Selena melihat arsip foto - fotonya saat dia berumur 3 tahun dan pertama kali berada di panti asuhan lalu melihat fotonya saat dia terakhir kali berada di panti asuhan sebelum diangkat anak oleh keluarga Handoko.Senyumannya di rumah panti terlihat sangat bahagia, disana dia bisa mendapatkan kasih sayang dari para pengasuh panti."Lena, keluarga Wijaya datang," ujar bu Desi menyadarkan Selena dari lamunannya."Apa ada Kevan bu?" tanya Selena."Sepertinya tidak ada, ada nya hanya Bu Regina. Dia ibu angkat Kevan.""Yaah ga ketemu si dekil deh.""Jangan kecewa seperti itu. Kamu keluar lah menyapa, siapa tau bisa bertanya tentang Kevan.""Iya bu."Selena melihat ibu angkat Kevan yang tampak cantik diumurnya yang sudah tidak muda lagi. "Bu Regina selamat datang kembali disini," ujar bu Desi."Iya bu Desi. Saya sangat senang bisa bertemu dengan anak-anak panti, sayang sekali Kevandra tidak bisa ikut padahal dia sangat ingin kesini.""Tidak apa-apa bu. Bagi kami dan anak-anak panti kedatang
Selena melihat sebuah kaki di hadapannya, dia mendongakkan kepalanya melihat keatas. Betapa kagetnya dia saat melihat lelaki tersebut, lelaki itu tersenyum melihat Selena."Hai...""Kamu siapa?" tanya Selena heran pada laki-laki dihadapannya."Ooh teganya kamu melupakan Amira atau Selena namamu sekarang."Selena berpikir, tidak semua orang tahu namanya dulu. Mungkinkah ini Kevan?"Kamu Kevan?" ujar Selena tidak percaya melihat Kevan yang sudah berubah."Bagaimana? Aku gantengkan sekarang? Ga dekil kayak dulu lagi," ujar Kevan."Yaa ampun Kevan, kamu benar-benar berubah." Selena tidak percaya dengan perubahan Kevan."Tentulah, aku kan sekarang udah kaya hahaha.""Iiis sombongnya," cibir Selena."Aku tetap Kevan yang dulu tapi hanya padamu, bukan yang lain."Selena tersenyum Kevan memang sudah banyak berubah tidak seperti Kevan yang dulu."Temani aku makan yuk," ajak Kevan."Aku lelah," tolak Selena."Please... kita sudah lama tidak pernah bertemu, janganlah menolakku Amira.""Hmm... ak
Selena menyerengitkan dahinya, dia bingung kenapa Devan mengetahui hal tersebut. Entah mengapa perasaan Selena menjadi resah, dia khawatir dengan Devan."Bu aku pamit dulu yaa.""Kamu mau kemana?""Aku akan menemui Devan, bu.""Jika kalian ada masalah selesaikan secara baik-baik Selena. Ibu yakin kamu tinggal seminggu disini pasti menghindari calon suami yaa.""Loh ibu kok bisa tau sih.""Selena... walau kamu dan ibu sudah lama tidak bertemu tapi dari gerak gerikmu itu mencurigakan hahaha."Selena jadi malu sendiri, dia memang menghindari Devan. Lebih tepatnya, dia kabur dari Devan."Kamu dan Devan sudah dewasa. Alangkah baiknya jika kalian bersikap dewasa dan selesaikan masalah kalian. Ibu harap kamu selalu bahagia Selena," ujar bu Desi memeluk Selena."Terima kasih bu." Selena memeluk bu Desi.Selena menuju kamarnya, dia kesana tanpa membawa barang apapun dan pergi juga tanpa membawa apapun. Selena mengambil ponselnya dan langsung mengaktifkannya, menghubungi Devan tapi tidak ada ja
Mentari pagi menyinari wajah Selena, dia terbangun dan mencari Devan. Devan sudah tidak ada lagi disampingnya."Kamu mencariku?" tanya Devan."Iya Dev, aku kira kamu pergi," ucap Selena malu-malu.Devan melangkahkan kakinya keluar kamar Selena, dia hanya diam. Selena bingung dengan perubahan Devan, apa laki-laki itu marah padanya? Selena menuju kamar mandi, dia ingin menyegarkan tubuhnya terlebih dahulu.Devan duduk di sofa ruang tamu Selena, dia tidak bisa berpikir jernih saat ini. Dia bingung harus bagaimana, disatu sisi dia membutuhkan Selena, disisi yang lain dia ingin membenci Selena tapi dia tidak bisa membenci Selena. Terlebih lagi wanita itu sedang mengandung anaknya.Selena setelah selesai mandi, menyusul Devan. Dia yakin Devan ingin berbicara dengannya, dia akan meminta maaf karena telah pergi dari acara pernikahan mereka."Devan..." panggil Selena.Devan melihat Selena dengan tajam."Devan, Maafkan aku.""Untuk apa kamu minta maaf?""Aku salah sudah pergi dari acara pember
2 hari sebelum menikah...Devan melihat rumah yang akan dia beli untuk pindah rumah setelah dia menikah dengan Selena.Rumah bergaya minimalis lengkap dengan kolam renang."Tuan bagaimana dengan rumahnya? Apa anda suka," ujar Andi."Kamu pintar memilih rumahnya, aku suka.""Tapi bu Selena gimana tuan?""Dia pasti suka jika aku suka."Andi hanya menganggukan kepalanya saja, sudah dua hari ini dia tidak berani banyak berbicara dan banyak bertanya pada Devan. Aura bos nya berbeda, terlihat suram dan seperti menyimpan sebuah masalah yang berat."Sudah kamu kirim, gaun pernikahan untuk Selena?" tanya Devan."Sudah tuan."Devan pulang kerumah neneknya, dia melihat Selena dan neneknya Marlina sedang berbincang-bincang."Yaa ampun nenek Devan masih kecil lucu sekali," ujar Selena melihat foto masa kecil Devan."Ini umur berapa nek?" tanya Selena antusias."Kalau ga salah 2 tahun.""Devan masih kecil imut banget nek," ujar Selena."Memang dia dulu sangat lucu dan menggemaskan," ucap Marlin
Satu hari sebelum pernikahan...Selena memakai gaun pengantin yang dibawakan Andi padanya. Selena melihat dirinya di cermin, dia sangat bahagia. Akhirnya dia bisa menikah dengan Devan. Marlina yang juga berada di dalam kamar Selena, ikut bahagia."Kamu sangat cantik Selena," ujar Marlina."Terima kasih nek," ucap Selena malu-malu."Kehamilanmu sekarang sudah berapa bulan ya, nenek jadi lupa.""Sudah 3 bulan nek.""Waah tinggal 6 bulan lagi, kamu akan menjadi seorang ibu dan nenek akan memiliki cicit.""Nek, aku ingin mengatakan sesuatu padamu.""Apa itu Lena?""Begini nek, tentang masa lalu ku.""Masa lalu mu, nenek sudah tau.""Bukan seperti itu nek tapi aku dulu memiliki orang tua lengkap. Ada mama dan papa tapi orang tua ku meninggal karena kecelakaan."Marlina mendengarkan perkataan Selena dengan serius."Dulu nama ku Amira Putri Angkasa. Ayahku bernama Theo Angkasa dan ibuku Anita Saraswati."Marlina mendengar nama Theo mendadak pusing, dia harus memastikan tidak ada orang yang m
Selena menunggu Devan di kamar presidential suit dihotel bintang lima. Marlina sengaja membooking hotel mewah tersebut untuk malam pertama Devan dan Selena, Marlina juga memberikan tiket bulan madu untuk Devan dan Selena ke New York.FlashbackSetelah selesai upacara pernikahan Devan dan Selena."Ini nenek kasih kalian tiket dan segala fasilitas untuk bulan madu selama seminggu ke New York," ujar Marlina."Nenek, tidak usah seperti itu. Aku juga banyak perkerjaan yang harus aku urus, nek," tolak Devan."Nenek sebagai pemilik perusahaan, memberikanmu ijin untuk cuti menikah. Jangan banyak alasan."Devan tidak bisa menolak permintaan Marlina, dia tidak ingin Marlina kecewa."Baiklah nek. Terima kasih, nek." "Bersikap baiklah pada istrimu, Dev. Kamu beruntung memiliki istri yang cantik dan hatinya juga cantik.""Iya nek."Flashback offDevan merasa resah dan gelisah sendiri. Dia tidak ingin bertemu Selena tapi dia juga tidak ingin berpisah dari Selena. Devan memilih untuk menghabiskan m
Devan teringat saat dia menarik tubuh Cherrien si pramugari.Flashback"Tuan, kenapa anda menarik saya ke sini? Ada istri anda diluar sana," tolak Cherrien."Aku akan membayarmu dua kali lipat dari gajimu.""Tuan! Saya memang pramugari tapi tidak memberikan layanan extra seperti yang anda inginkan!""Kamu memang wanita pintar."Devan melirik Cherrien dan berkata, "Kamu bisa mendesah?"Cherrien menyerengitkan dahinya, dia merasa heran mendengar perkataan Devano Johanson."Aku hanya akan menyuruhmu untuk mendesah dengan keras agar terdengar istriku," ujar Devan."M-maksud tuan apa! Apa maksud tuan menyuruh saya untuk berpura-pura mendesah, seperti sedang berhubungan intim?""Iya.""Tuan, saya juga seorang wanita. Jika istri anda mendengarkan suara orang sedang berhubungan intim, tentu akan menyakiti hatinya. Saya tidak mau, tuan.""Aku tahu, hal ini akan menyakitkan hati istriku..,""Apa tuan tidak mencintai istri anda?""Tentu saja aku mencintai istriku.""Tapi kenapa mau menyakiti har
Pernikahan Selena dan Devan sudah berjalan 2 tahun. Selama menjalani pernikahan untuk kedua kalinya mereka sangat mesra dan tak ada masalah berarti di keduanya selalu saja saling mengasihi dan menyayangi. Sean selalu saja bisa mendamaikan kalau Selena dan Devan bertengkar, apalagi saat Selena sedang stress dengan pekerjaannya sebagai penulis novel. “Jadi ini si tokoh pria harus pura-pura gak suka deh biar lebih masuk alur ceritanya,” ucap Selena pada dirinya sendiri sambil menatap layar laptop. Devan yang berada di sisi Selena melirik istrinya yang sudah seminggu ini sangat sibuk dengan novel barunya. “Apa aku buat si cowok selingkuh ya terus si cewek marah dan meninggalkannya.” Selena mengangguk-anggukan kepalanya sendiri. Devan kembali melirik Selena. Sudah 3 jam dia menunggu sang istri yang tak memperdulikannya. Dia ingin Selena memperhatikannya bukan hanya sibuk dengan novelnya saja. Apalagi sudah 3 hari dia tidak mendapatkan jatah harinya di atas ranjang. Adik kecilnya sudah
KISAH ANDI Di saat bulan madu Devan menghubungi Andi. Devan merasa sepi juga tanpa Andi yang setiap hari selalu berada di sampingnya, lebih tepatnya mengganggunya. Dia pun menghubungi Andi. Andi yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, tiba - tiba dikejutkan dengan dering ponselnya. Melihat nama BOS dilayar ponsel, dia sangat bahagia saat Devan menghubungi. Dia tak menyangka bos nya begitu perhatian padanya. Rasa kebahagiaan Andi berubah menjadi rasa kecewa. Devan menghubungi Andi bukan untuk berkangen - kangenan, tapi untuk menanyakan apakah semua pekerjaan Andi beres atau tidak. "Tuan, apa ga ada rasa - rasa merindukan saya gitu," ujar Andi dengan kecewa. "Hmm, siapa? Apa kamu bertanya ke aku?""Iya Tuan. Apa ga ada sedikitpun rasa rindu di dalam hati Tuan untuk saya.""Ada sih sedikit," balas Devan dengan dingin. "Benarkah Tuan? Tuan kangen sama saya? Yaa ampun mimpi apa saya semalam. Tuan, saya juga kangen sama Tuan. Bahkan sangat - sangat rindu, rasa kangen dan rindu
Amanda menikmati angin laut yang menerpa tubuhnya membuat segala pikirannya menjadi lebih tenang. Masalah hidupnya terasa begitu menyiksa sanubari, melepaskan segala keegoisan, dan merelakan orang yang dicintai membuat hatinya terluka. Secara perlahan Amanda pun berjalan sendirian di atas pasir. Ia menundukkan badannya mengambil pasir pantai di dalam genggamnya, tapi semakin erat di genggamnya membuat pasir secara perlahan jatuh dari tangannya. Mungkin seperti ini lah cinta, semakin ia menggenggam erat, akan membuatnya lepas. Tanpa terasa air mata menetes di pipinya, terasa sangat sakit di dalam hatinya. Tak hanya Amanda saja yang merasakan kegundahan hati. Ada seorang pria yang tak jauh dari Amanda melihat lautan dengan pandangan terluka. Seandainya hati yang dimilikinya seluas samudera yang bisa menerima segala rasa sakit di dalam batinnya mungkin ia tak akan merasakan hatinya sesakit ini. Kenangan indahnya bersama Selena terus saja menghantuinya. Kenangan yang seharusnya K
Kisah Devan dan Amira saat pertama bertemu. Suara seorang anak lelaki kecil berteriak dengan bahagia saat Theo datang, Devan menyambut Theo langsung memeluknya. Terlihat seorang anak perempuan bersembunyi dibelakang Papanya. "Siapa adik kecil ini Papa?" tanya Devan. "Ini adikmu, Devan, namanya Amira Putri Angkasa dan umurnya 3 tahun," ujar Theo dengan lembut. "Asyiiik aku punya adik," ucap Devan dengan semangat. Amira melihat Theo. Dia takut, dia belum pernah bertemu dengan Devan. "Jangan takut Amira. Itu kakakmu, Devan. Saat kamu sudah besar Kakakmu yang akan melindungi dan menjaga kamu," ucap Theo memberi pengertian pada Amira. "Benalkah Papa?" tanya Amira yang masih celat. "Iya sayang. Devan sini dulu, Nak." Theo memanggil Devan. Theo berjongkok melihat Devan dan Amira. Dia yakin Devan nanti akan menjaga Amira, putri kecilnya. Dia tak ingin menyembunyikan keberadaan Amira lagi baik itu dari Devan ataupun Debby. Dia menyayangi Devan juga Amir
Sudah tiga hari Devan dan Selena menghabiskan hari - hari penuh gairah di dalam kamar Villa. Mereka hanya menggunakan service room untuk memesan makanan dan lanjut kembali dalam aktifitas kegiatan suami istri. Setiap hari Selena dan Devan menghubungi Sean, Marlina, dan Emilia. Tak ketinggalan Andi juga dihubungi Devan memberi kabar pada keluarganya. Selena yang baru selesai mandi keluar dari kamar mandi dengan wajah kesal dan sambil berbaring di ranjang merasakan bagian sensitifnya yang melebar. Devan masuk ke dalam kamar setelah selesai menghubungi Andi balkon. Devan memperhatikan raut wajah Selena yang tampak kesal. "Sayang, kamu kenapa?" tanya Devan penasaran. "Sayang, aku capek bercinta terus. Lihat nih sampai jember begini," keluh Selena sambil menunjuk bagian sensitif miliknya. "Masa sih." Devan melihat tak percaya. "Iya, lihat ini loh." Selena membuka kedua pahanya memperlihatkan bagian intinya ke arah Devan. Devan menelan salivanya. Entah mengapa m
Malam ini malam pertama setelah pernikahan kedua Selena dan Devan. Mereka akan menginap di salah satu hotel bintang lima yang di hadiahkan lagi oleh Marlina. Hanya untuk malam ini saja mereka di Jakarta, esok hari mereka akan berangkat bulan madu ke Italia. Devan mengikuti permintaan Selena yang ingin ke Amalfi Coast yang terletak di Italia bagian barat daya, tepatnya di Provinsi Salerno, Campania, Roma, ibukota Italia. Walau asing di telinga Devan, tapi demi Selena dia rela melakukan apapun. Mereka akan berbulan madu ke sana selama satu minggu. Sudah terbayang di benak Devan kegiatan apa yang akan dilakukannya. Dia ingin bercinta dengan Selena sampai puas lahir dan batin, secara dia sudah 5 tahun lebih bahkan hampir 6 tahun ga pernah lagi merasakan surga dunia. "Akh bentar lagi bisa ena - ena. Asyik - asyik," ujar Devan dengan semangat.Setelah resepsi pernikahan mereka selesai, Sean ingin ikut dengan Selena dan Devan ke hotel. Marlina, Emilia sudah mencoba menahan Sean agar t
Tanpa terasa waktu terus berlalu. Selena dan Devan akan mengikat janji suci mereka kembali, sudah tak ada lagi dendam dan rasa sakit hati di dalam hati mereka. Memaafkan dan menerima segala kekurangan pasangan adalah yang terbaik bagi mereka. Pernikahan mereka dulu dilandasakan oleh rasa sakit hati, tapi pernikahan mereka sekarang sangat berbeda tak seperti dulu. Sudah tak ada lagi rahasia di antara mereka, sudah tak ada lagi salahpaham. Semua masalah sudah mereka selesaikan dan saling memaafkan. Selena mencoba gaun pengantin yang akhirnya dia pilih sendiri bukan seperti dulu dibelikan Devan. Devan dan Sean menunggu Selena mencoba gaun pengantin duduk bersama di sofa butik. "Mami lama amat sih, Pi," keluh Sean. "Sabar Nak. Inilah cobaan kita kaum pria, wanita kalau sudah mencoba berbagai macam pakaian bisa sampai satu semester," ucap Devan. "Ini baru gaun pengantin gimana kalau make up yaa Pi. Banyak amat deh yang di pake, dempul ini lah, dempul itu lah. Melelahkan." "
Hari ini Sean dan Selena ke Dufan. Selena mengerti bagaimanapun Sean masih anak - anak walau dia memiliki kepintaran melebihi anak - anak seusianya. Saat mereka tiba di Dufan Sean sangat bahagia, dia melirik ke samping sudah ada Devan di sana dan berpura - pura kaget ada Devan. "Mami, itu Papi bukan?" tanya Sean. "Papi? Maksudmu, Devan?" ujar Selena mengedarkan pandangannya ke sana ke sini. "Kamu mencariku," ucap Devan tiba - tiba berada di samping Selena. "Kamu kenapa bisa ke sini? Apa kamu mengikutiku? Bukannya perjanjian kita itu seminggu lagi baru bisa ketemu. Ini baru 2 hari." "Lena, aku tidak mengikutimu. Kamu aja yang terlalu percaya diri, naluri sebagai seorang Ayah tergugah. Aku mimpi tadi malam kalau Sean berada di sini jadilah aku ke Dufan." "Modus!" "Jangan terlalu berpikiran negatif sayang tak baik untuk kesehatanmu dan kecantikanmu."Selena hanya mendengus kesal, dia tak percaya Devan mengatakan alasan yang tak masuk akal. Devan melirik ke arah Sean sambi
Devan menghubungi Sean, dia harus menanyakan pada putranya yang pintar itu harus bagaimana melamar Selena. "Halo anak paling ganteng sedunia," sapa Devan. "Hai Papi paling ganteng sedunia," balas Sean. "Sudah makan belum, Nak?" "Sudah dong Papi." "Ooh iya Sean, besok pulang sekolah jam berapa?" tanya Devan. "Jam 12 Pi." "Besok Papi jemput ke sekolah yaa." "Okey dokey Papi." "Papi love Sean." "Sean love Papi." Keesokan paginya Selena akan mengantarkan Sean ke sekolah. Saat dia akan mengeluarkan mobil dari garasi Devan datang ke rumah Selena. Penampilan sangat santai, hanya memakai celana pendek, sendal jepit, topi, dan kacamata hitam melengkapi ketampannya. Devan tersenyum ke arah Selena, memperlihatkan barisan gigi putih hasil dia rajin sikat gigi dengan teratur. Hari ini dia memang sengaja datang pagi - pagi ke rumah Selena untuk mengantarkan Sean ke sekolah sekalian dia bisa bertemu dengan Selena. "Ngapain ke sini? Bukannya kita ga boleh k