“Xander! Aku lapar!” Ucapku masih bermalas-malasan di kasur milik Xander yang sedang duduk bersila di sampingku dengan laptopnya yang dibuka. Ia sedang focus mengerjakan sesuatu.
“Hummm? Kau lapar? Mau kupesankan sesuatu? Kau mau apa?” Tanyanya tanpa melihat. Matanya masih focus pada sebuah grafik berwarna abu-abu dan biru, beberapa kali ia mengetikkan sesuatu.
“Saat seperti ini aku merasa dilecehkan!” Ucapku ketus sambil mengeratkan selimut tebal yang difungsikan menutup tubuh polosku. Saat inipun Xander hanya mengenakan boxernya.
Xander tersenyum dan menutup laptopnya. Ia membalikkan tubuhnya sepenuhnya kepadaku. “Kamu mau makan apa sayangku?” Tanyanya dengan senyum yang sangat memabukkan. Rambutnya yang masih berantakan dan wajahnya yang terlihat lebih glowing setelah aktifitas ranjang kami.
“Hm….aku mau sesuatu yang mengenyangkan… dan cepat. Aku sudah sangat lapar.” Jawabku mengelus perutku yang sudah protes kar
Nadja berjalan menuju Lidya yang menunggu di kelas bahasa Inggrisnya, Lidya sejak tadi menghubunginya lewat sambungan ponsel. Sejak kemarin, Xander memberikannya beberapa barang mahal, beralasan demi memudahkan komunikasi mereka. Xander memberikan sebuah ponsel keluaran terbaru…dengan alasan bisa komunikasi dan member pesan, lalu ia memberikan sebuah laptop kecil dengan alasan memudahkannya dalam urursan kampus. Xander meminta Nadja untuk focus menyelesaikan kuliahnya. Xander beralasan, ingin segera memboyongnya menemui ayahnya.“Nadja! Kau lama sekali sih…!” Rengek Lidya yang menghentakkan kakinya di lantai keramik cafeteria, ia sudah menunggu hampir dua puluh menit.“Akukan bilang…kira-kira sampai dalam setengah jam…aku berjalan sedikit memutar…” Jawabku yang sedikit keceplosan. Aku duduk persis di depan Lidya. Memesan sebuah susu dingin. Lidya mengangkat alisnya hera
Aku berjalan menuju gerbang luar sekolah. Lidya sudah membuat janji denganku untuk pulang bersama, ia akan diantar oleh Balthier..dan di perjalanan aku bisa bertanya padanya. Itu semua adalah ususl dari Lidya…akupun heran, bagaimana caranya aku bisa berbicara dengan Balthier kalau Lidya saja belum tahu siapa mahluk yang bersama dengannya…sedangkan yang ingin kutanyakan adalah rahasia dunia per manusia serigalaan.Aku hendak berbelok ke koridor terakhir saat aku merasa terhempas ke belakang dan akhirnya menabrak dinding di pojok koridor yang tak berlampu.“Humphh…”“Nadja…ini aku!” Bisik pria dengan senyum sangat menawan. Balthier. Untuk apa ia melakukan ini, toh kami nanti akan bertemu di depan.“Kau mau apa?” Tanyaku sambil berbisik.“Ikut aku!” Balthier menggandengku melewati pintu di ujung dan berbelok
"Apa maksudmu, kau bisa membantu? Kalau aku hamil...masa depanku yaa suram!" Protesku ketus. Entah kenapa aku jadi sangat kesal saat ini. Para manusia serigala ini seakan mempermainkan hidupku."Kau dengarkan aku dulu, Nadja!""Apa! Tak adakah cara membuat semua ini terulang sebelum kejadian di villa. Aku menyesal.""Kau tak bisa me rewind apa yang sudah terjadi ..tapi kau bisa memperbaikinya." Ucap Balthier dengan wajah serius. "Kita habiskan makanannya...lalu akan kuantar ke dokter langganan ku!"Aku hanya mengangguk menurut. Tak ada pilihan lain, Xander saat kuberitahu mengenai kecemasanku...pasti ia akan acuh. Pria itu terlalu sering memaksakan kemauannya sendiri...dan ujungnya aku yang harus menerimanya.Aku menghabiskan hidangan di depanku, begitu juga Balthier. Ia beridri dan berjalan ke arah mobiln
“Sebenarnya kita akan berapa lama lagi sampai? Aku sudah lapar lagi!” Rengekku yag dibalas oleh senyuman lebar oleh Balthier. Balthier membawaku pulang dan berganti pakaian yang lebih nyaman dan meminta ijin kepada ibuku, Balthier juga beranti pakaian paling nyaman.Menurutnya perjalanan hanya bisa ditempuh jalur darat dan akan memakan waktu lebih dari sepuluh jam menggunakan mobil…itupun kalau tak ada gangguan. Tempat tujuan kamii memang sangat jauh. Sebelum memulai perjalanan kami makan di sebuah restorean cepat saji dan membawa empat kaet makanan take away untuk bekal di perjalanan, berhubung aku dan Balthier sama perut karungnya, kami jug aberhenti di sebuah departemen store membuat kursi penumpang belakang mobil putih Balthier penuh dengan kudapan dan minuman cepat saji.“Semua take away sudah kau habiskan?” Jawab Balthier sabar, sesekali ia menoleh ke arahku.“Habis…semua kudapan yang mengenyangkan juga sudah habis.” Ucapku ya
Aku menceritakan apa yang terjadi dengan cepat.“Kenapa kau ceroboh!” Bentak ayahku. Ia adalah seorang Alpha yang tegas dank eras, namun ia adalah pria yang adil dan waras…kalau dibandingkan dengan ibuku. Ayah hampir selalu mendukungku dalam bertindak, termasuk mencari Erastahaiku sebelum ia menyerahkan kedudukan sebagai Alpha kepadaku.“Aku sedang mengajar…dan aku tak menemukan Nadja setelahnya…bahlan scentnya menghilang. Aku tak bisa melacaknya.”“Kau tahu…aku berada di tempat yang jauh dari tempatmu berada. Lalu aku bisa apa? Ibumu terkadang memang berbuat hal yang gila.”“Setidaknya kau bisa gunakan alpha command padanya Ayah. Atau…..” AKu tak bisa melanjutkan ucapanku, karena aku juga sedang kalut…tak ad aide yang masuk akal dalam kepalaku saat ini.“Akan kucoba. Kau kejar semampumu…aku akan berusaha menundanya.”Aku mengangguk dan mematikan panggilan. Aku langsung pergi ke dal
Xander mendiamkanku selama berjam-jam. Setibanya di kamar hotel dengan aksen sangat mewah, ia langsung mengunci pintu hotel dan mengantungi kuncinya. Ia lalu masuk kamar mandi. And here I am, duduk di pinggir ranjang merasa bingung dan kikuk, apa yag akan terjadi padaku sebentar lagi. Xander terlihat sangat marah, aku bisa melihatnya dari wajahnya yang tegang sepanjang perjalanan, saat aku melihatnya hampir mematahkan leher Balthier tadi, aku berteriak ketakutan dan hal itu membuatnya sadar dan meninggalkan Balthier yang tergeletak di atas aspal dengan tubuh memar dan berdarah, aku memandang Balthier dengan rasa menyesal, bagaimanapun ini adalah ulahku. Sekarang apa yang ku khawatirkan adalah murka Xander padaku.Beberapa menit berikutnya Xander keluar dari kamar mandi dengan tubuh polos dan hanya terlilit handuk hotel di bagian pinggangnya, rambut yang basah dan wajah yang masih tegang. Im so dead.Aku masih terduduk dan memandang Xander de
Aku terbangun tengah malam dengan keadaan sangat lapar. Aku sangat benci pada diriku sendiri. Sangat benci dengan keadaanku saat ini. Aku terbangun dan menangis, aku menengok ke arah Xander yang masih memunggungiku.Aku berdiri masih dalam keadaan menangis, aku melihat ke semua meja yang terlihat cantik dan estetik -lihat di kamar ini. Kenapam hidupku menyebalkan sekali. Aku melihat – lihat dan mencari barang tajam. Selagi aku masih menjadi manusia…setidaknya benda tajam akan bisa membunuhku kan?Tak ada apapun di kamar ini, aku berjalan ke kamar mandi mencari sesuatu, namun harus kecewa karena tak menemukan apapun. Aku kembali ke dalam kamar, kulihat Xander masih tertidur. Satu-satunya yang bisa kugunakan adalah vase bunga yang terletak sebagai hiasan indah di kamar ini.Aku membawa vase berisi bunga hidup itu ke kamar mandi. Aku mengunci pintu kamar mandi…setidaknya akan butuh waktu yang lama untuk
Aku merengkuh tubuh Nadja yang akhirnya tertidur setelah menangsi. Aku masih tak bisa tidur. kejadian tadi masihmenghantuiku. Saat ini sudah pagi hari, aku sudah meminta salah satu orangku memesan tiket penerbangan ke Russia untuk siang ini. Aku berencana mengclearkan urusan dengan Nadja. Aku harus dalam kondisi yang baik dengannya sebelum berangkat. Ia masih tertidur, sejak tadi aku enggan bergerak, takut gerakanku membuatnya terbangun.Nadja, ternyata kau mau membatalkan hubungan kita! Aku baru mengetahuinya dari salah satu informanku. Kenapa? Apa ia tak puas dengan diriku?Sekarang jam delapan pagi, Nadja mulai bergerak di pelukanku. Aku pura-pura memejamkan mata, namun aku masih bisa meilihat sedikit. Nadja duduk di ranjang dan melihat sekelilingnya, ia memandang takut ke arahku.Nadja merebahkan tubuhnya lagi di ranjang.“Aku tahu kau tak tidur Xander! Sampai kapan kau mend
“Nadja…”“Nadja..” Bisikku.Aku melihat kelopak matanya bergerak perlahan. Sebuah kemajuan.“Nadja…”“Nadja..”Kepalaku terasa berat sekali, aku merasa berada di dalam dunia yang sangat gelap dengan tubuh yang sangat sakit. Seongatku...m Aku tadi memakan sebuah kue, lalu mengantuk. Tapi kenapa aku jadi seperti ini? Aku seperti sadar namun tidak bisa membuka mataku dan aku tidak bisa mengontrol tubuhku. Aku tidak bisa merasakan Jemima berada di dalam tubuhku lagi. Apakah aku sudah mati? Apakah kue itu beracun?Aku, dalam keadaan seperti ini... Dan merasa sangat lama, mungkin berhari-hari atau berminggu-minggu atau berbulan-bulan? Yang jelas, aku berada dalam kehampaan yang sangat lama. Sampai aku merasa ada sebuah sentuhan di tanganku yang sangat dingin, teramat dingin seperti aku terkena frost note, seperti aku tertimpa oleh es batu yang teramat b
“Tidurkan ia di kasur!” Perintah Devanna saat tiba di kabin. Aku sangat khawatir dengan Nadja, karena tubuhnya tak sehangat biasanya.Setelah Nadja kutidurkan di ranjang, Devanna memeriksa tangannya…mungkin memeriksa nadinya, Chralie terlihat memucat… pandangannya beralih dari Nadja kepadaku.“Kau tak merasakan apapun, Xander?” Tanya ayah kepadaku, apa maksudnya?“Nope. Aku baik-baik saja. Apa maksudnya?”“Kalau terjadi apapun yang berbahaya kepada Nadja, kau akan merasakannya… setidaknya kau tak merasakan apapun…berarti tak ada yang serius dengan Nadja.” Jelas Charlie.Aku mengembuskan napas lega, ia benar. Aku tak merasakan apapun, tak ada rasa sakit. Masalahnya adalah aku tak bisa memanggil Jemima, dan Nadja di kepalanya. Aku sama sekali tak bisa menghubungi mereka scara telepati.Devanna, berdiri dan memandang Charlie dengan pandangan cemas. “Ini jauh lebih berbahaya daripada lu
Aku mencari Charlie dan Devanna di kabinnya. Ya, dugaanku benar. Mereka ada di sana."Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanyaku heran."Xander? Dimana Nadja?" Tanya Devanna menghampiriku dengan wajah gusar. Aku melihat ke arah ayahku yang duduk bersandar di sofa. Ada sebuah cast di kakinya yang terluka."Aku menyembunyikannya di trap door di kamar." Jawabku terus terang.Devanna tak langsung menjawab, ia menengok ke arah Charlie. Aku bisa merasakan ada yang salah di sini."Pamanmu datang!" Ucap Charlie! "Ia mau membunuhku! Sepertinya ia sudah mengambil alih pack house, entah yang lain." Jelas Charlie dengan wajah suram.Aku ingin percaya bahwa Nadja baik-baik saja. Ia aman, hanya aku yang tahu tempat itu...ya ia aman."Xander, ka
Aku dan Xander sampai di pack house, aku sempat kebingungan bagaimana cara kembali berubah menjadi manusia...karena aku akan berubah dalam keadaan telanjang, atau aku naik ke atas dalam bentuk serigala?"Wait! Kau pakai pakaianku!" Ucap Xander di dalam kepalaku.Aku menengok ke arahnya, serigala Xander berubah menjadi bentuk pria tinggi besar dan tanpa pakaian, ia dengan cepat memakai celana bahannya yang ternyata ia simpan di moncongnya, jadi selama ini ia membawa pakaian dengan menggigitnya! Wow! Smart!Ia lalu memberikan kausnya dan menunjukkannya kepadaku. Aku berubah...aku membayangkan diriku berkaki dua, dan rambutku yang sebahu... Jemari tangan, dan detik berikutnya aku berubah menjadi tubuh manusiaku. Xander langsung meloloskan kaus lewat kepalaku dan memasangkannya dengan sempurna.Jadilah aku dan Xander berada di depan pack house,
‘Kau penghianat!’ Ucapku kesal kepada Jem.‘Aku hanya memberitahu Cain!’ Jawabnya merasa tak bersalah.‘Sama saja!’Setengah jam setelahnya, Xander datang dengan membawa satu buah plastic berisi beberapa test pack. Ia sudah gila!Aku memandang aneh ke arahnya. “Kau beli berapa?”“Satu…untuk setiap merek.” Jawabnya menyerahkan semuanya kepadaku. Ada sekitar dua puluh stik pemeriksaan kehamilan dalam plastic itu.“Kau kira aku bisa mengeluarkan urin satu gallon? Untuk mengetes semua alat yang kau beli?” Jawabku kesal, aku berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi, setelah membaca instruksi aku melakukannya, walau dalam box instruksi dikatakan bahwa terbaik dilakukan pada urin pertama di pagi hari…ini hanya untuk memastikan saat ini. Besok pagi aku akan men
Aku dan Lidya ada di kelas ke dua dan terakhir kami di kampus hari ini.“Praktically, Kau akan keluar dari kampus ini…jadi kurasa kau di skors atau tidak, tak akan berpengaruh dnegan IPKmu? Kan?” Tanya Lidya.“Kau mengingatkanku atas derita hidupku Lidya!” Ucapku kesal.“Kapan kau pergi?” Tanyanya.“Xander bilang dalam dua minggu, ia harus berada di dalam pack. Aku meminta liburan, jadi mungkin kami akan pergi lebih awal.”“Kemana?”“Entahlah… Japan or Korea.”“Japan is cool. South Korea…is mouth watering.”“Mungkin Jepang. Ada yang ingin kulakukan di sana.”Lidya mengangguk dan diam, dosen kami telah datang. Aku berpikir, memang Lidya ada benarnya, mau aku belajar atau dapat skors sekalipun…tak akan berpengaruh dengan nilai akhirku. Karena pada akhirnya aku takkan berkuliah di sini lagi.
"Ty akan di sini bersama Lidya, sebagai gantinya ayah memintaku datang menggantikan tugas Ty. Ayah dan Devanna sepertinya kewalahan mengurus segalanya." Jelas Xander."Lalu...kalau kau nanti menjadi Alpha... Siapa yang menjadi Beta?""Aku masih harus mencari pengganti Ty, akan sangat egois kalau aku memilihnya lagi. Ia berhak menikmati hidupnya."Aku bergegas ke kelas pertamaku, hari ini sepanjang hari aku akan berada di kelas yang sama dengan Lidya. Sejak pagi aku menghiraukan Xander setelah berdebatan kami mengenai kembali ke pack.Ah…Itu dia, Lidya sudah duduk di kursi kelas dengan wajah merona dan berseri, pasti ia semalaman bersama Ty dan ia sudah mendengar kabar itu. Pantas sekali kalau ia sumringah seperti itu!“Lidya!” Sapaku dan langsung duduk di sampingnya.Lidya tersenyum sangat lebar melihatku.“Nadja,
Aku duduk di samping Lidya seperti biasa, kami mengikuti kelas seperti biasa. Aku tiba-tiba ingin ke toilet dan meminta ijin kepada dosen untuk keluar.Toilet di gedung ini terletak di pojok koridor. Hanya ada satu di lantai ini. Aku masuk dan menyelesaikan urusanku, setelah selesai aku mencuci tanganku di wastafel dan kudengar suara pintu bilik toilet terbuka dan tertutup. Aku bisa melihat seorang perempuan berjalan menuju wastafel di sampingku. Ia tersenyum, perempuan itu berambut merah dan berpakaian seksi...wajah yang sangat aku kenali. Cindy."Hai!" Sapaku berusaha tenang."Hai. Dunia sangat sempit, kita bertemu lagi di sini!" Ucapnya ia mencuci tangannya perlahan. Mata kami saling bertemu lewat cermin."Aku duluan. Bye!" Ucapku setelah selesai mencuci tanganku. Jujur saja aku ingin cepat keluar dari tempat ini....pergi menjauhinya...ja
“Mmh…Andrew…ia sengaja memantraiku.”Aku dan Xander berbarengan menjawab. “What?!”“Saat aku pulang ke kota ini, aku tak tahu…aku merasakan sebuah ketertarikan yang luar biasa kepada Andrew..bahkan melebihi perasaanku kepadanya dulu.” Jelas Lidya, ia menggenggam tangan Ty.Ty mengangguk. “Ya. Aku juga merasakan ada yang aneh dengan Lidya, beruntung aku datang ke sini.”“Ya. Dan Devanna memberinya waktu di sini lebih lama. Thanks God. Aku merasa seperti duniaku di selimuti nafsu dengan Andrew…di hari pertama kuliah… di parkiran..bahkan saat aku bersama Ty… aku membayangkannya dengan erotis.”“Lalu?” Xander bertanya sangat penasaran.“Ia manusia biasa. Itu jawaban atas pertanyaanmu. Tapi ia menggunakan seorang shaman untuk memantrai Lidya.” Ty yang menjawab.“Apakah itu mungkin?” Tanyaku.“Ya. Aku gila Nadja. Aku bertanya kepad