Devan menunggu Selena di salah satu restoran tempat mereka dulu pertama bertemu. Devan teringat kejadian dulu saat dia menyuruh Andi memisahkan Oliver dan Selena dengan menabrak mobil Oliver. "Kejadian dulu membuatku merasa paling bodoh. Bisa - bisanya aku melakukan trik seperti itu." Devan terkekeh sendiri mengingat kejadian tersebut.Tak lama Selena datang, Devan lagi - lagi terpanah melihat Selena. Wanita yang sudah menjadi mantan istrinya itu terlihat sangat cantik dengan mini dress berwarna krem dan kacamata berwarna coklat yang bertengger di hidungnya. "Kamu cantik sekali," puji Devan. "Tentu saja. Aku 'kan perempuan jadi wajar dong cantik kalau ganteng itu laki - laki," sahut Selena ketus. "Berarti aku ganteng dong. Terima kasih atas pujiannya, Lena." "Kecuali kamu, kamu ga ganteng." "Serius aku ga ganteng." Devan menarik turunkan alisnya menggoda Selena. "Sudah cukup jangan lakukan itu lagi. Jika tidak ada yang penting aku mau pergi." "Eh, jangan gitu dong nona
Selena dan Amanda saling berbicara, Amanda ingin melanjutkan kuliah S2 nya di Amerika. Amanda meminta pendapat Selena tentang kota Manhattan. "Terima kasih yaa Kak atas rekomennya kuliah di Amerika," ucap Amanda. "Ga masalah, nanti kamu bisa tinggal di apartemen Sean." "Apartemen Sean? Maksudnya kak? Maaf aku kurang mengerti.""Panjang sih ceritanya, tapi ku persingkat saja yaa."Selena mengatakan pada Amanda kalau Sean mendapatkan apartemen dari teman baiknya, Kevandra. Dia menjelaskan kalau Kevandra selalu membantunya dan sudah seperti ayah bagi Sean. Jadinya Kevandra memberikan apartemen pada Sean. Tapi, dia tidak memberitahukan tentang hubungannya dengan Kevandra yang telah kandas. "Tapi, bukannya Kakak tinggal di Manhattan? Kalau aku di apartemen Sean, Kakak tinggal di mana?" tanya Amanda yang kebingungan sendiri. "Kak sudah pindah ke Jakarta dan tolong kamu rahasiakan dari Kakak sepupumu yang menyebalkan itu. Dia benar - benar sangat egois." Selena sangat kesal pada D
Selena dengan panik berlari menuju taman, dia sangat khawatir pada keadaan putrnya. Tanpa Selena ketahuai di taman Sean dan Devan saling tertawa dan bercanda bersama. Berkali - kali Devan mencium pipi putranya. Selena sangat terkejut melihat ada Sean dan Devan. Dia tak menyangka Sean berbohong padanya, hal tersebut membuatnya sangat kesal dan dengan cepat menghampiri Sean dan Devan. "Devan!" hardik Selena.Mendengar suara Selena membuat Devan dan Sean sangat terkejut melihat Selena ada dihadapan mereka. Apalagi wajah Selena terlihat memerah menahan amarahnya yang sudah dipuncak batas kesabarannya. "Bagus yaa Devan! Kamu memang tak pernah berubah!" bentak Selena dengan marah. "Apa maksudmu? Aku tak pernah berubah? Bukannya kamu yang masih saja egois," jawab Devan. "Egois? Aku egois! Kamu yang ga memikirkan perasaanku. Kamu bertindak sendiri sesuka hatimu. Sean itu masih kecil kamu ajarkan berbohong, bapak macam apa kamu ini!" "Apa ga kebalik? Kamu yang mengajarkan Sean berbo
Devan kembali kembali ke apartemennya dengan perasaan bahagia bukan hanya bahagia saja, tapi sangat bahagia. Akhirnya dia bisa bermesraan kembali dengan Selena walau hanya ciuman saja itu sudah lebih dari cukup. Ciuman yang sangat dia rindukan dan terganggu oleh kehadiran Sean yang tiba - tiba muncul. "Yaa ampun Lena. Kamu membuatku ga bisa tidur nih," ujar Devan dengan gelisah. "Kenapa juga aku tadi nolak untuk menginap di rumah Selena. Kalau tadi aku ga nolak pasti menginap di rumah Lena dan aku bisa main maju mundur loh, aduh bodoh banget sih aku ini. Kenapa aku ga ambil kesempatan padahal ini 'kan kesempatan yang baik banget, ibaratnya golden time. Aduh bego bin tolol deh aku ini," ucap Devan dengan sangat menyesal tak menggunakan kesempatan tidur di rumah Selena. "Nah, 'kan aku jadi pengen kawin nih, tapi kawin sama siapa? Aaarrrghh Lena hanya kamu satu - satunya wanita yang mampu membuatku automatis berdiri tanpa perlu kamu melakukan apapun. Kamu cuman diam dan ga ngapa-ng
Seorang wanita melihat dirinya di depan cermin, dengan rambut cokelat panjang tergerai indah menutupi punggungnya. Dia mengenakan gaun merah yang membalut ketat tubuh ramping dengan pantat membulat. Pipi putihnya merona natural seperti buah persik. Lipstik warna senada menambah cerah senyuman.Keanggunan semakin nyata tatkala kalung bertahtakan berlian menggantung di leher jenjangnya. Mungkin kata cantik tak akan cukup untuk mendeskripsikan mahakarya Tuhan satu ini dan wanita yang terpantul dicermin itu adalah Selena yang tampak sangat cantik.Akhirnya dia memutuskan memakai gaun merah setelah beberapa jam sibuk memilih apa yang harus dia kenakan, dia berharap pemampilannya dapat membuat Devan selalu mengingatnya. Sean yang ada di sana memperhatikan penampilan Selena, dia tahu Maminya akan bertemu dengan Devan. Walau dia tidak ikut serta, tapi dia bahagia Maminya akan kembali bersama Papinya. "Cie ... cie ... Mami mau ketemu Papi sudah dandan mulu sih, kayak anak ABG aja, Mi," ujar
6 bulan kemudianHubungan Devan dan Selena sudah berjalan 6 bulan. Mereka sudah seperti pasangan muda-mudi yang sedang di mabuk cinta, hasrat mereka saling memiliki. Rasa cinta mereka semakin menggebu - gebu dan tak mengenal tempat seperti saat ini, Devan dan Selena saling berciuman mesra, menautkan bibir mereka di dalam kamar yang ada di kantor Devan.Setelah mereka selesai rapat untuk konsep menerbitkan novel Selena yang baru. Devan dan Selena mengambil kesempatan untuk rapat pribadi mereka berdua sendiri. Saling bermesraan, berciuman dengan gairah yang memuncah. Desahan Selena keluar dari bibirnya yang seksi, merasakan kenikmatan saat Devan menyesapi salah satu gunung kembarnya. Lidah Devan membelai dengan lembut pucuk gunung kembar dan tangannya meremas agak kasar gunung kembar membuat sang pemilik menggeliyat merasakan kenikmatan. "Aaah, Dev." Suara desahan Selena lolos dari bibirnya.Devan tak melanjutkan lagi kemesraan mereka, dia tahu batasan yang tidak dapat dilanggarnya.
Devan menghubungi Sean, dia harus menanyakan pada putranya yang pintar itu harus bagaimana melamar Selena. "Halo anak paling ganteng sedunia," sapa Devan. "Hai Papi paling ganteng sedunia," balas Sean. "Sudah makan belum, Nak?" "Sudah dong Papi." "Ooh iya Sean, besok pulang sekolah jam berapa?" tanya Devan. "Jam 12 Pi." "Besok Papi jemput ke sekolah yaa." "Okey dokey Papi." "Papi love Sean." "Sean love Papi." Keesokan paginya Selena akan mengantarkan Sean ke sekolah. Saat dia akan mengeluarkan mobil dari garasi Devan datang ke rumah Selena. Penampilan sangat santai, hanya memakai celana pendek, sendal jepit, topi, dan kacamata hitam melengkapi ketampannya. Devan tersenyum ke arah Selena, memperlihatkan barisan gigi putih hasil dia rajin sikat gigi dengan teratur. Hari ini dia memang sengaja datang pagi - pagi ke rumah Selena untuk mengantarkan Sean ke sekolah sekalian dia bisa bertemu dengan Selena. "Ngapain ke sini? Bukannya kita ga boleh k
Hari ini Sean dan Selena ke Dufan. Selena mengerti bagaimanapun Sean masih anak - anak walau dia memiliki kepintaran melebihi anak - anak seusianya. Saat mereka tiba di Dufan Sean sangat bahagia, dia melirik ke samping sudah ada Devan di sana dan berpura - pura kaget ada Devan. "Mami, itu Papi bukan?" tanya Sean. "Papi? Maksudmu, Devan?" ujar Selena mengedarkan pandangannya ke sana ke sini. "Kamu mencariku," ucap Devan tiba - tiba berada di samping Selena. "Kamu kenapa bisa ke sini? Apa kamu mengikutiku? Bukannya perjanjian kita itu seminggu lagi baru bisa ketemu. Ini baru 2 hari." "Lena, aku tidak mengikutimu. Kamu aja yang terlalu percaya diri, naluri sebagai seorang Ayah tergugah. Aku mimpi tadi malam kalau Sean berada di sini jadilah aku ke Dufan." "Modus!" "Jangan terlalu berpikiran negatif sayang tak baik untuk kesehatanmu dan kecantikanmu."Selena hanya mendengus kesal, dia tak percaya Devan mengatakan alasan yang tak masuk akal. Devan melirik ke arah Sean sambi
Pernikahan Selena dan Devan sudah berjalan 2 tahun. Selama menjalani pernikahan untuk kedua kalinya mereka sangat mesra dan tak ada masalah berarti di keduanya selalu saja saling mengasihi dan menyayangi. Sean selalu saja bisa mendamaikan kalau Selena dan Devan bertengkar, apalagi saat Selena sedang stress dengan pekerjaannya sebagai penulis novel. “Jadi ini si tokoh pria harus pura-pura gak suka deh biar lebih masuk alur ceritanya,” ucap Selena pada dirinya sendiri sambil menatap layar laptop. Devan yang berada di sisi Selena melirik istrinya yang sudah seminggu ini sangat sibuk dengan novel barunya. “Apa aku buat si cowok selingkuh ya terus si cewek marah dan meninggalkannya.” Selena mengangguk-anggukan kepalanya sendiri. Devan kembali melirik Selena. Sudah 3 jam dia menunggu sang istri yang tak memperdulikannya. Dia ingin Selena memperhatikannya bukan hanya sibuk dengan novelnya saja. Apalagi sudah 3 hari dia tidak mendapatkan jatah harinya di atas ranjang. Adik kecilnya sudah
KISAH ANDI Di saat bulan madu Devan menghubungi Andi. Devan merasa sepi juga tanpa Andi yang setiap hari selalu berada di sampingnya, lebih tepatnya mengganggunya. Dia pun menghubungi Andi. Andi yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, tiba - tiba dikejutkan dengan dering ponselnya. Melihat nama BOS dilayar ponsel, dia sangat bahagia saat Devan menghubungi. Dia tak menyangka bos nya begitu perhatian padanya. Rasa kebahagiaan Andi berubah menjadi rasa kecewa. Devan menghubungi Andi bukan untuk berkangen - kangenan, tapi untuk menanyakan apakah semua pekerjaan Andi beres atau tidak. "Tuan, apa ga ada rasa - rasa merindukan saya gitu," ujar Andi dengan kecewa. "Hmm, siapa? Apa kamu bertanya ke aku?""Iya Tuan. Apa ga ada sedikitpun rasa rindu di dalam hati Tuan untuk saya.""Ada sih sedikit," balas Devan dengan dingin. "Benarkah Tuan? Tuan kangen sama saya? Yaa ampun mimpi apa saya semalam. Tuan, saya juga kangen sama Tuan. Bahkan sangat - sangat rindu, rasa kangen dan rindu
Amanda menikmati angin laut yang menerpa tubuhnya membuat segala pikirannya menjadi lebih tenang. Masalah hidupnya terasa begitu menyiksa sanubari, melepaskan segala keegoisan, dan merelakan orang yang dicintai membuat hatinya terluka. Secara perlahan Amanda pun berjalan sendirian di atas pasir. Ia menundukkan badannya mengambil pasir pantai di dalam genggamnya, tapi semakin erat di genggamnya membuat pasir secara perlahan jatuh dari tangannya. Mungkin seperti ini lah cinta, semakin ia menggenggam erat, akan membuatnya lepas. Tanpa terasa air mata menetes di pipinya, terasa sangat sakit di dalam hatinya. Tak hanya Amanda saja yang merasakan kegundahan hati. Ada seorang pria yang tak jauh dari Amanda melihat lautan dengan pandangan terluka. Seandainya hati yang dimilikinya seluas samudera yang bisa menerima segala rasa sakit di dalam batinnya mungkin ia tak akan merasakan hatinya sesakit ini. Kenangan indahnya bersama Selena terus saja menghantuinya. Kenangan yang seharusnya K
Kisah Devan dan Amira saat pertama bertemu. Suara seorang anak lelaki kecil berteriak dengan bahagia saat Theo datang, Devan menyambut Theo langsung memeluknya. Terlihat seorang anak perempuan bersembunyi dibelakang Papanya. "Siapa adik kecil ini Papa?" tanya Devan. "Ini adikmu, Devan, namanya Amira Putri Angkasa dan umurnya 3 tahun," ujar Theo dengan lembut. "Asyiiik aku punya adik," ucap Devan dengan semangat. Amira melihat Theo. Dia takut, dia belum pernah bertemu dengan Devan. "Jangan takut Amira. Itu kakakmu, Devan. Saat kamu sudah besar Kakakmu yang akan melindungi dan menjaga kamu," ucap Theo memberi pengertian pada Amira. "Benalkah Papa?" tanya Amira yang masih celat. "Iya sayang. Devan sini dulu, Nak." Theo memanggil Devan. Theo berjongkok melihat Devan dan Amira. Dia yakin Devan nanti akan menjaga Amira, putri kecilnya. Dia tak ingin menyembunyikan keberadaan Amira lagi baik itu dari Devan ataupun Debby. Dia menyayangi Devan juga Amir
Sudah tiga hari Devan dan Selena menghabiskan hari - hari penuh gairah di dalam kamar Villa. Mereka hanya menggunakan service room untuk memesan makanan dan lanjut kembali dalam aktifitas kegiatan suami istri. Setiap hari Selena dan Devan menghubungi Sean, Marlina, dan Emilia. Tak ketinggalan Andi juga dihubungi Devan memberi kabar pada keluarganya. Selena yang baru selesai mandi keluar dari kamar mandi dengan wajah kesal dan sambil berbaring di ranjang merasakan bagian sensitifnya yang melebar. Devan masuk ke dalam kamar setelah selesai menghubungi Andi balkon. Devan memperhatikan raut wajah Selena yang tampak kesal. "Sayang, kamu kenapa?" tanya Devan penasaran. "Sayang, aku capek bercinta terus. Lihat nih sampai jember begini," keluh Selena sambil menunjuk bagian sensitif miliknya. "Masa sih." Devan melihat tak percaya. "Iya, lihat ini loh." Selena membuka kedua pahanya memperlihatkan bagian intinya ke arah Devan. Devan menelan salivanya. Entah mengapa m
Malam ini malam pertama setelah pernikahan kedua Selena dan Devan. Mereka akan menginap di salah satu hotel bintang lima yang di hadiahkan lagi oleh Marlina. Hanya untuk malam ini saja mereka di Jakarta, esok hari mereka akan berangkat bulan madu ke Italia. Devan mengikuti permintaan Selena yang ingin ke Amalfi Coast yang terletak di Italia bagian barat daya, tepatnya di Provinsi Salerno, Campania, Roma, ibukota Italia. Walau asing di telinga Devan, tapi demi Selena dia rela melakukan apapun. Mereka akan berbulan madu ke sana selama satu minggu. Sudah terbayang di benak Devan kegiatan apa yang akan dilakukannya. Dia ingin bercinta dengan Selena sampai puas lahir dan batin, secara dia sudah 5 tahun lebih bahkan hampir 6 tahun ga pernah lagi merasakan surga dunia. "Akh bentar lagi bisa ena - ena. Asyik - asyik," ujar Devan dengan semangat.Setelah resepsi pernikahan mereka selesai, Sean ingin ikut dengan Selena dan Devan ke hotel. Marlina, Emilia sudah mencoba menahan Sean agar t
Tanpa terasa waktu terus berlalu. Selena dan Devan akan mengikat janji suci mereka kembali, sudah tak ada lagi dendam dan rasa sakit hati di dalam hati mereka. Memaafkan dan menerima segala kekurangan pasangan adalah yang terbaik bagi mereka. Pernikahan mereka dulu dilandasakan oleh rasa sakit hati, tapi pernikahan mereka sekarang sangat berbeda tak seperti dulu. Sudah tak ada lagi rahasia di antara mereka, sudah tak ada lagi salahpaham. Semua masalah sudah mereka selesaikan dan saling memaafkan. Selena mencoba gaun pengantin yang akhirnya dia pilih sendiri bukan seperti dulu dibelikan Devan. Devan dan Sean menunggu Selena mencoba gaun pengantin duduk bersama di sofa butik. "Mami lama amat sih, Pi," keluh Sean. "Sabar Nak. Inilah cobaan kita kaum pria, wanita kalau sudah mencoba berbagai macam pakaian bisa sampai satu semester," ucap Devan. "Ini baru gaun pengantin gimana kalau make up yaa Pi. Banyak amat deh yang di pake, dempul ini lah, dempul itu lah. Melelahkan." "
Hari ini Sean dan Selena ke Dufan. Selena mengerti bagaimanapun Sean masih anak - anak walau dia memiliki kepintaran melebihi anak - anak seusianya. Saat mereka tiba di Dufan Sean sangat bahagia, dia melirik ke samping sudah ada Devan di sana dan berpura - pura kaget ada Devan. "Mami, itu Papi bukan?" tanya Sean. "Papi? Maksudmu, Devan?" ujar Selena mengedarkan pandangannya ke sana ke sini. "Kamu mencariku," ucap Devan tiba - tiba berada di samping Selena. "Kamu kenapa bisa ke sini? Apa kamu mengikutiku? Bukannya perjanjian kita itu seminggu lagi baru bisa ketemu. Ini baru 2 hari." "Lena, aku tidak mengikutimu. Kamu aja yang terlalu percaya diri, naluri sebagai seorang Ayah tergugah. Aku mimpi tadi malam kalau Sean berada di sini jadilah aku ke Dufan." "Modus!" "Jangan terlalu berpikiran negatif sayang tak baik untuk kesehatanmu dan kecantikanmu."Selena hanya mendengus kesal, dia tak percaya Devan mengatakan alasan yang tak masuk akal. Devan melirik ke arah Sean sambi
Devan menghubungi Sean, dia harus menanyakan pada putranya yang pintar itu harus bagaimana melamar Selena. "Halo anak paling ganteng sedunia," sapa Devan. "Hai Papi paling ganteng sedunia," balas Sean. "Sudah makan belum, Nak?" "Sudah dong Papi." "Ooh iya Sean, besok pulang sekolah jam berapa?" tanya Devan. "Jam 12 Pi." "Besok Papi jemput ke sekolah yaa." "Okey dokey Papi." "Papi love Sean." "Sean love Papi." Keesokan paginya Selena akan mengantarkan Sean ke sekolah. Saat dia akan mengeluarkan mobil dari garasi Devan datang ke rumah Selena. Penampilan sangat santai, hanya memakai celana pendek, sendal jepit, topi, dan kacamata hitam melengkapi ketampannya. Devan tersenyum ke arah Selena, memperlihatkan barisan gigi putih hasil dia rajin sikat gigi dengan teratur. Hari ini dia memang sengaja datang pagi - pagi ke rumah Selena untuk mengantarkan Sean ke sekolah sekalian dia bisa bertemu dengan Selena. "Ngapain ke sini? Bukannya kita ga boleh k