Linda selalu merasa bahwa Ryan memiliki pandangan yang lebih buruk tentang Husein dari sebelumnya.——Sita terbangun dan menyadari bahwa dia masih di rumah sakit setelah mencium bau disinfektan.Tapi dia benar-benar jauh lebih baik sekarang.Tampaknya obat yang diresepkan Ryan cukup manjur.“Nona Sita, anda sudah bangun. Apakah anda perlu saya bantu ke kamar mandi, atau anda ingin makan?”Sita melihat seorang perawat berdiri di sampingnya dan berkata, “Kamu siapa?”“Saya adalah perawat yang disewa oleh keluarga anda.”Oh, kakak ketiganya menyewa perawat untuk dirinya.Sita benar-benar lapar, “Kalau begitu, belikan aku bubur milet dan cemilan, jangan terlalu berminyak.”Setelah Sita selesai berbicara, dia melihat Ryan masuk membawa kotak makan siang, “Sita, kamu pasti lapar setelah bangun tidur. Aku membawakanmu makanan.”Sita tampak kebingungan dan menunjuk ke arah perawat di sampingnya, “Kak, bukankah kamu meminta perawat ini untuk membelikanku makanan?”Ryan mengerutkan keningnya, “A
Husein sedikit mengangkat alisnya saat mendengar kata pemeriksaan kehamilan, dia hampir lupa bahwa saat ini Sita sedang berakting sebagai wanita hamil.Dia menjawab dengan ragu, “Hmm, aku tahu.”“Apa yang kamu tahu? Jika aku tidak mengingatkan, kamu tidak akan memikirkan hal ini kan? Besok, kamu bawa Sita ke rumah sakit ini untuk memeriksakan kehamilannya.”Nenek selesai berbicara, lalu menutup teleponnya.Husein mengusap pelipisnya dan menatap sekretarisnya, “Pergilah ke dokter kandungan besok, jangan sampai nenek merasa curiga.”Sekretaris Lia dengan cepat mengangguk lalu meninggalkan kantor.Husein mengambil ponselnya dan mengirim pesan WhatsApp kepada Sita: [Besok datanglah ke rumah sakit, nenek ingin bertemu denganmu.]Setelah selesai makan di bangsal, Sita merasa seperti hidup kembali dengan energi penuh.Ryan berdiri di samping ranjang rumah sakit, “Bawa dan minumlah obat-obatan ini. Hasil pemeriksaan kehamilan belum keluar. Aku akan memberitahumu jika hasilnya sudah keluar. Ist
Sita menjelaskan kepada kakak-kakaknya di rumah dengan semangat bahwa dirinya hanya terkena flu dan bukan penyakit yang berbahaya.Namun, di tengah kekhawatiran keluarganya, Sita tetap merasakan kebahagiaan dari lubuk hatinya yang terdalam.Setelah panggilan video berakhir, Sita berbaring di tempat tidur untuk beristirahat. Namun, saat ini dia tidak bisa tidur. Akhirnya dia mengeluarkan ponselnya untuk membuka-buka WhatsApp dan menemukan pesan yang dikirim oleh Husein.Sita baru saja berbincang dengan keluarganya dan tidak menyadari Husein mengirim pesan padanya.Sita tahu bahwa dia harus terus berakting di depan neneknya, jadi dia menjawab: [Aku tahu.]Sita memejamkan mata dan teringat akan gaun pengantin putih milik Linda yang sangat menarik perhatian dan hal itu membuat dia merasa kesal.Untungnya, satu bulan bukan waktu yang lama.Ini akan segera berakhir.Keesokan harinya, Sita langsung pergi ke rumah sakit swasta tempat nenek di rawat.Dia sedang duduk di dalam taksi dan menerima
Sita menatapnya dengan tidak percaya, “Untuk apa periksa kehamilan?”Apakah Husein curiga?“Apakah kamu lupa, sekarang kamu adalah wanita hamil? Nenek yang mengatur periksa kehamilan. Periksa kehamilan ini hanyalah akting untuk membuat nenek percaya.”Jantung Sita yang awalnya berdegup kencang perlahan-lahan mereda, “Jangan terlalu khawatir. Aku akan memberitahu nenek bahwa aku sudah periksa kehamilan kemarin.”“Tidak, nenek pasti akan meminta untuk melihat hasil periksa kehamilan dan USG. Jadi kamu harus melakukan periksa kehamilan sekarang.”Sita terkejut, “Ini kan rumah sakit keluarga Handoyo. Kamu bisa meminta seseorang memalsukan hasilnya.”Husein tiba-tiba mendekat sambil memegang bahu Sita, dia berkata dengan pelan, “Apa kamu tidak melihat ibu Lisa?”Sita mendongak untuk melihat ibu Lisa dan ekspresinya menjadi kebingungan, “Ada apa?”“Kamu sudah menginap di sekolah beberapa hari dan tidak pulang. Ibu Lisa memberitahu nenek sehingga mungkin nenek pikir kita sedang ada masalah, j
“Jadi kamu masih memiliki hati nurani.”Setelah Wulan selesai berbicara, dia menatap Husein, “Nak, Linda bilang bahwa kakaknya sudah di Surabaya. Ayo kita makan malam bersama agar bisa mendiskusikan tentang pernikahanmu. Bagaimanapun, keluarga kita dengan keluarga Syailendra bukanlah keluarga biasa, jadi soal tunangan ini juga harus didiskusikan dengan baik.”Husein menatap Sita tanpa ekspresi, tapi wanita itu tidak menoleh sedikit pun.Tatapan mata Husein mencibir dirinya sendiri. Pada kenyataannya, Sita tidak peduli dia dengan Linda bertunangan dengan serius atau tidak. Lagipula Sita sudah menemukan pasangan baru, bahkan mampu berpindah-pindah di antara dua pria dengan mudah.Sebenarnya menurutnya itu adalah akhir yang baik, setidaknya Sita tidak akan mengganggu dirinya.Namun, dia tidak sebahagia perkiraannya.Wulan memandang Sita dengan marah saat melihat situasi ini, “Sudah aku katakan kamu tidak perlu ke rumah sakit ini lagi, putraku akan segera bertunangan dengan Linda. Mereka b
Linda menggenggam erat ponselnya, namun pada akhirnya dia berhasil mengendalikan diri untuk tidak membantingnya.Asistennya angkat bicara, “Pihak rumah sakit sudah bertanya, tapi Tuan Ryan sedang tidak bertugas di rumah sakit.”“Kalau kak Ryan tidak bertugas malam ini, mengapa dia tidak menjawab teleponku? Apa dia tidak mau bertemu denganku?”Linda sedikit tidak sabar. Awalnya, dia tidak menyangka kakaknya, Ryan menolak undangannya. Jadi dia secara khusus mengajak makan malam hari ini untuk berdiskusi nanti.Tapi dia tidak menyangka kakaknya tidak datang hari ini!Linda melirik ke ruang privat. Husein dan Nyonya Handoyo sudah datang. Mereka sedang menunggu kedatangan Ryan. Jika kakaknya tidak datang, bagaimana Linda akan menjelaskannya?Dia menatap asistennya dengan dingin, “Bisakah kamu cari tahu ada konflik apa antara kak Ryan dengan Husein? Apa kamu sudah menemukan hasilnya?”Asisten itu menundukkan kepalanya dan berkata, “Saya belum menyelidikinya.”Linda menampar asistennya karena
“Bagus.”Sita belum pernah ke pelelangan, dia menganggukkan kepalanya dan setuju untuk menemani Yoga.Setelah Yoga mengetahui adik perempuannya setuju, dia segera mengambil ponsel dan mengirim pesan ke grup keluarga: [Kak, Sita setuju untuk pergi ke pelelangan bersamaku untuk mensponsori sejumlah dana.]Seketika, ada lima transferan dalam grup, semuanya untuk lelang amal adik perempuan mereka.Yoga dengan senang hati menerima uang itu: [Terima kasih atas dukungan kakak-kakak semua, muaahh.]Rehan berkata: [Penggelapan dana adalah kegiatan yang dilarang. Maka, tunggu surat pengacara.]Yoga menjawab dengan emoji menangis, apakah dia orang yang seperti ini?Dia tidak akan mengadu domba siapa pun dengan adik perempuannya sendiri.Malamnya, Sita pergi ke tempat pelelangan amal bersama kakak keenamnya, Yoga.Sita melihat mobil mewah terparkir di luar. Benar, orang yang tidak punya uang tidak akan bisa berpartisipasi dalam acara seperti itu.“Sita, belilah apa pun yang kamu suka nanti.”Sita
Tatapan Sita tertuju pada jasnya ketika memperhatikan Husein berjalan ke arah mereka.Hampir bisa dipastikan Sita memilih setelan ini untuk Husein beberapa bulan yang lalu.Saat itu, Linda belum kembali, dan dia belum mengajukan gugatan cerai.Husein datang dan melihat tiket di tangan Sita. Tanpa sadar dia mengerutkan keningnya.Linda segera mendekatinya sambil tersenyum, “Husein, aku tidak menyangka akan bertemu Nona Sita di sini. Aku dan Sandi juga merasa heran, jadi kami mengobrol dengannya.”Sandi juga segera mengompori, “Kak, aku tidak tahu pria mana lagi yang berhubungan dengan Sita. Jika tidak, bagaimana mungkin dia dengan statusnya sekarang bisa datang ke acara seperti ini? Ada orang yang jelas-jelas ditakdirkan untuk tinggal di daerah kumuh, masih bermimpi bisa berubah menjadi kaya.Ekspresi Sita menjadi dingin dan di belakangnya terdengar suara dingin dari Yoga, “Aku mencium mulut yang sangat bau dari jauh, bahkan aku tidak bisa menutupinya dengan parfum yang kuat sekali pun.
Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy
Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan
Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat
Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal
Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d
Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse
“Jika ingin mendapatkan sumsum tulang itu, sangat sederhana! Minta Sisi berlutut di hadapanku dan meminta maaf, lalu membawa anak beban itu dan jangan pernah kembali ke Surabaya seumur hidupnya, maka aku akan memberikan sumsum tulangnya.”Sisi berbicara dingin, “Sepertinya kamu belum mengetahui akibatnya.”Dia melirik pengawal, kemudian mengambil ponselnya dan langsung terhubung ke panggilan video.Sisi memperlihatkan ponselnya ke Vina dan berkata, “Apakah kamu lihat siapa orang di dalam video ini?”Ada seorang anak laki-laki dengan tangan dan kaki diikat, serta mulutnya ditutup di dalam video tersebut.Anak laki-laki itu adalah Taufan.Ketika Vina melihat putranya diculik, dia langsung panik, “Dasar wanita jahat, apa yang kamu lakukan pada putraku?”“Aku tidak akan melakukan apa pun pada putramu. Berikan saja sumsum tulang itu, dan putramu akan aman.”Vina segera menatap Husein, “Kak Husein, kamu lihat dia memperlakukan Taufan seperti ini. Bagaimana jika Taufan terluka? Kamu berjanji
Situasinya menemui titik buntu.Husein menatapnya, “Aku akan menemukan sumsum tulang itu, aku janji.”“Jaminan apa yang kamu beri? Jika aku tidak bisa menemukan sumsum tulang itu hari ini, aku tidak akan melepaskan mereka berdua. Husein, jika kamu berani, langkahi mayatku!”Sisi berdiri di depannya, dengan dingin dan sombong.Husein tiba-tiba merasa putus asa. Dia melihat ibunya dan berkata, “Bu, Dela adalah putriku. Bagaimana mungkin kamu menyembunyikan sumsum tulang itu? Dia adalah cucu kandungmu!”Nyonya Handoyo terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu-ragu, “Nak, jangan katakan itu untuk menipuku. Bagaimana mungkin anak dari perempuan ini adalah cucuku?”Apakah perempuan ini benar-benar Sita?“Bu, dia adalah Sita. Saat dia pergi, dia sudah hamil, dan anak di dalam perutnya adalah anakku.”“Nak, kamu bilang dia Sita? Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang bahwa mereka hanya mirip?”“Bu, aku tidak punya alasan untuk berbohong padamu tentang masalah ini. Dia memang Sita. Awalnya, aku h
“Bukankah kamu bilang bahwa kamu putri Keluarga Syailendra? Kamu sangat mampu, jadi cari sendiri.”Sisi mencengkeram leher Vina dan berkata, “Aku hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengatakannya, maka wajahmu akan hancur. Biar aku lihat wajahmu. Haruskah aku merusak wajahmu?”Vina berkata dengan dingin, “Beraninya kamu!”Sisi berkata dengan tenang, “Tiga, dua ….”Pada detik terakhir, Nyonya Handoyo tidak tahan melihatnya, sehingga dia berteriak, “Aku tahu di mana sumsum tulangnya, jangan lukai dia lagi.”Sisi menatap Nyonya Handoyo dengan dingin, “Sangat bijaksana, selama kamu memberikan sumsum tulangnya, aku akan melepaskan kalian hari ini.”Hanya hari ini!Ketika Nyonya Handoyo hendak berbicara, gerombolan orang tiba-tiba masuk dari gerbang rumah.Husein berjalan maju dan langsung menuju ke ruang makan. Setelah melihat keadaan yang begitu menyedihkan di dalam, wajahnya sedikit berubah!Dia tidak menyangka Sita benar-benar mengambil tindakan.Vina menatapnya dengan penuh harapan, “Ka