Nadira membuka matanya ketika merasakan kecupan lembut bibir suaminya. Senyum mengembang di bibirnya ketika melihat wajah suaminya yang begitu dekat dengan wajahnya.
"Jangan cium-cium baru bangun, bau," ucap Nadira yang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Sejak tadi dibangunin tapi nggak mau bangun, ternyata pakai dicium juga baru mau bangun." Arga tersenyum dan sedikit menarik hidung istrinya.
"Tidur Dira keenakan, sampai nggak sadar kalau dibangunin."Nadira tersenyum.
"Bangun, mandi, sholat," perintah Arga.
Nadira diam menatap wajah suaminya dirinya tidak menyangka bahwa sekarang suaminya membangunkannya saat subuh seperti ini.
"Ayo, Kenapa diam." Pria itu menarik hidung istrinya.
Nadira beranjak dari tempat duduknya ia kemudian mandi bersama dengan suaminya dan menunaikan shalat subuhnya bersama.
Iswandi duduk termenung di kursi kerjanya. "Aku masih harus mengetahui lebih banyak tentang Tuan Edwin. Apa tujuannya mengirim Lola untuk menjadi istri tuan Arga. Apa yang diinginkannya bila Lola hamil anak tuna Arga?" Iswandi kemudian diam. Ia mencari jawaban atas semua pertanyaan yang ada di dalam pikirannya. Pria itu masih terus menatap layar laptopnya. Ia menonton video rekaman Edwin yang yang berada di coffee shop bersama dengan Lola. Iswandi meminta mata-matanya yang bekerja di coffee Shop itu untuk meletakkan kamera tersembunyi. Sehingga ia dapat mendengar dengan jelas percakapan dan melihat adegan yang dilakukan oleh pria itu.Iswandi mempercepat durasi video saat ia melihat dokter yang melepaskan alat kontrasepsi yang dipakai Lola. "Menjijikkan." Iswandi memandang ke lain arah. Pria itu tidak memandang saat Lola mengganti pakaiannya. "Bila Tuan Edwin itu pria yang normal, Aku yakin dia pasti tidak bisa melihat hal ini namun Kenapa ia
"Apa kamu sudah menghubungi Arga?" terdengar suara pria di seberang sana. Pria itu itu berbicara tanpa basa-basi sedikitpun. Gaya bicara dan bahasa pria itu begitu sangat halus dan sopan. Namun mampu membuat lawan bicaranya ketakutan.Lola begitu sangat gugup ketika mendengar pertanyaan dari pria itu. "Wajahnya kini sudah semakin pucat dengan kaki yang gemetar."Apa kamu tidak mendengar pertanyaanku?" Edwin berkata dengan sangat halus."Dengar Om," jawab Lola."Bila kamu mendengar, Mengapa tidak menjawab pertanyaan ku?""Aku, aku sudah menghubungi nya om.""Apa yang dikatakannya?" Edwin sangat tidak sabar menunggu Lola menyampaikan percakapannya bersama dengan Arga."Aku sudah mengatakan kepada mas Arga, bahwa aku aku akan ke Medan menyusulnya. Tapi dia tidak mengijinkannya. Dia mengatakan bahwa dia akan pulang bila pekerjaannya sudah sel
Selama beberapa hari di Medan, Arga begitu sangat sibuk mengurus perusahaan cabang yang akan diresmikannya beberapa hari lagi. Pria itu berangkat pagi-pagi dan baru pulang ke hotel saat jam kantor selesai. Terkadang ia harus lembur hingga kembali ke hotel malam. Pria itu seakan tidak ingin menunda pekerjaannya, semakin cepat selesai maka semakin cepat pula dirinya memiliki waktu untuk membawa istrinya berwisata.Setelah urusan di perusahaannya selesai, Arga kembali ke hotel tempat dirinya menginap bersama dengan istrinya. Pria itu membuka pintu kamar hotelnya dan masuk ke dalam kamar.Arga tersenyum ketika melihat istrinya yang sedang tertidur dengan TV yang masih menyala. Dibukanya kancing kemeja bagian atas yang dipakainya. Selama berada di Medan, ia lebih suka berpenampilan santai seperti ini, yang hanya memakai kemeja dan juga celana berbahan kain.Arga mendekati istrinya. Pria itu memandang istri
"Apa mau jalan-jalan?" Arga bertanya ketika istrinya sedang menonton televisi."Apa hubby tidak capek?" Nadira bertanya dengan membesarkan matanya. Meskipun dirinya begitu sangat ingin jalan-jalan di kota Medan namun Nadira membatalkan niatnya mengingat suaminya yang pasti merasa sangat lelah setelah pulang bekerja."Ya nggak lah, hubby ini Bosnya dear, jadi di kantor itu kerjanya cuman ngatur, memantau, mengecek pekerjaan bawahan." Arga berkata dengan gaya angkuhnya.Nadira memajukan bibirnya ketika mendengar jawaban suaminya. Gaya angkuh suaminya yang seperti ini begitu sangat membuat dirinya gemes sendiri. Namun ia tidak bisa memungkiri bahwa sikap angkuh suaminya mampu membuat dirinya jatuh cinta seperti ini.
Luna diam memandang ponselnya yang sudah tidak menyala. Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Iswandi kepadanya, Luna begitu sangat berhati-hati kepada pria yang begitu sangat dekat dengannya. Setelah kematian suaminya bisa dikatakan Edwin memberikan perhatian lebih untuknya dan juga untuk kedua anaknya. Edwin merupakan sahabat akrab suaminya. Luna mengenal Edwin sebelum dirinya menikah dengan Thomas. Luna seakan tidak percaya bila seandainya Edwin memiliki niat jahat dengan keluarganya. Dirinya sudah begitu sangat percaya kepada Edwin, selama ini Edwin selalu memberikan dukungan serta motivasi."Apa yang dikatakan oleh Iswandi Memang benar, bahwa yang namanya musuh belum tentu orang yang membenci kita tapi bisa saja orang yang dekat dengan kita. Tapi apa mungkin mas Edwin memiliki niat jahat dengan keluarga aku?" Luna bertanya di dalam hatinya.Luna kemudian menganggukkan kepalanya ketika dirinya menyadari bahwa kewa
Arga tersenyum ketika melihat istrinya yang sudah sangat cantik dengan memakai dress selutut berwarna merah. Meskipun saat ini istrinya sedang dalam kondisi hamil namun istrinya terlihat semakin cantik dan juga menggoda.Arga memandang jam yang melingkar di tangannya. "Kita berangkatnya nanti aja ya, ini masih panas sekali di danau." Arga memandang istrinya.Nadira diam ketika mendengar ucapan suaminya tersebut. "Tapi Dira sudah siap-siap by. Kata hubby semalam, kita berangkat ke danau Toba pagi-pagi, Tapi kenapa sekarang kita tidak jadi berangkat?" Nadira bertanya setelah berpikir sejenak."Tadi kirain nggak panas, tapi ternyata matahari cukup terik." Arga berkilah.Nadira tidak langsung percaya dengan apa yang diucapkan oleh suaminya. Ia harus membuktikan sendiri kebermanfaatannya. Dibukanya pintu kamar hotelnya yang menuju ke teras. "Sepertinya nggak by." Nadira berdiri di tera
Lola seakan ingin mati, saat tangan Edwin mencekik nya dengan sangat kuat. Ia terbatuk-batuk ketika tangan pria itu terlepas dari lehernya."Ini baru peringatan yang aku berikan. Bila kau membuat rencana ku gagal, aku akan mematahkan lehermu. Aku tidak ingin tau, kau harus membuat Arga jatuh di pelukan mu. Bila tidak, bukan hanya karir mu yang akan hancur, keluarga mu bahkan nyawamu yang akan aku cabut" Ucap Edwin."Iya Om aku janji jawab Lola. Air matanya menetes dengan wajah yang sudah begitu amat merah. Kesempatan hidup yang diberikan oleh pria itu akan dimanfaatkannya sebaik mungkin."Dulu dia mencintaimu, namun kau sibuk dengan karirmu. Sekarang kau lihat ini." Edwin marah dengan menampar wajah Lola dengan sangat keras.Lola menangis memegang pipinya. Karena ambisinya yang sibuk mengejar popularitas, sehingga membuat pria yang seharusnya sudah jatuh ke tangannya sekarang seakan terle
Arga memeluk istrinya dari belakang. Ketika mereka berada di atas kapal pesiar.Nadira memutar kepalanya dan memandang suaminya. "Dira nggak pernah menyangka bisa naik kapal pesiar seperti ini." Nadira tersenyum."Setelah semua urusan hubby selesai, kita akan sering melakukan jalan-jalan seperti ini." Arga tersenyum, dirinya sudah berniat untuk menyatakan keberadaan Nadira apabila dan memberitahu ke media bahwa dirinya sudah menikah dan akan memiliki anak dengan Nadira.Nadira tidak pernah tahu tentang urusan apa yang dimaksud suaminya. Begitu sangat sedikit yang diketahuinya tentang Suaminya tersebut. Namun Nadira bisa mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud suaminya urusan dengan istri pertamanya. Apa yang diucapkan suaminya, sungguh membuat dirinya merasa sangat bahagia. Ditatapnya wajah suaminya dengan penuh tanda tanya. Apa benar suaminya akan mengakui bahwa dirinya adalah istri dari
"Minta perawatan ntar ke sini." Nadira mendesak."Iya bentar lagi, tadi lagi mandi." Lala tersenyum menjelaskan."Lama sekali." Nadira tidak sabaran.Arga memandang istrinya dengan mengerutkan keningnya. Sejak di rumah istrinya sudah ngomel-ngomel untuk bisa datang ke rumah sakit. Sekarang sudah di rumah sakit, istrinya sudah tidak sabar untuk melihat anak dari sahabatnya. "Kenapa dari tadi nggak sabaran?" Arga yang duduk di sofa."Semalam Lala kirim fotonya ke Dira, Dira penasaran, kalau difoto itu cantik sekali. Makanya Dira pengen lihat langsung. Bisa aja kamera yang dipakai bohong." Nadira memandang Lala. Setelah melihat foto bayi yang dikirimkan Lala, membuat Nadira terbayang-bayang wajah cantik bayi tersebut. Berulang kali ia memandang foto bayi cantik itu, hingga dirinya benar-benar penasaran. Apakah benar wajah bayi yang dilihatnya sesuai dengan foto yang dikirim sahabatnya."Emang cantik sekali sih orangnya." Yeni tersenyum."Itu karena cucunya Mbak Yeni makanya kelihatan c
"Assalamualaikum." Nadira masuk kedalam kamar rawat Lala, bersama dengan kedua orang tuanya, mama mertua, Arga dan Andrea."Waalaikumsalam." jawab penghuni yang ada di dalam kamar."Lala nggak nyangka akan datangnya sekarang, kirain nanti sore." Lala tersenyum lebar melihat Nadira yang sudah masuk dalam kamarnya."Mana sabar nunggu sore." Arga memandang istrinya. Pagi-pagi sekali, Nadira sudah meminta ke rumah sakit. Pada akhirnya Arga ikut serta ke rumah sakit sebelum berangkat ke kantor."Mama juga nggak sabar." Luna tersenyum memandang Yeni."Akhirnya, Punya cucu juga." Yeni tersenyum memandang Luna."Hahaha, kirain Iswandi bakalan betah jadi bujangan, yang penting bisa ngekorin Arga kemana-mana." Luna menertawakan anak angkat serta putranya."Meskipun aku suka membuntutinya kemana-mana, tapi aku ini lelaki normal ibu Luna." Iswandi tersenyum tipis.Arga tertawa ketika mendengar ucapan mamanya. "Aku juga sangat senang ketika mengetahui dia menyukai wanita ma, kalau tidak aku was-w
"Hahaha, kita waktu gadisnya kurus, gitu sudah nikah, pas hamil badannya mulai gendut.""Gak tahulah gimana nanti mau kuruskan badan." Lala mulai cemas memikirkan badannya paskah melahirkan. Melihat teman-temannya yang sudah semakin gemuk setelah melahirkan, membuat Lala cemas."Nanti bila bayi sudah mulai aktif seperti Arkan, akan turun sendiri berat badannya. Sekarang berat badan ku sudah turun 4 kilo. Dari yang kemarin 55 sekarang sudah 51. Tapi kata Hubby, jangan kurus lagi, nanti jelek. Hubby lebih senang lihat aku kayak gini, daripada kayak dulu katanya terlalu kurus." Nadira tersenyum.Lala tertawa ketika mendengar cerita Nadira. "Iya sih, dulu kamu kurus banget, jelek. Kalau sekarang sudah cantik, berisi, jadi terkesan lebih imut-imut." Lala teringat seperti apa dulu badan Nadira yang sama bekerja dengannya di toko pakaian. Nadira hanya tertawa ketika mendengar ucapan sahabatnya."Arkan mau ini?" Lala menggendong Arkan yang ingin menjangkau mobil remote berukuran kecil di ra
Iswandi tersenyum ketika melihat Arga yang turun dari dalam mobil sambil menggendong putranya, dan kemudian Nadira ikut turun. Iswandi yang sudah berencana untuk berangkat ke kantor lebih dulu terpaksa harus membatalkan niatnya, ketika mengetahui bahwa bos besarnya datang ke rumah untuk mengantarkan istri serta anaknya. "Selamat pagi pak Arga." Iswandi tersenyum dengan sopan.Arga sedikit menganggukkan kepalanya. "Iya pagi," jawabnya dengan gaya angkuhnya.Nadira hanya bisa tersenyum ketika melihat sikap angkuh dan sombong suaminya."Hai Arkan." Lala yang berdiri di samping Iswandi, tersenyum melambaikan tangannya ke arah Arkan."Hai aunty." Nadira tersenyum dan melambaikan tangannya."Sayang, Daddy akan kerja dulu cari uang. Anak Daddy yang tampan, main lah di sini sama mommy." Arga tersenyum dan memberikan putranya kepada Nadira, setelah mencium pipi bulat Arkan kiri dan kanan terlebih dahulu.Arkan tersenyum dan mulai berbicara. Arga tertawa saat melihat putranya yang menjawab uc
Iswandi pulang ke rumahnya. Pria itu tersenyum saat melihat istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya. "Assalamualaikum." Iswandi tersenyum. Entah apa yang saat ini di tonton istrinya, sehingga wanita yang berperut besar itu, tidak melihat kehadirannya.Lala tersenyum ketika melihat suaminya. "Waalaikumsalam," ucapnya yang menjulurkan tangannya tanpa turun dari atas tempat tidur."Lagi makan apa Dinda?" Iswandi tersenyum dan mengusap bibir istrinya yang terkena saus."Ada mangga dan juga ada sosis, serta bakso bakar, enak." Lala tersenyum menunjukkan piring yang ada di sampingnya. Ia menancapkan garpu di sosis goreng dan mencelupkan ke dalam saus sambal dan mayones. "Coba kanda."Iswandi tersenyum dan menggigit sosis yang diberikan istrinya. "Kanda mau mandi." Iswandi tersenyum melihat istrinya.Lala menganggukkan kepalanya."Kenapa penampakannya seperti ini?""Emangnya Lala hantu, di bilang penampakan." Lala memajukan bibi
Arga merasa puas ketika mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Iswandi.“Minggu depan, perusahaan kita akan menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Perusahaan dari Amerika, mempercayai perusahaan kita, untuk mengolah pertambangan minyak di Riau." Iswandi tersenyum."Kamu tidak bercanda?" jawab Arga.Ada beberapa perusahaan besar yang menawarkan kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Ia tidak menyangka, bahwa proyek ini, perusahaannya yang memenangkannya."Tentu tidak tuan.""Apa ada informasi tentang anaknya Edwin?" tanya Arga."Setelah mereka datang melihat pemakaman Edwin, Robert dan juga Gilbert seakan hilang begitu saja. Sampai sekarang, mereka belum diketahui keberadaannya.”"Bagaimana bisa?" tanya Arga.Iswandi menggelengkan kepalanya. Kami sudah mengecek ke tempat-tempat yang mungkin didatanginya, namun ternyata tidak ada. Mereka juga tidak kembali ke desanya.Arga mengusap wajahnya dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Lebih ting
Lala dan Iswandi, sampai di rumah mewah milik Arga.Lala tersenyum saat melihat Arkan yang sedang duduk di atas mobil remote."Lala sudah rindu sekali dengan Arkan." Lala tersenyum memandang Iswandi. Begitu dengar Nadira mengatakan sudah sampai di Indonesia, Lala langsung meminta untuk datang berkunjung."Ya sudah, kita turun." Iswandi tersenyum. Ia datang ke rumah Arga, karena ada hal penting yang akan mereka bicarakan."Iya kanda." Lala menganggukkan kepalanya.Lala turun dari dalam mobil dan berjalan dengan cepat. Lala menghentikan langkah kakinya ketika Iswandi menarik tangannya. "Ada apa kanda?" Lala memandang suaminya dengan tidak mengerti."Jalannya pelan-pelan Dinda." Iswandi tersenyum dan mengusap perut istrinya.Lala tersenyum ketika mendengar nasehat yang diberikan oleh suaminya. Ia memegang perutnya dan mengusapnya dengan lembut. "Maaf ya nak, mami buru-buru, sampai lupa." Lala tersenyum dan berjalan bersama dengan suaminya beriringan, sambil memegang tangan Iswandi."Assa
"Mama, kita akan bongkar oleh-oleh." Nadira tersenyum ketika melihat Mama mertuanya yang sudah masuk ke dalam rumah."Tidak usah sekarang, nanti saja, Nadira baru pulang jadi pasti sangat capek." Luna memberikan saran."Enggak ma, Dira gak capek kok.” Nadira tersenyum dirinya sudah tidak sabar untuk menunjukkan apa saja oleh-oleh yang sudah dibawanya pulang untuk mama mertuanya, ayah, ibu serta adiknya.Luna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Wanita yang sedang menggendong cucunya itu tidak bisa menolak kehendak menantunya. Sebagai bentuk bahwa dirinya, begitu sangat menghargai apa yang akan diberikan menantu kesayangannya.Pelayan meletakkan tas yang diambilnya, di ruang tamu satu persatu. Bik Narti tahu bahwa yang di dalam tas, adalah oleh-oleh yang sudah disiapkan majikannya untuk keluarganya. Sebagai seorang pelayan, Bik Narti tidak mungkin bermimpi untuk mendapatkan oleh-oleh dari nyonya mudanya. "Nyonya ini tasnya sudah dikeluarkan semua," ucap bik Narti."Terima kasih bik,"
"Senang sekali ya, dimanja siang dan malam." Luna menggoda Nadira. ini merupakan bulan madu Nadira dan Arga, Luna senang melihat Nadira dan Arga pulang dengan penuh kebahagiaan seperti ini. Cucunya juga sehat hingga sampai ke Indonesia.Nadira tersenyum malu saat mendengar Mama mertuanya menggodanya."Ayo cucu oma, sini sama Oma. Oma sudah sangat rindu." Luna mengembangkan tangannya dan mengambil Arkan dari tangan Arga.Arga memberikan putra putranya kepada mananya. Pria itu memeluk mamanya dan mencium pipinya. "Apakah mama sehat-sehat saja." Arga tersenyum memandang mamanya yang menggendong Arkan. "Alhamdulillah sehat, mama sangat rindu dengan Arkan." Luna tersenyum dan mencium pipi cucunya."Ibu, Dira rindu." Nadira meluk ibunya. Ia mencium pipi ibunya kiri dan kanan, kemudian mencium punggung tangan ibunya."Ibu juga sangat rindu. 10 hari itu ternyata waktu yang sangat lama." Erna tersenyum memandang putrinya. Wanita itu kemudian mencium pipi putrinya, kiri dan kanan. "Ibu sunggu