Satu tahun telah berlalu sejak kekalahan Kaisar Qing, dan Dunia Pendekar mulai merasakan kedamaian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung lama. Desas-desus tentang kemunculan sekte misterius dari Dunia Iblis yang dipimpin oleh seorang ahli bela diri yang disebut Iblis Rambut Putih mulai menyebar di Negeri Qing. Iblis rambut Putih dikenal memiliki kekuatan yang mampu memanipulasi raga dan jiwa orang lain, membuat musuh-musuhnya tidak berkutik. Tidak hanya itu, para pengikutnya, yang disebut Laskar Neraka, memiliki teknik yang mampu menandingi para pendekar ternama. Di tengah rumor tersebut, seorang utusan dari Dunia Iblis datang menemui Kui Long. Dengan napas terengah-engah dan luka yang parah, ia menyerahkan gulungan surat berisi tantangan dari Iblis Rambut Putih. "Shin Kui Long," tulisnya, "jika kau adalah Pendekar sejati, temui aku di Lembah Iblis Putih di Negeri Shu . Dunia ini hanya memiliki ruang untuk satu penguasa sejati." Kui Long meng
Negeri Shu dulunya adalah sebuah negeri subur yang dipenuhi oleh padang hijau dan sungai yang berkilauan. Namun, semuanya berubah ketika Raja Shu, seorang Immortal Iblis, mengambil alih takhta dengan kekuatan kegelapannya. Dengan bantuan kultivator iblis, ia menguasai negeri itu dan mengubahnya menjadi tanah tandus yang diliputi hawa iblis. Para kultivator iblis yang menjadi pelindung Raja Shu dikenal dengan kemampuan mereka untuk menggabungkan roh manusia dan iblis, menciptakan energi Qi hitam yang begitu kuat hingga dapat menghancurkan siapa saja yang berani menentang mereka.Kekuatan utama Raja Shu adalah Mustika Iblis Suci, sebuah artefak kuno yang menjadi inti dari teknik kultivasi kegelapan. Mustika ini menyerap energi dari penderitaan dan kematian, menjadikannya sumber Qi murni yang tiada tanding. Namun, kekuatan Mustika Iblis Suci tidak hanya menjadi pelindungnya, melainkan juga kunci yang menjaga keseimbangan negeri Shu. Tanpa mustika itu, seluruh energi kegelapan yang menopa
Hancurnya Mustika Iblis Suci menciptakan ledakan energi yang mengguncang Lembah Jiwa Hitam, memaksa semua yang hadir mundur. Kui Long, berdiri di tengah kehancuran, merasakan beban berat yang hilang namun tergantikan oleh hawa dingin yang menusuk. Dia menatap Putri Shu, yang tubuhnya mulai berubah.Kulit yang sebelumnya bercahaya kini perlahan memutih, seperti marmer yang kehilangan kehidupannya. Rambut hitam panjangnya memutih sepenuhnya, berkilauan di bawah sinar bulan. Namun, yang paling mencolok adalah perubahan pada wajahnya—tetap muda tetapi kini pucat, seperti mayat hidup. Matanya yang dulu penuh kasih berubah menjadi dingin dan dipenuhi kebencian.Putri Shu memandang dirinya dengan tatapan kosong, lalu menatap Kui Long dengan kebencian yang membakar dadanya."Kau... menghancurkanku," suaranya kini dingin, tanpa emosi yang pernah ia miliki. "Aku memberimu hatiku, dan ini balasanmu? Kau adalah monster yang lebih buruk dari ayahku!"Kui Long mencoba mendekatinya, tetapi dia mundu
Kui Long berdiri di tengah Lembah Jiwa Hitam, yang kini berantakan akibat pertarungan dahsyatnya dengan Raja Shu. Darah mengalir dari luka-luka di tubuhnya, tetapi bukan rasa sakit fisik yang menghantam hatinya, melainkan kekosongan yang menyelimuti jiwanya. Mustika Iblis Suci telah dihancurkan, Raja Shu musnah, namun warisan kegelapan yang ditinggalkan oleh keluarga Shu tidak berakhir di sini.Putri Shu—dulu seorang wanita yang penuh cinta dan keberanian—kini menjadi ancaman yang bahkan lebih menakutkan daripada ayahnya. Kegelapan iblis yang terkunci dalam Mustika Iblis Suci telah menemukan tempat baru untuk bersarang yaitu di tubuh dan jiwa sang putri. Kui Long tahu bahwa kehancuran mustika itu adalah satu-satunya jalan untuk menghentikan penindasan Raja Shu, tetapi ia tidak menyangka bahwa tindakannya akan menciptakan musuh yang tak pernah ia inginkan.***Di puncak gunung es yang jauh dari Lembah Jiwa Hitam, Putri Shu merenungi perubahan dirinya. Kulitnya yang putih pucat, rambutn
Malam menelan dunia saat Kui Long meninggalkan pegunungan tempat Elder Tian Bai tinggal. Angin dingin merasuk hingga ke tulangnya, tetapi ia tidak berhenti berjalan. Gulungan Teknik Nirvana Surya tersimpan di dalam jubahnya, terasa berat bukan karena fisiknya, melainkan beban tanggung jawab yang menyertai. Jalan di hadapannya kini penuh dengan ketidakpastian, namun satu hal yang pasti—Putri Shu semakin kuat setiap detiknya.Di kejauhan, bayangan lembah gelap yang dahulu dikenal sebagai tanah terlarang mulai menyebarkan terornya. Desas-desus tentang sosok Dewi Kegelapan Abadi meresahkan para kultivator. Kota-kota kecil diselimuti ketakutan; makhluk-makhluk dari dimensi gelap yang dipanggil oleh Putri Shu muncul untuk merusak, menebar kekacauan. Tidak ada yang berani melawannya, karena setiap perlawanan berakhir dengan kehancuran.Kui Long menyusuri jejak kehancuran itu, mengetahui bahwa setiap langkah membawanya lebih dekat kepada pertemuan yang tak terhindarkan. Namun, tubuhnya yang m
Kui Long membuka gulungan Teknik Nirvana Surya di bawah temaram cahaya lentera. Mata Mei Lin yang penuh penasaran memandang dari kejauhan, namun ia tidak berani mendekat. Aura yang terpancar dari gulungan itu seakan menyelimuti ruangan dengan kehangatan aneh, bertolak belakang dengan hawa dingin yang mendominasi malam.Tulisan-tulisan kuno pada gulungan tampak hidup, membentuk pola-pola bercahaya yang bergerak seperti aliran sungai. Namun, Kui Long tahu, mempelajari teknik ini bukan hanya soal membaca—ini tentang menyelaraskan jiwa. Ketika ia mulai mengatur pernapasan dan fokus pada intisari gulungan itu, sebuah suara lembut terdengar di pikirannya."Hanya mereka yang mampu menerima kebenaran sejati dalam terang dan gelap yang dapat menggunakan kekuatan ini tanpa hancur."Kata-kata itu menembus batinnya, membuka kembali luka-luka yang selama ini ia coba abaikan—rasa bersalah menghancurkan Mustika Iblis Suci, kekecewaan pada dirinya sendiri karena menciptakan ancaman baru dalam diri Pu
Malam itu, Kui Long berdiri di puncak tebing yang menghadap ke Lembah Iblis, tempat kekaisaran baru Putri Shu mulai berakar. Di kejauhan, benteng kristal hitamnya bersinar redup di bawah cahaya bulan, tampak seperti mahkota gelap yang menusuk langit malam. Angin membawa aroma tajam dari api unggun dan suara-suara samar dari pasukan iblis yang sedang berjaga.Mei Lin berdiri di belakangnya, tangannya mencengkeram erat kantong kecil berisi obat-obatan yang ia siapkan untuknya. “Kau yakin ini waktunya?” tanyanya, suaranya penuh keraguan. “Kekuatanmu belum sepenuhnya matang. Teknik Nirvana Surya masih terlalu baru—kau belum menguasainya sepenuhnya.”Kui Long tidak segera menjawab. Ia menatap ke lembah dengan mata yang tenang, tetapi di balik ketenangan itu, pikirannya bergolak. Ia tahu Mei Lin benar, tetapi ia juga tahu bahwa semakin lama ia menunggu, semakin besar kekuatan Putri Shu tumbuh. Setiap detik yang ia habiskan untuk bersiap adalah waktu bagi kegelapan untuk menelan dunia.“Aku
Shin Kui Long memantapkan posisinya saat naga iblis Putri Shu menyerang, mengoyak tanah di bawahnya dengan cakarnya yang raksasa. Dengan kilatan pedangnya yang bersinar terang, Kui Long mengayunkan serangan pertama, Aurora Sunstrike, sebuah jurus cahaya yang menghancurkan kegelapan di sekitarnya dan membuat naga iblis itu melengking kesakitan. Namun, makhluk itu hanya mundur beberapa langkah sebelum melancarkan serangan balik, semburan api hitam yang tampaknya membakar bahkan udara itu sendiri.“Apakah itu yang terbaik darimu, Kui Long?” Putri Shu mengejek dari atas benteng. Tubuhnya kini diselimuti pusaran energi hitam yang semakin pekat, kekuatannya memancar seperti badai yang tak terkendali. “Kekuatan cahaya yang kau banggakan tidak cukup untuk menghentikan kegelapan yang telah menyatu denganku.”Kui Long tak menjawab. Ia menghindari serangan naga dengan lompatan yang luar biasa tinggi, menggunakan Heavenly Step Technique, yang memberinya kelincahan di udara. Sementara itu, ia meng
Angin malam menampar wajah Kui Long saat ia berdiri di tepi jurang. Pusaka Dewa Petir di tangannya berdenyut pelan, seolah menyesuaikan dengan ritme jantungnya. Kilatan petir yang jauh di cakrawala tampak seperti pandangan penuh amarah dari langit yang gelisah, namun Kui Long hanya mendengus kecil, merasakan energi yang bergolak di dalam tubuhnya.Song Lien Hwa berdiri di belakangnya, matanya penuh kecemasan. "Kui Long," panggilnya dengan suara berat, "kau sadar kan, kekuatan itu tidak hanya memberi. Ia juga akan menuntut sesuatu darimu."Kui Long tidak segera menjawab. Ia mengangkat tombak itu, memperhatikan kilau biru yang bergerak seperti aliran sungai, hidup dan bertenaga. "Kalau memang menuntut, biarkan dia menuntut," gumamnya pelan, namun penuh tekad. Ia memutar tubuh, menatap Song Lien Hwa dengan senyum yang tidak sepenuhnya santai. "Tapi aku yang akan memutuskan apa yang layak diberikan."Sebelum Song Lien Hwa sempat membalas, bumi di bawah kaki mereka bergetar hebat. Sebuah g
Petir biru memancar lembut dari Pusaka Dewa Petir, seperti napas kehidupan yang baru saja dibangkitkan. Namun, aroma pekat masih tersisa di udara, bercampur dengan bau debu dan batu yang hancur. Kui Long menarik napas dalam-dalam, dadanya naik turun seiring adrenalin yang perlahan memudar. Jemarinya sedikit gemetar saat ia menggenggam erat gagang tombak itu. Sentuhan logam dingin terasa seperti bara panas, menyengat kulitnya dengan denyut energi yang seolah menuntut penyesuaian segera.Song Lien Hwa berdiri tak jauh darinya, rambut panjangnya yang hitam legam berantakan, sebagian menempel di wajahnya yang berkeringat. Napasnya berat, tapi ia tetap tegak, tatapannya tak beralih dari Kui Long. "Energi petir itu..." suaranya pelan, hampir berbisik, namun penuh makna, "...ia bukan sekadar kekuatan. Itu adalah keinginan langit yang tak dapat kau tolak."Kui Long mengalihkan pandangannya ke Song Lien Hwa, matanya yang keemasan bersinar lembut, tapi di balik itu ada badai emosi yang berkecam
Petir biru berkilat di udara, membentuk jaring cahaya yang berdenyut di sekitar sosok Shen Wu Tian. Meski hanya berupa kesadaran yang tertanam dalam Pusaka Dewa Petir, auranya begitu menggentarkan, seolah keberadaannya menandingi para dewa sejati. Tubuh transparannya melayang di atas tanah, diselimuti percikan listrik yang berdesis seperti bisikan kemarahan langit.Kui Long berdiri tegak, matanya menyipit saat menatap entitas di hadapannya. Ia menggenggam erat Pedang Kultivasi Kegelapan, jari-jarinya sedikit bergetar, entah karena adrenalin atau kegembiraan yang tersembunyi. Bibirnya melengkung tipis."Kui Long," suara Shen Wu Tian menggema, berat dan penuh wibawa. "Kau mungkin telah kembali sebagai Dewa Iblis Gerbang Neraka, tetapi kekuatanmu belum cukup untuk mengendalikan pusaka ini. Buktikan dirimu, atau tinggalkan tempat ini selamanya."Angin di ruang bawah tanah berputar kencang, membawa aroma ozon dari petir yang berkumpul di langit-langit. Kui Long tertawa kecil, langkahnya pe
Kui Long dan Song Lien Hwa melanjutkan perjalanan mereka ke Lembah Api Abadi, lokasi artefak kedua. Lembah ini terkenal sebagai wilayah terlarang di Dunia Dewa, dikelilingi oleh api abadi yang tidak pernah padam. Bahkan udara di sana beracun, mematikan siapa pun yang tidak memiliki perlindungan kuat.Song Lien Hwa memandang lembah itu dengan raut tegang. "Api ini bukan api biasa. Ini adalah Api Abadi yang berasal dari energi kosmik. Bahkan kultivator tingkat tinggi pun akan sulit bertahan di sini."Kui Long mengangguk. "Itulah sebabnya artefak ini disembunyikan di sini. Tapi aku tidak akan berhenti hanya karena tantangan seperti ini."Keduanya melangkah ke lembah dengan perlindungan energi petir dan kegelapan. Setiap langkah membawa mereka lebih dalam ke panas yang menyengat, seolah-olah api itu mencoba menembus perlindungan mereka. Di tengah lembah, mereka menemukan sebuah altar batu yang dikelilingi oleh kolam lava mendidih. Di atas altar itu, artefak kedua bersinar dengan cahaya em
Kui Long berdiri di puncak Gunung Langit Biru, tubuhnya diselimuti aura gelap dan petir yang saling bertaut, menciptakan perpaduan energi yang memancarkan kekuatan luar biasa. Udara di sekelilingnya menjadi berat, dan bahkan Song Lien Hwa, yang biasanya tak tergoyahkan, merasakan getaran energi dari tubuh Kui Long."Ini... bukan kekuatan seorang manusia biasa," gumam Song Lien Hwa dengan nada bergetar.Kui Long membuka matanya perlahan. Cahaya merah keemasan menyala dari irisnya, melambangkan perpaduan sempurna antara kegelapan dan kekuatan petir. Pedang Kultivasi Kegelapan di tangannya bergetar seperti hidup, seolah-olah merayakan kembalinya pemilik sejatinya."Aku telah kembali," bisiknya dengan suara berat, yang terasa bergema di seantero gunung. "Aku adalah Dewa Iblis Gerbang Neraka."Namun, sebelum Kui Long bisa melanjutkan langkahnya, langit di atas mereka berubah menjadi gelap gulita. Awan hitam berputar-putar seperti pusaran raksasa, dan dari tengah pusaran itu muncul sosok be
Kui Long memutuskan untuk tetap tinggal di Kota Kahyangan sementara, membalas budi pada Song Lien Hwa yang telah membantunya dalam pertarungan dengan Shen Wu Hei. Namun, pikirannya selalu tertuju pada Pusaka Dewa Petir, artefak legendaris yang menjadi sumber kekuatan utama Song Lien Hwa dan sektenya, yang kini telah hilang selama bertahun-tahun."Jadi," kata Kui Long pada suatu malam saat mereka duduk di balkon paviliun, menikmati angin malam. "Pusaka Dewa Petirmu. Apa kau tahu siapa yang mencurinya?"Song Lien Hwa memandangnya tajam, matanya menyala dengan kilat amarah yang terpendam. "Itu adalah malam ketika gerbang sekte kami ditembus oleh bayangan yang tidak terdeteksi. Mereka bergerak seperti angin dan meninggalkan kehancuran. Pusaka itu hilang, dan sejak saat itu sekte kami kehilangan kekuatan terbesarnya."Kui Long mengangguk pelan. "Aku mendengar sesuatu yang serupa saat aku masih menjadi Dewa Iblis Gerbang Neraka. Ada desas-desus bahwa sebuah artefak petir diselundupkan kelua
Bayangan gelap yang muncul di cakrawala berubah menjadi sosok seorang pria berjubah hitam dengan mata merah menyala. Udara di sekitar mereka tiba-tiba menjadi berat, seperti dunia sendiri menolak kehadirannya. Kui Long langsung mengenali auranya."Shen Wu Hei," gumamnya dengan nada dingin. "Kau kembali."Shen Wu Hei, penjaga dimensi kegelapan. "Kui Long, aku tidak pernah benar-benar pergi. Apa kau pikir pertarungan di Ruang Kekekalan sudah cukup untuk mengakhiriku? Kini aku membawa kekuatan yang bahkan kau tidak bisa bayangkan."Song Lien Hwa mengangkat Pedang Petirnya, bersiap menyerang. "Siapa dia?" tanyanya dengan tajam.Kui Long menjawab tanpa berpaling dari Shen Liang. "Penjaga dimensi kegelapan yang tidak bisa musnah!”Shen Liang terkekeh, suara tawanya bergema seperti gema kehancuran. "Kau tidak akan bisa menghentikanku, Kui Long!”Shen Wu Hei mengangkat tangannya, dan dari tubuhnya keluar gelombang energi gelap yang menyelimuti langit. Petir hitam menyambar, menghantam tanah d
Langit memerah, seolah-olah bumi dan surga sendiri menyadari ancaman yang mendekat. Dari cakrawala, bayangan besar menyeruak ke langit, membentuk sosok raksasa yang mengerikan. Itu adalah Avatar Bayangan, sebuah manifestasi dari energi kegelapan yang selama ini tersegel di negeri itu. Suara gemuruhnya seperti ribuan jiwa yang merintih, menciptakan teror di setiap jiwa yang mendengar.Kui Long, yang baru saja kembali ke tubuh aslinya, masih merasakan lelah dari pertarungan melawan Song Kui. Namun, ia tidak punya pilihan. Dengan Pedang Kultivasi Kegelapan di tangannya, ia menatap sosok raksasa itu dengan tatapan penuh tekad."Ini... kekuatan yang dilepaskan Shen Liang," gumamnya. "Aku tidak bisa membiarkan ini menghancurkan dunia ini."Song Lien Hwa berdiri di sampingnya, menggenggam erat Pedang Petir miliknya. Energi petir yang menyelimuti pedangnya memancarkan cahaya biru yang memukau. "Aku akan membantumu, Kui Long. Kegelapan ini tidak hanya mengancammu, tapi juga semua yang ada di d
Song Kui berdiri dengan tubuh Kui Long yang asli, dikelilingi oleh aura kegelapan yang mengerikan. Mata merahnya menatap dingin ke arah Kui Long yang memegang Pedang Kultivasi Kegelapan, sementara Shen Liang berdiri tak jauh dengan tombak hitam yang berdenyut dengan energi destruktif."Lucu sekali," ejek Song Kui. "Kau sibuk mencoba menjadi pahlawan, sementara aku hidup lebih baik dalam tubuhmu. Kau harusnya menyerah saja."Kui Long tidak terprovokasi. Ia menggenggam pedangnya lebih erat, energi gelap dan cahaya yang bersatu di bilahnya bersinar semakin terang. "Kau mencuri tubuhku, Song Kui. Kau mencuri segalanya. Tapi aku akan mengambilnya kembali hari ini."Shen Liang tertawa sinis dari kejauhan. "Pertarungan ini semakin menarik. Kalau begitu, aku akan membiarkan kalian saling membunuh, lalu mengambil kekuatan yang tersisa untuk diriku sendiri."Namun, sebelum ada yang bisa bereaksi, Shen Liang mengayunkan tombaknya, menciptakan gelombang energi gelap yang menyapu ke arah Kui Long