New York, USA. Aura wajah Arthur berubah mendengar laporan tentang sosok Sergio Blanco yang ternyata kekasih dari putrinya. Kilat mata pria itu menajam penuh amarah yang membakarnya. Ya, saat ini dia mendengar semua laporan yang terjadi di Bern. Pria paruh baya itu mengirim orang kepercayaannya untuk mengawasi anak-anaknya di sana. Dia tak mungkin hanya diam saja di kala ada sebuah ancaman. Pun dia sudah tahu dalang di balik semua ini.Arthur tidak suka menjadi orang bodoh yang hanya diam saja. Awalnya, dia ingin memercayakan pada tiga anaknya, tapi detik terakhir akhirnya dia meminta orang kepercayaaannya untuk menyusul ke Bern. Dia ingin memastikan bahwa semua anaknya dalam keadaan selamat, tanpa terkecuali.Laporan sangat lengkap Arthur dapatkan. Bahkan pria paruh baya yang masih sangat tampan itu, sudah mendengar tentang siapa Sergio, dan masa lalu Sergio Blanco. Aura kemarahan menonjol semakin kuat di kala dia tahu sosok Sergio.Sergio tidak pantas untuk Hazel! Itu kalimat perta
“Apa yang ingin kau bicarakan padaku?” Pertanyaan lolos di bibir Sergio di kala dia dan Justin telah tiba di taman belakang rumah sakit. Dia menuruti keinginan Justin untuk bicara berdua dengannya.Justin menatap tegas Sergio yang berdiri di hadapannya. “Aku ingin bertanya sesuatu hal, tapi mungkin ini akan menyinggung dirimu.”Sergio tersenyum samar. “Aku bukan orang yang mudah tersinggung, Tuan Afford. Bahkan sekalipun kau mengatakan buruk tentangku, aku sama sekali tidak akan marah.”Justin berusaha mengatur emosinya. “Aku sangat yakin, kau tahu tentang keluargaku.”Sergio mengangguk merespon ucapan Justin. “Siapa yang tidak mengenal keluargamu? Well, Arthur Afford, ayahmu adalah seorang billionaire asal New York.”Justin mendekat, mengikis jarak di antaranya dan Sergio. “Jika kau sudah tahu, kenapa kau berani mendekati adikku?” tanyanya dengan sorot mata tajam.Sergio sudah menduga pertanyaan ini akan ditanyakan oleh keluarga Hazel. Namun bukan Sergio Blanco namanya, jika mudah mu
“Tuan, kondisi adik Anda menurun.” Benton kembali melaporkan pada Sergio tentang kondisi adiknya yang terbaru. Wajar saja, karena adiknya masih memiliki trauma hebat penculikan.Sergio mengumpat pelan. “Tua bangka itu berani sekali membawa-bawa adikku dalam masalah ini.”Benton menatap sopan dan serius Sergio. “Tuan, Trevor Engelson sangat dendam pada Anda. Beliau berpikir bahwa Anda telah mengkhianati beliau. Beliau mencari tahu detail tentang kehidupan Anda. Dan—”“Tapi tetap harusnya pria tua itu tidak melihatkan adikku, Benton! Lihat sekarang kondisi adikku drop!” seru Sergio berapi-api.Trevor Engelson sudah mati. Namun tetap saja Sergio penuh dendam dan emosi. Dia menyesali identitasnya harus terbongkar. Selama ini dia sangat menyembunyikan tentang adiknya yang berada di rumah sakit jiwa. Alasannya tentu demi keamanan adiknya, dan sialnya semua terungkap. Selama bertahun-tahun Sergio menempatkan adiknya di rumah sakit jiwa. Sebab, kondisi adiknya memang sangatlah buruk. Bahkan
Suara seruan keras serta menggema membuat semua orang yang ada di ruang rawat itu, mengalihkan pandangan mereka, menatap Arthur dan Bianca tiba. Tampak Hazel terkejut melihat kedua orang tuanya datang. Bukan hanya Hazel yang terkejut, tapi Justin, Nathan, dan Joseph tak mengira orang tua mereka datang.“Oh, Sayang. Anak Mommy.” Bianca berlari dan langsung memeluk Hazel. Wanita paruh baya itu memancarkan jelas kecemasan dan rasa takut yang mendera.Hazel sedikit terkesiap mendapatkan pelukan begitu erat dari ibunya. Jika sudah seperti ini maka apa yang telah terjadi padanya, telah terdengar di telinga ayah dan ibunya. Hal tersebut menandakan bahwa masalah baru akan tiba.Namun, apa pun masalahnya Hazel tidak akan pernah menyerah. Dia akan tetap memilih Sergio. Dia tidak peduli sekalipun mendapatkan larangan. Pun sebelumnya dia sudah yakin bahwa cepat atau lambat kedua orang tuanya akan tahu hubungannya dengan Sergio Blanco.Bianca mengurai pelukan itu, melihat setiap ujung rambut hingg
Hazel dibanting ke sofa sedikit kasar oleh Arthur. Wanita itu sampai merintih kesakitan akibat kekerasan yang dilakukan ayahnya. Belum pernah satu kali pun Hazel diperilakukan dengan kasar ataupun keras oleh ayahnya. Kemarahan sepertinya telah melingkupi diri Arthur Afford hingga tak terkendali.“Arthur! Jangan kasar pada Hazel!” Bianca langsung memeluk Hazel yang diperilakukan kasar oleh sang suami. Joseph yang berdiri di samping Arthur akhirnya pindah berdiri di depan ayahnya. “Dad, aku mengerti kemarahanmu, tapi ingat Hazel adalah anak perempuanmu satu-satunya. Kau tidak bisa bersikap kasar padanya!”Joseph memang tak setuju Hazel menjalin hubungan dengan seorang pembunuh bayaran. Bahkan meskipun Sergio sudah berhenti dari pekerjaannya, tetap saja Joseph tidak akan setuju. Namun, meski demikian Joseph tetap tak ingin sampai ayahnya bersikap kasar pada Hazel.Arthur berusaha mengatur emosi di dalam dirinya, yang nyaris ingin meledak. Dia mengabaikan ucapan Joseph. Bukan tak peduli
Hazel berdiri di balkon kamar, menatap langit luas. Musim dingin di Bern sudah hampir berakhir. Namun cuacanya tentu masih terasa sangat dingin. Hazel merasa seperti seorang putri yang tidak mampu pergi dari istananya. Dia telah dikurung oleh kedua orang tuanya. Di depan ada penjaga yang sangat ketat—yang melarangnya untuk pergi. Pun Hazel tak memegang ponsel. Alat komunikasi gadis itu telah ditahan agar tak bisa berkomunikasi dengan Sergio.“Aku merindukanmu, Sergio.” Air mata Hazel berlinang jatuh membasahi pipi mulusnya.Hazel tersiksa, bahkan sangatlah tersiksa. Dia ingin memeluk Sergio. Dia ingin Sergio selalu ada di sisinya. Dirinya terlalu lemah untuk melawan sang ayah. Ingin rasanya Hazel melarikan diri. Namun, jika dia melakukan itu, dia takut hal buruk menimpa Sergio. Dia sangat mengenal ayahnya.“Aku mengetuk pintumu, tapi kau tidak mendengar. Pantas saja, kau sedang ada di balkon.” Justin menghampiri Hazel yang ada di balkon kamar.Hazel berbalik di kala mendengar suara Ju
Benton terdiam membeku mendapatkan laporan dari pengawal yang dikirim menyelundup masuk ke keluarga Afford. Mata Benton memancarkan jelas kepanikan nyata. Tidak bukan hanya panik saja, tapi juga terkejut terselimuti rasa cemas.“Ada apa, Benton?” Sergio menghampiri Benton yang baru saja menyudahi panggilan telepon.Benton panik di kala melihat Sergio. “Hm, Tuan, itu—”Sergio menatap tajam Benton. Jika asistennya sudah gugup, maka ada sesuatu hal yang tidak beres. “Katakan ada apa?!” serunya menuntut penjelasan.Benton menelan salivanya susah payah. “Tuan, saya mendapatkan laporan dari pengawal kita yang menyusup di keluarga Afford.”“Laporan apa?” desak Sergio tidak sabar.Benton terdiam sejenak mengumpulkan keberanian. “Saya mendapatkan laporan, hari ini Tuan Arthur Afford memperkenalkan seorang pria pada Nona Hazel. Pria itu nantinya akan menjadi suami dari Nona Hazel, Tuan.”Kilat mata Sergio menajam mendengar apa yang dilaporkan oleh Benton. Rahangnya mengetat. Aura kemarahan sang
Waktu menunjukkan pukul satu malam. Hazel sama sekali tidak bisa tidur. Pikirannya tidaklah tenang. Hatinya selalu terselimuti kegelisahannya. Dia khawatir dan takut akan terpisah selamanya dengan pria yang amat dia cintai.Air mata kembali berlinang jatuh membasahi pipinya. Dia tidak mengira ayahnya akan setega ini padanya. Dia sangat ingat bagaimana dulu sang ayah mengajarkan padanya untuk tidak melihat seseorang dari status sosial. Namun, sekarang berubah, membuat Hazel seakan tak mengenali ayahnya lagi.BrakkkSuara berisik bersumber dari balkon kamar, membuat Hazel terkejut. Wanita itu menyeka air matanya, mengalihkan pandangannya ke balkon, seperti ada bayangan. Rasa takut menyelimuti, tapi dia yakin tidak mungkin pencuri.Sejak di mana Hazel dikurung di dalam rumah, penjagaan di mansion sangatlah ketat. Tidak mungkin bisa ada pencuri masuk ke dalam mansion-nya. Hazel memutuskan turun dari ranjang—dan melangkah ke balkon kamar.Kosong. Balkon kamar kosong tidak ada siapa pun. Ha