"Aku tidak menginginkan Sam, aku hanya menginginkan semua kekayaanya," tawa Klye.
"Baiklah, bagaimana jika kau membantuku mendapatkan Perry, dan aku membantu mu mendapatkan Sam, apakah itu menarik?" Ucap Gilson mengusap bibirnya dengan tisu karena bercak kopi.
"Aku terima tawaran itu, aku akan membantumu mendapatkan Perry, dan kau akan membantuku mendapatkan Sam," Ucap Kyle tertawa licik.
"Aku harus ke kamar mandi," ucap Kyle dan pergi dari hadapan Gilson, Gilson hanya menganguk kecil dan tertawa puas.
Saat sampai ke kamar mandi, Kyle mengeluarkan sebuah lipstik kecil di tas nya, ia berdiri di depan cermin besar.
Ia teringat kejadian beberapa tahun lalu yang membuatnya membenci Perry sampai saat ini.
"Aku akan membalas semua dendam ini Perry, dan kau Sam. Kau pikir berbuat baik adalah sifatku? Kau sangat salah akan hal itu." Ucap Kyle di depan cermin dan memo
Hujan mulai sedikit reda, Sam telah sampai di rumah, di dalam mobil Perry tetap saja diam dan tak ingin bicara."Perry turunlah kita sudah sampai," ucap Sam, mematikan mesin mobil.Perry hanya diam tak ada jawaban,Sam terus memperhatikan raut wajah Perry yang masih saja diam, tanpa basa-basi Sam turun dari mobil, membuka pintu mobil Perry dan mengendong nya begitu saja."Lepaskan aku," ucap Perry meninju dada Sam. Namun tinjuan itu hanya dibalas Sam senyum kecil.Sam terus membopong tubuh Perry ala bridal style, saat sampai di kamar Sam menidurkan pelan tubuh Perry di atas ranjang."Kenapa tubuhmu bergetar? Aku tidak akan melukai mu Perry," ucap Sam menarik bantal dan mendekatkannya di kepala Perry.PLAAKK!!!PLAAKKK!!Perry menampar kedua pipi Sam secara bergantian, "simpan ucapan mu Sam, si
Beberapa jam kemudian.....CLOVELYN BOUTIQUE....Sam sudah sampai di sebuah butik, Perry terlihat sangat senang melihat pajangan gaun yang begitu banyak, membayangkan nya saja Perry sudah bahagia jika mengenakan pakaian semahal itu, apalagi mencobanya."Perry katakan padaku apa warna kesukaan mu?" Tanya Sam."Ungu," balas Perry singkat.Sam mengangkat tangannya dan memanggil salah satu karyawan butik, "berikan aku gaun berwarna ungu, gaun yang terbaru," ucap Sam kepada salah satu pelayan butik."Baik tuan," ucap pelayan itu.Tak lama kemudian pelayan tersebut kembali,"silahkan Nona, mari saya antar," ucap pelayan itu mengantarkannya di ruang ganti.Perry dibantu dengan salah satu pelayan, gaun berwarna ungu tanpa lengan, punggung Perry jelas terlihat dan ada sebuah tali di belakang, gaun yang jatuh d
"ayah, apakah ayah yakin kita akan merayakan perayaan ini di hotel Entourage sur-le-Lac"? Tanya Sam sembari melepas dasinya di taman, kediaman orang tuanya."Ya Sam, lagipula ibumu Livy juga setuju dengan tempat itu," ucap Jonathan menoleh ke arah Livy.Mereka bertiga duduk dan menyeruput secangkir kopi hangat,"Sam,kemana wanita yang pernah kau tunjukkan pada ibu waktu itu," tanya Livy memandang Sam."Aku berniat mengajak nya dia acara perayaan kita nanti ibu," balas Sam mengetuk meja bundar dengan jari telunjuknya."Ayah, tapi dia membenciku, bahkan aku sendiri membenci diriku sendiri," ucap Sam sembari mengaruk alis kanannya.Jonathan dan Livy hanya tersenyum kecil,"Sam, lihatlah ibumu, ibumu dulu juga sangat membenci ayah, namun ayah terus berusaha, lihatlah sekarang, dia menjadi istriku," ucap Jonathan tertawa. Sam yang menjadi bahan ejekan kedua orang tuanya hanya bisa diam
Saat di meja makan, Perry memikirkan banyak hal, ia benar-benar tidak fokus dengan Gilson yang terus berbicara. Di sisi lain Perry merasa ada sedikit perubahan dalam diri Sam, di sisi lain Gilson adalah temannya."Perry kau memikirkan apa?" Ucap Gilson sembari mengunyah dagingnya."Tidak Sam, aku tidak memikirkan apa-apa," ucap Perry spontan."Sam?" Tanya Gilson meletakkan garpu dan sendok dan bersender di kursinya."Aah... Gilson, yaa... Aku tidak memikirkan apa-apa," balas Perry terpaksa tersenyum."Kau memikirkan Sam, kau tidak bisa membohongi ku Perry," ucap Gilson menatap wajah Perry dengan serius.Merasa tak nyaman dengan situasi ini, Perry memilih diam dan melahap makanannya,"makanlah Gilson, lihatlah aku sudah memakannya," ucap Perry memasukkan udang di mulutnya."Gilson kapan kau mengantar ku ke rumah Sam?" Tanya Perry pelan.
Keesokan harinya...Gilson mengikat tangan dan kaki Perry di atas tempat tidur,"apa yang kau lakukan Gilson? Kau gila," Ucap Perry sembari menggoyahkan ikatan tangannya."Hanya ini satu-satunya cara agar kau tak bertemu dengan Sam," ucap Gilson memainkan rambut Perry."Lepaskan aku Gilson, Sam pasti mencariku, aku harus datang di acara perayaan itu," ucap Perry kesal."Dia tidak akan mencarimu Perry, karena Kyle bersamanya, dia berpura-pura menjadi dirimu, jadi tenanglah Perry, semua yang kita lakukan tidak akan ada satupun yang tahu," ucap Gilson menyentuh pipi Perry."Lepas," balas Perry menyingkirkan pipinya."Jika kau seperti ini Gilson, kau tidak ada bedanya dulu menghina Sam, bahkan kau lebih hina dari Sam, yang berbeda adalah Sam berubah menjadi lebih baik, sedangkan kau lebih hina," tindas Perry membuat telinga Gilson panas.Pyaar
"Kau tak seharusnya menculik ku, mengikat ku, bahkan membius ku seperti ini Gilson, kau benar-benar licik," ucap Perry terus menjauh dari tubuh Gilson."Kenapa tak kau tanyakan itu pada kakakmu sendiri Perry, kakakmu lah yang menjual mu disini, aku memberinya banyak uang untuk mendapatkan mu, lalu apakah dengan mudah aku melepaskan mu?" Ucap Gilson memegang kedua pundak Perry."Dulu aku berpikir bahwa kau adalah temanku Gilson, bahwa kau tidak akan melakukan hal yang dulu begitu kau benci, tapi itu tidak ada bedanya, kau benar-benar brengsek," ucap Perry menendang perut Gilson.Perry bangkit dari duduknya berjalan cepat menuju pintu, namun Gilson dengan cepat menjambak rambut Perry dan menampar pipinya, membuat Perry lagi-lagi tak sadarkan diri."Tidak Perry, aku tidak akan menampar mu jika tadi kau tidak memukul dan menendang ku," ucap Gilson sembari mengendong tubuh Perry ala bridal style.
"dokter, kau harus menyembuhkan nya, kumohon," ucap Sam berbicara dengan dokter di depannya yang sedang memeriksa Perry."Dia sudah sedikit membaik Sam, namun daya tahan tubuhnya masih sedikit lemas," ucap dokter Adrian selesai memeriksa Perry."Aku harus pergi Sam, hubungi aku kembali jika terjadi sesuatu," ucap dokter Adrian berdiri membawa peralatan medisnya."Baiklah," ucap Sam melihat kepergian dokter Adrian dan berjalan mendekati Perry yang terbaring di tempat tidur."Maafkan aku Perry, aku tidak bisa menjaga mu," ucap Sam menggenggam tangan Perry dan menyesali semua kejadian ini."Dokter berkata bahwa kau baik-baik saja Perry, kau akan sembuh, kita akan berlibur di Italia, aku akan mengajak mu kesana usai kau tersadar," ucap Sam mencium telapak tangan Perry.Drt...drt...drt...Dering ponsel Sam berbunyi."Sam,
Piazza Novona, ItaliaAlun-alun yang sangat besar dan indah berada di pusat kota Roma, Pada bagian sisi kanan dan kiri Piazza Navona terdapat deretan gedung-gedung megah khas arsitektur Eropa. Restoran-restoran pun banyak tersedia di sepanjang jalan Piazza Novona."Perry lihatlah, sore hari ini begitu indah saat kita berada di Italia," ucap Sam tersenyum disepanjang jalan memandang keindahan Roma.Perry hanya diam saja, Perry hanya berjalan namun dengan tatapan kosong."Perry lihatlah itu, seniman itu, apakah kau ingin aku bernyanyi seperti dia?" Hibur Sam menunjuk lelaki bertopi hitam membawa sebuah violin dan bernyanyi."Sam... Mengapa kau lakukan ini?" Tanya Perry tetapi tak menatap wajah Sam."Apa yang kau tanyakan Perry? Bahkan aku melakukan ini semua untukmu," ucap Sam dengan ekspresi binggung."Kemari duduklah," perintah Sam menari