Sita melihat nama yang tertera di kartu nama tersebut, CEO Perusahaan Konstruksi PT Guna Persada.Dia ingat perusahaan tersebut, dulu dia membantu Husein sekali mengirim dokumen. Pada saat itu, presiden Perusahaan Konstruksi PT Guna Persada saat ini ingin mencari Husein untuk berinvestasi dalam proyek lapangan golf.Tapi sepertinya ditolak oleh Husein.Namun kemudian dia menyadari jika lapangan golf tersebut masih buka, dan tidak sengaja mendengar Husein mengatakan jika ada masalah dengan tanah tersebut.Pria tua itu melanjutkan, “Sita, rancangan desain ini tidak masalah. Saya bisa mengurus semuanya untuk Anda. Sekarang kita bisa membicarakan hal lain. Apa yang biasanya Anda suka lakukan dan hal apa yang Anda sukai?”Sita merasa ada yang janggal saat mendengar ini, dia berdiri dan berkata, “Tuan Ari, jika anda masih belum mengetahui bagaimana desainnya, kita bicara lagi sampai Anda mengetahuinya.”Seusai dia berbicara demikian, dia berencana untuk pergi dari sini, tetapi pintu rumah su
Sikap tenang Zhao Sici membuat Tuan Ari merasa sedikit gelisah.Pria paruh baya itu segera mengeluarkan ponsel Sita, “Buka passwordnya.”Sita langsung membuka passwordnya.Lalu Tuan Ari memberikan nomor telepon Husein dan langsung menghubunginya lewat ponsel Sita. Tak lama kemudian sebuah nama muncul di ponselnya: [Manusia brengsek]Melihat nama itu, Sita terbatuk, “Itu adalah candaanku dengan dia.”Pria paruh baya itu segera menutup telepon, dan wajah Tuan Ari berubah, “Kembalikan ponselnya.”Sita akhirnya mendapatkan ponselnya, akhirnya hatinya merasa lega setelah sempat tegang tadi, apakah bisa disebut dia melewati cobaan ini?Dia benar-benar takut setengah mati tadi.Tapi berkata seperti itu apakah dia aman? Di saat genting, dia mengandalkan kekuasaan Husein untuk menggertaknya.Kring, tak lama kemudian ponsel Sita berdering lagi. Itu adalah panggilan dari Husein, kelopak matanya berkedut. Kenapa si brengsek itu menelepon balik? Apakah dia tidak sibuk?Tuan Ari menoleh, nadanya ten
“Menelepon secara random?”Husein sangat marah sampai dia menarik dasinya. Dia membuang bisnisnya yang bernilai triliunan rupiah untuk datang kemari. Dia benar-benar mengira Sita sedang ada masalah, tapi ternyata itu hanya permainan Truth or Dare?Husein benar-benar ingin mencekik Sita!Nada Husein sedikit kesal, “Sita, kamu benar-benar anak yang baik. Lain kali jika kamu mati pun, juga jangan meneleponku.”Setelah berkata demikian, dia berbalik dengan marah dan masuk ke mobil.Tatapan Sita terhenti, entah kenapa dia tidak ingin menceritakan pengalamannya bertemu dengan pria mesum tua di rumah tadi, dia pasti akan dicibir oleh Husein.Pada saat itu, Sita kebetulan melihat sebuah mobil mewah melaju keluar dari perumahan. Jendela mobil diturunkan dan dia melihat wajah Tuan Ari yang menatap ke arahnya.Untuk sesaat, hati Sita ketakutan.Dia melihat ke arah Husein yang bersiap naik mobil, Sita langsung berjalan memeluk pinggang Husein, “Sayang, jangan marah ya.”Husein mematung di depan pi
Husein menurunkan matanya untuk menatap sepasang mata Sita yang berbentuk almond, lugu dan polos, seperti dia lah orang jahatnya.Emosi di hatinya meledak dalam sekejap. Tatapannya mengarah ke sudut bibir Sita. Dia menundukkan kepalanya dan langsung menutup bibirnya, Sekarang seharusnya dia sudah bisa diam.Seketika, Sita merasa kebingungan.Husein sedang apa?Respon Sita ingin mendorongnya, tapi dadanya amat dingin dan keras. Jadi dia tidak bisa mendorongnya sama sekali!Dia menatapnya dengan mata lebar, sepasang mata sipit dan panjang seperti tinta. Seperti sedang mencoba meluluhkannya.Seketika, suhu di dalam mobil meningkat drastis.Tangan Sita mencengkeram kemejanya dengan kuat. Tetapi Sita lemah dan tidak berdaya, lebih seperti berpegangan pada bahunya, mencoba menolak tapi tetap menerimanya.Akhirnya Sita menggigit sudut bibir Husein sehingga pria itu berhenti dengan teriakan yang teredam.Matanya yang sipit dan lentik memerah, menatapnya lekat-lekat.Suasana di dalam mobil heni
Tiba-tiba seseorang mengetuk jendela mobil, Husein menurunkan jendela dengan wajah dingin, “Siapa?”“Saya polisi lalu lintas, kalian tidak bisa berhenti di sini. Saya sarankan kalian pergi ke hotel!”Di luar pintu mobil berdiri seorang pria paruh baya yang mengenakan rompi polantas, seluruh ekspresinya terlihat jelas.Sita melihat orang yang mengenakan seragam di luar, seketika menutupi wajahnya sendiri. Benar-benar memalukan.Husein duduk tegak dengan wajah tegas, tak lama sopir serta sekretarisnya berlari masuk dan dengan cepat meninggalkan tempat itu.Bagaimanapun suasana dalam mobil sama seperti sebelumnya yang diselimuti suasana canggung.Sopir dan sekretarisnya berharap mereka bisa berubah menjadi tembok.Wajah Husein yang tegas, dasinya dilempar ke samping, kerah bajunya longgar, dan ada kerutan di pundaknya.Sita duduk di pojok dan mengatur ekspresinya setelah beberapa saat. Dia diam-diam menatap asisten yang berada di samping sopir, “Turunkan aku di depan stasiun kereta bawah
“Kerja bagus. Kamu langsung ke toko dan ambil tas itu, aku akan bilang ke manajer toko.”“Terima kasih, Nona Sandi. Anda bisa mempercayakan apa pun pada saya. Lagi pula, saya juga memiliki dendam pada Sita.”Setelah menutup telepon, Wendy memikirkan tas yang akan dia dapatkan seketika membuatnya sangat bersemangat.Dia mengatakan bahwa begitu Sita pergi ke rumah itu, dia tidak akan bisa kembali seutuhnya. Meskipun dia bisa kembali dengan cepat, pasti mulutnya bengkak karena dicium oleh seorang pria. Jadi biarkan Sita menggantikannya untuk melayani pria tua mesum itu.Di sore hari, Sita merasa sedikit linglung. Setiap kali dia menyentuh bibirnya saat minum, dia teringat ciuman yang dia lakukan dengan Husein.Sita menutupi wajahnya. Dia benar-benar gila!Tidak, dia harus tenang. Dia menuangkan segelas air dingin untuk diminum. Bagaimana mungkin dia bisa memiliki gairah pada Husein?Keesokan harinya, setelah kelas pagi Sita selesai, dia langsung pergi ke studio.Tidak selang lama, seseora
“Oke, kalian begitu angkuh, tunggu perhitungan dariku!”Wanita itu pergi sambil mengumpat dan mengutuk.Studio kembali hening, dan Sita merasa rekan-rekannya menatapnya dengan tatapan aneh dan hatinya merasa sedikit tidak nyaman.Felix angkat bicara dan berkata, “Ayo bubar. Saya pasti akan melindungi hak dan kepentingan karyawan perempuan di perusahaan ini.”Mendengar ini, hati Sita sedikit tersentuh, “Terima kasih, senior, karena telah mempercayaiku.”“Tentu saja aku percaya padamu. Memang ada banyak hal aneh yang muncul di tempat kerja, dan aku bisa mengatasi masalah ini. Pesanan itu juga dihentikan.”Sita mengangguk, “Maaf atas ketidaknyamanannya. Tetapi aku sudah menyelesaikan pesanan itu.”Ekspresi Felix sedikit terkejut, “Benarkah?”Dia tidak pernah menyangka akan seperti ini. Ternyata Sita memenangkan pesanan desain ini kemarin.“Memang benar, tapi tidak ada hal yang tidak pantas.”Sita tidak mengatakan proses mengatasinya, dan tidak mengatakan tentang Husein. Lagi pula, itu tid
Setelah mendengar kata-kata itu, kelima pria yang di telepon bergegas bangun.Setelah melihat isi berita tersebut, ekspresi Doni menjadi sangat tidak enak dipandang, “Rayhan, tim hukummu di sana tahu apa yang harus dilakukan, bukan?”Rayhan berkata dengan dingin, “Aku tahu. Jika aku tidak bisa menjebloskan dalang di balik ini ke penjara dan membuatnya menyesal!”Kelima kakak laki-laki Sita melancarkan serangan dahsyat dan mulai menyelidiki insiden penyebaran rumor tersebut.Setelah menutup telepon dengan kakak keduanya, Rifan, Sita tidak merasa mengantuk lagi. Sekarang tinggal dirinya sendiri.Selepas bangun, Sita mandi dan pergi bekerja karena hari ini adalah akhir pekan jadi tidak ada kelas.Setelah tiba di studio, dia melihat bahwa masih banyak orang yang hadir di studio.Tapi ketika dia masuk ke dalam studio, suasana menjadi sangat sepi dan sedikit aneh.Sita tahu alasan mengapa kondisinya seperti ini.Wendy mencibir, “Oh, Sita, kamu masih punya malu. Aku belum pernah melihat popul
Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy
Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan
Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat
Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal
Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d
Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse
“Jika ingin mendapatkan sumsum tulang itu, sangat sederhana! Minta Sisi berlutut di hadapanku dan meminta maaf, lalu membawa anak beban itu dan jangan pernah kembali ke Surabaya seumur hidupnya, maka aku akan memberikan sumsum tulangnya.”Sisi berbicara dingin, “Sepertinya kamu belum mengetahui akibatnya.”Dia melirik pengawal, kemudian mengambil ponselnya dan langsung terhubung ke panggilan video.Sisi memperlihatkan ponselnya ke Vina dan berkata, “Apakah kamu lihat siapa orang di dalam video ini?”Ada seorang anak laki-laki dengan tangan dan kaki diikat, serta mulutnya ditutup di dalam video tersebut.Anak laki-laki itu adalah Taufan.Ketika Vina melihat putranya diculik, dia langsung panik, “Dasar wanita jahat, apa yang kamu lakukan pada putraku?”“Aku tidak akan melakukan apa pun pada putramu. Berikan saja sumsum tulang itu, dan putramu akan aman.”Vina segera menatap Husein, “Kak Husein, kamu lihat dia memperlakukan Taufan seperti ini. Bagaimana jika Taufan terluka? Kamu berjanji
Situasinya menemui titik buntu.Husein menatapnya, “Aku akan menemukan sumsum tulang itu, aku janji.”“Jaminan apa yang kamu beri? Jika aku tidak bisa menemukan sumsum tulang itu hari ini, aku tidak akan melepaskan mereka berdua. Husein, jika kamu berani, langkahi mayatku!”Sisi berdiri di depannya, dengan dingin dan sombong.Husein tiba-tiba merasa putus asa. Dia melihat ibunya dan berkata, “Bu, Dela adalah putriku. Bagaimana mungkin kamu menyembunyikan sumsum tulang itu? Dia adalah cucu kandungmu!”Nyonya Handoyo terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu-ragu, “Nak, jangan katakan itu untuk menipuku. Bagaimana mungkin anak dari perempuan ini adalah cucuku?”Apakah perempuan ini benar-benar Sita?“Bu, dia adalah Sita. Saat dia pergi, dia sudah hamil, dan anak di dalam perutnya adalah anakku.”“Nak, kamu bilang dia Sita? Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang bahwa mereka hanya mirip?”“Bu, aku tidak punya alasan untuk berbohong padamu tentang masalah ini. Dia memang Sita. Awalnya, aku h
“Bukankah kamu bilang bahwa kamu putri Keluarga Syailendra? Kamu sangat mampu, jadi cari sendiri.”Sisi mencengkeram leher Vina dan berkata, “Aku hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengatakannya, maka wajahmu akan hancur. Biar aku lihat wajahmu. Haruskah aku merusak wajahmu?”Vina berkata dengan dingin, “Beraninya kamu!”Sisi berkata dengan tenang, “Tiga, dua ….”Pada detik terakhir, Nyonya Handoyo tidak tahan melihatnya, sehingga dia berteriak, “Aku tahu di mana sumsum tulangnya, jangan lukai dia lagi.”Sisi menatap Nyonya Handoyo dengan dingin, “Sangat bijaksana, selama kamu memberikan sumsum tulangnya, aku akan melepaskan kalian hari ini.”Hanya hari ini!Ketika Nyonya Handoyo hendak berbicara, gerombolan orang tiba-tiba masuk dari gerbang rumah.Husein berjalan maju dan langsung menuju ke ruang makan. Setelah melihat keadaan yang begitu menyedihkan di dalam, wajahnya sedikit berubah!Dia tidak menyangka Sita benar-benar mengambil tindakan.Vina menatapnya dengan penuh harapan, “Ka