“Mau ngapain?”
Pertanyaan polos itu membuat Rafael melongo selama beberapa detik. Apa Kirei harus menanyakan hal sepolos itu padanya? Apa Kirei benar-benar tidak memahami keinginan Rafael? Bagaimana bisa sama sekali tidak paham disaat dirinya sudah sangat bergairah seperti ini?
Kirei menahan tawa saat melihat raut wajah Rafael yang tidak menduga kalau Kirei akan menanyakan hal tidak penting seperti itu disaat bibir mereka hampir bersentuhan!
Rafael yang melihat Kirei melengkungkan bibir hendak menertawakannya seketika paham dan merasa geram karena sudah dipermainkan oleh istri kecilnya ini! Ternyata Kirei tidak bisa dianggap enteng! Dengan wajah polosnya Kirei bisa membuat Rafael kehilangan kata-kata begitu saja!
“Awas kamu ya berani ngerjain aku kayak tadi! Aku bakal hukum kamu sekarang!”
Rafael tersenyum smirk waktu melihat mata Kirei yang membola terkejut karena ancamannya barusan!
Tidak ingin dipertanyakan lagi se
“Morning, Baby!” sapa Rafael saat Kirei menggeliat bangun akibat sinar matahari pagi yang pasti menyilaukan mata.“Morning,” balas Kirei dengan suara seraknya yang terdengar seksi di telinga Rafael.“Tidurnya nyenyak gak?”“Nyenyak banget.”“Masih capek?”“Lumayan.”“Mau aku pijitin gak?” tawar Rafael. Namun kali ini Kirei tidak langsung menjawab, malah matanya menatap Rafael sambil memicing tajam. Curiga.“Ini masih pagi, jangan modus deh!” omel Kirei galak.Rafael terbahak mendengar keketusan istrinya yang sangat sadar dengan modusnya, niatnya untuk melakukannya lagi pada Kirei pagi ini terpaksa harus tertunda sementara. Tidak apa daripada istrinya kelelahan!“Hari ini aku libur. Mau jalan-jalan gak?”“Jalan kemana?”“Kemana aja. Kamu mau belanja? Makan? Nonton?”&ldqu
“Ervin?” lirih Kirei, masih tidak percaya dengan penglihatannya.Tidak percaya kalau setelah sekian tahun berlalu, dirinya kembali dipertemukan dengan Ervin, pria brengsek dalam kamus hidup Kirei di masa lalu.Dan kenapa harus bertemu pria itu hari ini? Disaat Kirei sedang jalan berdua dengan Rafael? Membuat moment kebersamaan mereka yang begitu indah pupus begitu saja akibat kenangan masa lalu saat melihat Ervin!“Dia siapa, Kirei?” tanya Rafael namun diacuhkan oleh Kirei, lebih tepatnya Kirei tidak mendengar pertanyaan Rafael, fokusnya saat ini hanya tertuju pada Ervin dan hal itu membuat Rafael curiga. Seketika rasa waspada menghampiri Rafael, terlebih saat melihat respon Kirei yang mencurigakan!“Hi, Kirei! Akhirnya aku ketemu kamu lagi. Aku cari kamu kemana-mana padahal semenjak lulus tapi gak pernah ketemu! Kamu kemana sih setelah lulus? Aku tanya teman-teman juga gak ada yang tau,” cerocos pria yang bernama Ervin
Kirei hanya bisa berteriak kaget saat Rafael menarik selimutnya dan mencekal kedua tangannya dengan marah!“Astaga! Kamu mau apa, Rafa? Aku mau istirahat!” sentak Kirei semakin emosi karena Rafael tidak ingin melepaskannya.“Apa kamu lupa dengan ucapanku dulu? Aku akan buat kamu hamil secepatnya! Terlebih lagi sekarang disaat ada pria brengsek bernama Ervin yang mengganggu pikiran kamu! Aku tidak akan pernah membiarkannya!”Kirei berusaha keras melawan saat Rafael mengoyak baju tidurnya dengan kasar, tapi apa daya dirinya hanya wanita yang bertubuh mungil, sudah pasti kalah tenaga jika dibandingkan dengan Rafael!Pria itu dapat dengan mudah mencapai tujuannya, dengan sigap Rafael menghalau tangan Kirei yang hendak mencegahnya! Tidak perlu waktu lama tubuh polos Kirei sudah tampak jelas!“Lepasin, Rafa! Kamu jangan gila!” hardik Kirei masih berusaha mempertahankan diri meski sudah tidak ada sehelai benangpun yang
#FLASHBACK ONKirei melangkah dengan senyum lebar terukir di wajah cantiknya, seperti biasa hendak mencari Ervin yang tidak pernah absen menemaninya ke perpustakaan selama beberapa waktu terakhir. Ervin yang adalah pria tampan, mantan kapten basket di sekolah mereka membuat Kirei sempat tidak percaya saat pria itu mendekatinya.Apalagi sikap Ervin yang begitu lembut dan manis pada Kirei membuat hatinya berbunga-bunga. Ahh! Masa remaja memang paling indah!Kirei baru hendak masuk ke dalam ruangan ekskul basket saat samar-samar mendengar namanya disebut-sebut. Mengikuti naluri, Kirei menahan langkahnya dan bersembunyi, menguping pembicaraan yang menyangkut namanya.“Tumben lo disini, Bro? Gak berduaan sama cewek lo itu?”“Cewek gue yang mana coba? Gue jomblo kali!” elak Ervin luwes, secercah perasaan tidak nyaman mulai muncul di dada Kirei saat mendengar jawaban Ervin.“Seriusan? Bukannya kalian berdua pacaran? Sa
Kirei merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku. Dirinya baru saja membuka mata saat Rafael menatapnya sambil tersenyum. Entah sudah berapa lama suaminya itu menatap dirinya. Dengan malu Kirei menutup wajahnya.“Lho kenapa ditutup sih?”“Malu! Aku pasti jelek banget. Berantakan baru bangun tidur.”“Siapa bilang? Kamu cantik kok. Mau dalam kondisi apapun kamu selalu keliatan cantik, Kirei. Apalagi kalau lagi polos tanpa pakaian sehelai pun!”“Astaga, Rafa! Kamu pagi-pagi kok udah mesum sih?!” omel Kirei.“Lho siapa yang mesum? Aku cuma bilang yang sebenarnya kok!”“Udah ah aku mau mandi! Pusing ladenin omongan kamu!” sungut Kirei gemas.Kirei belum sempat melakukan niatnya saat tangannya ditarik oleh Rafael hingga tubuh mungilnya menimpa dada bidang suaminya.“Aduh!”“Kamu kenapa sih maunya buru-buru kabur dari aku terus?” tanya
Rafael mendongak kaget saat pintu ruangannya terbuka dan muncul daddy Rayhan dengan wajah serius.“Rafa, apa kamu sedang bertengkar dengan Kirei?” tanya daddy Rayhan setelah masuk ke dalam ruangan Rafael. Tidak ada salam pembuka atau panggilan basa basi tapi langsung menanyakan hal aneh!Kening Rafael mengerut dalam mendengar pertanyaan daddy Rayhan. Tidak ada angin tidak ada hujan kenapa bertanya seperti itu? Bertengkar? Gosip darimana pula? Rafael dan Kirei tidak pernah bertengkar kecuali mengenai masalah Ervin kemarin yang bisa langsung mereka selesaikan di hari yang sama.“Tidak, Dad. Kenapa memangnya?” tanya Rafael balik.“Tadi Daddy ketemu Kirei di depan, dia sepertinya mau mengantarkan makan siang untuk kamu dan hampir tidak jadi karena berbalik menuju lobby. Untung ketemu Daddy,” jelas daddy Rayhan, tidak urung keningnya juga mengerut heran. Kalau bukan karena bertengkar dengan putranya lalu karena apa?&
Kirei mengaduk makanannya dengan tidak berselera, Rafael hanya menatap tingkah istrinya dalam diam. Belum waktunya untuk menanyakan hal yang kemungkinan dapat membuat mereka berdebat. Rafael tau ada hal yang membebani pikiran istri kecilnya itu, hanya saja ia belum dapat menebak mengenai apa.Apa benar karena Ervin? Jujur Rafael tidak yakin! Jika sudah begini lebih baik dibicarakan saat mereka sedang santai, tepat sebelum istirahat. Kalau sekarang sepertinya akan kurang tepat.“Kirei?”“Hmm… kenapa?”“Kenapa kamu gak makan?”“Gak selera. Masakanku rasanya hambar ya malam ini?”Rafael menggelengkan kepalanya. Masakan istrinya masih tetap enak seperti biasanya. Tidak hambar sama sekali. Sayur kangkung. Ikan bakar dan juga ayam rica-rica terasa sangat enak. Bahkan Rafael sampai nambah!Dan meski tidak terlalu suka pedas tapi karena rasanya enak maka tanpa ragu Rafael mengambil ayam r
“Vanya!”“Kirei! Aduh gila, gue kangen banget sama lo!”“Makanya jangan sok sibuk! Diajak ketemuannya susah banget sih!”“Sorry deh! Tugas kuliah lagi banyak banget! Btw gimana rumah tangga lo baik-baik aja kan? Laki lo gimana? Masih tetep ganteng kan?” tanya Vanya jahil.“Apaan sih? Pertanyaan lo aneh deh!”“Lho, kan udah hampir sebulan gak ketemu jadi wajar donk kalo gue tanya kayak gitu!”“Iya deh. Rumah tangga gue baik-baik aja dan laki gue tetep ganteng, gak berubah. Puas?” jawab Kirei.“Hehehe… yang udah jadi nyonya galak banget sih!”“Nyonya apaan sih?”“Nyonya Rafael lah!”“Ngeledek aja bisanya!”“Siapa yang ngeledek sih? Kan emang bener!”“Lo tuh ya!” sungut Kirei gemas.“Udah deh daripada debat gak penting mending kit
Mata Kirei membola terkejut, otaknya mulai memahami apa yang terjadi. “Kalian berdua udah jadian?” tanya Kirei memastikan kepada Vanya. Regan mengernyit, tidak memahami arti ucapan Kirei membuat mommy muda itu tersadar dan kembali memperbaiki pertanyaannya. “Yes, we are officially dating!” jawab Regan, jawaban yang membuat pekik kebahagiaan Kirei muncul begitu saja. Sesaat Kirei lupa kalau dirinya baru melahirkan! Dan saat merasakan sentakan rasa nyeri di bagian sensitifnya, barulah Kirei meringis membuat Rafael khawatir. “Astaga, kamu jangan bergerak mendadak seperti itu, Kirei! Gimana kalau jahitan kamu terbuka lagi?” omel Rafael setengah hati dengan raut cemas. “Sorry! Aku kaget, nggak nyangka akhirnya kedua sahabatku ini resmi berubah status menjadi sepasang kekasih!” ucap Kirei dengan wajah berbinar. Tampak jelas Kirei begitu tulus saat mengucapkan kalimat itu. Regan tersenyum kecil dan mengangguk. “Aku bersyukur karena Tuhan mempertemukanku dengan Vanya di hari pernikahan k
Tiga bulan kemudian….Kirei mengernyit saat perutnya terasa diremas, sudah sejak siang tadi Kirei merasakan hal ini tapi biasanya akan mereda dengan sendirinya dan dokter Reni juga sudah memberitahu Kirei kalau itu dinamakan dengan kontraksi palsu, tapi entah kenapa kali ini Kirei merasa remasan yang dirasakannya semakin kuat.Kirei menggigit bibir, tangannya refleks terjulur, berusaha membangunkan Rafael yang asyik tertidur pulas tanpa menyadari kalau sang istri sedang begitu kewalahan merasa desakan rasa sakit pada perutnya.“Rafa, bangun!” ucap Kirei berusaha mengguncang lengan Rafael, tidak peduli meski nanti pria itu terbangun dengan kepala pusing karena Kirei membangunkannya dengan tiba-tiba dan tergesa seperti ini. Disaat rasa mulas yang sudah begitu hebat mana iya Kirei memikirkan hal seperti itu lagi!Rafael yang merasakan guncangan pada lengannya langsung bangun dengan kaget, panik ia memandang sekeliling dan menemukan Kirei s
Kirei menebah dadanya dengan kaget, tidak menduga akan mendengar berita yang begitu tragis tentang Alice malam ini.“Ya Tuhan! Kenapa Alice senekat itu, Rafa?” tanya Kirei tidak percaya.“Kita tidak akan pernah tau jalan pikiran setiap orang, Kirei. Mungkin saja Alice sudah lelah dengan hidupnya. Kamu sendiri juga sudah tau kan apa yang terjadi pada dirinya? Apa yang dilakukan oleh agencynya selama ini?”Kirei mengangguk, paham dengan apa yang dimaksud oleh Rafael. Ya, Kirei melihat semua majalah, koran dan berita online membahas mengenai kasus Alice dan juga agencynya. Kirei tidak menyangka kalau kehidupan seorang model bisa separah itu, lebih baik dirinya dulu meski harus bekerja mati-matian tapi tidak tersiksa lahir batin seperti Alice!“Apa aku boleh memberi peristirahatan terakhir yang layak untuk Alice?” tanya Rafael ragu, takut Kirei tidak setuju.“Astaga! Tentu saja boleh, Rafa! Aku juga tidak tega
Wajah Rafael memerah saat mendengar ucapan adiknya, tidak menyangka kalau aktifitas ranjangnya tertangkah basah oleh keluarganya! Apalagi tadi dirinya memang begitu buas pada Kirei! Bagaimana tidak buas kalau pada akhirnya setelah sekian lama akhirnya Kirei mengijinkan Rafael untuk menyentuhnya tanpa paksaan!“Nggak usah malu gitu. Gue nggak bakal ngomong apapun sama Kirei! Janji!”“Awas kalau ingkar!” ancam Rafael.“Iya! Tapi gue masih nggak habis pikir, kasihan Kirei ya? Udah badannya kecil mungil, lagi hamil besar dan masih digempur abis-abisan sama lo!” kekeh Reynard.“Berisik!” sungut Rafael dengan wajah malu, tidak tau harus menjawab apalagi jika Reynard berbicara mengenai keganasannya saat bercinta dengan Kirei.“Tapi apa Kirei udah setuju buat menikah sama lo lagi?”“Of course! Gue akan langsung urus pernikahan gue sama Kirei secepatnya.”“Wow, congr
Rafael membelai rambut Kirei yang basah akibat keringat. Bukti kalau wanitanya lelah setelah percintaan mereka yang begitu menggebu-gebu. Saat ini Kirei masih asyik bersandar nyaman pada dada bidang Rafael, hal yang sudah begitu lama tidak pernah dilakukannya. Jujur, Kirei sangat merindukan moment ini.“Kita menikah ya?” tanya Rafael membuat Kirei mendongak kaget.Bagaimana tidak kaget? Selesai bercinta dan Rafael langsung mengajaknya menikah? Seperti mimpi! Jika benar mimpi, Kirei tidak ingin bangun! Rasanya terlalu indah. Dan juga tidak bosankah pria itu setelah Kirei menolaknya berulang kali? Sungguh, saat ini Kirei begitu mengagumi kegigihan Rafael!“Kenapa kamu tidak menjawabnya, Kirei?” tanya Rafael was-was, karena meski Kirei sudah mengakui isi hatinya tapi belum tentu wanita itu bersedia menikah lagi dengannya. Mungkin saja kan? Makanya tidak heran kalau Rafael merasa begitu khawatir kalau Kirei akan kembali menolaknya!&ld
“Apa maksud dari ucapan kamu barusan, Rafa?” tanya Kirei bingung. “Mommy sudah membebaskanku untuk memilih. Beliau memang pernah memaksaku untuk menikahimu karena kesalahpahaman, Kirei, tapi hanya di awal. Setelah itu beliau tidak pernah lagi memaksa atau mendesakku, bahkan Mommy sudah tidak pernah lagi mengancam untuk mencoretku dari KK, jauh sebelum aku resmi menikahi kamu. Tapi justru setelah Mommy memberi aku kebebasan untuk memilih pasangan hidupku sendiri, aku malah tetap bersikeras ingin menikah denganmu tanpa menyadari perasaanku sendiri! Betapa bodohnya aku kan?” aku Rafael dengan nada penuh penyesalah. Pengakuan Rafael membuat Kirei terkejut, tidak menyangka kalau itulah yang sebenarnya terjadi. “Apa benar kalau Mommy sudah tidak pernah memaksa atau mengancam untuk mencoret nama kamu dari KK?” tanya Kirei dengan suara bergetar. “Benar! Kamu bisa tanya langsung pada Mommy! Bahkan Mommy sempat heran dan bertanya berulang kali mengenai keputusa
Alice hanya bisa memaki kesal saat dirinya digelandang begitu saja. Alice tidak menyangka kalau pada akhirnya dirinya akan ditemukan. Dan kini dirinya harus berada di dalam satu rumah yang tidak dikenalnya.Alice memicingkan mata saat pintu terbuka, sinar matahari yang masuk membuatnya silau dan terpaksa memejamkan mata.“Long time no see, Alice!” sapa Reynard dengan senyum licik.“Ternyata lo! Kenapa lo bawa gue kesini?”“Masih perlu lo tanya? Tentu aja buat bayar semua perbuatan lo sama Kirei!”“Gue heran kenapa lo begitu perhatian sama Kirei? Lo cinta sama dia? Mantan kakak ipar lo?” tuduh Alice.“Otak gue nggak sekotor lo!” balas Reynard tenang.“Gue datang cuma mau kasih tau kalau sebentar lagi akan ada polisi yang datang kesini. Gue udah laporin semua kejahatan lo sama Kirei.”“Lo nggak bisa hukum gue di Indonesia, Rey,” balas Alice puas.
Kirei merasa hatinya sesak, akhirnya setelah tiga tahun lebih dirinya kembali ke Jakarta, kembali ke negara kelahirannya. Kirei pikir dirinya tidak akan pernah kembali kesini tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Kirei mengikuti langkah Rafael tanpa mengucapkan sepatah katapun. Masih terhanyut dengan perasaannya sendiri.“Kirei,” panggil Rafael lembut, sadar kalau wanita itu masih sibuk dengan perasaannya yang pasti campur aduk.“Ya?” tanya Kirei dengan suara serak menahan tangis yang hampir tumpah.Sejak dulu perasaan Kirei selalu menjadi lebih sensitive jika hamil dan sekarang juga sama! Kirei merasa emosinya seperti roller coaster membuat airmata Kirei sudah menggenang di pelupuk matanya tanpa sadar!“Jangan nangis, Kirei. Sejak dulu aku nggak pernah sanggup melihat kamu menangis, rasanya seperti ada tangan yang tak kasat mata sedang meremas jantungku hingga terasa begitu menyakitkan,” aku Rafael lirih.“Sorry, aku hanya tidak menyangka akan kembali ke Jakarta,” desah Kirei.“Aku p
Reynard yang sedang pusing tujuh keliling jadi semakin pusing saat mendengar ocehan kakaknya. Bulan ini sudah harus selesai? Rafael pikir mengurus kasus Alice segampang itu? Dan Reynard semakin dongkol saat dirinya belum sempat menjawab namun Rafael sudah menutup sambungan telepon! Kurang ajar!Reynard melonggarkan dasi yang membuat lehernya begitu sesak. Memang penyelidikan dan juga materi yang memberatkan Alice sudah hampir selesai tapi tetap saja mereka tidak bisa gegabah kan? Reynard yakin kalau nanti Alice tidak akan tinggal diam dan akan menyewa pengacara untuk membantunya.Bukannya Reynard meragukan kemampuan dirinya sendiri ataupun teamnya tapi tetap saja Reynard harus berjaga-jaga. Lebih baik sedia payung sebelum hujan!“Ahh! Kalau bukan karena keluarga sendiri gue pasti udah kasih kasus lo ke pengacara lain! Kasus gue sendiri aja udah numpuk!” sungut Reynard, entah kepada siapa. Dirinya hanya bermonolog sendiri untuk meredakan kekesal