Bagaimana aku tidak bingung? Tiba-tiba saja aku berada di sebuah tempat asing dan aku memakai sebuah kostum yang sangat aneh. Aku tidak tau apa, tapi yang pasti ini seperti pakaian dari zaman sebelum Masehi.
***
Aku pun berbalik dan semakin terkejut dengan penampakkan sebuah istana megah yang berdiri kokoh di belakangku. Aku sempat berpikir semua ini hanya imajinasiku atau mungkin otakku mulai tidak waras.
Hingga akhirnya terdengar sebuag suara melengking yang berkata, “Kaisar telah tiba!!!”
Sontak aku pun menoleh pada seorang yang berpakaian seperti layaknya seorang prajurit. Dan tentu saja, pria dengan kumis tebal itulah yang baru saja berteriak. Tak lama, seorang dengan kostum tak kalah anehnya pun datang.
Dugaanku, mungkin orang itu adalah Raja. Itu terlihat dari kostum yang ia pakai. Apalagi dengan banyaknya pengawal yang mengikutinya ke manapun ia pergi. Dan anehnya, pria itu malah menatpku dengan matanya yang teduh itu.
Tapi kuarasa, sebaiknya aku berendam dengan air dingi saja. Karna udara di Kairo cukup panas dan membuatku mulai gerah. Seperti yang dikatakan oleh Hasan, kami tiba di Hotel dalam waktu lima belas menit saja. Ternyata, Albert juga memesankan dua kamar untuk aku dan Gwen.***“Kenapa harus dua kamar sih?! Apa ini yang dia bilang pengertian?!” keluhku dalam hati.Well, aku sudah ingin segera membaringkan tubuhku di atas tempat tidur tapi Hasan masih terus saja mengoceh dengan semua basa-basinya. Dan aku heran kenapa Gwen malah merasa antusias padanya.“Baiklah, Tuan dan Nyonya. Selamat beristirahat, dan besok aku akan datang tepat pukul sembilan pagi,” kata Hasan dengan senyum lebar di wajahnya.Akhirnya, aku dan Gwen pun menuju kamar kami yang berada di lantai lima. Seorang Bellboy dengan sigap membawa semua barang-barang yang kami bawa menuju kamar kami. Aku cukup terkesan dengan gaya interior Hotel ini.Ternyata bena
Aku dan Gwen cukup bingung menentukan pilihan makanan yang akan kami beli. Selain itu, kami juga sedikit bingung karna sebagian besar dari penjual hanya bisa menggunakan Bahasa Arab saja.***Cukup lama kami hanya melihat-lihat di sana. Hingga akhirnya terpikirkan olehku untuk mencari terjemahan bahasa lewat ponselku. Dengan penuh percaya diri kami mendatangi sebuah stand yang dijaga oleh seorang pemuda.Sambil membaca bahasa Arab dalam ponsel kukatakan, “Ma asm hadha altaeam? ( Apa nama makanan ini? )”Tapi pemuda itu malah tersenyum seolah aku baru saja mengatakan hal yang lucu padanya. Hingga akhirnya ia pun berkata, “Tenang saja Tuan, aku mengerti bahasamu. Kebetulan aku ini Mahasiswa, kami sedang libur jadi mencari pekerjaan sambilan dengan berdagang. Tapi aku hanya menjual Koshari saja.”Sontak Gwen pun mulai cekikikan melihat kekonyolan yang kulakukan. Tapi mana kutau kalau ternyata pemuda itu bisa bahasa asing juga.
Sebenarnya, aku cukup bosan mengitari banyak kuil yang ada Lurox. Karna menurutku, hampir semuanya terlihat sama saja. Lagipula, aku bukanlah orang yang suka dengan sejarah. “Lain kali akan kubuat si Albert brengsek itu untuk mengirimku berlibur ke Miami saja!” kataku dalam hati.***Berpindah dari kompleks kuil-kuil di Lurox, akhirnya Hasan membawa kami ke salah satu Museum yang katanya adalah Museum terbesar di Kairo. Tak jauh berbeda dengan Museum yang ada di London, hanya saja benda-benda yang mendominasi di Galery adalah peninggalan sejarah ala Mesir kuno.Tentu saja, menurut Gwen tempat itu serasa seperti Surga. Aku pernah lihat Gwen memiliki sebuah buku ensiklopedia tentang budaya Mesir, dan kali ini ia datang dan melihat langsung bagaimana peradaban Mesir kuno yang sangat ingin ia lihat.Benar-benar sangat membosankan! Asataga! Aku bahkan terus menghitung setiap detik dan berharap trip ini akan segera berakhir. Alih-alih melepas penatk
Aku pun setuju dengan syarat yang ia berikan dan segera masuk ke dalam Museum. Tapi begitu aku berada di dalamnya, aku pun dibuat semakin pusing dengan deretan rak buku sejauh mata memandang. Dan aku tidak tau kemana harus mencari buku yang kucari di antara banyaknya buku-buku kuno ini.***“Jika aku mencari satu persatu, bisa seumur hidup aku berada di sini!”Kucoba untuk berpikir dan mencari kata kunci untuk mempermudah pencarianku. Dan ya. Mungkin aku harus mulai menjelajah di bagian manuskrip tua. Untung saja, rak yang menyimpan aneka catatan tua berada di ujung ruangan yang jaraknya sekitar beberapa langkah dari tempatku berdiri.Seperti yang sudah kuduga. Semua arsip ditata dengan urut mulai dari A-Z. Tapi masalahnya aku tidak tau apa judul buku yang kucari. “Tunggu dulu! Lambang kerajaan itu adalah Naga, mungkin...Dragon?”Kucoba untuk mencari-cari pada deretan manuskrip dengan awalan huruf D. Tapi sama sekali tidak a
“Ya. Wahid Zubair Alkhiladi, itu adalah aku. Penjaga bilang kau mencariku ya? Ada perlu apa?” tanyanya dengan tanpa basa-basi.Well, Penjaga itu bermulut besar ternyata. Tapi baguslah, setidaknya aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar.***Segera saja kuulurkan tanganku padanya dan kukatakan, “Halo! Namaku Draco Black, dan dia adalah Asistenku Gwen.”Profesor yang sering dipanggil Wahid itupun mengangguk dan mempersilahkanku duduk. Kurasa, pihak Pepustakaan ini sengaja menyediakan kursi dan meja ini sebagai ruang tamu untuk Profesor ini. Apapun itu tapi setidaknya baik untukku.“Jadi, apa tujuanmu mencariku?” tanya Wahid tanpa basa-basi.“Okay. Sebenarnya...aku sudah mengetahui sedikit tentangmu. Maksudku...aku hanya ingin bertanya tentang sesuatu,”“Langsung saja kau katakan apa yang ingin kau tanyakan! Aku tidak suka berbasa-basi, kau tau waktu itu sangat berharga bagiku.&rdqu
“Ya, tapi setidaknya kau masih bisa menangani semua sendiri. Lagipula kau tidak ada kasus ‘kan sekarang?!”***Baru saja Gwen mengatakan kalau aku sedang tidak ada kasus, mendadak ponselku kembali berdering setelah beberapa hari. Dan sudah pasti itu adalah Albert yang selalu setia menggangguku.“Ada apa?!” ketusku.“Bagaimana kabrmu, Drag? Kau pasti menikmati liburannya ‘kan?”“Liburan apa! Lain kali, aku tidak akan mau pergi jika liburan itu berasal darimu!”“Dasar Penggerutu! Sudahlah. Aku menelponmu karna sebuah kasus menunggumu!”“Ya ampun! Tidak bisakah kau membiarkanku istirahat?!”“Aku juga mau istirahat tau! Tapi dua orang itu terus menerorku sejak kau pergi ke Kairo! Aku tidak mau tau, kau harus ke Kantorku sekarang juga!” kata Albert kemudian menutup panggilan telponnya.Tapi baru saja aku akan pergi ke Kantor Albert
“Oleh-oleh kepalamu! Memangnya kau menyediakan dana lebih untuk belanja oleh-oleh?! Destinasi liburannya saja tidak bermutu!”“Dasar tidak tau terima kasih! Tau begitu kukirim saja kau ke Pulau Tengkorak!” dengus Albert.***Setelah satu jam lamanya menunggu Albert menghabiskan makanannya, akhirnya jam makan siang pun usai. Dan kuakui, Albert memang sangat mahir membuatku kesal. Sayangnya dia juga yang selalu ada di saat aku membutuhkan bantuan.“Jadi, langsung saja pada topik bahasan. Apa yang terjadi pada Pasangan kedua orang itu?” tanyaku terus terang.“Memangnya kau sudah bertemu dengan mereka?”Aku pun mengangguk dan tentu saja Albert sudah paham kalau kedua orang sudah mulai menghantuiku. Hingga akhirnya, ia pun mengambil sebuah folder yang berisi berkas-berkas kasus kematian di Hotel itu.Sambil menyerahkan folder itu padaku, Albert berkata, “Ini adalah hasil fisum dar
Tapi lagi-lagi aku tidak menemukan jawaban apapun. Ini sangat menyebalkan! Karna tidak ada apapun yang kudapatkan dari kedua mayat itu, akhirnya kuputuskan untuk pergi dari Rumah sakit dan kembali berpikir apa yang harus kulakukan selanjutnya.***Saat ini aku bahkan tidak bisa berpikir karna perutku mulai terasa lapar. Bahkan perut ini semakin tidak punya etika ketika ia berbunyi cukup keras. Dan tiba-tiba, ponselku berdering dan ternyata itu adalah panggilan dari Gwen.“Hai Gwen! Ada apa? Kau merindukanku?” godaku.“Terserah kau saja! Yang pasti aku sedang di kedai fast food sekarang. Kalau tidak sibuk aku mau traktir makan siang,”“Benarkah?! Oh sayang...kau memang pantas menjadi Istri terbaikku!”“Hentikan omong kosongmu atau makan siangnya batal!”Tentu saja, aku pun meluncur dengan cepat menuju kedai fast food di mana Gwen berada. Well, aku sangat terkesan kali ini. Ternyata Gwen s
Aku tidak tahan melihat itu. Maka kubuat satu tanda merah di lehernya, tapi nyatanya memberi satu tanda pada Gwen tidaklah cukup. Akhirnya kini hampir seluruh leher dan dada Gwen dipenuhi dengan tanda kepemilikkan dariku.***Hingga akhirnya, aksi panas di atas ranjang pun terjadi pada malam pertama pernikahanku dan Gwen. Kupikir hanya aku saja yang terlalu bersemangat untuk ini, tapi nyatanya Gwen pun sangat luar biasa di atas ranjang.Tak kusangka rupanya Istriku sangat luar biasa dan panas. Astaga! Bahkan di luar ekspektasi kami pun terus bercinta sampai berkali-kali dalam semalam. Aku bahkan sudah lupa berapa ronde kami lakukan. Tak ayal hal itu akhirnya membuat kami kelelahan.Hingga akhirnya ramainya kicauan burung mulai membangunkanku. Entah sudah berapa lama aku tidur, yang pasti sampai aku bangun pun Gwen masih terlelap di sampingku. Tidak biasanya ia bangun lebih siang dariku. Biasanya Gwen selalu bangun pagi karna ia suka menyiapkan sarapan.
“Untuk apa harus menunggu selama itu? Apa kau tau, Sayang? Diberi kesempatan sekali lagi untuk hidup dan bersama, adalah hal yang tidak boleh disia-siakan. Jadi, ayo kita menikah!”***“Ta-tapi...ada apa denganmu? Kenapa mendadak kau ingin kita menikah dengan cepat?” kata Gwen bingung.“Sudah kubilang untuk memenuhi janjiku padamu. Lagipula apa yang kau tunggu? Bagaimana kalau sebelum kita sempat menikah ternyata aku atau kau lebih dulu meninggal?! Kau mau seperti itu?!”Aku tau aku sedikit memaksa. Tapi tidak ada cara lain karna bahkan Gwen juga lupa kalau dulu dialah membuatku berjanji untuk segera menikahinya. Tapi dari apa yang kukatakan pada Gwen, sepertinya ia pun mulai berpikir. Hingga akhirnya ia berkata, “Baiklah. Aku setuju untuk menikah. Tapi kau janji tidak akan ada yang berubah bukan?”“Tentu saja ada yang berubah. Kita tidak akan lagi hanya berdua, karna akan ada anak-anak kita buk
Aku pun berpaling ke belakang dan lagi-lagi aku kembali dikejutkan dengan apa yang kulihat. Aku bahkan tidak percaya dengan semua ini. Aku bahkan berpikir mungkin benturan itu membuat kepalaku cidera dan aku mulai gila!***Bagaimana semua ini adalah nyata? Bagaimana bisa aku melihat diriku sendiri? Berdiri di hadapanku dan menatapku dengan sorot mata yang tajam. Tidak! Semua ini pasti hanyalah sebuah mimpi. Tapi...kenapa meski sudah berkali-kali kugosok mataku dan menampar pipiku sendiri, sosok yang mirip sepertiku itu tetap saja ada?Malahan, kini ia mulai melangkahkan kakinya dan berjalan mendekatiku. Bersama dengan itu, aku pun melangkahkan kakiku mundur semakin menjauh darinya. Bukannya aku takut padanya. Tapi aku takut pada diriku sendiri.Hingga akhirnya kulihat liontin Naga yang tergantung di leher pria yang wajahnya sama denganku itu. Aku pun mulai berpikir, apakah mungkin dia adalah Panglima Dragori? Tapi...kenapa wajahnya mirip sepertiku?
“Benarkah? Kalau begitu mari kita duel satu lawan satu! Dan kita lihat siapa pecundang di antara kita!”***Seperti yang kuduga, akhirnya Edi pun semakin kesal. Ia pun akhirnya meletakkan senapan yang ia bawa dan ia berkata, “Baiklah, kuterima tantanganmu! Tapi tidak akan seru kalau tidak ada hadiahnya!”“Begitu? Apa yang kau inginkan? Setumpuk mayat untuk membuat parfum?”Edi pun mnyeringai dan dengan wajah dingin ia berkata, “Aku bisa mendapatkan mayat dengan sangat mudah. Yang kuinginkan adalah Nona Gwen Gringer. Kalau aku menang dalam duel ini, maka Gwen akan menjadi milikku dan aku bebas melakukan apapun padanya!”Dasar brengsek! Bisa-bisanya dalam keadaan seperti ini ia mengambil kesempatan. Tapi kalau aku sampai menolak, maka artinya aku mengakui kalah sebelum bertarung. Dan sudah pasti aku tidak akan sudi harga diriku direndahkan manusia seperti dia.Tidak ada pilihan. Akhinya kusetujui
Sementara itu, diam-diam aku pun membuka lantai kayu yang ternyata adalah sebuah pintu menuju tempat lain di dalam rumah itu.***Kubuka dengan perlahan lantai kayu itu dan kucoba mengamati sekitar ruangan bawah tanah yang tersembunyi di bawah sana. Rupanya tidak ada siapapun di sana. Aku pun mulai menuruni tangga kayu yang merupakan akses untuk menuju ruangan bawah tanah itu.Seperti sebelumnya, tidak ada siapapun di ruangan bawah tanah. Meski begitu, tetap saja aku harus bersiaga dengan menodongkan pistol ke depan.Kulangkahkan kakiku menyusuri setiap sudut ruangan. Dan aku baru sadar, ternyata ruangan bawah tanah itu dilapisi oleh lapisan kedap suara. Pantas saja tidak terdengar apapun dari luar meski Edi mungkin telah banyak melakukan tindakan melanggar hukum di rumah ini.Masih tidak kutemukan keberadaan Edi dan juga Gwen. Dan itu membuatku semakin frustasi. Aku sangat takut kalau Edi membawa Gwen pergi dan ia melakukan hal yang buruk pada Gwe
Melihat Gwen yang mulai berteriak itu, tak membuat Edi menjadi panik. Ia bahkan kembali terbahak dan semakinmenjadi-jadi layaknya orang gila. Lalu ia mendekatkan wajahnya pada Gwen dan berkata, “Percuma saja kau berteriak. Ruangan ini kedap saura, jadi si bodoh itu tidak akan bisa menemukan kita....”****Draco Pov*Kulajukkan mobilku dengan kecepatan sangat tinggi sembari berusaha menghubungi ponsel Gwen. Tapi bahkan sudah lebih dari lima puluh kali kucoba, tetap saja Gwen tidak menjawab panggilan telpon dariku.Tentu saja hal itu semakin membuatku panik dan khawatir. Hingga akhirnya ponselku tiba-tiba berdering dan kupikir itu adalah Gwen. Tapi sayangnya aku salah. Ternyata itu adalah panggilan dari Edi Tomb yang bahkan sedang kami buru.Segera saja kusambar ponsel yang tadinya kuletakkan di kursi mobil dan kuangkat panggilan telpon itu. “Hallo, Tuan Black! Kau senang mendengar suaraku? Atau mungkin kau ingin mendengar suara yan
Benar saja, anak-anak nakal itu mulai menyeringai melihat kehadiran Gwen di sana. Sementara itu, Gwen pun mulai menelan salivanya dan ia merasa kakinya mulai bergetar.***Benar saja. Kawanan remaja liar itu pun mulai mendekati Gwen. Bahkan kini kondisi Gwen layaknya seekor domba yang terjebak di hadapan kawanan serigala lapar. Tapi Gwen tidak sebodoh itu. tentu saja sejak awal ia sudah menyiapkan alat-alat yang beguna untuk melindungi diri.Diam-diam ia mulai merogoh ke dalam saku celananya dan mengambil sebuah botol semprotan merica. Gwen mulai memasang ancang-ancang untuk melindungi dirinya kalau nantinya anak-anak nakal itu mulai mengganggunya.Seorang remaja laki-laki bertubuh kurus dengan rambut hitam yang berantakkan mulai mendekat pada Gwen dan ia berkata, “Apa kau tersesat, Nyonya? Kurasa kau bukan penduduk di wilayah ini?”Dan pemuda lainnya menimpali, “Wow! Kurasa kami bisa mengantarmu pulang, tapi dengan sedikit upah t
Kalau begitu, kecurigaanku pada Edi ternyata salah. Kalau bukan Edi, lalu siapa sosok berjubah hitam yang telah mencuri mayat-mayat selama ini?***Tanpa membuang banyak waktu aku pun segera menuju pemakaman seperti yang dikatakan oleh Albert. Sejujurnya aku sangat penasaran dengan sosok berjubah hitam itu. kalau memang bukan Edi, lalu siapa orang itu?Dengan kecepatan tinggi akhirnya aku pun sampai di pemakaman kurang dari sepuluh menit. Albert dan sekitar sepuluh orang Polisi ternyata sudah mengintai di sana ketika aku datang. Albert memberi isyarat padaku untuk mendekat ketika melihatku datang.Aku pun segera bergabung bersama Albert dan seperti instruksi yang diberikan Albert aku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Ya, karna terakhir kali aku kehilangan sosok berjubah hitam itu bahkan membuatku berkubang dengan lumpur.Dengan aba-aba dari Albert, kami pun mendekat pada sosok berjubah hitam yang sedang berada di sebuah makam dengan perlahan
Sontak Edi pun mulai beraksi dengan ucapan Gwen. ia memang tidak mengatakan apapun, tapi jelas kalau wajahnya kini terlihat cemas dan ia mulai menjadi tegang. ***Bahkan cukup lama ia terdiam hingga akhirnya, Gwen pun kembali berkata, “Tuan Tomb? Bagaimana?”“Oh...yah. A-apakah harus di rumah? M-maksudku...mungkin kita bisa wawancara di tempat lain?”“Masalahnya, aku bisa sekalian mengambil gambar tentang proses pembuatan produkmu,”Sebenarnya Edi merasa sangat enggan jika Gwen masuk ke dalam rumahnya. Tapi ia juga tidak punya alasan untuk menolak Gwen masuk ke dalam rumahnya. Akhirnya, dengan terpaksa Edi pun membiarkan Gwen masuk ke dalam rumahnya.Benar saja, baru sampai di depan gang. Gwen mulai mencium aroma aneh seperti yang dikatakan oleh Draco. Antara bau busuk, anyir tapi juga wangi yang aneh. Mendadak bulu kuduknya pun mulai merinding. Entah kenapa ia merasa suasana di sana mulai terasa me