Suara jeritan begitu keras dan menggema membuat Sergio berlari masuk ke dalam kamar mandi. Pria itu terkejut, ditambah posisi Hazel sekarang hanya memakai celana dalam berenda, dan bra. Bekas kissmark-nya tadi malam begitu nyata—dan sangat seksi di payudara wanita itu. Namun bukan kissmark yang menjadi pikiran Sergio. Yang dipikirannya saat ini adalah helaian benang yang melekat di tubuh pria itu.“Kenapa berteriak bermaksud menggodaku, huh?” ujar Sergio dengan senyuman samar di wajahnya.Hazel menundukkan kepalanya, melihat tubuhnya hanya memakai bra dan celana dalam berenda. Wajah Hazel panik. Dia langsung menyambar bathrobe yang ada di sana—dan memakai bathrobe itu.“Apa yang sudah kau lakukan padaku?!” sembur Hazel seraya bertolak pinggang, mendongak menatap tajam Sergio.“Tadi malam, kau sangat menggemaskan. Jadi, aku tidak tahan menyentuhmu. Lain kali aku akan membangunkanku, jika aku tidak tahan lagi.” Sergio menjawab dengan enteng, tanpa sama sekali merasa berdosa.Hazel mende
Pesawat pribadi Sergio lepas landas mengudara diketinggian puluhan ribu kaki dari permukaan bumi. Sudah berjam-jam mengudara, tapi tampaknya Hazel tak mengantuk. Padahal biasanya wanita tidak bisa tahan mengantuk, apalagi sedang dalam perjalanan.“Kau tidak ingin tidur? Ada kamar di belakang. Mungkin tidak sebagus kamar di pesawat pribadimu, tapi kamar di pesawat ini bisa dikatakan cukup nyaman,” ucap Sergio seraya menatap Hazel yang duduk di hadapannya.Hazel menggerakkan tangannya, meminta pramugari memberikannya wine. Detik itu juga, sang pramugari menuangkan wine ke gelas berkaki tinggi yang kosong. “Silakan, Nona Afford.”“Terima kasih.” Hazel tersenyum lembut pada sang pramugari.“Dengan senang hati, Nona.” Pramugari itu menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Hazel.Hazel menyesap wine perlahan, menatap sinis Sergio. “Pembunuh bayaran mampu membeli pesawat pribadi. Sepertinya targetmu selalu orang-orang hebat.” Nada bicara Hazel menunjukkan sindiran tajam pada
Hazel merasa menyesal ikut ke Dubai. Dia merasa bahwa saat meminta ikut, otaknya sedang tidak baik-baik saja. Jelas-jelas, Sergio datang ke Dubai untuk menjalankan misi. Misi membunuh orang. Lalu, kenapa malah dia harus khawatir? Bahkan sekalipun Sergio ditangkap kepolisian—itu bukanlah urusannya.Hazel mengembuskan napas kasar. “Hazel Afford, otakmu ini terbuat dari mana? Kenapa kau peduli pada pria berengsek itu?” serunya pada diri sendiri sambil membenturkan keningnya ke dinding kamar.“Kau peduli padaku adalah hal yang wajar. Hati kita sudah terikat satu sama lain.” Sergio yang tadi ke luar kamar, sekarang sudah muncul di depan Hazel. Pria tampan itu mendengar apa yang menjadi gerutuan Hazel. Tentu gerutuan wanita itu, membuatnya tersenyum sendiri.Hazel menatap Sergio. “Diam kau! Jangan bicara konyol.”Sergio menarik tangan Hazel, memeluk pinggang wanita itu. “Gantilah pakaianmu. Kita akan makan siang di luar.”“Makan siang di kamar saja. Aku malas keluar kamar.”“Kau yakin malas
Air bergelombang menyembur di kala sebuah mobil sport tercebur. Hazel yang berada di dalam mobil itu menjerit, tapi perlahan jeritannya tergantikan dengan susahnya wanita itu bernapas.Hazel yang tenggelam dengan posisi dirinya masih di dalam mobil, tampak sangat panik dan ketakutan. Dia mencoba untuk keluar dari mobil—sayangnya tidaklah bisa. Rasa panik, takut, dan cemas yang menggelora membuat Hazel perlahan nyaris pingsan.Sergio keluar dari mobil dengan mudahnya—dia memecahkan kaca mobil. Hal yang pertama kali dilakukannya adalah menyelamatkan Hazel. Pria itu menggendong Hazel—dan berenang menuju tepi pantai.UhugggUhugggHazel terbatuk-batuk di kala sudah berada di tepi pantai. Wajah wanita itu memerah, akibat air laut yang sedikit tertelan. Dia dan Sergio sudah basah kuyub. Hanya saja, Sergio terlihat lebih tenang daripada Hazel. Pria itu seolah sudah biasa akan apa yang dialaminya.“Kau bisa bernapas?” Sergio berjongkok, bertanya dengan Hazel yang tampak kesal.Hazel menatap t
“Pria mesum, Sialan!” Kalimat pertama yang Hazel ucapkan, demi membalas ucapan gila Sergio. Dalam keadaan menahan rasa sakit di kakinya—tatapan mata Hazel menunjukkan rasa kesal akan kata-kata vulgar Sergio.Sergio tersenyum samar melihat kemarahan di wajah Hazel. “Butterfly, kau ini mudah sekali marah. Padahal aku hanya ingin membantu melepaskan bra dan celana dalammu saja. Setelah itu, aku akan membantumu memakai bathrobe.”Hazel memincingkan matanya, penuh dengan kecurigaan yang membara. “Bohong! Otakmu sering mesum!”Sergio tak mengindahkan ucapan Hazel. Pria itu menarik celana dalam Hazel—dan melempar ke sembarangan arah. Sontak, Hazel memekik terkejut akan tindakan Sergio. Tubuhnya sekarang benar-benar telanjang di depan pria itu. “Bajingan! Kau mencari kesempatan dalam kesempitan!” seru Hazel dengan napas memburu, penuh rasa kesal dan emosi. Sergio menatap ujung rambut sampai ujung kaki Hazel. Tatapan matanya tampak memuja dan penuh kekaguman. Kejantanannya sudah mengeras,
Sergio membiarkan Hazel tetap berada di Dubai. Pria itu terpaksa mengizinkan Hazel berada di Dubai. Sebab, Hazel sangat keras kepala tidak ingin kembali ke Bern. Berkali-kali Sergio sudah membujuk Hazel, tapi hasil yang didapatkan nihil.Hazel tidak mau kembali ke Bern dengan ribuan alasan konyol. Tak menampik sifatnya yang keras kepala ini, membuat semakin daya tarik Hazel semakin tinggi. Tingkah wanita itu lucu, dan menggemaskan di mata Sergio.Kaki Hazel yang terkilir kini sudah membaik. Tiga hari setelah kejadian kaki terkilir, Sergio langsung meminta dokter untuk memeriksakan keadaan Hazel. Hal tersebut yang membuat kaki Hazel berangsur-angsur membaik.Dalam beberapa hari ini, Sergio berada di hotel bersama Hazel. Aktivitas mereka tidak banyak. Sebab memang pria itu ingin Hazel segera pulih. Pun di luar masih belum bisa dipastikan keamanannya.“Sergio, aku bosan di kamar. Ayo kita jalan-jalan.” Kalimat ini terucap di bibir Hazel, di kala dia bosan terus menerus berada di dalam ka
Jalan-jalan di mall adalah kegiatan sederhana. Apalagi tanpa berbelanja. Hanya membeli makanan ringan. Itu saja. Tidak lebih, tapi tampaknya membuat Hazel sangat bahagia. Padahal tindakan yang dilakukan sangatlah sederhana.“Kau senang hari ini jalan-jalan?” Sergio menatap Hazel yang tampak riang.Hazel mengangguk antusias, dengan senyuman di wajahnya. “Ternyata di balik sifatmu yang menyebalkan, otakmu yang mesum, kau masih memiliki sifat sedikit baik.”Sergio tersenyum samar. “Kita kembali ke hotel sekarang. Ini sudah sore.”“Baiklah.” Hazel setuju, sambil memeluk lengan Sergio. Dia melangkah bersama dengan Sergio—menuju ke halaman parkir mall. Namun, di kala mereka hendak ingin pergi dari sana—langkah mereka terhenti melihat Benton berlari dengan wajah panik.“Tuan!” Benton berlari menghampiri Sergio, dengan napas terengah-engah.“Ada apa?” tanya Sergio seraya menatap lekat, penuh tuntutan agar Benton menjawab pertanyaannya.Benton panik. “Tuan, untung Anda dan Nona Hazel berada di
“Aw—” Hazel merintih kesakitan di kala didorong ke dalam sebuah ruangan oleh pria yang membawanya. Pria berkulit hitam itu kini keluar mengunci rapat pintu ruangan di mana Hazel disekap.“Hey! Lepaskan aku, Berengsek!” Hazel menahan sakit di bokong dan kakinya. Dia bangkit berdiri seraya menggedor-gedor pintu—meminta untuk dibukakan. Akan tetapi, hasil yang didapatkan adalah nihil.Hazel mengumpat dalam hati seraya mengembuskan napas panjang. Dia mengendarkan pandangannya—berusaha mencari celah untuk melarikan diri. Namun, sayang jendela di ruangan itu telah dipasang besi kokoh dan kuat. Tidak mungkin bisa Hazel melarikan diri. Hazel berusaha untuk tenang. Dia yakin bahwa pasti Sergio tidak akan mungkin tinggal diam, dirinya diculik. Pasti Sergio akan bertindak. Hal yang harus dilakukannya sekarang tetap berpikir positive. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Langkah kaki melangkah mendekat ke arah Hazel. Tampak seorang pria paruh baya dengan wajah khas timur tengah—menghampiri
Sergio menjalani hari-harinya di Afford Group, tanpa sama sekali hambatan. Setiap kesulitan yang dihadapi, tak pernah sekalipun Sergio tunjukkan bahwa dia tidak bisa. Yang dilakukan Sergio adalah mempelajari hal yang pertama kali. Ketangkasan dan feeling yang kuat, membuat Sergio tak mudah mengambil keputusan.Baru bergabung di Afford Group sudah membuktikan bahwa memang Sergio layak bergabung di Afford Group. Justin bahkan tidak ragu memuji kinerja dari Sergio. Pun Benton yang awalnya mengalami kesulitan, mulai bisa memahami tentang system kerja di Afford Group.Hazel tentu paling bangga pada sang suami, yang telah berhasil membuktikan diri. Meskipun background pendidikan Sergio tidak seperti tiga kakak laki-lakinya, tapi Sergio bisa menunjukkan taringnya di Afford Group.Weekend telah tiba. Hazel duduk bersantai di ruang tengah bersama dengan sang suami sambil menikmati ice cream. Seth dan Hailey sedang berenang, dan tentu diawasi oleh para pengasuh.“Sayang, aku sedih sekali libura
Hazel berkutat di dapur, membuat makanan lezat. Waktu sudah menunjukkan hampir jam makan siang. Wanita cantik itu memiliki ide cemerlang yaitu mendatangi Sergio ke kantor, membawakan makan siang.“Mommy, kami pulang.” Seth dan Hailey masuk ke dapur, dan langsung memeluk ibu mereka. Sebelumnya mereka diberi tahu pelayan bahwa ibu mereka berada di dapur. Itu yang membuat mereka menyusul ke dapur.Hazel tersenyum melihat Seth dan Hailey sudah pulang. “Sayang, kalian ganti baju dulu. Setelah itu kita akan pergi ke kantor Daddy mengantarkan makan siang untuk Daddy kalian.”“Kita akan ke kantor Daddy?” Seth dan Hailey mengerjapkan mata mereka.Hazel mengangguk merespon ucapan dua anaknya. “Iya, Sayang. Kita akan ke kantor Daddy. Kalian mau, kan?”“Mau, Mommy! Yeay, kita ke kantor Daddy.” Seth dan Hailey berseru gembira seraya menepuk tangan.Hazel tersenyum lembut melihat kegembiraan di wajah Seth dan Hailey. “Ayo, ganti dulu pakaian kalian, jika ingin ikut ke kantor Daddy.”Seth dan Hailey
New York, USA. Sandra telah kembali ke London untuk melanjutkan pendidikannya. Hazel bersama suami, anak, serta keluarga besarnya yang lain telah kembali ke New York. Pun Joseph dan Isabel berada di New York, karena liburan akhir tahun ini mereka akan berkumpul bersama.Kepergian Drake dan Paula memang begitu meninggalkan duka sangat dalam di hati seluruh keluarga. Namun, hal yang mereka selalu ingat bahwa cinta Drake dan Paula mengajarkan banyak hal pada mereka. Terutama tentang waktu di dunia sangat singkat.“Mommy, Daddy, kami berangkat sekolah dulu. Bye, Mommy, Daddy. We love you.” Seth dan Hailey melambaikan tangan mereka pada Hazel dan Sergio. Dua bocah kembar itu sudah berada di dalam mobil.Sergio dan Hazel sama-sama tersenyum sambil melambaikan tangan mereka.“We love you, Sayang,” seru Hazel penuh kelembutan.“Belajarlah dengan baik,” sambung Sergio.Seth dan Hailey mengangguk patuh. Lantas, sopir mulai melajukan mobil meninggalkan mansion. Senyuman di wajah Hazel dan Sergi
Athena menatap hangat Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, dan Alaric yang tidur di kamar yang sama. Sejak berada di Madrid, mereka ingin tidur di kamar yang sama berlima. Permintaan mereka tentunya dituruti Justin dan Athena.“Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, Alaric. Mommy sangat mencintai kalian. Tumbuhlah menjadi orang yang hebat di masa depan,” ucap Athena lembut.Justin memeluk pinggang Athena. “Anak-anak kita akan orang yang hebat di masa depan. Selama ini kita mendidik mereka dengan sangat baik. Kita juga memberikan cinta dan kasih sayang pada mereka.”Athena berbalik, menghadap tubuh sang suami, sambil melingkarkan tangannya di leher suaminya itu. “Anak-anak bisa menjadi orang hebat karena dirimu. Kau memberikan contoh yang baik. Dan hari ini, kau menunjukkan betapa kau menjadi seorang suami, ayah, dan kakak yang bijaksana. Aku bangga memilikimu.”Justin membelai pipi Athena lembut. “Aku hanya melakukan apa yang sudah seharusnya aku lakukan, Sayang.” Pria tampan itu menyapukan hidun
Bianca dan Arthur tersenyum hangat melihat tiga belas cucunya berkumpul sambil bercanda bersama. Keluarga Afford terkenal memiliki banyak keturunan. Terutama pasangan Justin dan Athena yang memiliki lima orang anak. Well, Justin dan Athena memang memiliki anak yang paling banyak di antara yang lain.Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, dan Alaric adalah anak Justin dan Athena. Meski memiliki lima anak, Athena hanya mengandung dua kali saja. Yang pertama Athena mengandung bayi kembar tiga. Jasper, Joana, dan Jesslyn adalah anak yang lahir kembar tiga. Kandungan yang kedua Athena melahirkan dua anak laki-laki kembar yang diberikan nama Arnold dan Alaric.Audie, Nick, dan Niguel adalah anak dari Nathan dan Aubree. Tentunya Aubree melahirkan bayi kembar karena memang keluarga Afford memiliki gen keturunan kembar. Jadi, sudah tidak lagi heran. Nathan dan Aubree juga mengajak tiga anak mereka ke Madrid. Sekarang tiga anak mereka berkumpul dengan para sepupunya yang lain.Joshua, Jeraldo, dan Iri
Sergio tersenyum melihat Sandra mengajak Seth dan Hailey bermain. Dia berdiri di pintu masuk halaman belakang. Di sampingnya ada Hazel yang menemaninya. Pria tampan itu keluar sebentar, dan di kala pulang sudah melihat adiknya. Pemandangan yang sangat indah.“Sayang, lihatlah, Seth dan Hailey sangat senang bersama dengan Sandra. Kedatangan Sandra berhasil menghibur Seth dan Hailey,” ucap Hazel seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.Sergio mengecup puncak kepala Hazel. “Ya, aku senang Seth dan Hailey bisa terhibur dengan kedatangan Sandra.”Hazel mendongak dari pelukan sang suami. “Dan aku juga bahagia kesehatan Sandra berangsur-angsur membaik.”Sergio membelai pipi Hazel lembut. “Terima kasih telah menerima Sandra. Terima kasih kau telah menjadi kakak ipar yang baik untuk Sandra. Terima kasih kau mau menjadi sahabat Sandra. Kehadiranmu bukan hanya berarti bagiku, tapi juga berarti bagi Sandra.”Hazel tersenyum lembut. “Kita adalah satu. Sejak di mana kita sudah mengu
“Bianca, kau belum makan. Jika kau terus-menerus seperti ini kau bisa sakit.” Arthur membujuk Bianca untuk makan. Namun, sayangnya dia selalu mendapatkan penolakan. Pria paruh baya itu sudah beberapa kali ingin menyuapi sang istri, dan tetap lagi dan lagi Bianca tidak ingin makan.“Arthur, aku mohon tinggalkan aku sendiri.” Bianca duduk di balkon kamar, dengan tatapan lurus ke depan. Aura wajahnya menunjukkan kemuraman. Meski belum makan, tapi Bianca sama sekali tidak merasakan lapar sedikit pun.Arthur mengembuskan napas panjang. “Aku akan meninggalkanmu sebentar. Tapi aku akan tetap kembali ke sini untuk membujukmu makan.” Terpaksa, pria paruh baya itu melangkah pergi keluar dari kamar.“Dad?” Justin yang berdiri di depan kamar orang tuanya, dan bermaksud ingin mengetuk pintu, langsung mengurungkan niatnya di kala pintu sudah terbuka.Arthur menatap Justin sambil membawa piring yang berisikan makanan. “Mommy-mu belum mau makan.”Justin mengambil piring yang ada di tangan ayahnya. “B
Upacara pemakaman Drake Lucero dan Paula Lucero berjalan dengan lacar. Beruntung cuaca cerah, tak turun hujan. Tangis seluruh keluarga mengiringi selama upacara berlangsung. Namun, meski seluruh keluarga menangis, mereka semua merelakan kepergian Drake dan Paula.Altov memberikan pelukan pada Bianca, sebelum pria paruh baya itu pergi. Pun keluarga Lancaster, keluarga angkat Bianca turut hadir. Bianca tampak masih sangat terpukul memutuskan untuk pulang ke kediaman orang tuanya. Arthur menemani. Justin sebagai anak laki-laki tertua mengajak istri dan kelima anaknya untuk menemani kedua orang tuanya. Begitu juga dengan Nathan yang mengajak istri dan tiga anaknya untuk menemani kedua orang tuanya.Joseph tak bisa menemani kedua orang tuanya, karena dia yang sekarang menghadapi para wartawan. Isabel sebagai calon Ratu di masa depan, tentunya juga harus menggadapi rentetan pertanyaan wartawan. Terakhir Hazel dibawa oleh Sergio ke mansion milik Sergio yang ada di Madrid.“Seth dan Hailey s
Seth dan Hailey begitu lahap menyantap pudding buatan Hazel. Dua bocah itu sangat menyukai pudding buatan ibu mereka. Hazel sampai tersenyum-senyum melihat tingkah dua anak kembarnya yang sangat menggemaskan. Ya, inilah kehidupan Hazel. Sejak menikah dengan Sergio, memang dia hanya fokus menjaga dua anak kembarnya.Hazel dulu kerap terlibat dalam perusahaannya. Namun, semua itu sudah tak lagi semenjak dirinya menikah. Justin, Nathan, dan Joseph mendukung keputusan Hazel untuk fokus pada keluarganya. Pun sebenarnya tanpa Hazel, tetap Afford akan tetap berjaya. Sebab, Hazel memiliki tiga kakak laki-laki yang sangat bisa diandalkan dalam segala hal.“Mom, kapan Bibi Sandra pulang? Aku sangat merindukan Bibi Sandra,” ucap Hailey seraya menatap ibunya.“Iya, Mom. Aku juga merindukan Bibi Sandra,” sambung Seth.Hazel tersenyum sambil menciumi pipi bulat Seth dan Hailey. “Minggu ini Bibi Sandra akan pulang dari London. Kita tunggu, ya?”Seth dan Hailey mengangguk antusias. “Siap, Mommy!”Haz