Kirei mengaduk makanannya dengan tidak berselera, Rafael hanya menatap tingkah istrinya dalam diam. Belum waktunya untuk menanyakan hal yang kemungkinan dapat membuat mereka berdebat. Rafael tau ada hal yang membebani pikiran istri kecilnya itu, hanya saja ia belum dapat menebak mengenai apa.
Apa benar karena Ervin? Jujur Rafael tidak yakin! Jika sudah begini lebih baik dibicarakan saat mereka sedang santai, tepat sebelum istirahat. Kalau sekarang sepertinya akan kurang tepat.
“Kirei?”
“Hmm… kenapa?”
“Kenapa kamu gak makan?”
“Gak selera. Masakanku rasanya hambar ya malam ini?”
Rafael menggelengkan kepalanya. Masakan istrinya masih tetap enak seperti biasanya. Tidak hambar sama sekali. Sayur kangkung. Ikan bakar dan juga ayam rica-rica terasa sangat enak. Bahkan Rafael sampai nambah!
Dan meski tidak terlalu suka pedas tapi karena rasanya enak maka tanpa ragu Rafael mengambil ayam r
“Vanya!”“Kirei! Aduh gila, gue kangen banget sama lo!”“Makanya jangan sok sibuk! Diajak ketemuannya susah banget sih!”“Sorry deh! Tugas kuliah lagi banyak banget! Btw gimana rumah tangga lo baik-baik aja kan? Laki lo gimana? Masih tetep ganteng kan?” tanya Vanya jahil.“Apaan sih? Pertanyaan lo aneh deh!”“Lho, kan udah hampir sebulan gak ketemu jadi wajar donk kalo gue tanya kayak gitu!”“Iya deh. Rumah tangga gue baik-baik aja dan laki gue tetep ganteng, gak berubah. Puas?” jawab Kirei.“Hehehe… yang udah jadi nyonya galak banget sih!”“Nyonya apaan sih?”“Nyonya Rafael lah!”“Ngeledek aja bisanya!”“Siapa yang ngeledek sih? Kan emang bener!”“Lo tuh ya!” sungut Kirei gemas.“Udah deh daripada debat gak penting mending kit
Rafael melangkah tak bersemangat di sepanjang lorong rumah sakit, hendak menuju ke ruangannya. Semalam bagaimana pun berusaha membujuk Kirei, tapi wanita itu tetap tidak berbicara apapun, hanya terus menerus mengatakan dirinya baik-baik saja dan tidak ada masalah.Meski Kirei berusaha memaksakan senyum tapi Rafael tau kalau istrinya itu hanya berusaha menutupi kesedihan dan beban pikirannya. Rafael tidak bisa dibohongi begitu saja, lagipula Kirei juga tidak pandai berbohong!Seharian ini Rafael berusaha fokus dengan berbagai macam keluhan pasien. Professional. Itulah dirinya. Jadi meski sedang pusing menghadapi tingkah aneh istri kecilnya tapi Rafael tetap dapat bekerja dengan baik. Apalagi pekerjaannya berhubungan langsung dengan kesehatan seseorang dan lagi cukup banyak pasien yang datang ke ruangannya hari ini!Jam di tangan Rafael sudah menunjukkan jam 4 sore. Pasien terakhir baru saja keluar dari ruangannya. Rafael menghela nafas lega dan memijat keningnya
“Konferensi pers?” ulang Rafael bimbang. ‘Apa Kirei mau tampil di depan umum? Aku tidak yakin!’ batin Rafael tambah pusing. “Iya. Tapi apa Kirei sudah siap untuk tampil ke muka umum dan diperkenalkan sebagai istri kamu? Daddy dulu berjanji dengan para pencari berita itu agar memberi waktu sekitar 6 bulan tapi sekarang baru hampir 2 atau 3 bulan berlalu,” jelas daddy Rayhan yang juga tidak yakin kalau Kirei bersedia tampil di muka umum secepat ini. “Apa tidak ada cara lain, Dad? Jujur saja aku tidak yakin Kirei akan mau tampil di muka umum, apalagi dengan begitu banyak wartawan yang menyorot wajahnya. Dari dulu Kirei sudah merasa tidak sederajat denganku tapi karena aku memaksanya jadi Kirei akhirnya luluh dan mau menikah denganku, tapi sekarang ditambah gunjingan suster kurang ajar itu pasti membuat Kirei merasa semakin tidak layak untuk berdampingan denganku!” kesal Rafael. Ucapan Rafael semakin mengusik rasa penasaran daddy Rayhan. Kali ini rasa penasaran
“Rafa!” jerit Kirei untuk yang kesekian kalinya.Kirei melengkungkan tubuhnya saat gelombang kenikmatan itu kembali datang. Tubuhnya terasa begitu lemas karena Rafael sudah membuatnya mencapai puncak berulang kali.“Gimana? Suka kan?” bisik Rafael dengan sensual di telinga Kirei. Sesekali bibirnya menyesap leher jenjang milik Kirei. Tangannya ak
Alice masuk ke dalam kantor agencynya dan menemui Mr. Mark.“Hi, Mr. Mark.”“Hi, Alice. Ada perlu apa cantik?”“Aku ingin cuti dalam kegiatan fashion show selama sebulan apa bisa?”“Kenapa?”“Mendadak aku ada urusan dan harus kembali ke Jakarta secepatnya,” dusta Alice.Ya, semenjak mendengar perbincangan mengenai pernikahan Rafael, dirinya tidak bisa tenang. Setelah berpikir berulang kali akhirnya Alice memutuskan untuk kembali ke Jakarta, berharap dapat merebut kembali Rafael, pria yang sampai saat ini masih berstatus sebagai kekasihnya karena memang tidak pernah ada kata putus dalam hubungan mereka!Alice tidak bisa terima kalau Rafael berpaling dan meninggalkannya begitu saja!Mr. Mark mengusap dagunya yang dihiasi janggut tipis, berpikir keras sebelum memutuskan. Memikirkan untung ruginya jika melepas salah satu modelnya selama satu bulan.“Apa harus
Respon Kirei berbeda jauh dengan mertuanya yang sudah terbahak kencang hingga ingin rasanya Kirei masuk ke dalam kamar dan tidak perlu bertemu lagi dengan mertuanya, setidaknya sampai mereka melupakan kejadian barusan. Sumpah demi apapun Kirei benar-benar malu! Mungkin bagi mereka itu adalah hal biasa karena bukankah karakter orang luar lebih cuek? Bisa saja membahas masalah ranjang memang hal umum untuk mereka! Tapi tidak bagi Kirei! Menurut Kirei masalah ranjang adalah hal yang tabu untuk dibahas di depan orang lain meski mereka adalah mertuanya sendiri! “Sepertinya sejak menikah dengan kamu, Rafael jadi lebih manusiawi, Kirei. Biasanya Rafael tidak pernah bersikap seperti ini. Jangankan menjawab hal seperti tadi, bicara pun jarang!” ejek mommy Carol. “Maaf, Mom. Mungkin Rafa kecapean makanya jadi ngelantur gitu omongannya.” “Nggak apa kok, tapi omongannya kan memang benar. Rafa memang sudah bisa bikin anak kecil. Pasti suami kamu ini udah sering usaha bikin anak jadi kami tingga
“Alice, aku sudah bicara dengan yang lain. Kamu baru bisa pulang ke Jakarta bulan depan karena dalam bulan ini sangat tidak mungkin untuk mencari pengganti yang bisa menggantikan dirimu di fashion show besok.”“Baiklah, tidak apa. Aku akan katakan pada keluargaku kalau aku baru bisa pulang bulan depan untuk menyelesaikan urusanku di Jakarta.”“Baiklah.”Alice keluar dari ruangan dan tersenyum puas, akhirnya setelah rela kembali disentuh oleh pria tua macam Mr. Mark, niatnya untuk kembali ke Jakarta dapat dikabulkan meski tidak bisa langsung. Namun tidak masalah yang penting Alice dapat kembali!Tidak masalah meski baru bisa pulang bulan depan tapi Alice akan memastikan kalau Rafael akan kembali padanya. Tidak peduli bagaimana pun caranya!***“Uwek!”Kirei berulang kali mencoba mengeluarkan isi perutnya namun nyatanya sudah tidak ada lagi yang bisa dikeluarkan karena dirinya memang hanya
Rafael tiba di rumah dan melihat Kirei sedang meringkuk di dalam kamar, seketika rasa panik kembali menyerbunya.“Kirei? Kamu masih ngerasa nggak enak badan?”“Aku mual lagi!”“Mau aku buatin sup hangat lagi?”“Nggak mau! Aku mau tidur!”“Apa yang udah kamu makan seharian ini?”“Roti!”“Ya ampun! Ini udah jam 4 sore dan kamu baru makan roti?”“Aku nggak bisa makan nasi. Rasanya mual kalau liat nasi.”‘Kenapa liat nasi bisa mual sih? Emangnya dikasih nasi basi? Gak mungkin kan?’ batin Rafael tidak habis pikir dengan ucapan aneh istrinya!“Ya udah gak usah makan nasi. Tapi aku bikinin kamu sup lagi kayak kemarin. Perut kamu harus diisi meski cuma sedikit, Baby.”“Hmm!”Rafael keluar kamar setelah sebelumnya mengantongi ponsel, hendak meminta dokter pribadi keluarganya seja
Mata Kirei membola terkejut, otaknya mulai memahami apa yang terjadi. “Kalian berdua udah jadian?” tanya Kirei memastikan kepada Vanya. Regan mengernyit, tidak memahami arti ucapan Kirei membuat mommy muda itu tersadar dan kembali memperbaiki pertanyaannya. “Yes, we are officially dating!” jawab Regan, jawaban yang membuat pekik kebahagiaan Kirei muncul begitu saja. Sesaat Kirei lupa kalau dirinya baru melahirkan! Dan saat merasakan sentakan rasa nyeri di bagian sensitifnya, barulah Kirei meringis membuat Rafael khawatir. “Astaga, kamu jangan bergerak mendadak seperti itu, Kirei! Gimana kalau jahitan kamu terbuka lagi?” omel Rafael setengah hati dengan raut cemas. “Sorry! Aku kaget, nggak nyangka akhirnya kedua sahabatku ini resmi berubah status menjadi sepasang kekasih!” ucap Kirei dengan wajah berbinar. Tampak jelas Kirei begitu tulus saat mengucapkan kalimat itu. Regan tersenyum kecil dan mengangguk. “Aku bersyukur karena Tuhan mempertemukanku dengan Vanya di hari pernikahan k
Tiga bulan kemudian….Kirei mengernyit saat perutnya terasa diremas, sudah sejak siang tadi Kirei merasakan hal ini tapi biasanya akan mereda dengan sendirinya dan dokter Reni juga sudah memberitahu Kirei kalau itu dinamakan dengan kontraksi palsu, tapi entah kenapa kali ini Kirei merasa remasan yang dirasakannya semakin kuat.Kirei menggigit bibir, tangannya refleks terjulur, berusaha membangunkan Rafael yang asyik tertidur pulas tanpa menyadari kalau sang istri sedang begitu kewalahan merasa desakan rasa sakit pada perutnya.“Rafa, bangun!” ucap Kirei berusaha mengguncang lengan Rafael, tidak peduli meski nanti pria itu terbangun dengan kepala pusing karena Kirei membangunkannya dengan tiba-tiba dan tergesa seperti ini. Disaat rasa mulas yang sudah begitu hebat mana iya Kirei memikirkan hal seperti itu lagi!Rafael yang merasakan guncangan pada lengannya langsung bangun dengan kaget, panik ia memandang sekeliling dan menemukan Kirei s
Kirei menebah dadanya dengan kaget, tidak menduga akan mendengar berita yang begitu tragis tentang Alice malam ini.“Ya Tuhan! Kenapa Alice senekat itu, Rafa?” tanya Kirei tidak percaya.“Kita tidak akan pernah tau jalan pikiran setiap orang, Kirei. Mungkin saja Alice sudah lelah dengan hidupnya. Kamu sendiri juga sudah tau kan apa yang terjadi pada dirinya? Apa yang dilakukan oleh agencynya selama ini?”Kirei mengangguk, paham dengan apa yang dimaksud oleh Rafael. Ya, Kirei melihat semua majalah, koran dan berita online membahas mengenai kasus Alice dan juga agencynya. Kirei tidak menyangka kalau kehidupan seorang model bisa separah itu, lebih baik dirinya dulu meski harus bekerja mati-matian tapi tidak tersiksa lahir batin seperti Alice!“Apa aku boleh memberi peristirahatan terakhir yang layak untuk Alice?” tanya Rafael ragu, takut Kirei tidak setuju.“Astaga! Tentu saja boleh, Rafa! Aku juga tidak tega
Wajah Rafael memerah saat mendengar ucapan adiknya, tidak menyangka kalau aktifitas ranjangnya tertangkah basah oleh keluarganya! Apalagi tadi dirinya memang begitu buas pada Kirei! Bagaimana tidak buas kalau pada akhirnya setelah sekian lama akhirnya Kirei mengijinkan Rafael untuk menyentuhnya tanpa paksaan!“Nggak usah malu gitu. Gue nggak bakal ngomong apapun sama Kirei! Janji!”“Awas kalau ingkar!” ancam Rafael.“Iya! Tapi gue masih nggak habis pikir, kasihan Kirei ya? Udah badannya kecil mungil, lagi hamil besar dan masih digempur abis-abisan sama lo!” kekeh Reynard.“Berisik!” sungut Rafael dengan wajah malu, tidak tau harus menjawab apalagi jika Reynard berbicara mengenai keganasannya saat bercinta dengan Kirei.“Tapi apa Kirei udah setuju buat menikah sama lo lagi?”“Of course! Gue akan langsung urus pernikahan gue sama Kirei secepatnya.”“Wow, congr
Rafael membelai rambut Kirei yang basah akibat keringat. Bukti kalau wanitanya lelah setelah percintaan mereka yang begitu menggebu-gebu. Saat ini Kirei masih asyik bersandar nyaman pada dada bidang Rafael, hal yang sudah begitu lama tidak pernah dilakukannya. Jujur, Kirei sangat merindukan moment ini.“Kita menikah ya?” tanya Rafael membuat Kirei mendongak kaget.Bagaimana tidak kaget? Selesai bercinta dan Rafael langsung mengajaknya menikah? Seperti mimpi! Jika benar mimpi, Kirei tidak ingin bangun! Rasanya terlalu indah. Dan juga tidak bosankah pria itu setelah Kirei menolaknya berulang kali? Sungguh, saat ini Kirei begitu mengagumi kegigihan Rafael!“Kenapa kamu tidak menjawabnya, Kirei?” tanya Rafael was-was, karena meski Kirei sudah mengakui isi hatinya tapi belum tentu wanita itu bersedia menikah lagi dengannya. Mungkin saja kan? Makanya tidak heran kalau Rafael merasa begitu khawatir kalau Kirei akan kembali menolaknya!&ld
“Apa maksud dari ucapan kamu barusan, Rafa?” tanya Kirei bingung. “Mommy sudah membebaskanku untuk memilih. Beliau memang pernah memaksaku untuk menikahimu karena kesalahpahaman, Kirei, tapi hanya di awal. Setelah itu beliau tidak pernah lagi memaksa atau mendesakku, bahkan Mommy sudah tidak pernah lagi mengancam untuk mencoretku dari KK, jauh sebelum aku resmi menikahi kamu. Tapi justru setelah Mommy memberi aku kebebasan untuk memilih pasangan hidupku sendiri, aku malah tetap bersikeras ingin menikah denganmu tanpa menyadari perasaanku sendiri! Betapa bodohnya aku kan?” aku Rafael dengan nada penuh penyesalah. Pengakuan Rafael membuat Kirei terkejut, tidak menyangka kalau itulah yang sebenarnya terjadi. “Apa benar kalau Mommy sudah tidak pernah memaksa atau mengancam untuk mencoret nama kamu dari KK?” tanya Kirei dengan suara bergetar. “Benar! Kamu bisa tanya langsung pada Mommy! Bahkan Mommy sempat heran dan bertanya berulang kali mengenai keputusa
Alice hanya bisa memaki kesal saat dirinya digelandang begitu saja. Alice tidak menyangka kalau pada akhirnya dirinya akan ditemukan. Dan kini dirinya harus berada di dalam satu rumah yang tidak dikenalnya.Alice memicingkan mata saat pintu terbuka, sinar matahari yang masuk membuatnya silau dan terpaksa memejamkan mata.“Long time no see, Alice!” sapa Reynard dengan senyum licik.“Ternyata lo! Kenapa lo bawa gue kesini?”“Masih perlu lo tanya? Tentu aja buat bayar semua perbuatan lo sama Kirei!”“Gue heran kenapa lo begitu perhatian sama Kirei? Lo cinta sama dia? Mantan kakak ipar lo?” tuduh Alice.“Otak gue nggak sekotor lo!” balas Reynard tenang.“Gue datang cuma mau kasih tau kalau sebentar lagi akan ada polisi yang datang kesini. Gue udah laporin semua kejahatan lo sama Kirei.”“Lo nggak bisa hukum gue di Indonesia, Rey,” balas Alice puas.
Kirei merasa hatinya sesak, akhirnya setelah tiga tahun lebih dirinya kembali ke Jakarta, kembali ke negara kelahirannya. Kirei pikir dirinya tidak akan pernah kembali kesini tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Kirei mengikuti langkah Rafael tanpa mengucapkan sepatah katapun. Masih terhanyut dengan perasaannya sendiri.“Kirei,” panggil Rafael lembut, sadar kalau wanita itu masih sibuk dengan perasaannya yang pasti campur aduk.“Ya?” tanya Kirei dengan suara serak menahan tangis yang hampir tumpah.Sejak dulu perasaan Kirei selalu menjadi lebih sensitive jika hamil dan sekarang juga sama! Kirei merasa emosinya seperti roller coaster membuat airmata Kirei sudah menggenang di pelupuk matanya tanpa sadar!“Jangan nangis, Kirei. Sejak dulu aku nggak pernah sanggup melihat kamu menangis, rasanya seperti ada tangan yang tak kasat mata sedang meremas jantungku hingga terasa begitu menyakitkan,” aku Rafael lirih.“Sorry, aku hanya tidak menyangka akan kembali ke Jakarta,” desah Kirei.“Aku p
Reynard yang sedang pusing tujuh keliling jadi semakin pusing saat mendengar ocehan kakaknya. Bulan ini sudah harus selesai? Rafael pikir mengurus kasus Alice segampang itu? Dan Reynard semakin dongkol saat dirinya belum sempat menjawab namun Rafael sudah menutup sambungan telepon! Kurang ajar!Reynard melonggarkan dasi yang membuat lehernya begitu sesak. Memang penyelidikan dan juga materi yang memberatkan Alice sudah hampir selesai tapi tetap saja mereka tidak bisa gegabah kan? Reynard yakin kalau nanti Alice tidak akan tinggal diam dan akan menyewa pengacara untuk membantunya.Bukannya Reynard meragukan kemampuan dirinya sendiri ataupun teamnya tapi tetap saja Reynard harus berjaga-jaga. Lebih baik sedia payung sebelum hujan!“Ahh! Kalau bukan karena keluarga sendiri gue pasti udah kasih kasus lo ke pengacara lain! Kasus gue sendiri aja udah numpuk!” sungut Reynard, entah kepada siapa. Dirinya hanya bermonolog sendiri untuk meredakan kekesal