Saat Sita pulang ke rumah, bibi dan kakak iparnya menyambut dengan hangat. Bibinya bahkan membuatkan sup ayam lokal untuk mengisi nutrisi Sita karena mereka mendengar bahwa Sita pingsan karena kekurangan gizi.Sita sebenarnya tidak menyukai sup ini, tetapi demi anak di dalam perutnya, dia harus makan sedikit.Dia duduk di sofa untuk beristirahat. Lalu dia melirik kakak iparnya, Anggi, “Kak Doni di mana?”“Kakakmu keluar untuk mengurus pekerjaan. Bagaimanapun juga Perusahaan Bisnis Properti Brighton memiliki cabang di Surabaya, jadi dia datang untuk bertemu dengan teman lama.”“Jadi seperti itu. Cukup baik. Waktu aku membeli rumah ini juga berkat bantuan teman kak Doni, mengapa kita tidak mengundangnya untuk makan bersama.”Anggi terbatuk dan berkata, “Tidak, kakakmu sudah membalas budi, jadi kita sudah tidak perlu melakukan itu.”Sita tidak melanjutkan bertanya.Anggi menghela napas lega. Jika tidak, di mana dia harus mencari seseorang untuk berakting?Malam harinya, Doni kembali tepat
Sore harinya, dia pergi ke sekolah untuk menyerahkan tugasnya. Lalu, dia pergi berbelanja dengan sahabatnya, Govi karena mereka sudah lama tidak bertemu.Govi sangat senang, “Sita, kudengar rumahmu akan digusur, kamu akan menjadi sedikit lebih kaya nanti. Aku turut bahagia untukmu!”“Terima kasih, aku juga tidak menyangka akan digusur, tapi sepertinya, kompensasi itu tidak akan banyak.”Saat mereka berjalan ke pusat perbelanjaan bersama, Sita menerima telepon dari seniornya, “Sita, kamu di mana? Aku tidak melihatmu di kantor.”“Senior, aku sedang berbelanja bersama temanku.”“Kalau begitu, ayo kita makan bersama malam ini, ajak temanmu.”Sita terdiam sejenak, “Senior, aku harus pulang dan makan malam di rumah. Kakak laki-laki dan kakak iparku baru saja datang dari Manado.”Setelah Sita selesai berbicara, Felix tidak melanjutkan pembahasaan tentang makan malam.Govi tampak penasaran setelah Sita menutup telepon, “Senior mengajakmu makan malam. Kenapa kamu tidak pergi? Jangan khawatir, a
Akhir pekan ini Husein dan Linda akan bertunangan?Meskipun Sita mengetahui hal ini dari awal, tapi mendengar sendiri Sandi berkata itu, dalam hatinya masih sedikit kecewa.Govi mendengus dingin, “Kalau begitu semoga pernikahan si bajingan dan pelakor itu abadi. Selain itu, rumah Sita akan segera digusur, dan dia akan segera menikah dengan pria dengan kondisi lebih baik.”Sandi tertawa sampai perutnya sakit, “Itu hanya penggusuran, apa hebatnya?” Sita segera menarik Govi pergi dan tidak membiarkan sahabatnya yang emosian itu mengambil tindakan secara langsung. Sandi adalah putri keluarga Handoyo, dan mereka tidak bisa menandinginya.Saat ini, Sandi melihat punggung Sita dan segera menelepon Wendy, “Hei, aku dengar bahwa rumah Sita akan digusur. Kamu selidiki apa yang terjadi.”“Oke.”Wendy menutup telepon. Dia merasa sangat tidak tenang dalam hatinya. Bagaimana mungkin Sita begitu beruntung sehingga dia bisa mendapatkan penggusuran rumah setelah mendapatkan masalah.Ya Tuhan, ini bena
Terlebih dia khawatir dengan apa yang ada di dalam teh susu, jadi dia memutuskan untuk tidak meminumnya.“Kamu tidak suka teh susu? Aku ingat dulu waktu masih kuliah, kamu cukup suka minum teh susu ini.”Rekan kerja di sebelahnya mulai merayu, “Sita, kamu tahu, Bos Felix ingat apa yang dulu suka kamu minum.”“Sita, menurutmu Felix tidak cuma muda dan tampan, tapi sangat peduli pada orang lain?”Sita tertawa terbahak-bahak, rekan-rekan kerjanya terus menggoda dan membuatnya tidak tahu harus berkata apa.Felix merasa sedikit malu ketika melihat Sita, jadi dia segera melirik rekan kerjanya, “Baiklah, semakin banyak kalian berbicara, semakin berlebihan. Wajar kan jika atasan peduli dengan anak buahnya, apalagi jika menyangkut Sita, dia adalah andalan studio ini.”Mendengar ucapan seniornya. Sita sedikit menghela napas lega. Dia tidak tahu bagaimana menangani masalah seperti itu saat ini.Setelah rekan-rekannya bubar, Felix berbisik, “Sita, kamu tidak perlu tertekan. Menyukaimu adalah urusa
Linda tiba-tiba tidak sabar menantikan pesta pertunangannya lusa.Dia segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon kakak laki-lakinya, Doni. Setelah panggilan itu dijawab dengan cepat, dia langsung tersenyum dan berkata, “Kak, apakah kamu sibuk akhir-akhir ini? Mengakuisisi perusahaan kecil mengharuskanmu terjun secara langsung dan begitu sibuk?”Linda tahu kalau kakak laki-lakinya, Doni kali ini datang ke Surabaya untuk menyelesaikan sendiri masalah akuisisi yang terakhir kali. Tampaknya Doni harus memiliki beberapa program kerja, itulah sebabnya dia sangat menghargainya.Linda merasa sedikit menyesal karena Sita cukup beruntung perusahaan itu diakuisisi oleh kakak laki-lakinya. Jika tidak, Sita pasti akan habis oleh putri orang tua itu. Alhasil, Wendy yang menggantikan dirinya.Doni dengan tenang berkata, “Ini hanya mengatur tim kerja.”Tentu saja, Doni tidak bisa memberitahu Linda bahwa dia secara khusus datang mengunjungi Sita untuk membersihkan perusahaan itu dan melampiaskan amara
Linda juga merupakan putri bungsu dari Keluarga Syailendra. Bertahun-tahun, dia telah membujuk Nenek gila di Keluarga Syailendra. Usahanya tidak menghasilkan apa pun.Apakah ketiga saudara laki-laki dari Keluarga Syailendra masih berharap putri yang sebenarnya bisa kembali?Haha, berhentilah bermimpi, hal itu selamanya tidak mungkin terjadi!Setelah Linda duduk, dia menutupi wajahnya dan akhirnya menunjukkan senyum dingin, “Sepertinya untuk sementara waktu hanya bisa setuju, biarkan Kak Doni, kakak ipar, Kak Rifan dan Kak Ryan datang menghadiri pertunangannya dulu baru berbicara lagi.”Mengenai mas kawin untuk pernikahannya di masa depan, dia tentu saja punya cara.Meskipun Linda tidak bisa mendapatkannya. Mereka tidak akan menolak jika nenek gila itu berinisiatif memberikan kepadanya. Seperti ini tidak melanggar kesepakatan antara dirinya dan Doni.Putri yang sebenarnya selamanya tidak mungkin kembali. Dia yang pantas menjadi putri yang sebenarnya dari Keluarga Syailendra.——Sita dud
Sita merasa ada yang janggal. Siapa yang dia singgung?Jika dia bisa menebak siapa yang dia singgung, hanya orang-orang itu. Apa ini ulah Sandi dan Linda lagi?Bukan tidak mungkin.“Sita berkata, “Aku tidak yakin.”Saat ini, sebuah mobil berdecit dan berhenti di pinggir jalan. Doni turun dari mobil dengan wajah dingin, “Sita, apa kamu baik-baik saja? Di mana orang tua angkatmu? Izinkan aku bicara dengan mereka.”Sita menggelengkan kepalanya, “Mereka sudah pergi.”Sepertinya mereka menghindari kakak laki-laki Sita agar tidak dimarahi. Orang tua angkat Sita selalu terjerat sehingga mereka pergi dengan rapi kali ini.Saat ini, Felix sengaja angkat bicara, “Sita, ayo antar bibimu pulang dulu.”Doni melihat Felix dan mengerutkan keningnya. Nadanya sedikit tidak enak didengar, “Siapa kamu?”Sita segera memperkenalkan, “Kak, dia adalah pemilik studio tempat aku bekerja, dia juga seniorku.”Felix langsung menyapa sambil tersenyum, “Halo, Kak.”Doni memberikan tanggapan yang datar. Dia adalah p
Dalam hitungan detik, Doni sudah membayangkan banyak skenario, dia sangat marah dan ingin membunuh seseorang.“Alasan spesifiknya belum diketahui. Tapi memang keluarga Handoyo yang menghubungi pemilik perusahaan konstruksi itu dan meminta mereka mengincar Sita. Bagaimanapun, keluarga Handoyo adalah keluarga kaya dan ternama di kota Surabaya, jadi perusahaan konstruksi kecil tidak berani membantah.”“Hah, Husein benar-benar punya nyali. Berani-beraninya dia! Doni sangat marah sehingga dadanya seperti hampir meledak.Husein, pria itu mau menikah dengan Linda, bahkan Linda sampai memohon untuk melakukan operasi pada nenek Handoyo. Beraninya dia mengincar Sita!Doni menutup telepon dan segera menelepon Ryan. Masalah ini harus dibicarakan dengan Ryan. Jika Husein memiliki maksud tersendiri terhadap Sita sampai menggunakan cara-cara licik seperti itu, maka dia perlu mempertimbangkan untuk berhubungan dengan keluarga Handoyo.Tidak masalah jika tidak jadi bertunangan.Di ruang tamu, Sita awa
Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy
Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan
Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat
Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal
Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d
Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse
“Jika ingin mendapatkan sumsum tulang itu, sangat sederhana! Minta Sisi berlutut di hadapanku dan meminta maaf, lalu membawa anak beban itu dan jangan pernah kembali ke Surabaya seumur hidupnya, maka aku akan memberikan sumsum tulangnya.”Sisi berbicara dingin, “Sepertinya kamu belum mengetahui akibatnya.”Dia melirik pengawal, kemudian mengambil ponselnya dan langsung terhubung ke panggilan video.Sisi memperlihatkan ponselnya ke Vina dan berkata, “Apakah kamu lihat siapa orang di dalam video ini?”Ada seorang anak laki-laki dengan tangan dan kaki diikat, serta mulutnya ditutup di dalam video tersebut.Anak laki-laki itu adalah Taufan.Ketika Vina melihat putranya diculik, dia langsung panik, “Dasar wanita jahat, apa yang kamu lakukan pada putraku?”“Aku tidak akan melakukan apa pun pada putramu. Berikan saja sumsum tulang itu, dan putramu akan aman.”Vina segera menatap Husein, “Kak Husein, kamu lihat dia memperlakukan Taufan seperti ini. Bagaimana jika Taufan terluka? Kamu berjanji
Situasinya menemui titik buntu.Husein menatapnya, “Aku akan menemukan sumsum tulang itu, aku janji.”“Jaminan apa yang kamu beri? Jika aku tidak bisa menemukan sumsum tulang itu hari ini, aku tidak akan melepaskan mereka berdua. Husein, jika kamu berani, langkahi mayatku!”Sisi berdiri di depannya, dengan dingin dan sombong.Husein tiba-tiba merasa putus asa. Dia melihat ibunya dan berkata, “Bu, Dela adalah putriku. Bagaimana mungkin kamu menyembunyikan sumsum tulang itu? Dia adalah cucu kandungmu!”Nyonya Handoyo terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu-ragu, “Nak, jangan katakan itu untuk menipuku. Bagaimana mungkin anak dari perempuan ini adalah cucuku?”Apakah perempuan ini benar-benar Sita?“Bu, dia adalah Sita. Saat dia pergi, dia sudah hamil, dan anak di dalam perutnya adalah anakku.”“Nak, kamu bilang dia Sita? Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang bahwa mereka hanya mirip?”“Bu, aku tidak punya alasan untuk berbohong padamu tentang masalah ini. Dia memang Sita. Awalnya, aku h
“Bukankah kamu bilang bahwa kamu putri Keluarga Syailendra? Kamu sangat mampu, jadi cari sendiri.”Sisi mencengkeram leher Vina dan berkata, “Aku hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengatakannya, maka wajahmu akan hancur. Biar aku lihat wajahmu. Haruskah aku merusak wajahmu?”Vina berkata dengan dingin, “Beraninya kamu!”Sisi berkata dengan tenang, “Tiga, dua ….”Pada detik terakhir, Nyonya Handoyo tidak tahan melihatnya, sehingga dia berteriak, “Aku tahu di mana sumsum tulangnya, jangan lukai dia lagi.”Sisi menatap Nyonya Handoyo dengan dingin, “Sangat bijaksana, selama kamu memberikan sumsum tulangnya, aku akan melepaskan kalian hari ini.”Hanya hari ini!Ketika Nyonya Handoyo hendak berbicara, gerombolan orang tiba-tiba masuk dari gerbang rumah.Husein berjalan maju dan langsung menuju ke ruang makan. Setelah melihat keadaan yang begitu menyedihkan di dalam, wajahnya sedikit berubah!Dia tidak menyangka Sita benar-benar mengambil tindakan.Vina menatapnya dengan penuh harapan, “Ka