Devan kembali kembali ke apartemennya dengan perasaan bahagia bukan hanya bahagia saja, tapi sangat bahagia. Akhirnya dia bisa bermesraan kembali dengan Selena walau hanya ciuman saja itu sudah lebih dari cukup. Ciuman yang sangat dia rindukan dan terganggu oleh kehadiran Sean yang tiba - tiba muncul. "Yaa ampun Lena. Kamu membuatku ga bisa tidur nih," ujar Devan dengan gelisah. "Kenapa juga aku tadi nolak untuk menginap di rumah Selena. Kalau tadi aku ga nolak pasti menginap di rumah Lena dan aku bisa main maju mundur loh, aduh bodoh banget sih aku ini. Kenapa aku ga ambil kesempatan padahal ini 'kan kesempatan yang baik banget, ibaratnya golden time. Aduh bego bin tolol deh aku ini," ucap Devan dengan sangat menyesal tak menggunakan kesempatan tidur di rumah Selena. "Nah, 'kan aku jadi pengen kawin nih, tapi kawin sama siapa? Aaarrrghh Lena hanya kamu satu - satunya wanita yang mampu membuatku automatis berdiri tanpa perlu kamu melakukan apapun. Kamu cuman diam dan ga ngapa-ng
Seorang wanita melihat dirinya di depan cermin, dengan rambut cokelat panjang tergerai indah menutupi punggungnya. Dia mengenakan gaun merah yang membalut ketat tubuh ramping dengan pantat membulat. Pipi putihnya merona natural seperti buah persik. Lipstik warna senada menambah cerah senyuman.Keanggunan semakin nyata tatkala kalung bertahtakan berlian menggantung di leher jenjangnya. Mungkin kata cantik tak akan cukup untuk mendeskripsikan mahakarya Tuhan satu ini dan wanita yang terpantul dicermin itu adalah Selena yang tampak sangat cantik.Akhirnya dia memutuskan memakai gaun merah setelah beberapa jam sibuk memilih apa yang harus dia kenakan, dia berharap pemampilannya dapat membuat Devan selalu mengingatnya. Sean yang ada di sana memperhatikan penampilan Selena, dia tahu Maminya akan bertemu dengan Devan. Walau dia tidak ikut serta, tapi dia bahagia Maminya akan kembali bersama Papinya. "Cie ... cie ... Mami mau ketemu Papi sudah dandan mulu sih, kayak anak ABG aja, Mi," ujar
6 bulan kemudianHubungan Devan dan Selena sudah berjalan 6 bulan. Mereka sudah seperti pasangan muda-mudi yang sedang di mabuk cinta, hasrat mereka saling memiliki. Rasa cinta mereka semakin menggebu - gebu dan tak mengenal tempat seperti saat ini, Devan dan Selena saling berciuman mesra, menautkan bibir mereka di dalam kamar yang ada di kantor Devan.Setelah mereka selesai rapat untuk konsep menerbitkan novel Selena yang baru. Devan dan Selena mengambil kesempatan untuk rapat pribadi mereka berdua sendiri. Saling bermesraan, berciuman dengan gairah yang memuncah. Desahan Selena keluar dari bibirnya yang seksi, merasakan kenikmatan saat Devan menyesapi salah satu gunung kembarnya. Lidah Devan membelai dengan lembut pucuk gunung kembar dan tangannya meremas agak kasar gunung kembar membuat sang pemilik menggeliyat merasakan kenikmatan. "Aaah, Dev." Suara desahan Selena lolos dari bibirnya.Devan tak melanjutkan lagi kemesraan mereka, dia tahu batasan yang tidak dapat dilanggarnya.
Devan menghubungi Sean, dia harus menanyakan pada putranya yang pintar itu harus bagaimana melamar Selena. "Halo anak paling ganteng sedunia," sapa Devan. "Hai Papi paling ganteng sedunia," balas Sean. "Sudah makan belum, Nak?" "Sudah dong Papi." "Ooh iya Sean, besok pulang sekolah jam berapa?" tanya Devan. "Jam 12 Pi." "Besok Papi jemput ke sekolah yaa." "Okey dokey Papi." "Papi love Sean." "Sean love Papi." Keesokan paginya Selena akan mengantarkan Sean ke sekolah. Saat dia akan mengeluarkan mobil dari garasi Devan datang ke rumah Selena. Penampilan sangat santai, hanya memakai celana pendek, sendal jepit, topi, dan kacamata hitam melengkapi ketampannya. Devan tersenyum ke arah Selena, memperlihatkan barisan gigi putih hasil dia rajin sikat gigi dengan teratur. Hari ini dia memang sengaja datang pagi - pagi ke rumah Selena untuk mengantarkan Sean ke sekolah sekalian dia bisa bertemu dengan Selena. "Ngapain ke sini? Bukannya kita ga boleh k
Hari ini Sean dan Selena ke Dufan. Selena mengerti bagaimanapun Sean masih anak - anak walau dia memiliki kepintaran melebihi anak - anak seusianya. Saat mereka tiba di Dufan Sean sangat bahagia, dia melirik ke samping sudah ada Devan di sana dan berpura - pura kaget ada Devan. "Mami, itu Papi bukan?" tanya Sean. "Papi? Maksudmu, Devan?" ujar Selena mengedarkan pandangannya ke sana ke sini. "Kamu mencariku," ucap Devan tiba - tiba berada di samping Selena. "Kamu kenapa bisa ke sini? Apa kamu mengikutiku? Bukannya perjanjian kita itu seminggu lagi baru bisa ketemu. Ini baru 2 hari." "Lena, aku tidak mengikutimu. Kamu aja yang terlalu percaya diri, naluri sebagai seorang Ayah tergugah. Aku mimpi tadi malam kalau Sean berada di sini jadilah aku ke Dufan." "Modus!" "Jangan terlalu berpikiran negatif sayang tak baik untuk kesehatanmu dan kecantikanmu."Selena hanya mendengus kesal, dia tak percaya Devan mengatakan alasan yang tak masuk akal. Devan melirik ke arah Sean sambi
Tanpa terasa waktu terus berlalu. Selena dan Devan akan mengikat janji suci mereka kembali, sudah tak ada lagi dendam dan rasa sakit hati di dalam hati mereka. Memaafkan dan menerima segala kekurangan pasangan adalah yang terbaik bagi mereka. Pernikahan mereka dulu dilandasakan oleh rasa sakit hati, tapi pernikahan mereka sekarang sangat berbeda tak seperti dulu. Sudah tak ada lagi rahasia di antara mereka, sudah tak ada lagi salahpaham. Semua masalah sudah mereka selesaikan dan saling memaafkan. Selena mencoba gaun pengantin yang akhirnya dia pilih sendiri bukan seperti dulu dibelikan Devan. Devan dan Sean menunggu Selena mencoba gaun pengantin duduk bersama di sofa butik. "Mami lama amat sih, Pi," keluh Sean. "Sabar Nak. Inilah cobaan kita kaum pria, wanita kalau sudah mencoba berbagai macam pakaian bisa sampai satu semester," ucap Devan. "Ini baru gaun pengantin gimana kalau make up yaa Pi. Banyak amat deh yang di pake, dempul ini lah, dempul itu lah. Melelahkan." "
Malam ini malam pertama setelah pernikahan kedua Selena dan Devan. Mereka akan menginap di salah satu hotel bintang lima yang di hadiahkan lagi oleh Marlina. Hanya untuk malam ini saja mereka di Jakarta, esok hari mereka akan berangkat bulan madu ke Italia. Devan mengikuti permintaan Selena yang ingin ke Amalfi Coast yang terletak di Italia bagian barat daya, tepatnya di Provinsi Salerno, Campania, Roma, ibukota Italia. Walau asing di telinga Devan, tapi demi Selena dia rela melakukan apapun. Mereka akan berbulan madu ke sana selama satu minggu. Sudah terbayang di benak Devan kegiatan apa yang akan dilakukannya. Dia ingin bercinta dengan Selena sampai puas lahir dan batin, secara dia sudah 5 tahun lebih bahkan hampir 6 tahun ga pernah lagi merasakan surga dunia. "Akh bentar lagi bisa ena - ena. Asyik - asyik," ujar Devan dengan semangat.Setelah resepsi pernikahan mereka selesai, Sean ingin ikut dengan Selena dan Devan ke hotel. Marlina, Emilia sudah mencoba menahan Sean agar t
Sudah tiga hari Devan dan Selena menghabiskan hari - hari penuh gairah di dalam kamar Villa. Mereka hanya menggunakan service room untuk memesan makanan dan lanjut kembali dalam aktifitas kegiatan suami istri. Setiap hari Selena dan Devan menghubungi Sean, Marlina, dan Emilia. Tak ketinggalan Andi juga dihubungi Devan memberi kabar pada keluarganya. Selena yang baru selesai mandi keluar dari kamar mandi dengan wajah kesal dan sambil berbaring di ranjang merasakan bagian sensitifnya yang melebar. Devan masuk ke dalam kamar setelah selesai menghubungi Andi balkon. Devan memperhatikan raut wajah Selena yang tampak kesal. "Sayang, kamu kenapa?" tanya Devan penasaran. "Sayang, aku capek bercinta terus. Lihat nih sampai jember begini," keluh Selena sambil menunjuk bagian sensitif miliknya. "Masa sih." Devan melihat tak percaya. "Iya, lihat ini loh." Selena membuka kedua pahanya memperlihatkan bagian intinya ke arah Devan. Devan menelan salivanya. Entah mengapa m