Beranda / Thriller / Dendam dan Rahasia Tuan Muda / Teman Laki-laki dr. Ervan

Share

Teman Laki-laki dr. Ervan

Penulis: Evin Hard
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-25 19:32:32

Brukk!

Suara bantingan keras terdengar dari dalam. Flora menjerit sekuat pita suaranya bisa bergetar.

Tak lama kemudian, tembakan menggelegar. Laila bergegas masuk. Dia meraih silet yang ada di tas sekolahnya. Terlihat pria itu hendak mengacungkan ujung pistolnya ke kepala Flora yang tak sadarkan diri di sudut dapur.

Laila berancang-ancang dan membuat lompatan besar ke arah tubuh laki-laki tersebut. Tangannya yang memegang silet diarahkan tepat mengenai lehernya. Suara tembakan kedua kembali terdengar. Laila segera menarik rambut lelaki itu dan kembali memberikan penyerangan.

Rasa sakit membuatnya menyentak tubuh Laila ke lantai. Kekuatan mereka tak seimbang. Laila terlalu pendek dan lemah melawan pria kekar itu. Silet tadi berhasil diambil dari genggamannya. Saat tusukan balasan hendak dilayangkan, sepatu kulit memelesat ke pergelangan tangannya. Membuat silet yang berhasil direbut dari Laila terlepas.

“Dokter Ervan!” Laila be

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Pengakuan Pak Harlan

    Ervan melangkah kembali ke kamar perawatan Adhira segera setelah memastikan Flora dalam keadaan aman. Saat akan melewati lorong rumah sakit, Ervan melintasi sesosok pasien laki-laki paruh baya yang tengah didorong para perawat dari IGD.Lapisan kassa yang menutupi sebagian wajah pria itu menarik perhatian Ervan. Mereka bersamaan masuk ke dalam lift yang mengantarnya ke ruang rawat intensif. Ervan sempat melirik berkas tersebut dan mendapati kalau Harlan dilarikan ke rumah sakit karena wajahnya tersiram air keras.“Pak Harlan?”Hanya dari pakaian batik yang selalu dipakai gurunya itu yang membuat Ervan bisa ingat dengan guru kimia itu.Bapak itu menoleh mencari asal suara, walau dengan kelopak mata yang terbalut perban. Penglihatannya telah hilang dalam waktu yang tak dapat ditentukan.Harlan masih terbaring, tapi tangannya menggapai-gapai ke udara.Pria itu bertanya parau, “Siapa… itu?”Tampaknya cairan

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Kembalikan dia padaku!

    Ervan berlari kencang melintasi lorong rumah sakit yang dingin. Dia melangkah menuju ke kamar perawatan yang berada di ruang rawat yang agak tersembunyi dari ruang yang lain. Selain tempat tidur yang masih berantakan beserta secawan sup yang belum sempat dimakan Adhira, sosok itu lenyap.“Siapa yang bertugas jaga hari ini?”Tidak ada yang berani mengacungkan tangan. Ervan pun tak berdaya bertanya.Seorang pria berseragam biru melangkah mendekati Ervan dengan selang kateter di tangannya—bukan selang bekas tentu saja.“Elyas?” Biji mata Ervan tegak lurus menghajar wajah musuh bebuyutan di depannya. “Kamu yang membiarkannya keluar.”“Aku tahu kamu seorang idealis yang tak pernah menyimpulkan sesuatu tanpa bukti. Tapi tampaknya kebencianmu padaku sudah membiaskan penilaian itu.” Elyas menghela napasnya pasrah.Urat lehernya menggembung dan kedua tangannya tercekal erat. “Di mana Adhira?

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Jangan siksa dia!

    “Serahkan dia padaku!”“Atau apa?”Haris menantang. “Perjanjian kita belum kau penuhi Ervan. Bukankah sudah kukatakan, kau patuhi perintahku dan aku akan menuruti kemauanmu juga. Mengapa kau bersikeras menolongnya?”Kuswan ikut menimpali, “Adhira berhasil menakhlukkanmu. Kudengar dia memiliki gangguan orientasi seksual. Apakah dia melakukan itu padamu?”Mata Haris membulat dan hampir keluar dari rongganya.“Seharusnya aku tidak membiarkanmu berteman dengannya. Bahkan Tamara saja menjadi mata-mata demi membantu anak sialan itu. Aku benar-benar terpedaya selama ini.”Pisau berdesing saling beradu di balik kulit dada, melahirkan percikan api yang terjebak dalam kerangka rusuknya. Ervan memiliki seribu macam alasan untuk menyangkal, tapi dia tahu setiap kata yang diucapkan hanya akan menunda pertemuannya dengan Adhira. Jadi dia menelan lidahnya sendiri dan mulai melakukan penca

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Aku tahu yang kalian cari

    “Hentikan ini! Jangan siksa dia lagi!”Segera setelah Haris memberi aba-aba pada dua penjaga, Ervan bergegas menyongsong laki-laki yang tergeletak melawan maut itu. Dia membuka salah satu mata Adhira dengan jemarinya untuk melakukan pemeriksaan singkat.Meski baru dibasuh dengan air sedingin es, kulit tubuh yang melapisi tulang belulang Adhira panas membara. Ervan tak sempat memeriksa lebih lanjut. Kain tipis yang menyelimuti tubuhnya meninggalkan jejak lingkaran hitam di banyak titik. Bau hangus tercium ketika ujung stungun menempel di permukaan kulitnya.“Hira?” Ervan merengkuh tubuh remuk itu ke dadanya.“Dia tidak akan mati secepat itu,” imbuh Lodra tenang.Dia pernah menyiksa Adhira lebih dari ini. Walau agak mengasihani orang itu, Lodra tahu Adhira akan selamat. Dia dirawat dengan ‘baik’ olehnya.Ervan hendak mengangkatnya dari lantai ketika Haris mencegatnya lagi.“

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Ruang Berlian

    Rumah bertingkat tiga dengan kubah di tengah bangunan itu masih berdiri seperti sedia kala. Ervan yang duduk diperantarai Haris dan Gerwin hanya diam meratapi kemelut yang belum berpindah dari muara kesedihan.Sesekali Haris menceramahinya dengan berbagai petuah yang bagi Ervan hanya bentuk kekesalannya pada sikap Ervan. Sementara Gerwin sejak awal hanya menonton dengan bosan. Tidak niat yang lebih menarik bagi dirinya selain menyaksikan langsung berlian merah yang katanya masih disimpan keluarga Limawan itu.Waktu menunjukkan pukul tiga pagi. Kuswan yang duduk di bangku depan memandang arah jalan yang remang, sesekali dia menguap lebar.Kiara yang duduk di barisan paling belakang bersama Lodra tak berhenti memandang layar ponselnya.Haris berkata pada Ervan, “Tenanglah, setelah dia sampai, aku akan mengirim foto Adhira padamu. Dia akan di kembalikan ke tempat tidurnya yang nyaman tanpa kurang satu apa pun.”Ervan digiring masuk ke hala

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Dia adalah manusia

    Ervan masih dikelilingi oleh tatapan geram Haris, Gerwin, dan Kuswan. Yang segera dia balas dengan tawa miris. Inilah orang-orang yang menyatakan diri mereka adalah keluarga. Saling menghancurkan di balik kedok aliansi.“Kalian mau aku mengatakan apa?” tanya Ervan balik.“Adhira pasti sudah menyembunyikan berlian itu. Kamu pasti tahu sesuatu?”Kepala Ervan tergeleng pelan. “Aku tidak tahu. Bagaimana aku bisa tahu?”“Dia memberikanmu kalung itu. Hanya itu yang bisa membuka harta karun ini.”“Bukankah kalian sudah merebut itu dariku?”Haris mendekati Ervan dan kembali bertanya, “Katakan, di mana kau menyimpan berlian itu?”“Orang yang mengetahui berlian itu hampir kalian bunuh,” jawab Ervan tenang. Walau tenang, badai amarah bergemuruh kencang dalam dirinya.Sudut mata Ervan melirik ke arloji yang masih dikenakannya. Berdasarkan rencana tadi, Adhi

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Mencintainya lebih dulu

    Air mata sudah menetes dan wajahnya yang semula pucat mulai diwarnai oleh titik-titik kemerahan.“Dia hanya manusia biasa, yang bisa merasakan kegembiraan oleh kasih sayang dan kesedihan karena pengabaian, penindasan, dan pengucilan. Hira—dia sama sekali tidak menghasutku, tidak menjebakku, tidak mempermainkanku atau mengkhianatiku. Aku yang memilihnya….”mencintainya lebih dulu.“Dia… bisa tidak memilihku karena ini semua bukanlah kehendaknya. Bukan keinginannya untuk dijebak oleh tuduhan itu, dikirim ke penjara dan menjalani hidup sebagai narapidana. Bukan keinginannya untuk menjadi orang yang kalian katakan sangat hina itu. Namun dia tahu dia tak berhak meminta lebih karena dosa yang ditumpahkan padanya terlampau besar.”Ervan masih menatap Kiara lirih.“Kiara, kau lihat. Dia bisa mengorbankan harga dirinya agar kau tidak mendekam di penjara dan mengalami hal yang telah dia alami. Dan di

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Angsa Tak Bersayap

    Ervan menghubungi Nahif setelah berhasil kabur dari tengah pertikaian dan ledakan kecil di kediaman Limawan. Kegemparan itu tak begitu ketara saat dia berada di luar. Ini dikarenakan lokasi rumah Limawan sedikit terisolir dari kepadatan kota.Nahif sudah berhasil menjebak para pesuruh yang diutus Haris saat mereka membawa Adhira keluar dari Lavandula.Ervan tahu kondisi Adhira tetap harus mendapat penanganan segera. Jadi dia meminta Nahif segera membawanya ke tempat dengan fasilitas kesehatan yang memadai secara sembunyi-sembunyi.Rumah sakit yang terletak di pinggir kota bisa menjadi tempat pemulihan yang ideal untuk sementara waktu. Setidaknya Ervan bisa merawat Adhira sampai tubuhnya pulih.Asap mengepul di koridor depan. Nahif duduk diam-diam mengisap rokoknya. Dia sudah berulang kali diusir para perawat karena merokok di kawasan rumah sakit, tapi tentu saja tidak akan diacuhkan mantan napi itu.“Di mana dia?”&ld

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26

Bab terbaru

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Kenangan yang tersisa

    Perempuan itu menghampiri rumah tua yang tengah direnovasi menjadi bangunan klinik. Di sampingnya seorang pria tua duduk di kursi roda memandang dengan lesu. Sudah bertahun-tahun dia hidup dan tergantung pada putrinya.“Kak Ervan?” Kiara menyapa dengan lembut pada seorang pria yang masih sibuk mengatur susunan keramik di teras depan.“Di mana Kak Adhi?” tanyanya bingung.Ervan tertegun. Keningnya mengernyit. Serbuk besi dingin seolah menyendat paru-parunya. “Kiara, kamu kembali?”“Aku mendapat kiriman surat dari Kak Adhi seminggu lalu. Katanya dia ingin aku mengurus rumah ini.”“Surat?”Kiara menyerahkan amplop berisikan surat yang ditulis tangan oleh Adhira sendiri.Tahun lalu, atas permintaan Adhira, Ervan membawa Kiara ke luar kota dan mengubah identitasnya. Tadinya Kiara tahu ini bertujuan agar dirinya tidak dijatuhi hukuman atas kematian Teodro belasan tahun lalu. Selama setahun itu juga dia hanya menjalankan hidupnya tanpa kabar apa pun dari Adhira.Kiara berpikir Adhira pasti

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Catatan Penulis

    Terima kasih sudah ikut melangkah dan berjuang bersama dalam kisah ‘Dendam dan Rahasia Tuan Muda’. Tadinya judul yang akan dipakai adalah Pita Merah, karena ide awalnya didedikasikan untuk para pejuang HIV-AIDS. Adhira dalam cerita ini menggambarkan perjalanan seorang anak manusia yang sesungguhnya begitu cemerlang harus memupuskan masa depannya oleh tuduhan, pengucilan, stigmatisasi, dan pengabaian. Di dunia ini, semua yang terjadi pada Adhira bisa terjadi pada siapa saja. Serangan mental/fisik, isolasi, diskriminasi, begitu sering terjadi pada pengidap HIV-AIDS. Orang-orang menganggap penyakit ini adalah hukuman mati yang pantas diderita oleh kaum-kaum homoseksual, PSK, orang dari ras-ras tertentu, para pecandu, dan kaum-kaum marginal lainnya. Stigmatisasi dan perlakukan buruk yang didapatkan para penderita sesungguhnya bisa didapatkan siapa saja. Anak-anak dengan orang tua HIV-AIDS, komunitas LGBT, perempuan, laki-laki, anak-anak, orang tua, petugas kesehatan. Semua bisa mendapatk

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda    Sepucuk Surat

    Meskipun Adhira sudah tiada, dirinya hidup bagi Ervan, bagi pejuang HIV-AIDS lainnya, bagi kaum tersisihkan, kaum LGBT, para pecandu, orang-orang yang terkucilkan oleh stigmatisasi dan diskriminasi.“Klinik VCT/IMS ini didedikasikan oleh seorang sahabat untuk seluruh penderita HIV-AIDS. Klinik ini mencakup pencegahan, pemeriksaan, pengobatan, dan rehabilitasi yang nantinya akan diberikan secara cuma-cuma….”Pria di atas podium mendeklarasikan sambutan pembuka sebelum acara pemotongan pita peresmian dilakukan. Matanya berair saat melihat orang-orang, anak-anak, para lansia yang duduk menunggu dirinya berbicara itu.“Hari ini, demi mengenang sahabat yang telah pergi itu, saya akan menamainya dengan ‘Adhira’,” ucap Ervan menyudai sambutannya.Kediaman Limawan ditata ulang sejak dua tahun lalu. Dengan menggunakan dana hasil penjualan berlian merah, Ervan berhasil membangun sebuah klinik khusus yang bisa melayani penderita HIV-AIDS.Bangunan rumah dijadikan klinik utama. Sementara gudang y

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Jangan Takut, Hira

    “Aku tidak kenal dengan sia-sia,” jawab Ervan tanpa aura.Adhira hendak berdiri, tapi dia tak memiliki kekuatan untuk bangkit. Alih-alih mengelak dari rangkulan Ervan, Adhira menjauhkan tubuhnya ke tepi bangku. “Kamu ini benar-benar keras kepala!” umpat Adhira lemah. “Aku… hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada ini untuk tetap bersamamu.”“Lalu mengapa kamu harus menyerah?”Terlihat wajah Ervan yang merah dan kembali basah oleh air mata.“Karena… aku tidak punya pilihan, Daffin!”Kekuatan Adhira mendadak terenggut dari dirinya, seolah darah yang berkumpul di jantungnya menolak untuk mengalir ke otaknya. Adhira gagal membuat tubuhnya bertahan dengan semua pertanyaan Ervan. Kepalanya kehilangan keseimbangan dan napasnya semakin berat.Dia begitu ingin menghapus kesedihan di wajah Ervan, tapi untuk menyentuhnya saja Adhira sudah tak lagi sanggup.“Sebutkan semua jalan yang kau sudah anjurkan padaku! Aku akan mematuhinya. Aku akan dengan giat menurutinya. Aku rela kamu memakiku, me

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Semua akan sia-sia

    Dari balik pintu ruang rawat yang masih ternganga, Ervan bersandar pada dinding, mendengar setiap pertemuan yang mengharu biru tadi dalam kepiluan. Dia masuk saat sudah berhasil membendung luapan kesedihan yang membanjiri kamar rawat Adhira. “Ervan!” ucap Adhira. “Lihat ulahmu!” Ervan mengambil tempat di samping Adhira. Menggenggam tangannya yang begitu dingin. “Cepat atau lambat Laila akan tahu.” Laila menarik Ervan dan merangkul mereka secara bersamaan. “Aku tidak menyangka Laila jadi secengeng ini. Kamu terlalu memanjakannya, Ervan,” ucap Adhira. “Aku tidak cengeng.” “Terus ini apa? Selimutku sampai basah seperti pengungsi banjir,” tukas Adhira. Laila menyudul perut Adhira karena kesal. “Hei, pelan-pelan, dinding perutku sangat rapuh sekarang.” Laila langsung menghentikan tindakan tadi. Wajahnya kembali muram karena dia sudah tahu bahwa Adhira mengidap penyakit yang belum dapat disembuhkan Ervan. “Aku harus kembali ke sekolah. Masih ada kelas tambahan,” ucap Laila tiba-t

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Dia memanggilku Lili

    Rintik hujan membasahi kaca jendela. Kemelut senja mewarnai langit yang mendung, mengantar bayang-bayang kelabu menuju malam. Seorang gadis memasuki ruang rawat dengan ekspresi sama sendunya dengan cuaca di luar. Adhira masih belum bangun dari tidur panjangnya. Dia baru cuci darah. Butuh prosedur yang rumit bagi pengidap HIV untuk mendapatkan mesin hemodialisa dan Ervan tak menyerah oleh hambatan tersebut. Adhira sempat membaik beberapa hari yang lalu, tapi kemudian, penyakit itu menggerogoti ginjalnya. Kedua tungkai kakinya mulai bengkak dan demamnya tak kunjung reda. Dia juga tak lagi bisa makan makanan biasa. Ervan harus menyuapi makanan yang lunak yang dibencinya itu agar perutnya tak kesakitan. Sesekali Adhira memohon untuk diizinkan makan nasi goreng, tapi Ervan harus melarangnya karena itu akan memperburuk kondisi tubuhnya. “Dokter Ervan, makanannya Laila letakkan di sini ya,” ucap Laila pelan. Dia segan memecah lamunan Ervan yang terlihat sangat serius itu. Ervan menganggu

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Jangan memarahinya

    Ervan duduk memandangi jendela yang basah oleh embun senja. Cuaca mendung mengisi hari yang kelam tersebut. Dia membisu untuk waktu yang sangat panjang. Saat Adhira dilarikan ke rumah sakit, kondisi yang ditemukan jauh dari ekspektasi Ervan. Dia menahannya selama dua bulan di penjara. Obat-obat itu dia telan untuk menghentikan gejala yang muncul. Namun tubuh yang sudah rongsok tersebut tak bisa melakukan sandiwara terus-menerus. Ali masuk dengan hati yang panas. Dia langsung melontarkan kekesalannya pada Ervan. “Baru sehari dia keluar dari penjara dan kamu sudah menggempurnya sampai babak belur. Kamu benar-benar tidak manusiawi, Ervan!” “Bagaimana keadaannya?” “Kamu sendiri tahu dengan jelas. Kenapa bertanya padaku?” “Aku… benar-benar salah.” “Kalian ini, aku tidak tahu harus berkata apa. Kurasa dia juga menginginkannya. Tapi harusnya kamu tahu seperti apa keadaan tubuhnya.” “Kamu benar. Aku tidak seharusnya melakukan ini di saat tubuhnya begitu rentan. Dia menahannya karena ti

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Hadiah Spesial untuk Dokter Elyas

    Ruang sang urolog tiba-tiba diramaikan oleh adanya pajangan heboh yang ditempel di depan pintunya. Perawat berbisik-bisik dan pengunjung yang lewat terkekeh geli.Elyas baru keluar dari ruang operasi dan melirik keramaian yang terjadi di depan ruang konsultasinya.Ali yang tengah melintasi tempat itu berdiri beberapa menit sambil berpikir. Saat Elyas datang dia segera memberi tahu berita baik tersebut, “Kau mendapat hadiah spesial dari seorang pasien.”Elyas mengernyit waspada. Dia tahu Ali bukan orang yang bisa bergurau dengan cara yang baik. Dia pasti hendak mengerjainya dengan sesuatu.Saat dia mencapai depan ruangannya, matanya memelotot. Sebuah bingkai berisi cairan pengawet dengan jaringan lonjong di dalamnya tertempel di pintu ruangan itu. Sebagai ahli urologi yang handal, tentu dia tahu benda apa itu.Sekonyong-konyong dia melepas benda itu dari pintunya. Namun bingkai itu tertempel dengan sangat erat. Dia memukul-mukul kacanya, tapi tak juga berhasil menyingkirkan pajangan it

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Milikmu sangat enak (+18)

    Peringatan: Mengandung adegan seksual eksplisit“Aku tidak kuat lagi, Daffin….”Sekali lagi Adhira memohon tanpa daya. Perutnya sudah menggembung terisi oleh cairan surgawi itu. Napasnya tersengal-sengal.“Kasihanilah pria berginjal tunggal ini.”Menatap air mata yang mengkristal di bola matanya, Ervan pun melakukan pelepasan terakhir. Dia menahan tubuh Adhira di atas tubuhnya dan secara perlahan menyangga Adhira ke dalam pelukannya.Penyatuan intim tadi pun terpisah.Adhira telentang lunglai, meraup udara lembab yang menyelubungi dirinya. Ervan membebaskan tawanannya tanpa melepas rangkulan. Dia mendekap rusa mungil yang gemetaran itu dengan erat, enggan membiarkannya terpapar hawa dingin terlalu lama. Adhira meletakkan kepalanya tepat di kerangka rusuk Ervan, mendengar detak jantung yang masih terpacu cepat.Ervan memeriksa pergelangan tangan Adhira yang merah akibat ikatan tadi. Dia mengelusnya penuh penyesalan sambil menjilatinya dengan segenap kelembutan, “Apakah masih sakit?”A

DMCA.com Protection Status