Beberapa jam kemudian.....
CLOVELYN BOUTIQUE....
Sam sudah sampai di sebuah butik, Perry terlihat sangat senang melihat pajangan gaun yang begitu banyak, membayangkan nya saja Perry sudah bahagia jika mengenakan pakaian semahal itu, apalagi mencobanya.
"Perry katakan padaku apa warna kesukaan mu?" Tanya Sam.
"Ungu," balas Perry singkat.
Sam mengangkat tangannya dan memanggil salah satu karyawan butik, "berikan aku gaun berwarna ungu, gaun yang terbaru," ucap Sam kepada salah satu pelayan butik.
"Baik tuan," ucap pelayan itu.
Tak lama kemudian pelayan tersebut kembali,"silahkan Nona, mari saya antar," ucap pelayan itu mengantarkannya di ruang ganti.
Perry dibantu dengan salah satu pelayan, gaun berwarna ungu tanpa lengan, punggung Perry jelas terlihat dan ada sebuah tali di belakang, gaun yang jatuh d
"ayah, apakah ayah yakin kita akan merayakan perayaan ini di hotel Entourage sur-le-Lac"? Tanya Sam sembari melepas dasinya di taman, kediaman orang tuanya."Ya Sam, lagipula ibumu Livy juga setuju dengan tempat itu," ucap Jonathan menoleh ke arah Livy.Mereka bertiga duduk dan menyeruput secangkir kopi hangat,"Sam,kemana wanita yang pernah kau tunjukkan pada ibu waktu itu," tanya Livy memandang Sam."Aku berniat mengajak nya dia acara perayaan kita nanti ibu," balas Sam mengetuk meja bundar dengan jari telunjuknya."Ayah, tapi dia membenciku, bahkan aku sendiri membenci diriku sendiri," ucap Sam sembari mengaruk alis kanannya.Jonathan dan Livy hanya tersenyum kecil,"Sam, lihatlah ibumu, ibumu dulu juga sangat membenci ayah, namun ayah terus berusaha, lihatlah sekarang, dia menjadi istriku," ucap Jonathan tertawa. Sam yang menjadi bahan ejekan kedua orang tuanya hanya bisa diam
Saat di meja makan, Perry memikirkan banyak hal, ia benar-benar tidak fokus dengan Gilson yang terus berbicara. Di sisi lain Perry merasa ada sedikit perubahan dalam diri Sam, di sisi lain Gilson adalah temannya."Perry kau memikirkan apa?" Ucap Gilson sembari mengunyah dagingnya."Tidak Sam, aku tidak memikirkan apa-apa," ucap Perry spontan."Sam?" Tanya Gilson meletakkan garpu dan sendok dan bersender di kursinya."Aah... Gilson, yaa... Aku tidak memikirkan apa-apa," balas Perry terpaksa tersenyum."Kau memikirkan Sam, kau tidak bisa membohongi ku Perry," ucap Gilson menatap wajah Perry dengan serius.Merasa tak nyaman dengan situasi ini, Perry memilih diam dan melahap makanannya,"makanlah Gilson, lihatlah aku sudah memakannya," ucap Perry memasukkan udang di mulutnya."Gilson kapan kau mengantar ku ke rumah Sam?" Tanya Perry pelan.
Keesokan harinya...Gilson mengikat tangan dan kaki Perry di atas tempat tidur,"apa yang kau lakukan Gilson? Kau gila," Ucap Perry sembari menggoyahkan ikatan tangannya."Hanya ini satu-satunya cara agar kau tak bertemu dengan Sam," ucap Gilson memainkan rambut Perry."Lepaskan aku Gilson, Sam pasti mencariku, aku harus datang di acara perayaan itu," ucap Perry kesal."Dia tidak akan mencarimu Perry, karena Kyle bersamanya, dia berpura-pura menjadi dirimu, jadi tenanglah Perry, semua yang kita lakukan tidak akan ada satupun yang tahu," ucap Gilson menyentuh pipi Perry."Lepas," balas Perry menyingkirkan pipinya."Jika kau seperti ini Gilson, kau tidak ada bedanya dulu menghina Sam, bahkan kau lebih hina dari Sam, yang berbeda adalah Sam berubah menjadi lebih baik, sedangkan kau lebih hina," tindas Perry membuat telinga Gilson panas.Pyaar
"Kau tak seharusnya menculik ku, mengikat ku, bahkan membius ku seperti ini Gilson, kau benar-benar licik," ucap Perry terus menjauh dari tubuh Gilson."Kenapa tak kau tanyakan itu pada kakakmu sendiri Perry, kakakmu lah yang menjual mu disini, aku memberinya banyak uang untuk mendapatkan mu, lalu apakah dengan mudah aku melepaskan mu?" Ucap Gilson memegang kedua pundak Perry."Dulu aku berpikir bahwa kau adalah temanku Gilson, bahwa kau tidak akan melakukan hal yang dulu begitu kau benci, tapi itu tidak ada bedanya, kau benar-benar brengsek," ucap Perry menendang perut Gilson.Perry bangkit dari duduknya berjalan cepat menuju pintu, namun Gilson dengan cepat menjambak rambut Perry dan menampar pipinya, membuat Perry lagi-lagi tak sadarkan diri."Tidak Perry, aku tidak akan menampar mu jika tadi kau tidak memukul dan menendang ku," ucap Gilson sembari mengendong tubuh Perry ala bridal style.
"dokter, kau harus menyembuhkan nya, kumohon," ucap Sam berbicara dengan dokter di depannya yang sedang memeriksa Perry."Dia sudah sedikit membaik Sam, namun daya tahan tubuhnya masih sedikit lemas," ucap dokter Adrian selesai memeriksa Perry."Aku harus pergi Sam, hubungi aku kembali jika terjadi sesuatu," ucap dokter Adrian berdiri membawa peralatan medisnya."Baiklah," ucap Sam melihat kepergian dokter Adrian dan berjalan mendekati Perry yang terbaring di tempat tidur."Maafkan aku Perry, aku tidak bisa menjaga mu," ucap Sam menggenggam tangan Perry dan menyesali semua kejadian ini."Dokter berkata bahwa kau baik-baik saja Perry, kau akan sembuh, kita akan berlibur di Italia, aku akan mengajak mu kesana usai kau tersadar," ucap Sam mencium telapak tangan Perry.Drt...drt...drt...Dering ponsel Sam berbunyi."Sam,
Piazza Novona, ItaliaAlun-alun yang sangat besar dan indah berada di pusat kota Roma, Pada bagian sisi kanan dan kiri Piazza Navona terdapat deretan gedung-gedung megah khas arsitektur Eropa. Restoran-restoran pun banyak tersedia di sepanjang jalan Piazza Novona."Perry lihatlah, sore hari ini begitu indah saat kita berada di Italia," ucap Sam tersenyum disepanjang jalan memandang keindahan Roma.Perry hanya diam saja, Perry hanya berjalan namun dengan tatapan kosong."Perry lihatlah itu, seniman itu, apakah kau ingin aku bernyanyi seperti dia?" Hibur Sam menunjuk lelaki bertopi hitam membawa sebuah violin dan bernyanyi."Sam... Mengapa kau lakukan ini?" Tanya Perry tetapi tak menatap wajah Sam."Apa yang kau tanyakan Perry? Bahkan aku melakukan ini semua untukmu," ucap Sam dengan ekspresi binggung."Kemari duduklah," perintah Sam menari
2 tahun kemudian......Los AngelesSam menepati janjinya, ia sama sekali tak menganggu kehidupan Perry, hari demi hari berlalu, tak terasa waktu itu berjalan dua tahun.Kini Perry bekerja sebagai pelayan di sebuah toko roti di dekat rumahnya."Aku ingin menambah satu kue sosis itu," ucap seorang pembeli di cafe."Baiklah, apa ada tambahan lagi?" Tanya Perry sembari mengambil satu kue sosis."Anda bisa langsung membayar di kasir," ucap Perry tersenyum dan membawa kue sosis ke arah kasir."Perry, tutup toko nya, jam sudah malam," ucap salah satu seorang pria tak lain adalah pemilik toko."Baik tuan," Ucap Perry dan memutar tulisan Open menjadi Close di arah pintu kaca.Perry mengambil sapu dan membersihkan lantai toko kue, ia juga mengepel beberapa bercak minuman di lantai."Mar
"Charles, apakah kau tetap mengejar Perry, meskipun saat ini kau sedang bersamaku?" Tanya Zoey mendekatkan bibirnya di bibir Charles."Aku akan tetap mengejar nya, tetapi bukan untuk memiliki Perry, melainkan meminta permohonan maaf," balas Charles dan mencium bibir Zoey.Beberapa bulan kemudian...."Apaaa? Ayah mengidap penyakit kanker?" Ucap Perry dari telepon."Benar Perry, ibu tak percaya ini, kau harus pulang, sekarang ibu di rumah sakit," Ucap Tiffany dari telepon."Baik ibu," balas Perry.Perry segera berpamitan izin kepada atasannya, Perry tak menyangka bahwa Eza ayahnya memiliki penyakit yang serius seperti ini.Perry berjalan cepat menuju rumah sakit, disana sudah ada Tiffany yang menunggu dan bersedih."Ibu, bagaimana kondisi ayah?" Tanya Perry."Ayah mu mengidap penyakit kanker Perry," Ucap Tiffany menangis."Lalu apa yang harus kita lakukan ibu," tanya Perry."Ayah mu harus melakukan kemoterapi
Perry terbangun dari tidurnya yang masih tetap dalam dekapan Sam, selimut putih kini menutupi keduanya.Perry menamati wajah Sam yang begitu tampan, ternyata Sam jauh lebih tampan saat ia sedang tertidur.Perry menyusuri wajah Sam dengan telunjuk jarinya, dan berhenti tepat di bibir Sam, "kau sangat tampan," ucap Perry pelan tersenyum sendiri.Sesaat Sam merasa geli dan ia hendak membuka kedua matanya, dengan cepat Perry menutup mata dan berpura-pura tidur.Sam melirik ke wajah Perry, "apa kau sudah selesai dengan tidurmu yang hanya pura-pura?" Tanya Sam kini tubuhnya menghadap ke arah Perry."Hah?" Ucap Perry membuka mata."Kau tidak bisa membohongi ku Perry, jadi jangan harap kau bisa membohongiku," ucap Sam memencet hidung Perry dengan gemas."Menyebalkan," umpat Perry tersenyum penuh paksaan."Kau lelah? Kat
"Haii-haiii.. aku sudah muak dengan drama ini, mari lempar bungamu dan kita lihat siapa yang akan mendapatkannya Perry," ucap Henry tiba-tiba berdiri merangkul Jack dan Kyle di tengah."Baiklah," ucap Perry dan berbalik badan.Semua teman mereka dengan sigap berdiri di belakang mereka kecuali Zoey.123"Noooo... Meeeeeee," teriak salah satu teman mereka."Aku pasti mendapatkan nya," ucap Henry dan Bruno saling berdesakan."Jack katakan dimana bunganya? Aku akan menangkap nya," ucap Kyle mencoba menangkap bunga, walaupun sangat kecil kemungkinannya."Tenanglah Kyle, aku akan mendapatkannya untuk kuberikan padamu," batin Jack begitu sigap.BaaaaaaaaaJack meraih bouqet bunga itu lalu Jack sengaja menaruhnya di tangan Kyle, "dapat," ucap Kyle begitu gembira
2 bulan kemudian......"Sam, kita akan kemana?" Tanya Perry turun dari mobil dengan mata tertutup kain."Kau akan tahu, nanti, aku tak perlu memberitahu nya," ucap Sam terus mengandeng tangan Perry dengan mata tertutup."Sam cukup.. lepaskan ikatan mataku," pinta Perry."Aatssss, tidak Perry, kau tidak bisa melepas begitu saja," tawa Sam menahan tangan Perry yang hendak membuka ikatan matanya."Sini, kau harus tepat berdiri disini," pinta Sam.Dengan perlahan Sam membuka ikatan mata Perry, "tadaaaa, pantaiii," ucap Sam melepas seluruh ikatan mata Perry.Perry kini tersadar ia berdiri di sebuah pantai, di depan Perry sudah ada seluruh keluarganya, Tiffany sang ibu, Eza ayahnya, dan Kyle yang sedang berdiri hanya memegang tongkat di samping Jack.Perry juga melihat kedua orang tua Sam, di sebelahnya terlihat Zoey dengan
"SAMMMMM, kau tak bisa membuatku terpenjara seperti ini, SAMMM!!! aku akan membalas semua perlakuan mu kepadaku," teriak Gilson di balik jeruji besi.Sam hanya tertawa bersendekap dada, "bagaimana kau bisa membalasnya Gilson? Kau telah terkena hukuman seumur hidup, itu adalah gugatan ku, itu adalah hukuman kau membunuh Charles, kau mencelakai Perry, dan kau juga adalah dalang alasan Kyle menjadi buta," balas Sam dengan santai di depan Gilson."Lepaskan aku SAMM!! wanita murahan itu berhutang banyak padaku, kau harus melepaskan aku Sammm!" Teriak Gilson menghentak jeruji besi, dan semua itu hanya percuma.Sam mengambil sebuah debit card di sakunya, "ambillah ini Gilson, bahkan kau bisa membeli rumah dengan uangku yang ada di atm, ambillah, aku memberikannya padamu," tawa Sam penuh mengejek.Bagaimana Gilson bisa mengambil uang itu, dia saja saat ini di dalam penjara, sungguh konyol.
3 bulan kemudian......Perry terbaring di tempat tidur, usai operasi, Perry butuh waktu beberapa bulan untuk menyembuhkan masa kebutaan nya dari masa transplantasi."Perry apa kau sudah bisa melihatku seperti dulu?" Tanya Sam tepat di hadapan Perry."Sam, Sam... Dimana kakakku Kyle?" Tanya Perry mencari-cari Kyle."Kau tenang saja Perry, Kyle aman bersama suster Rena, Rena merawat Kyle dengan baik, aku menempatkan Kyle di sebuah apartemen," balas Sam menyingkirkan selimut yang menutup tubuh Perry."Sam bawa sekarang aku ke apartemen kakakku," pinta Perry memohon."Perry, kau belum sembuh sepenuhnya, aku harus merawat mu terlebih dahulu," ucap Sam memberi Perry segelas minum."Sam aku sudah membaik setelah tiga bulan, aku harus bertemu kakakku," ucap Perry tak sabar ingin bertemu dengan Kyle."Baiklah, kita akan ke apa
"bereskan mayat Charles dengan baik, kau harus memberikannya pada Zoey, biar Zoey memakamkan mayat Charles dengan baik," ucap Gilson di depan Brian, Brian adalah anak buah Gilson."Baik tuan," jawab Brian pergi dan membawa jasad Charles yang sudah ia masukan dalam plastik mayat."Gilson!!! Apa yang terjadi?" Ucap seorang wanita yang baru saja sampai di depan pintu.Dia adalah Luna, Luna adalah wanita yang dekat dengan Gilson selama beberapa bulan ini, Luna adalah mantan seorang pelacur.Tentu Gilson mendekati Luna hanya untuk memuaskan hasrat Sex nya, sedangkan Luna hanya ingin mengambil uang Gilson."Kekasihku," ucap Gilson langsung mencium bibir Luna."Gilson aku mempunyai kabar baik," ucap Luna langsung duduk di sofa."Oh ya? Katakan! Apa itu?" Balas Gilson."Aku hamil," ucap Luna tertawa menunjuk sebuah tespek yan
"Lupakan ini Charles, aku pantas mendapatkan ini, aku akan segera ke Grey Hospital, aku akan menemui Perry dan menjelaskan semua ini," ucap Kyle mengangguk pelan."Kau harus menemui Perry dan Sam, aku akan menuju kediaman Gilson, aku akan memberi pelajaran untuknya," ucap Charles memegang kedua pundak Kyle."Baiklah Charles, kau harus berhati-hati, Gilson bukanlah pria sembarangan," nasehat Kyle."Aku akan berhati-hati Kyle, tenang saja," ucap Charles dan pergi meninggalkan Kyle."Perry, maafkan aku..." Ucap Kyle dan bergegas menuju Grey Hospital._________*********__________Kyle berjalan secepat mungkin saat ia sampai di Grey Hospital. Kyle segera bertanya pada resepsionis dan bertanya tentang dimana ruangan Perry.Dengan cepat Kyle segera menuju ruangan yang sudah di jelaskan oleh sang resepsionis, hati Kyle hancur, sakit... Dimana sem
"Apaaa Sam? Perry mengalami kebutaan?" Suara Charles membalas telepon Sam, saat Charles hendak meminum jus jeruk di dapur."Charles kumohon bantulah aku, aku ingin kau menemukan siapa orang yang sudah mencelakai Perry," ucap Sam dari telepon."Secepatnya Sam, aku akan membawa orang itu tepat di hadapan mu," ucap Charles dan Sam mematikan telponnya."KYLEEEEEE, kau berulah lagi dan lagi," Ucap Charles mengepalkan tangannya."Charles ada apa kau berteriak seperti ini?" Tanya Zoey mendekati Charles di dapur."Kyle, temanmu itu benar-benar tak punya hati, ia mencelakai Perry dan membuat Perry mengalami kebutaan," ucap Charles penuh emosi."Charles, kau yakin jika Kyle melakukan itu?" Tanya Zoey ragu."Siapa lagi Zoey? Kyle rela melakukan apapun demi kebahagiaan nya, dia benar-benar wanita licik, wanita ular," ucap Charles meminum jus jeruk da
Malam ini Sam mengajak Perry berjalan-jalan menuju pusat kota Toronto dengan menggunakan motor ducati berwana hitam miliknya."Kau tahu Perry, aku sengaja memakai motor agar kau memelukku, tapi rupanya kau tak melakukan itu," ucap Sam sedikit tidak terdengar karena Sam memakai helm."Haaaaa?? Apaaa?? Aku tidak mendengarnya Sam," balas Perry sedikit teriak.Blurb...Sam menaikkan kecepatan Motornya membuat Perry harus memeluk Sam dari belakang karena tubuh Perry yang hampir tersentak ke depan."Saammmm," panggil Perry dan melingkarkan pergelangan tangannya di pinggang Sam.Kini Sam dan Perry sudah sampai di tempat yang ia tuju, Sam berjalan kaki bersama Perry, sangat ramai, kota toronto di malam hari ini begitu banyak orang berlalu lalang."Kau ingin pancake? Katakan, Lihatlah, di sepanjang jalan banyak menu makanan kesukaan mu Perry,"