Setelah Husein melihat panggilan kakak keempat, alisnya berkerut dengan kuat. Siapa kakak keempat itu?Pria itu memperhatikan sebentar. Tetapi ponsel itu terus berdering, seolah-olah tidak akan berhenti sebelum dijawab.Akhirnya, Husein mau tidak mau mengangkat telepon itu. Suara Boni terdengar dari sana, “Sita, aku sudah di luar sekolah. Apa kamu belum selesai kelas? Aku akan menunggumu.”Husein mendengar suara seorang pria, sehingga ekspresinya menjadi lebih dingin, “Kamu tidak perlu menunggunya.”“Siapa kamu?”Ekspresi Boni berubah drastis saat mendengar suara pria yang mengangkat telepon, “Saudaraku, katakan apa yang kamu inginkan. Apa kamu ingin meminta persyaratan uang untuk negosiasi? Apa pun yang kamu inginkan. Tapi kamu bisa melepaskan Sita terlebih dahulu.”Hah, apakah Husein kekurangan uang?Husein mengerutkan bibir tipisnya menjadi satu garis dingin, “Aku yang seharusnya mengatakan itu. Lebih baik kalian orang-orang dari keluarga Syailendra menjauhi Sita di masa depan. Jika
Husein merasa sedikit tidak senang saat dia melihat tatapan ketidakpercayaan. Apakah seperti itu yang Sita pikirkan tentang dirinya?Pria itu mengangkat kelopak matanya, “Tetapi dia bukan anakku, kenapa dia harus tinggal di sini?”Ketika Sita mendengar ucapan itu, dia langsung tercengang. Dia melihat perutnya sambil menangis.Anaknya sudah tiada?Husein melihat Sita yang menangis dan dia merasa bahwa bercandanya terlalu berlebihan. Dia berkata, “Jangan menangis.”Begitu dia selesai berbicara, Sita tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan mendekat ke arahnya, “Husein, aku akan memukulmu!”Husein melihatnya buru-buru mendekat ke arahnya, sehingga dia khawatir Sita akan terluka, jadi dia langsung menyingkirkan laptop dan mengangkat tangannya untuk menangkap Sita.Tapi detik berikutnya, leher Husein dicengkeram erat oleh Sita.Sita membalikkan badan dan naik ke pangkuannya. Sita mencengkeram leher Husein dengan kedua tangannya. Jika anaknya tiada, dia harus membuat Husein membayar harganya!
Ketika Sita mendengar kata-kata Husein, suhu diwajahnya seketika meningkat!Omong kosong apa yang dikatakan manusia anjing itu?Namun, dokter itu sangat tenang dan tampak biasa saja, “Rumah sakit kami memiliki buku pengetahuan populer di bidang ini. Anda bisa membelinya jika membutuhkan.”Husein menyentuh dagunya, “Benarkah? Ini cukup ramah untuk masyarakat.”Sita langsung menyela kata-kata Husein sambil menatap ke arah dokter lalu berkata, “Apakah anakku benar-benar baik-baik saja?”Dia memang mendengar dokter mengatakan bahwa anaknya masih hidup, tetapi dia ingin memastikan lagi, agar Husein tidak dengan sengaja bekerja sama dengan dokter menipu dirinya.Dokter melirik Sita, “Jika anak itu benar-benar sudah tidak ada, kamu tidak akan bisa bangun dan bertenaga seperti sekarang. Aborsi bukanlah operasi ringan.”Setelah mendengar hal itu, Sita akhirnya jauh lebih tenang, karena sepertinya tidak ada bagian yang sakit pada tubuhnya terutama di bagian perut ke bawah, juga tidak ada bau da
Setelah Sita mengambil tas kanvasnya, dia berbalik dan menatap Husein sambil berkata, “Bagaimanapun, aku juga baik-baik saja. Aku hanya kelelahan dan gula darahku rendah.”Tatapan mata Husein menjadi sangat gelap lalu dia berdiri, “Aku akan mengantarmu.”“Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri naik taksi. Lagi pula kita juga tidak searah. Tadi Tuan Husein juga sudah repot-repot mengantarku ke rumah sakit. Bagaimana bisa aku masih memintamu untuk mengantarku pulang? Tidak perlu!”Husein mendengar kata-kata Sita yang halus dan sopan, di antara kedua alisnya memperlihatkan rasa tidak senang, “Kamu sangat takut untuk naik mobilku. Apakah kamu khawatir terlihat atau disalahpahami oleh seseorang?”Sita bingung mendengarnya, “Orang yang salah paham itu adalah kamu. Aku hanya tidak ingin menyita waktu CEO Grup Handoyo yang sangat berharga.”Seusai berbicara demikian, dia benar-benar meninggalkan kamar rumah sakit. Namun, belum sempat melangkah, dia mendengar langkah kaki yang kuat dari seorang p
Lift dengan cepat tiba di lantai pertama. Setelah orang-orang di dalam lift keluar, akhirnya lift menjadi lapang.Namun, bibi itu menghalangi pintu lift dengan anaknya, terlihat seolah-olah tidak membiarkan Sita dan Husein keluar. Bibi itu merutuk, “Kalian jelaskan padaku, anak muda tidak tahu cara menghormati orang tua dan menyayangi anak kecil.”Sita masih berdiri di sudut lift sambil melirik pria di depannya. Dia berbisik, “Sudah sampai.”Artinya Husein tidak perlu berdiri di depan Sita lagi.Seusai Sita berbicara, pria di depannya akhirnya berdiri tegak dan mundur beberapa langkah. Suasana di dalam lift menjadi sedikit aneh.Sita juga merasakan bahwa suhu di wajahnya meningkat drastis. Dia menunduk dan perlahan mengangkat kepalanya untuk melihat bayangan punggung yang tinggi dari pria itu.Husein berbalik dan menatap ke arah bibi yang sedang menghalangi pintu. Husein mengerutkan alisnya dengan kuat, karena pria itu selalu pergi ke rumah sakit swasta, jadi jarang mengalami kejadian
Bibi itu mendengar putranya dipecat. Awalnya, dia sedikit gelisah, tetapi dengan cepat kembali tenang, “Nak, kenapa kamu begitu pengecut? Setidaknya kamu juga anak yang berbakat, dan sangat hebat. Kamu masih bisa menjadi senior eksekutif di perusahaan lain.”Setelah mendengar ucapan itu, Husein mendengus dingin, “Jangan menghina istilah eksekutif dengan kemampuan anakmu yang biasa-biasa saja.”Setelah berkata demikian, Husein pergi. Sita mengikuti langkah kaki Husein dengan cepat sambil menoleh untuk melihat pria paruh baya dan ibunya itu sedang berdebat, membuat hatinya merasa lega.Nada sombong bibi itu tadi menunjukkan bahwa dia adalah orang yang terbiasa mendominasi di kehidupannya sehari-hari. Jika pria paruh baya itu biasanya terkendali, dia pasti tidak akan seperti itu.Jadi hanya ada satu penjelasan bahwa pria paruh baya itu biasanya memiliki sifat yang sama.Dia tidak tahu berapa banyak orang yang mereka ganggu secara pribadi, tetapi hari ini dia akhirnya mendapat teguran. Sit
Kelopak mata Sita seketika berkedip-kedip ketika mendengar ucapan sepupu kelimanya.Saat dia hendak mengatakan sesuatu, Husein mengangkat alisnya dan berkata dengan dingin, “Tapi perjanjian itu sudah dirobek. Selain itu, Sita juga belum menandatanganinya. Secara hukum, kita masih suami istri.”Setelah mendengar ucapan itu, seketika amarah Rayhan hampir meledak.Dia segera mengambil beberapa langkah ke depan dan menatap Husein dengan berkata, “Coba katakan sekali lagi!”Kedua pria itu memiliki tinggi badan yang hampir sama dan keduanya saling berselisih.Sita melihat situasi ini tidak tepat, sehingga dia segera berlari dan meraih lengan Rayhan, “Oke baiklah, apa hal kecil ini layak untuk diperdebatkan?”“Sita, jangan ikut campur dalam masalah ini! Aku yakin bisa membantumu bercerai dengan lancar!”Rayhan benar-benar marah kepada Husein. Mengapa dia begitu sombong? Adiknya ingin bercerai, itu bukan hal yang mudah dilakukan!Bibir Husein melengkung dengan dingin, “Oh, benarkah? Kalau begi
“Kak, aku membuatmu khawatir.”“Hal bodoh apa yang kamu katakan? Aku hanya memastikan kamu baik-baik saja. Meskipun aku sangat tidak menyukai pria bernama Husein itu, untungnya dia ada di sampingmu kali ini. Sita, jangan bekerja terlalu keras. Kamu sekarang sudah memiliki keluarga dan kakak laki-laki, jadi kamu tidak perlu bekerja terlalu keras.”Bibir Sita sedikit terangkat, “Aku tahu, tapi hari-hari itu cukup spesial. Aku juga ingin menyelesaikan studiku dengan cepat dan segera mendapatkan sertifikat kelulusan, jadi aku bisa kembali ke Manado untuk tinggal bersama kakak. Itu sebabnya aku berusaha sangat keras.”Rayhan juga tahu tentang masalah ini. Bagaimanapun juga, akhir-akhir ini Kak Doni juga sedang sibuk mengurus masalah ini.Rayhan menoleh dan meliriknya, “Sita, kapan kamu berencana memberitahu Kak Doni tentang hubunganmu dengan Husein?”“Aku berencana membahas masalah ini setelah kembali ke Manado. Aku khawatir Kak Doni akan melampiaskan kemarahannya ke Husein karena aku. Baga
Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy
Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan
Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat
Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal
Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d
Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse
“Jika ingin mendapatkan sumsum tulang itu, sangat sederhana! Minta Sisi berlutut di hadapanku dan meminta maaf, lalu membawa anak beban itu dan jangan pernah kembali ke Surabaya seumur hidupnya, maka aku akan memberikan sumsum tulangnya.”Sisi berbicara dingin, “Sepertinya kamu belum mengetahui akibatnya.”Dia melirik pengawal, kemudian mengambil ponselnya dan langsung terhubung ke panggilan video.Sisi memperlihatkan ponselnya ke Vina dan berkata, “Apakah kamu lihat siapa orang di dalam video ini?”Ada seorang anak laki-laki dengan tangan dan kaki diikat, serta mulutnya ditutup di dalam video tersebut.Anak laki-laki itu adalah Taufan.Ketika Vina melihat putranya diculik, dia langsung panik, “Dasar wanita jahat, apa yang kamu lakukan pada putraku?”“Aku tidak akan melakukan apa pun pada putramu. Berikan saja sumsum tulang itu, dan putramu akan aman.”Vina segera menatap Husein, “Kak Husein, kamu lihat dia memperlakukan Taufan seperti ini. Bagaimana jika Taufan terluka? Kamu berjanji
Situasinya menemui titik buntu.Husein menatapnya, “Aku akan menemukan sumsum tulang itu, aku janji.”“Jaminan apa yang kamu beri? Jika aku tidak bisa menemukan sumsum tulang itu hari ini, aku tidak akan melepaskan mereka berdua. Husein, jika kamu berani, langkahi mayatku!”Sisi berdiri di depannya, dengan dingin dan sombong.Husein tiba-tiba merasa putus asa. Dia melihat ibunya dan berkata, “Bu, Dela adalah putriku. Bagaimana mungkin kamu menyembunyikan sumsum tulang itu? Dia adalah cucu kandungmu!”Nyonya Handoyo terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu-ragu, “Nak, jangan katakan itu untuk menipuku. Bagaimana mungkin anak dari perempuan ini adalah cucuku?”Apakah perempuan ini benar-benar Sita?“Bu, dia adalah Sita. Saat dia pergi, dia sudah hamil, dan anak di dalam perutnya adalah anakku.”“Nak, kamu bilang dia Sita? Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang bahwa mereka hanya mirip?”“Bu, aku tidak punya alasan untuk berbohong padamu tentang masalah ini. Dia memang Sita. Awalnya, aku h
“Bukankah kamu bilang bahwa kamu putri Keluarga Syailendra? Kamu sangat mampu, jadi cari sendiri.”Sisi mencengkeram leher Vina dan berkata, “Aku hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengatakannya, maka wajahmu akan hancur. Biar aku lihat wajahmu. Haruskah aku merusak wajahmu?”Vina berkata dengan dingin, “Beraninya kamu!”Sisi berkata dengan tenang, “Tiga, dua ….”Pada detik terakhir, Nyonya Handoyo tidak tahan melihatnya, sehingga dia berteriak, “Aku tahu di mana sumsum tulangnya, jangan lukai dia lagi.”Sisi menatap Nyonya Handoyo dengan dingin, “Sangat bijaksana, selama kamu memberikan sumsum tulangnya, aku akan melepaskan kalian hari ini.”Hanya hari ini!Ketika Nyonya Handoyo hendak berbicara, gerombolan orang tiba-tiba masuk dari gerbang rumah.Husein berjalan maju dan langsung menuju ke ruang makan. Setelah melihat keadaan yang begitu menyedihkan di dalam, wajahnya sedikit berubah!Dia tidak menyangka Sita benar-benar mengambil tindakan.Vina menatapnya dengan penuh harapan, “Ka