Home / Fantasi / Dewi Kultivator Langit / 105. KEKUATAN TERSEMBUNYI

Share

105. KEKUATAN TERSEMBUNYI

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-01-17 03:51:52

Tanpa menunggu jawaban, pria itu melesat ke depan dengan kecepatan luar biasa, mengayunkan pedangnya. Xian Ling mengangkat pedang naga emasnya, menangkis serangan itu. Benturan energi mereka menciptakan gelombang kejut yang mengguncang tanah di sekitarnya.

Pertempuran di dataran tinggi itu berubah menjadi arena duel antara cahaya dan kegelapan. Sementara para prajurit Kekaisaran Timur dan Han saling bertarung, perhatian semua orang terpusat pada duel epik antara Xian Ling dan pria bertopeng itu.

"Jika aku harus jatuh hari ini," pikir Xian Ling, "aku akan memastikan bahwa aku jatuh sebagai pejuang yang membela kehormatan rakyatku."

Benturan pedang Xian Ling dan pria bertopeng itu memekakkan telinga, memercikkan percikan api yang menyala-nyala di udara. Gelombang energi dari setiap serangan mereka menghantam tanah, membuat debu dan batu beterbangan ke segala arah. Di sekitar mereka, pertempuran sengit terus berlangsung, tetapi para prajurit dari kedua pihak mulai melambat, terhipnotis o
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dewi Kultivator Langit   106. SIASAT RAJA HAN

    Di garis belakang medan perang, Raja Han Shung menggenggam gagang pedangnya dengan erat. Jemarinya yang biasanya mantap kini gemetar halus, meski ia berusaha menyembunyikannya di balik cengkeraman baja yang dingin. Mata tajamnya, yang biasa memancarkan kepercayaan diri seorang penguasa, kini terpaku pada satu sosok—Putri Xian Ling.Putri Mahkota yang semula diremehkannya karena dianggap lemah dan sama saja seperti putri-putri kerajaan lainnya, ternyata membawa malapetaka bagi kerajaannya. Putri itu berdiri anggun di atas tanah yang bersimbah darah, jubah putihnya yang dulu bersih kini berhiaskan noda merah gelap. Pedangnya, bermandikan sinar matahari senja, masih meneteskan darah segar dari pembunuh bayangan yang dilenyapkannya. Angin membawa aroma logam dan kematian, bercampur dengan bau tanah yang terguncang oleh peperangan. Raja Han Shung merasakan tenggorokannya mengering. Pria bertopeng yang ia sewa, pembunuh bayangan yang konon tak pernah gagal, kini tak lebih bagaikan cerita

    Last Updated : 2025-01-18
  • Dewi Kultivator Langit   107. TOPENG EMAS

    Langit mendung menggantung berat di atas medan perang, memberikan pertanda buruk yang membuat udara terasa tegang. Tiba-tiba, suara tanduk perang menggema, mengguncang cakrawala dan meresap hingga ke tulang para prajurit. Suara itu menggema seperti panggilan dari dewa perang sendiri. Tak lama kemudian, jeritan pertempuran pecah seperti kaca yang retak, mengiringi gerakan pasukan Raja Han Shung yang maju bagaikan gelombang pasang. Derap ribuan kuda memukul bumi, menghasilkan gemuruh yang seolah-olah berasal dari inti dunia, sementara hujan panah mendesing seperti burung pemangsa, membelah langit sebelum menghujam tanpa ampun.Panglima Xian Heng berdiri kokoh di atas bukit kecil, jubah perangnya yang berwarna gelap berkibar di bawah hembusan angin yang membawa bau darah. Dengan gerakan cepat, ia menghunus pedangnya tinggi ke udara. "Formasi perisai!" suaranya memotong kebisingan pertempuran seperti bilah tajam. Para prajurit Benua Timur, yang sudah terlatih untuk menghadapi kekacauan, s

    Last Updated : 2025-01-18
  • Dewi Kultivator Langit   108. PRAJURIT ARMOR EMAS

    Kata-kata dari pria bertopeng emas ini menghantam seperti pedang yang tak terlihat, memotong sisa ketenangan Han Zhin. Pertempuran sejati pun dimulai. Tidak ada tempat untuk rasa ragu, tidak ada jalan kembali. Hanya darah, baja, dan tekad yang akan menentukan akhir dari kisah ini.Han Zhin, tak ingin kehilangan muka di depan pasukannya, mengangkat pedangnya tinggi. "Serang mereka!" serunya, dan gelombang baru pasukan maju dengan penuh amarah. Namun, saat mereka mendekat, suara dentingan logam yang bergema mengumumkan kedatangan prajurit baru.Dari balik formasi Panglima Xian Heng, sosok-sosok besar dengan armor emas muncul. Mereka adalah Prajurit Armor Emas, pasukan legendaris yang hanya dipanggil dalam pertempuran paling genting. Setiap langkah mereka menghantam tanah dengan kekuatan yang membuat debu beterbangan, dan kilauan armor mereka menyilaukan mata musuh.Pertempuran pecah di tengah-tengah medan. Pasukan kavaleri Han Zhin yang terkenal itu bertemu dengan kekuatan baja dari pra

    Last Updated : 2025-01-18
  • Dewi Kultivator Langit   109. PANGERAN HAN ZHIN VS PRIA BERTOPENG EMAS

    Darah merembes dari luka di bahunya, membasahi jubah perangnya yang megah. Han Zhin menggenggam pedangnya erat, jarinya yang berlumuran darah menguatkan cengkeraman seolah ingin menyatu dengan senjata itu. Nafasnya berat, dadanya naik turun cepat, tapi matanya tetap tajam seperti elang yang mengunci mangsanya. Sekelilingnya, suara dentingan pedang dan teriakan pertempuran mulai meredup di telinganya. Baginya, hanya ada satu lawan—pria bertopeng emas yang berdiri dengan tenang di tengah medan perang yang porak-poranda.Langkah kaki pria bertopeng itu hampir tak bersuara saat ia maju, tetapi aura dinginnya terasa menusuk hingga ke tulang. "Kau masih berdiri?" suaranya terdengar datar, nyaris tanpa emosi, namun mengandung tekanan luar biasa. "Kau pantas mendapat pujian, Pangeran Han Zhin. Tapi tekad saja tidak cukup untuk mengubah takdir."Ia mengayunkan pedangnya perlahan di udara, meninggalkan jejak tipis berkilauan. Cahaya redup itu bergetar seperti gelombang air sebelum menghilang dal

    Last Updated : 2025-01-18
  • Dewi Kultivator Langit   110. XIAN LING BERAKSI

    Langit kelam diselimuti awan pekat, seolah menyaksikan pertumpahan darah yang akan terjadi. Di dataran luas yang kini berubah menjadi medan perang, dua pasukan raksasa berhadapan dalam ketegangan yang bisa dirasakan di udara. Lima puluh ribu pasukan Kerajaan Han berdiri tegap dengan bendera berkibar, sementara tiga puluh ribu pasukan Panglima Xian Heng tetap tak gentar, seperti kawanan serigala yang haus darah.Di antara kedua pasukan itu, dua sosok berdiri di garis depan—Raja Han, mengenakan baju zirah emas dengan jubah merah berkibar di belakangnya, dan Panglima Xian Heng, tubuhnya kokoh seperti gunung, mengenakan baju perang hitam dengan ukiran naga perak.Panglima Xian Heng tersenyum tipis, tangan kanannya menghunus pedang panjang yang memancarkan cahaya ungu kehitaman. "Raja Han, kau benar-benar datang sendiri. Aku hampir mengira kau akan bersembunyi di balik dinding istanamu."Raja Han menatap tajam, pedang surgawinya terangkat. "Aku tidak butuh perlindungan. Hanya seorang penge

    Last Updated : 2025-01-18
  • Dewi Kultivator Langit   111. KEHEBATAN DEWI PERANG

    Langit yang tadinya kelam kini bergemuruh, seakan merespons energi dahsyat yang terpancar dari dua sosok yang berhadapan di tengah medan perang. Raja Han berdiri tegap, pedangnya berpendar keemasan, memancarkan aura kaisar yang gagah berani. Di hadapannya, Putri Xian Ling melayang di udara, kipas gioknya bersinar dengan cahaya kebiruan, angin berputar mengitari tubuhnya seperti dewi perang yang turun dari surga.Di kejauhan, Panglima Xian Heng menyaksikan duel ini dengan senyum tipis. “Seperti yang kuduga, Ling'er bukan hanya ahli strategi, tapi juga petarung yang melampaui manusia biasa.”Tanpa membuang waktu, ia menghunus pedangnya dan menerjang pasukan Kerajaan Han. Dengan satu ayunan pedang berlapis energi hitam, puluhan prajurit langsung tumbang. "Tak perlu menunggu hasil duel itu. Kita habisi pasukan ini sekarang!" serunya, memimpin pasukannya ke dalam pertarungan sengit.Sementara itu, pertarungan antara Raja Han dan Putri Xian Ling telah mencapai puncaknya.Putri Xian Ling men

    Last Updated : 2025-01-18
  • Dewi Kultivator Langit   112. AKHIR PERTARUNGAN HEBAT

    Langit kembali menggelegar, seakan menandakan bahwa bentrokan terakhir ini akan menjadi legenda. Raja Han berdiri dengan napas terengah-engah, luka-luka di tubuhnya mengalirkan darah, tetapi tekadnya tetap membara. Di hadapannya, Putri Xian Ling masih tampak tenang, meskipun energi di sekelilingnya terus bergejolak, membuat udara bergetar hebat.Di kejauhan, Panglima Xian Heng hanya bisa mengamati dengan ekspresi datar, sementara pasukan kedua belah pihak telah mundur ke batas medan perang, menyaksikan dengan penuh ketegangan.Putri Xian Ling merentangkan kipas gioknya, senyum tipis terukir di wajahnya. “Yang Mulia, kau siap untuk serangan terakhir?”Raja Han mengangkat pedangnya yang kini bersinar lebih terang dari sebelumnya. “Kita akhiri ini.”Putri Xian Ling mulai bergerak lebih dulu. Dengan satu kibasan kipasnya, udara bergetar hebat, menciptakan gelombang energi biru yang menyelimuti seluruh langit. Ribuan simbol kuno muncul di udara, membentuk formasi energi yang berputar seper

    Last Updated : 2025-01-18
  • Dewi Kultivator Langit   113. KEBANGKITAN KITAB NIRVANA SURGAWI

    Langit East City dihiasi percikan warna-warni dari kembang api yang meledak dengan semarak. Sorakan rakyat memenuhi udara, menggema di sepanjang jalan yang penuh sesak. Di antara kerumunan, seorang penjual makanan ringan berteriak menawarkan pangsit goreng, sementara anak-anak berlomba-lomba menangkap confetti yang beterbangan. Malam itu adalah malam kemenangan, malam di mana perang dengan Kerajaan Han resmi berakhir.Di dalam istana megah yang berhiaskan lentera merah, Kaisar Xian Shen mendengarkan laporan dari Putri Xian Ling dan Panglima Xian Heng. Dengan wajah serius, namun penuh ketenangan, sang kaisar akhirnya mengangguk setuju untuk mengirim utusan perdamaian ke Negeri Han. “Ini bukan hanya kemenangan senjata, tapi juga kemenangan hati,” ucapnya bijak.Namun, di balik wajah ceria rakyat, Xian Ling menyimpan kekhawatiran. Pangeran Han Zhin, pewaris tahta Kerajaan Han, dikenal keras kepala. Walau Raja Han menyetujui perdamaian, tidak ada jaminan Pangeran Han Zhin akan melakukan h

    Last Updated : 2025-01-19

Latest chapter

  • Dewi Kultivator Langit   ENDING

    Kaisar Xian Shen berdiri di balkon istananya, memandang luas ke arah cakrawala Benua Timur yang terbentang di hadapannya. Angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah dan dedaunan, namun hatinya bergolak dengan amarah yang membara. Para raja di bawah kekuasaannya telah mengabaikan panggilannya untuk bersatu dalam pertempuran penting, meninggalkan kekaisaran dalam keadaan rentan.Raja-raja ini lebih mementingkan wilayahnya sendiri dan menolak untuk mengirim pasukan ke East City untuk meredam invasi dai Necromancer beserta asukannya yang ingin menghancurkan Dinasti Xian."Bagaimana mungkin mereka berani mengkhianati kepercayaan dan sumpah setia mereka?" gumamnya dengan suara bergetar, tinjunya mengepal erat hingga buku-buku jarinya memutih.Dengan tekad yang tak tergoyahkan, Kaisar Xian Shen memerintahkan pengerahan pasukan besar untuk menaklukkan semua kerajaan yang membangkang. Satu per satu, kerajaan-kerajaan itu ditundukkan dan diubah menjadi distrik provinsi yang langsung berada di bawah

  • Dewi Kultivator Langit   176. PERTEMPURAN AKBAR BENUA TIMUR - II

    Awan kelam menggulung di langit malam, kilatan petir menyambar tanpa ampun, menerangi medan pertempuran yang dipenuhi jeritan dan denting senjata. Di tengah kekacauan itu, Necromancer Agung melangkah maju, jubah hitamnya berkibar liar, mengeluarkan semburan energi gelap yang membangkitkan pasukan mayat hidup dengan rintihan mengerikan.Kaisar Xian Shen berdiri di garis depan, matanya menatap tajam ke arah musuh. "Pasukan Dinasti Xian, jangan gentar! Pertahankan tanah air kita!" serunya, suaranya menggema di antara deru pertempuran.Di sampingnya, Panglima Xian Heng menghunus pedangnya, kilauan tajam memantulkan cahaya petir. "Majulah! Hancurkan mereka!" teriaknya, memimpin serangan langsung ke barisan mayat hidup.Sun Wu Long, dengan pedang spiritualnya, mengeluarkan mantra api yang membakar musuh-musuhnya menjadi abu. "Kekuatan elemen akan membersihkan kegelapan ini!" katanya, semburan api memancar dari tongkatnya, menerangi medan perang.Sakuntala Dewa, dengan gerakan anggun, memang

  • Dewi Kultivator Langit   175. PERTEMPURAN AKBAR BENUA TIMUR

    Gong perang berdentang nyaring, suaranya menggema hingga ke sudut-sudut Pelabuhan East City. Di bawah langit yang mulai gelap, ribuan prajurit Dinasti Xian bergegas mengenakan baju zirah yang berkilauan di bawah cahaya obor. Mereka membentuk barisan kokoh di sepanjang tembok kota, tombak-tombak terangkat tinggi, busur-busur siap dengan anak panah yang mengarah ke cakrawala, sementara katapel raksasa diisi dengan batu-batu besar yang dilumuri minyak, siap dilemparkan.Di atas mereka, Naga Vikrama melayang gagah, sayapnya yang luas membelah angin malam. Raungannya menggetarkan hati, mata tajamnya memantau setiap gerakan di bawah.Di kejauhan, pasukan Kegelapan mulai tampak seperti gelombang hitam yang mendekat. Barisan Orc dengan armor berat berderap maju, langkah mereka mengguncang tanah. Di samping mereka, Dark Dwarf mengoperasikan mesin perang besar—menara pengepung dan katapel raksasa yang mampu meruntuhkan tembok dalam satu serangan. Para Necromancer berjubah hitam mengangkat tanga

  • Dewi Kultivator Langit   174. KRISIS DI BENUA TIMUR

    Langit di atas Pelabuhan East City mendadak gelap. Awan hitam pekat bergulung-gulung, seakan-akan hendak menelan kota dalam kegelapan abadi. Angin kencang berdesir tajam, menerbangkan debu dan menerjang ombak hingga membantingnya ke tebing-tebing batu dengan suara gemuruh. Para penjaga di menara pengawas, yang tadinya berjaga dengan santai, kini menegang. Salah satu dari mereka nyaris menjatuhkan tombaknya saat melihat bayangan besar melayang di antara awan."NAGA!" teriak seorang prajurit dengan suara melengking, segera meraih palu besar dan membunyikan lonceng tanda bahaya. Dentang logamnya menggema ke seluruh pelabuhan, mengguncang ketenangan kota ini.Di atas punggung Naga Vikrama, Xian Ling berdiri dengan gagah. Rambut panjangnya menari liar ditiup angin, sementara jubah putihnya berkibar seperti bendera perang yang mengancam. Matanya menyala penuh keyakinan. Di belakangnya, Sakuntala Dewa dan Sun Wu Long duduk waspada, jari-jari mereka sudah menggenggam gagang senjata, siap mena

  • Dewi Kultivator Langit   173. KABAR BURUK DARI BENUA TIMUR

    Pertempuran di Lembah Iblis benar-benar di luar dugaan Xian Ling. Angin dingin menyapu lembah, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang gugur. Suara dentingan senjata dan teriakan pertempuran masih terngiang di telinganya. Xian Ling berdiri di tengah medan yang porak-poranda, napasnya tersengal, sementara matanya menyapu sekeliling dengan penuh kewaspadaan.Ia tidak berhasil mendapatkan informasi mengenai Mahasura Arya, Pendekar Dewa Naga yang diyakini oleh Kitab Nirvana Surgawi mampu menyelamatkan Benua Timur dari kehancuran. Kekecewaan menyelimuti hatinya, seperti kabut tebal yang menutupi pandangannya.Bahkan, ia juga tidak mengetahui mengapa Qirani dan Qirana terjerumus ke dalam kegelapan dan menentangnya, padahal ia sama sekali belum pernah bertemu dengan pemimpin Lembah Iblis ini. Pengkhianatan mereka menusuk hatinya lebih dalam daripada luka fisik yang ia derita."Tuan Putri, apakah kita akan melanjutkan perjalanan kita di Benua Selatan ini?" tanya Sun Wu Long, suaranya penu

  • Dewi Kultivator Langit   172. AKHIR PERTEMPURAN

    Sakuntala dan Sun Wu Long yang dikepung oleh puluhan murid Perguruan Lembah Iblis mulai merasakan kesulitan menghadapi mereka. Sakuntala memutar tongkatnya dengan kecepatan luar biasa, menciptakan badai angin yang menghantam musuh-musuhnya, melempar mereka ke segala arah. Sun Wu Long bergerak seperti bayangan, pedangnya menari-nari, memotong setiap lawan yang mendekat dengan presisi mematikan.Tiba-tiba, dari balik kabut tebal yang menyelimuti medan pertempuran, muncul sosok tinggi dengan aura gelap yang menakutkan. Dia adalah Panglima Kegelapan, tangan kanan Qirana, yang dikenal karena kekejamannya. Dengan satu gerakan tangan, dia memanggil makhluk-makhluk bayangan yang langsung menyerbu ke arah Sakuntala dan Sun Wu Long.Sakuntala mengerutkan kening, menyadari ancaman baru ini. "Wu Long, kita harus bekerja sama untuk mengalahkannya!" Sun Wu Long mengangguk, dan mereka berdua bergerak serentak, menyerang Panglima Kegelapan dengan kombinasi serangan yang terkoordinasi. Namun, Panglima

  • Dewi Kultivator Langit   171. PERTEMPURAN DI LEMBAH IBLIS

    Xian Ling meluncur ke udara, tubuhnya berputar seperti bidadari yang berputar turun dari kahyangan, pedangnya berkilau saat menyapu gelombang energi hitam yang dilemparkan Qirana. Dentuman keras menggelegar, menggetarkan tanah di bawah mereka, seakan seluruh lembah bergetar dalam gemuruh kekuatan yang saling bertabrakan. Getaran itu merembet hingga ke tulang, mengusik kedamaian yang hanya ada dalam sekejap sebelum kekuatan itu menghancurkan segalanya.Qirana melesat ke samping, tubuhnya membengkok dalam kecepatan luar biasa, lengan kirinya bergerak dengan gesit, menciptakan lingkaran cahaya hitam yang menyelimuti tangannya. Dengan satu gerakan cepat, lingkaran tersebut berubah menjadi pedang energi yang berkilau tajam, siap meluncur menembus langit.“Kau hanya mengulur waktu, Xian Ling!” seru Qirana, suaranya penuh ejekan, terdengar seperti suara angin dingin yang berbisik. Senyumannya terlukis sinis di wajahnya, seakan kemenangan sudah ada di ujung jari. “Sejak Mahasura menghilang, k

  • Dewi Kultivator Langit   170. LEMBAH IBLIS

    Angin kencang bertiup membuat pakaian mereka berkibar-kibar. Langit yang kelam seakan menelan cahaya matahari, menciptakan bayangan-bayangan mencekam di antara pepohonan yang melingkupi Desa Naga. Aroma tanah basah bercampur bau logam menyelubungi udara, menambah kesan bahwa akan ada kejadian yang buruk di tempat tujua mereka."Apa kita tetap akan masuk ke Lembah Iblis, Tuan Putri?" tanya Sakuntala, suaranya mengandung kegelisahan. Mata tajamnya memandang jauh ke depan tempat Lembah Iblis berada, seolah-olah mengawasi mereka dari kejauhan. Ia merasa bahwa pencarian Pendekar Dewa Naga ini hanya akan membawa mereka ke jalan buntu. Namun, membawa pulang Naga Vikrama adalah keuntungan besar bagi Benua Timur.Xian Ling menoleh, sorot matanya tegas. "Aku harus mengetahui nasib Pendekar Dewa Naga. Ramalan Artie hanya menyebutkan bahwa Mahasura Arya akan berperan penting dalam menyelamatkan Benua Timur dari kehancuran. Aku sengaja menyimpan ramalan ini agar kerajaan-kerajaan di bawah Kekaisar

  • Dewi Kultivator Langit   169. NAGA VIKRAMA

    Ki Seno menggelengkan kepalanya perlahan. Sorot matanya tajam namun menyiratkan keteguhan yang tak tergoyahkan."Aku tak tahu di mana Mahasura sekarang," ucapnya dengan suara berat, nyaris berbisik. "Tapi aku yakin ia masih hidup!"Xian Ling menatap Ki Seno dengan penuh tanda tanya. Tiba-tiba, pikirannya menangkap sesuatu yang terpendam di benaknya."Kata Chandani, Ki Seno selalu pergi ke Gunung Awan Putih setiap pagi... Apa yang Ki Seno lakukan di sana?" tanyanya, suaranya dipenuhi rasa ingin tahu.Ki Seno tertawa kecil, nada misterius tersemat di dalamnya. "Hahaha... Kau ingin tahu? Tapi berjanjilah untuk menjaga rahasia ini!"Tanpa menunggu jawaban, tubuh Ki Seno melesat, ringan bak sehelai daun yang ditiup angin. Kakinya nyaris tak menyentuh tanah saat ia berlari dengan ilmu meringankan tubuh. Bayangan tubuhnya berkelebat di antara pepohonan, mendaki gunung dengan kecepatan yang mencengangkan.Xian Ling, Sun Wu Long, Sakuntala, dan Chandani segera menyusul. Sun Wu Long, meski memi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status