Share

Papa!

Author: Evin Hard
last update Last Updated: 2022-02-16 20:15:43

Marmut bercorak putih kekuningan bermunculan dari balik pohon merbau berakar lebar itu. Laila mengelus salah satunya penuh semangat. Dia menyodorkan potongan wortel untuk mereka. Kini tubuhnya sudah dikelilingi puluhan marmut.

“Lili!” seru Adhira turun mengejarnya memasuki kawasan hutan. “Apa yang kamu lakukan?”

Adhira bernapas tersengal setelah dari tadi berkeliling bangunan panti mencari gadis kecil itu.

“Papa!” Laila berdiri di antara marmut-marmut sambil menandak-nandak.

Sambil menghela napasnya Adhira melangkah mendekati Laila. “Lain kali jangan jalan jauh-jauh.”

Adhira mengamati kantung yang berisi potongan wortel yang tengah dibagikan ke para marmut itu. Pantas saja makan siang mereka hari ini tidak ada wortel. Semua persediaan wortel sudah diselundupkan Laila untuk hewan kecil ini.

“Kamu jangan panggil aku papa lagi. Aku bukan papamu.”

“Papa!” Laila terlih

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Wili

    “Kalian baik-baik saja?”Dia tentu saja tak lupa dengan jantung Adhira yang hampir melompat dari kerangka rusuknya. Jika saja Ervan terlambat sedetik, entah berita apa yang akan diumbar dalam majalah pencinta lingkungan itu? Itu pun kalau ada yang tahu dan menemukan mereka dalam belantara ini. Barangkali jiwa mereka saja tak akan bisa membangunkan kekhawatiran orang-orang. Tapi Ervan tidak sama dengan orang-orang itu. Dia memperhatikan setiap jengkal pori-pori wajah Laila dan Adhira. Dia bahkan menggunakan jemarinya yang selalu bersih dari kotoran itu dan disekanya potongan daun kering yang masih terjerembab di leher Adhira.Hewan peliharaan tadi teronggok bersama hadiah kecil yang sedari tadi disuguhkan oleh Ervan. Bercak darah masih tertinggal di seragam beraroma lavender itu. Adhira segan membersihkannya karena pasti akan sulit melakukan hal itu.“Aku? Ya.” Adhira menelan ludahnya yang kental. Ketakutan belum seluruhnya menyingkir. &ld

    Last Updated : 2022-02-16
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Spina Bifida

    Bus menuju sekolah biasa melintasi jalan ini setiap tiga puluh menit sekali. Dengan jarak dari rumah ke sekolahnya saja Adhira sudah sering terlambat. Apalagi dengan tinggal di panti yang jaraknya tiga kali lipat itu. Namun ternyata tinggal di tempat itu membuat Adhira memiliki jadwal tidur lebih awal. Bunda Safira tidak segan-segan mengunci pintu kamar jika masih ada anak-anak belum tidur di luar jam istirahat. Tidak banyak yang bisa dilakukan Adhira kecuali tidur agar bisa bangun lebih awal keesokan harinya.Siang itu Adhira dibawa kedua kakinya mendekati rumah keluarga ‘Osman’. Dia berharap tidak ada paman ataupun bibinya di tempat itu. Walau itu sangat mustahil. Durga tidak akan melepaskan anak sematawayangnya walau sejengkal pun saat ini.Saat Adhira menginjak lahan rumah berpagar ilalang itu, terlihat mobil Om Willian keluar dari gerbang. Kiara berada di dalamnya. Mungkin hari itu adalah jadwal terapinya. Kuswan bilang dia pernah melihat Kiara di Ruma

    Last Updated : 2022-02-17
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Alegori

    “Diskusi kita mengenai konsep utilitarian yang menjadi etika dilema waktu itu membawa kita pada prinsip yang lebih dalam lagi.” Profesor Alan berucap sembari mengutip bait terakhir dari buku filsafat di hadapannya. Entah ada angin apa guru besar itu bisa mampir ke kelas mereka lagi. Bahkan pelajaran Pak Heno pagi ini diundur sampai nanti sore. Yang artinya kelas akan berakhir lebih lambat hari ini.“Kita mulai dari sebuah ilustrasi yang dari sisi yang berbeda. Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia menunjukkan ada sekitar dua juta orang yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas.”Semua terhenyak bingung. Setiap penjelasan pria tua itu mengandung kejutan makna yang belum mereka sadari hingga akhir pelajaran, tapi mereka tetap saja larut dalam diskusi demikian.“Ada beberapa cara untuk mengatasi kejadian demikian,” lanjutnya. “Perusahaan mobil membuat mobil otomatis yang dapat menyetir sendiri demi mengu

    Last Updated : 2022-02-18
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Menjadi Sempurna

    Bel tanda pulang sekolah berdering setelah satu pelajaran terakhir usai. Adhira segera bergegas membereskan barangnya dan beranjak dari pintu keluar, ketika Bu Tamara mencegatnya.“Adhira, kamu tidak ikut kelas matematika lagi?”Adhira menggeleng. “Maaf, Bu, saya masih ada urusan yang harus diselesaikan.”“Adhira, kamu tahu perlombaan akan diadakan satu bulan lagi. Jika kamu terus malas-malasan, saya tidak bisa mengajukan namamu.”Adhira mengernyit tipis sambil mengangguk. “Sepertinya Erdos lebih ingin menjuarai lomba tahun ini. Dia bisa menggantikanku.”“Adhira!” pekik Bu Tamara sedetik setelah Adhira meninggalkannya tanpa alasan jelas.Separuh berlari, dia melewati ruang rapat para guru yang ketika itu tengah ramai. Ada Ervan di tengah-tengah mereka. Kepalanya tertunduk dalam di hadapan Haris Sadana dan juga Alan Sadana. Entah kejadian apa lagi yang membuat dia begitu malang hingg

    Last Updated : 2022-02-18
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Kematian Tak Terduga

    Adhira mengelilingi daerah perempatan yang selalu ramai dipadati mobil dan pejalan kaki itu. Pasti ada kamera pengintai yang merekam kejadian kecelakaan kemarin. Dia tak akan melepaskan kesempatan menangkap siapa saja yang memiliki andil bagi kehancuran masa depan Kiara.Ada tiga kamera yang bisa dijadikan bahan untuk konfirmasi dan bukti kecelakaan tersebut. Dua rekaman yang didapatkan Adhira dari pemilik toko telah dimusnahkan. Hanya satu kamera yang terletak lebih jauh dari lokasi kejadian. Itu pun diperoleh Adhira setelah menyogok pemilik toko.Sekarang bukti ada di tangannya. Dengan cepat Adhira berlari ke rumah lamanya. Baik Kiara atau Om Willian belum pulang. Tante Durga tengah sibuk meracik bahan untuk membuat kue lagi. Adhira menyelinap masuk ke pintu belakang.“Adhi…?” Durga membelalak heran. Dilepaskannya loyang kue yang hendak diolesi margarin itu.“Tante, di mana Kiara?”“Kamu mau apa ke sini?&rdquo

    Last Updated : 2022-02-19
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Dunia yang Lain

    Adhira menegakkan tubuh wanita yang lunglai itu. Darah masih mengalir deras saat dia menggeser tubuh tadi lebih jauh dari tanah. Hal itu membuat Adhira hanya bisa mempertahankannya dalam posisi semula.“Bertahanlah. Aku akan membawamu ke rumah sakit.” Adhira melirik ke arah Lodra yang masih berdiri di ujung lorong tanpa bisa bertindak apa-apa.Jemari Durga langsung menggenggam lengan Adhira dengan erat seolah mencegahnya melakukan hal itu. Dia menggeleng lemah. Ada kata-kata yang hendak dia ucapkan lagi.“Berjanjilah kalau kamu akan menjaga Kiara untukku.”Entah bagaimana Adhira tak lagi bisa memikirkan cara menghadapi adiknya itu jika mengetahui keadaan Durga di sini. Terbunuh karena melindungi dirinya. Apakah dia begitu pantas dilindungi hingga satu nyawa harus kembali dikorbankan? Dia tak kuasa menyakiti Kiara lebih lanjut. Terlebih setelah hidupnya sudah dihancurkan oleh orang yang sama.“Jangan mati,” gumam

    Last Updated : 2022-02-19
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Permainan

    Para pelaku penembak wanita berinisial M berhasil diringkus di markas besarnya siang tadi pada pukul 13.00. Polisi mengidentifikasi motif pembunuhan adalah karena perampokan dan pemerasan. Proses hukum akan dijalankan dan kedua pelaku dijerat pasal pembunuhan dengan hukuman penjara maksimal lima tahun penjara….Mendengarkan siaran seperti itu justru membuat Adhira makin jengkel. Seluruh kejadian yang berlangsung beberapa hari ini terdengar seperti sebuah rekayasa belaka. Teodro Refendra memperlakukan mereka seperti pelakon dalam panggung sandiwara hanya untuk menutupi tindakan tercelanya itu.Kedua tungkai Adhira membawa dirinya pada lorong yang sama tempat kejadian tersebut. Bercak darah masih mewarnai dinding dan tanah sekitar. Lodra menyambutnya di depan pintu markas mereka, dengan para geng motor yang lain. Jika saja kemarin mereka di sana, mungkin masih ada kesempatan bagi Durga untuk selamat.Lodra menariknya masuk ke markasnya dan menduduk

    Last Updated : 2022-02-20
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Pertemuan

    Cuaca terik merundungi tempat ini tak lekang membuat tubuh Adhira lepas dari dari rasa dingin. Bisa-bisanya dia demam di tengah hari begini. Kemarin setelah makan bersama bersama Odin dan Salimah, usus kecilnya tak berhenti melilit dirinya. Dia muntah di pagi hari dan hingga sekarang belum bisa mengembalikan dirinya seperti semula.Langkah kaki yang dipenuhi luka itu membawa dirinya ke sebuah tempat yang pernah dikunjungi sekitar lima tahun lalu. Adhira melompati pembatas koridor dengan ruang penyimpanan obat. Jika ingatannya tidak salah, pada jam istirahat penjaga di tempat ini lebih lengah. Kesempatannya memasuki seluk beluk ruangan tadi jadi lebih gampang.Satpam depan mengamati gerakan Adhira yang melewatinya di jam besuk. Karena keadaan rumah sakit yang ramai, membuat penjaga tadi sedikit kewalahan. Terlebih tidak banyak yang bisa mereka amati dari kedatangan orang seperti Adhira.Adhira menyelinap ke ruang belakang yang lebih tersembunyi. Di balik pintu it

    Last Updated : 2022-02-20

Latest chapter

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Kenangan yang tersisa

    Perempuan itu menghampiri rumah tua yang tengah direnovasi menjadi bangunan klinik. Di sampingnya seorang pria tua duduk di kursi roda memandang dengan lesu. Sudah bertahun-tahun dia hidup dan tergantung pada putrinya.“Kak Ervan?” Kiara menyapa dengan lembut pada seorang pria yang masih sibuk mengatur susunan keramik di teras depan.“Di mana Kak Adhi?” tanyanya bingung.Ervan tertegun. Keningnya mengernyit. Serbuk besi dingin seolah menyendat paru-parunya. “Kiara, kamu kembali?”“Aku mendapat kiriman surat dari Kak Adhi seminggu lalu. Katanya dia ingin aku mengurus rumah ini.”“Surat?”Kiara menyerahkan amplop berisikan surat yang ditulis tangan oleh Adhira sendiri.Tahun lalu, atas permintaan Adhira, Ervan membawa Kiara ke luar kota dan mengubah identitasnya. Tadinya Kiara tahu ini bertujuan agar dirinya tidak dijatuhi hukuman atas kematian Teodro belasan tahun lalu. Selama setahun itu juga dia hanya menjalankan hidupnya tanpa kabar apa pun dari Adhira.Kiara berpikir Adhira pasti

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Catatan Penulis

    Terima kasih sudah ikut melangkah dan berjuang bersama dalam kisah ‘Dendam dan Rahasia Tuan Muda’. Tadinya judul yang akan dipakai adalah Pita Merah, karena ide awalnya didedikasikan untuk para pejuang HIV-AIDS. Adhira dalam cerita ini menggambarkan perjalanan seorang anak manusia yang sesungguhnya begitu cemerlang harus memupuskan masa depannya oleh tuduhan, pengucilan, stigmatisasi, dan pengabaian. Di dunia ini, semua yang terjadi pada Adhira bisa terjadi pada siapa saja. Serangan mental/fisik, isolasi, diskriminasi, begitu sering terjadi pada pengidap HIV-AIDS. Orang-orang menganggap penyakit ini adalah hukuman mati yang pantas diderita oleh kaum-kaum homoseksual, PSK, orang dari ras-ras tertentu, para pecandu, dan kaum-kaum marginal lainnya. Stigmatisasi dan perlakukan buruk yang didapatkan para penderita sesungguhnya bisa didapatkan siapa saja. Anak-anak dengan orang tua HIV-AIDS, komunitas LGBT, perempuan, laki-laki, anak-anak, orang tua, petugas kesehatan. Semua bisa mendapatk

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda    Sepucuk Surat

    Meskipun Adhira sudah tiada, dirinya hidup bagi Ervan, bagi pejuang HIV-AIDS lainnya, bagi kaum tersisihkan, kaum LGBT, para pecandu, orang-orang yang terkucilkan oleh stigmatisasi dan diskriminasi.“Klinik VCT/IMS ini didedikasikan oleh seorang sahabat untuk seluruh penderita HIV-AIDS. Klinik ini mencakup pencegahan, pemeriksaan, pengobatan, dan rehabilitasi yang nantinya akan diberikan secara cuma-cuma….”Pria di atas podium mendeklarasikan sambutan pembuka sebelum acara pemotongan pita peresmian dilakukan. Matanya berair saat melihat orang-orang, anak-anak, para lansia yang duduk menunggu dirinya berbicara itu.“Hari ini, demi mengenang sahabat yang telah pergi itu, saya akan menamainya dengan ‘Adhira’,” ucap Ervan menyudai sambutannya.Kediaman Limawan ditata ulang sejak dua tahun lalu. Dengan menggunakan dana hasil penjualan berlian merah, Ervan berhasil membangun sebuah klinik khusus yang bisa melayani penderita HIV-AIDS.Bangunan rumah dijadikan klinik utama. Sementara gudang y

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Jangan Takut, Hira

    “Aku tidak kenal dengan sia-sia,” jawab Ervan tanpa aura.Adhira hendak berdiri, tapi dia tak memiliki kekuatan untuk bangkit. Alih-alih mengelak dari rangkulan Ervan, Adhira menjauhkan tubuhnya ke tepi bangku. “Kamu ini benar-benar keras kepala!” umpat Adhira lemah. “Aku… hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada ini untuk tetap bersamamu.”“Lalu mengapa kamu harus menyerah?”Terlihat wajah Ervan yang merah dan kembali basah oleh air mata.“Karena… aku tidak punya pilihan, Daffin!”Kekuatan Adhira mendadak terenggut dari dirinya, seolah darah yang berkumpul di jantungnya menolak untuk mengalir ke otaknya. Adhira gagal membuat tubuhnya bertahan dengan semua pertanyaan Ervan. Kepalanya kehilangan keseimbangan dan napasnya semakin berat.Dia begitu ingin menghapus kesedihan di wajah Ervan, tapi untuk menyentuhnya saja Adhira sudah tak lagi sanggup.“Sebutkan semua jalan yang kau sudah anjurkan padaku! Aku akan mematuhinya. Aku akan dengan giat menurutinya. Aku rela kamu memakiku, me

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Semua akan sia-sia

    Dari balik pintu ruang rawat yang masih ternganga, Ervan bersandar pada dinding, mendengar setiap pertemuan yang mengharu biru tadi dalam kepiluan. Dia masuk saat sudah berhasil membendung luapan kesedihan yang membanjiri kamar rawat Adhira. “Ervan!” ucap Adhira. “Lihat ulahmu!” Ervan mengambil tempat di samping Adhira. Menggenggam tangannya yang begitu dingin. “Cepat atau lambat Laila akan tahu.” Laila menarik Ervan dan merangkul mereka secara bersamaan. “Aku tidak menyangka Laila jadi secengeng ini. Kamu terlalu memanjakannya, Ervan,” ucap Adhira. “Aku tidak cengeng.” “Terus ini apa? Selimutku sampai basah seperti pengungsi banjir,” tukas Adhira. Laila menyudul perut Adhira karena kesal. “Hei, pelan-pelan, dinding perutku sangat rapuh sekarang.” Laila langsung menghentikan tindakan tadi. Wajahnya kembali muram karena dia sudah tahu bahwa Adhira mengidap penyakit yang belum dapat disembuhkan Ervan. “Aku harus kembali ke sekolah. Masih ada kelas tambahan,” ucap Laila tiba-t

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Dia memanggilku Lili

    Rintik hujan membasahi kaca jendela. Kemelut senja mewarnai langit yang mendung, mengantar bayang-bayang kelabu menuju malam. Seorang gadis memasuki ruang rawat dengan ekspresi sama sendunya dengan cuaca di luar. Adhira masih belum bangun dari tidur panjangnya. Dia baru cuci darah. Butuh prosedur yang rumit bagi pengidap HIV untuk mendapatkan mesin hemodialisa dan Ervan tak menyerah oleh hambatan tersebut. Adhira sempat membaik beberapa hari yang lalu, tapi kemudian, penyakit itu menggerogoti ginjalnya. Kedua tungkai kakinya mulai bengkak dan demamnya tak kunjung reda. Dia juga tak lagi bisa makan makanan biasa. Ervan harus menyuapi makanan yang lunak yang dibencinya itu agar perutnya tak kesakitan. Sesekali Adhira memohon untuk diizinkan makan nasi goreng, tapi Ervan harus melarangnya karena itu akan memperburuk kondisi tubuhnya. “Dokter Ervan, makanannya Laila letakkan di sini ya,” ucap Laila pelan. Dia segan memecah lamunan Ervan yang terlihat sangat serius itu. Ervan menganggu

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Jangan memarahinya

    Ervan duduk memandangi jendela yang basah oleh embun senja. Cuaca mendung mengisi hari yang kelam tersebut. Dia membisu untuk waktu yang sangat panjang. Saat Adhira dilarikan ke rumah sakit, kondisi yang ditemukan jauh dari ekspektasi Ervan. Dia menahannya selama dua bulan di penjara. Obat-obat itu dia telan untuk menghentikan gejala yang muncul. Namun tubuh yang sudah rongsok tersebut tak bisa melakukan sandiwara terus-menerus. Ali masuk dengan hati yang panas. Dia langsung melontarkan kekesalannya pada Ervan. “Baru sehari dia keluar dari penjara dan kamu sudah menggempurnya sampai babak belur. Kamu benar-benar tidak manusiawi, Ervan!” “Bagaimana keadaannya?” “Kamu sendiri tahu dengan jelas. Kenapa bertanya padaku?” “Aku… benar-benar salah.” “Kalian ini, aku tidak tahu harus berkata apa. Kurasa dia juga menginginkannya. Tapi harusnya kamu tahu seperti apa keadaan tubuhnya.” “Kamu benar. Aku tidak seharusnya melakukan ini di saat tubuhnya begitu rentan. Dia menahannya karena ti

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Hadiah Spesial untuk Dokter Elyas

    Ruang sang urolog tiba-tiba diramaikan oleh adanya pajangan heboh yang ditempel di depan pintunya. Perawat berbisik-bisik dan pengunjung yang lewat terkekeh geli.Elyas baru keluar dari ruang operasi dan melirik keramaian yang terjadi di depan ruang konsultasinya.Ali yang tengah melintasi tempat itu berdiri beberapa menit sambil berpikir. Saat Elyas datang dia segera memberi tahu berita baik tersebut, “Kau mendapat hadiah spesial dari seorang pasien.”Elyas mengernyit waspada. Dia tahu Ali bukan orang yang bisa bergurau dengan cara yang baik. Dia pasti hendak mengerjainya dengan sesuatu.Saat dia mencapai depan ruangannya, matanya memelotot. Sebuah bingkai berisi cairan pengawet dengan jaringan lonjong di dalamnya tertempel di pintu ruangan itu. Sebagai ahli urologi yang handal, tentu dia tahu benda apa itu.Sekonyong-konyong dia melepas benda itu dari pintunya. Namun bingkai itu tertempel dengan sangat erat. Dia memukul-mukul kacanya, tapi tak juga berhasil menyingkirkan pajangan it

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Milikmu sangat enak (+18)

    Peringatan: Mengandung adegan seksual eksplisit“Aku tidak kuat lagi, Daffin….”Sekali lagi Adhira memohon tanpa daya. Perutnya sudah menggembung terisi oleh cairan surgawi itu. Napasnya tersengal-sengal.“Kasihanilah pria berginjal tunggal ini.”Menatap air mata yang mengkristal di bola matanya, Ervan pun melakukan pelepasan terakhir. Dia menahan tubuh Adhira di atas tubuhnya dan secara perlahan menyangga Adhira ke dalam pelukannya.Penyatuan intim tadi pun terpisah.Adhira telentang lunglai, meraup udara lembab yang menyelubungi dirinya. Ervan membebaskan tawanannya tanpa melepas rangkulan. Dia mendekap rusa mungil yang gemetaran itu dengan erat, enggan membiarkannya terpapar hawa dingin terlalu lama. Adhira meletakkan kepalanya tepat di kerangka rusuk Ervan, mendengar detak jantung yang masih terpacu cepat.Ervan memeriksa pergelangan tangan Adhira yang merah akibat ikatan tadi. Dia mengelusnya penuh penyesalan sambil menjilatinya dengan segenap kelembutan, “Apakah masih sakit?”A

DMCA.com Protection Status