedua kalinya.Satu-satunya hal yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan keluarga ini adalah berdamai dengan iklim serta mendukung pernikahannya dengan Hendra. Meski aku sakit hati dan ingin sekali balas dendam tapi aku tidak punya cara untuk melakukannya wanita itu terlampau cerdik ditambah Hendra ada di latar belakang untuk melindunginya. Sekali saja aku menginjakkan kaki ke butik iklima, maka kami semua akan berada di penjara.Ya, setegas itu Hendra memperlakukan orang. Juga ia yang kehilangan cinta pada Cici dan kini tergila-gila pada iklima pasti akan melakukan apapun untuk melindungi kekasih hatinya itu.Aku benar-benar berada di jalan buntu, aku terkena karma dan menjadi sangat pusing dengan begitu banyaknya masalah yang mendera. F
Selama berhari-hari aku berusaha mengambil hatinya dan membuat dia percaya serta yakin kalau aku memang beritikad baik untuk mengurus keluarganya dan berbaikan dengan ibu anak-anaknya.Tapi seminggu kemudian aku sudah tidak tahan lagi, kuputuskan untuk meminta bantuan keluargaku agar mereka mencarikan seorang asisten dan pengasuh untuk ibu mertua yang lumpuh serta membantunya membersihkan rumah. Aku mempekerjakan mereka dan membayar mereka dengan mahal, aku berjanji juga akan memberi bonus kalau mereka bisa bertahan.Kupikir semuanya akan beres, tapi dugaanku salah, ternyata nabil tidak menerima itu sebagai niat yang tulus, dia malah menganggapku menghindari tugas serta jijik dengan keluarganya."Apa kau mendatangkan pembantu rumah ibuku?" Dia bertanya padaku saat ia baru kembali ke rumah di malam hari, untuk apa yang dia lakukan dari pagi di luar sana sampai pulang kantor pun harus malam hari. Aku kesulitan menanyainya karena setiap kali bertanya dia pasti akan mengamuk. Ia bukanlah
POV Sofia Setelah seharian berjuang jadi babu, menangis frustadi karena harus pegang sapu dan alat lap, aku membersihkan semua kotoran dan debu-debu, membersihkan kotoran dan najis serta memandikan ibu mertua yang bertubuhnya nyaris membuat punggungku patah.Tanganku lecet karena terkena cairan pencuci piring, kulitnya melepuh dan perih, kuku yang kurawat dengan mahal juga patah. Ya ampun, aku menangis memperhatikan diriku yang menyedihkan. Setelah semua pekerjaan selesai dan aku berhasil memberi makan kedua tua renta itu dengan makanan pesanan, aku memilih untuk pulang. Sebelum meninggalkan tempat itu aku menelepon ayah mertua dan memintanya pulang untuk menemani ibu mertua. Aku bilang aku ada acara jadi tidak bisa menjaganya sampai pagi. Untungnya ayah mertua mau."Ah lagi pula kenapa sih sudah tua bangka begitu masih menikah? Kenapa tidak fokus aja mengurus rumah dan cucu! Dasar centil." Aku menggerutu sendiri sampai hampir melempar sepatu yang aku kenakan."Sofia...." Aku hen
"Maksudku baik Mas ... Aku ingin punya waktu untuk diri sendiri , kamu dan merawat tubuhku, Aku ingin tetap terlihat cantik di hadapanmu dan santai dengan waktuku. Bisakah kau bayar orang lain saja?""Astaghfirullah teganya kau Sofia. Itu ibuku sofia, dia merendahkan iklima demi membelamu, dia melakukan apapun yang kau inginkan serta selalu berada di pihakmu. Teganya kau. Setelah dia dalam keadaan sakit dan tak berdaya, kau memintaku untuk membayar perawat, sementara kau akan menghabiskan waktu untuk merawat kukumu?""Aku tidak ahli mengurus orang tua, Sayang""Tapi tetap saja, setidaknya kau menghargai mereka sebagai orang tuaku."Ah, gawat, Kalau kami berdebat dia pasti akan membandingkanku dengan istrinya pertamanya."Maaf, sayang, aku benar-benar bingung, lagi pula ini semua bukan salahku. Ini salahnya Iklima, dia yang sudah membuat bencana dan menimbulkan banyak masalah. Dia yang sudah menjodohkan Ayah dengan teman sekolahnya, hingga ibu syok dan sakit, harusnya dialah yang harus
Biar kuceritakan kenapa aku sampai akhirnya pergi minta maaf dan bersikap baik kepada iklima. Biar ku beritahu yang sebenarnya.*Aku telah resah sejak awal, kupikir pernikahan kami akan berlangsung lancar dan bisa diterima oleh semua orang tapi ternyata itu tidak semudah yang kupikirkan. Iklima, dia membalas dendam dengan seburuk-buruknya pembalasan. Dia membuat adikku bercerai, menimbulkan keraguan dalam diri suamiku serta kerenggangan hubungan kami, lalu memisahkan ayah dan ibu mertua. Bola panas ini harus segera dihentikan sebelum menghancurkan segalanya.Aku tahu dan dari lubuk hatiku terdalam aku menyadari kesalahanku, aku tahu aku sangat keliru telah menyetujui perjodogan dari ibu mertua yang meminta aku untuk menikahi Nabil.Saat itu pikiranku sedang tidak jernih, aku terlalu sedih dengan kematian Mas Faisal. Kupikir aku tidak bisa menjalani semua ini sendirian, hidup menjanda dan menjadi stigma buruk di antara masyarakat. Aku tidak suka direndahkan, hanya karena tidak puny
Seminggu kemudian.Setelah peristiwa yang terjadi di rumah mantan mertua kujalani hari-hariku seperti biasa, berusaha bersikap dan berpikir normal sambil berusaha menutupi luka-luka dan lubang di hatiku. Ruang hampa dan rasa kehilangan, tetap ada mengingat aku pernah begitu mencintai Mas Nabil. Tapi, aku sudah berdamai dengan kenyataan, sudah ikhlas bahwa inilah kehendak tuhan.Memang tidak mudah melupakan orang yang pernah mengukir namanya di hati, terlebih Aku punya dua orang putri, yang setiap kali menatap mereka, aku pasti akan teringat pada ayahnya. Aku teringat setiap detail peristiwa pahit dan manis dalam hidupku begitu memandang Arumi dan Novia. Tapi, mereka juga motivasi agar aku tetap bertahan dan menjadi kuat, aku punya motivasi untuk sukses dan tetap bekerja keras demi mereka. Aku bertekad untuk memperbaiki hidupku dan menemukan orang yang tepat di suatu hari nanti, insya Allah, aaamiin.*Suasana rumah kami jauh lebih tenang sekarang, karena orang-orang yang sering mente
Semua orang menatap padaku saat tiba-tiba aku sudah berdiri di ambang pintu. Dalam perdebatan sengit dan pertengkaran itu tiba-tiba mereka terbelalak karena pendapatku yang mengejutkan."Semuanya salah termasuk siapapun yang mendukung dan ikut dalam keputusan itu.""Kalau begitu kau salah juga, terutama kau! Kaulah biangnya yang membuat Ayah berpaling dari ibu?""Anggap saja impas karena ibu lah yang membuat Nabil berpaling dariku?""Oh jadi sampai sekarang kau masih tergila-gila pada Nabil dan terobsesi untuk balas dendam, padahal kau sendiri yang minta cerai darinya?""Tidak juga, aku tidak pernah benar-benar berusaha sekuat mungkin untuk membalasnya tapi alam mendukungku untuk memberi balasan. Ayah sendiri yang menginginkan tante Elvira, sementara aku hanya mengikuti keinginannya. Sebagai anak yang baik aku membantunya.""Sejak kapan kau jadi anaknya, kau hanya mantan menantu.""Darah ayah dan nabil mengalir dalam nadi anakku, secara tidak langsung kami sudah terikat sebagai kelua
"Kenapa Anda berkata sejauh itu tante Stefani?""Karena faktanya begitu," jawab wanita modis itu sambil mendelik."Anakku mengorbankan semuanya demi adikmu bahkan dia rela ikut agama kalian, tapi tapi Cici tidak benar-benar memberinya cinta. Sudah cukup sekarang!""Jadi kalian akan menjodohkanmu dengan wanita ini, alih alih mencarikan istri yang lebih baik?""Iya, kenapa, apa masalahnya? Ini adalah pilihannya dan dia bahagia dengan itu."Merasa kesal karena dipermalukan, Sophia langsung bersurut mundur sambil memegang tangan Nabil dan mengajaknya pergi. Di sisi lain ekspresi ayahnya Arumi dan Novia, tatapannya terus lekat padaku yang kini menyuapi bubur kepada Hendra. Dia sepertinya kecil hati dan tidak terima kalau pelayanan dan perhatianku, kini berpindah kepada lelaki lain.Yang namanya masih cinta pasti ada rasa cemburu."Pergi dan jangan datang lagi, beraninya keluarga kalian yang sudah menyakiti anakku datang kemari! Apa kalian hanya ingin memastikan kalau dia benar-benar me
"Tolong jangan membahas tentang kesalahan kami. Tolong bukalah hatimu, demi ibu mertua.""Tumben Sofia yang jahat dan kasar memelas Dan memohon di hadapanku..." Aku sinis padanya.Wanita itu menggigit bibirnya seolah tidak suka harga dirinya disentil. Dia berusaha tetap tersenyum meski getir."Aku sedang pusing dengan banyaknya masalah yang mendarah hidupku jadi tolong pulanglah, aku yakin ponsel ayah sudah dinyalakan jadi kalian langsung saja menghubunginya.""Dia tidak mau menjawabnya.""Aku akan mencobanya, jadi pulanglah.""Terima kasih ya, aku sangat menghargai bantuanmu," ucap mas Nabil dengan mata berbinar, sementara aku hanya memutar bola mata dan malas sekali mendengar dia yang pura-pura manis padaku."Ayo Sayang, kita pulang, biar iklima hubungi ayah mertua," ucap Sofia yang terdengar sangat pamer kemesraan di hadapanku, aku hanya tersenyum karena tidak terpengaruh.Enak saja, dia seakan-akan menyerahkan semua masalah keluarga pada diriku. Hanya karena aku mau menghubungi ay