Tujuan Anton berbohong kepada Caramel soal sepatu akan di berikan kepada saudaranya itu ialah, agar Caramel tidak memberitahukan bahwa Anton memiliki saudara perempuan. Karena jika satu persatu Devano mengetahui tentangnya maka rahasianya akan terbongkar. Maka dengan itu, Anton berbohong. Pada saat ini Anton sedang berada di posisi dilema, karena dia harus memilih diam atau melanjutkan perasaannya itu. Di sisi lain jika dia lebih dekat mendekati Caramel, sedikit-sedikit Caramel akan mengetahui tujuannya dia tinggal di Britania raya. Di sisi lain, jika dia diam. Dia tidak bisa membohongi isi hatinya kepada Caramel. Dia sangat nyaman sekali dengan Caramel, hanya saja Caramel mendekati Anton hanya untuk memanfaatkan saja. Saat ini Anton hanya berpura-pura saja tidak tahu saja, karena rasa sayangnya kepada Caramel. Dia sanggup menahan diri untuk orang yang dia sayangi, meski Caramel tidak bisa membalasnya. Setidaknya dia bisa lebih dekat dengannya, tidak masalah bagi dia. Meski dalam
Pagi hari Clare mendapatkan pesan bahwa dia sudah memiliki kelas sendiri. Yang berarti, dia sudah tidak akan dibimbing lagi oleh Satria. Kebetulan sekali Clare satu kelas dengan Satria, yang berarti dia juga akan satu kelas dengan Anton, dan Agnes. Agnes senang bisa berteman dengan Clare, begitu juga Clare senang bisa satu kelas dengan Agnes. Meski mereka berdua belum mengetahui bahwa mereka berdua sudah mengenal Devano. Dengan begitu Satria mengucapkan selamat kepada Clare, karena dia sudah mendapatkan kelas seperti murid-murid yang lainnya. Dengan senyum manisnya dia tersenyum dan berterimakasih kepada Satria. "Oh, ini anak baru itu. Ha ha ha!" ucap Anton "Oh ini, anak yang suka membuat onar? Ha ha ha," ucap Clare. "Jangan so cari perhatian kepada Devano lu, ha ha!" "Clare? Apakah kamu sudah mengenal Devano?" tanya Agnes. "Iya waktu itu dia menemuiku," "Ha ha ha, selamat ya kalian berdua sedang bersaing untuk mendapatkan hatinya Devano ha ha ha." ucap Anton sambil pergi denga
Di pagi hari. "Paman aku pergi dulu ke kantor." ucap Devano. "Devano, kamu sudah bangun ternyata sarapan dulu! Aku tidak mengizinkanmu jika kamu pergi tanpa sarapan." "Baik paman aku akan makan dahulu." Devano dan Jack sedang sarapan, di sana Jack menanyakan soal sekertarisnya itu. "Apakah temanmu yang akan menjadi sekertarismu akan datang hari ini?" "Sepertinya tidak paman, karena aku tidak tahu alamat rumah dia jadi aku tidak bisa menjemput dia." "Ohh ya baiklah, aku tidak bisa pergi ke kantor hari ini." Pada saat Devano tiba di kantornya, dia sudah dikejutkan oleh seseorang orang itu ialah Clare. "Clare? Ku kira kamu tidak akan datang kemari." "Kenapa? Perusahaan milik ayahmu ini sudah sangat terkenal sekali jadi aku juga sudah tahu ini perusahaanmu." "Oh baiklah, selamat ya kamu sekarang sudah bisa bergabung dengan kami semua. Sepertinya karyawanku menyukaimu lihatlah banyak sekali orang yang melihatmu, dan sekarang aku minta kalian semua kembali bekerja dan sebentar lagi
"Oh ya pelayan, aku pesan makanan yang tadi aku pesan." "Baik tuan, silahkan tunggu sebentar di meja Anda. Nanti saya akan antarkan ke sana," "Baik terimakasih." Anton pun pergi kembali ke tempat duduk dia dengan Caramel yang sedang memakan-makanannya itu. Anton memandang wajah Caramel dengan tulus, sedangkan Caramel tidak melirik kepada Anton. Dia hanya fokus menyantap makanannya itu saja, dengan begitu Caramel baru menyadarinya. "Anton, mengapa kamu memandangku seperti itu?" "Kamu manis seperti namamu, Caramel." "Semua orang selalu berkata itu," "Semua orang? Oh termasuk Devano?" "Kalo iya kenapa? Lagian kamu dan Devano lebih dulu Devano yang berkata seperti itu, karena dia lebih dulu mengenalku dan satu kelas pula." "Iya aku tahu." "Mengapa Agnes tidak bersamamu lagi?" "Buat apa? Dia juga sudah lama tidak denganku, aku juga tidak tahu kabar dia dan sudahlah lupakan. Saat ini hanya kamu yang sedang bersamaku. Dan yah, kamu berkata Devano lebih lama mengenalmu di banding de
"Aku senang Devano sudah memiliki sekertaris yang seumuran. Dan aku tahu Clare kamu paham soal bisnis." "Ya paman sedikit-sedikit aku tahu." "Aku dengar berlian yang sekarang lagi naik daun ialah perusahaan bernama A.D.R?" "Iya memang, dan perusahaan itu ternyata milik Anton teman 1 kelas ku, dan teman satu sekolah dengan Devano." ucap Clare. "Seperti ada kesamaan namun aku tidak tahu." "Sudahlah paman berbahagialah di hari ulang tahunmu ini." "Siaplah terimakasih atas kadonya." Tok... Tok... Tok... "Siapa?" Pintu terbuka... "Aurora?" ucap Jack. "Aurora? Ohh tante Aurora." ucap Devano. "Sudah lama sekali kita tidak bertemu, dan sekarang kita bertemu. Devano kamu yang dulu bayi pintar kini menuju dewasa, anak hebat dan sabar ya semoga Nona Bella Thessaly cepat mendapatkan kabar." ucap Aurora. "Terimakasih tante," Aurora pun masuk dan duduk melihat-lihat dinding atas dan ruangan yang masih dalam kondisi yang sama tidak ada perubahan. Suasa masih sama, sama seperti dia waktu per
"Hai terimakasih, semoga dengan adanya aku bergabung di perusahaan ini dapat membantu dan bisa menjadi teman baik." "Tentu saja nona." "Ayo Caramel kita masuk ke dalam ruangan pribadiku." ucap Anton. "Wahh Anton, perusahaanmu begitu besar istimewa sekali!" "Ini hanya perintah dari Ayahku, aku tidak punya apa-apa. Karena aku belum jadi apa-apa." ucap Anton dan membuat Caramel menjadi terkagum kepadanya. "Ah kamu bisa saja, lagian pasti kan akan diwariskan kepadamu?" "Bisa jadi," "Apakah kamu mempunyai saudara?" "Heumm sudahlah jangan membahas hal yang tidak penting," hindar Anton. "Baiklah maafkan aku." Akhirnya mereka berdua pergi ke ruangan Anton, di sana Caramel begitu terkejut karena di ruang kerja Anton terdapat sebuah foto yang begitu besar dan foto yang terpajang itu ialah foto Caramel. "Oh my god! Anton, apa-apan ini? Dan foto ini foto aku masih kelas 1 SMA, bisa-bisanya kamu memajangkan ini dengan ukuran gambar yang tidak kecil melainian begitu besar! Aku malu." "Ja
Akhirnya sopir Devano datang untuk menjemput Nana, Emillio, Jack, dan baby Bryan anak dari Nana dan Emillio. Devano melanjutkan kembali untuk bekerja dan berpamitan kepada mereka semua, Emillio dan Nana saat ini akan tinggal di mansion Lauder menurut Devano itu tidak masalah karena itu akan membuat dia menjadi senang. "Paman Emillio tinggal saja di mansion yah, dan tante Aurora aku pamit ya akan pergi lagi ke kantor." "Hati-hati Devano." ucap Aurora dengan senyum khasnya itu. "Tunggu!" teriak Charllate dari jauh dan menghampiri mobil yang akan di naiki Emillio. "Ada apa Charllate? Bukannya kamu adalah pembantu yang berkhianat? Ha ha ha." ucap Aurora. "Memang aku berkhianat, namun setidaknya aku ingin bertemu dengan adikku Miya dan aku tahu di mobil itu ada Miya izinkan aku untuk membuka mobil itu!" perintah Charllate. "Silahkan." ucap Devano. "Mau apa kamu melihatku? Apakah aku masih penting untukku?" ucap Miya sinis. "Miya? Mengapa kamu berkata seperti itu adikku?" "Ha ha ha,
Hari demi hari bulan demi bulan Devano lalui dengan sendiri tanpa adanya seseorang tidak seperti atasan perusahaan yang lain memiliki seorang sekertaris. Tidak terasa Devano sudah menjalankan hari-harinya dengan kesendiriannya tanpa Clare sudah 6 bulan, sambil mengerjakan tugas-tugas kuliahnya dia juga bekerja pergi ke perusahaanya. Dia hanya memfokuskan dirinya untuk mencapai targetnya, dia ingin menjadi orang yang sukses di usia muda. Dia ingin segera menyelesaikan kuliahnya itu agar dia segera mendapatkan gelar yang dia impikan, dia tidak ingin menemui ayahnya sebelum dia resmi menjadi seorang sarjana. Dalam hati kecilnya Devano merindukan keluarga kecilnya dulu. Dia merindukan ayahnya dan ibunya, tentu saja dia juga sangat merindukan Alexs pamannya itu yang sangat berjasa bagi hidupnya dia. "Hai tuan muda!" sapa Michel "Hai michel?" jawab Devano "Sudah 6 bulan aku tidak melihat nona Clare, kemana dia?" "Aku juga tidak tahu, terakhir dia berkata akan mengerjakan tugas kampusny