“Sejak dia menyelamatku dari beberapa pria yang ingin memperkosaku. Sejak itu, aku mengikutinya dan dia mengizinkanku tinggal serta dan membiayai hidupku,” jawab Febia membuat Seon melirik ke arah Febia. Elang Aderra mendengar apa yang dikatakan oleh Febia menjadi bersimpati. “Tapi kenapa kau harus tahu tentangku?” tanya Febia. “Kau tidak punya hak untuk tahu mengenai kehidupan,” kesal Febia. Elang Aderra tiba-tiba bertanya mengenai dirinya, sangat jelas ia kesal dengan keingintahuan pria itu tentangnya. Apalagi saat dia tinggal bersama dengan Anna. Ia masih belum bisa terima dengan apa yang dilakukan oleh Elang Aderra pada Anna. Elang Aderra mengerutkan keningnya, wanita itu ternyata tidak menyukainya. Elang Aderra menautkan keningnya, melihat perubahan nada bicara Febia padanya. “Kau sudah melihatnya ‘kan? Sebaiknya kau segera pergi dari sini. Aku harap sih, kau tidak akan kembali datang ke sini,” ucap Febia. “Sepertinya kau membenciku,” seru Elang Aderra. “Ya. Kau sudah mem
“Kau tahu jika Elang Aderra mengetahui sesuatu tentang Clara?” tanya Febia membuat Anna melihat ke arah asistennya itu. Pertanyaan Febia membuatnya sedikit bingung. Apa yang dimaksud asistennya itu mengenai Elang Aderra yang mengetahui tentang Clara? “Apa maksudmu mengetahui sesuatu tentang Clara?” Anna balik bertanya. Tatapan Febia penuh menyelidiki, ia curiga Anna menyembunyikan sesuatu darinya. “Kau benar-benar tidak tahu, jika Elang Aderra mengetahui sesuatu? Atau kau—” “Tidak.” Anna menjawab dengan singkat. Asistennya itu terlalu banyak berpikiran yang tidak-tidak, bahkan mencurigainya merahasiakan sesuatu. “Dia tahu, jika aku investor di perusahaan Pradipta. Tidak ada pembicaraan pribadi antara aku dan dia, apalagi membahas mengenai wanita itu.” Untuk apa, dia membahas Clara dengan Elang Aderra, itu sesuatu yang aneh menurut Anna, dan tidak akan pernah membahas wanita licik itu. “Tapi, raut wajahnya saat itu seakan mengetahui sesuatu,” ucap Febia. Ia mengingat raut wajah E
“Katakan pada Denn, jika aku ada di depan perusahaan,” ucap Anna membuat wanita yang dipinjami ponselnya menatap ke arah Anna. Suara Anna terdengar begitu kesal, sangat jelas terdengar di telinga Febia jika wanita itu tengah mengalami masalah. Wajah Anna sedikit kesal, di tambah terik matahari yang menyengat. Mau tidak mau, ia harus mencari tempat untuk berteduh. Hal paling mengenaskan dari menyembunyikan identitas adalah seperti yang dialami olehnya. Tidak sedikit yang memandang rendah dirinya, hanya dengan memakai pakaian sederhana, yang bahkan terlihat lusuh, tanpa tahu brand yang dikenakannya. Hanya beberapa orang yang menyadari, akan tersenyum padanya. Wanita yang dipinjami ponsel sedikit cengengesan saat melihat Anna. Wanita itu, sedikit bingung saat Anna menyebut nama Denn, ia menatap aneh ke arah Anna meminjam ponselnya. Tatapannya sangat jelas, terlihat jika ia kebingungan memikirkan, bagaimana bisa pemimpin mereka seperti seseorang yang begitu akrab. Akrab pada wanita y
Derapan langkah kaki Anna menyusuri tiap trotoar. Matanya menatap tiap deretan toko-toko yang dilaluinya. Suara kendaraan yang tengah ber laulalang tidak membuatnya menghentikan langkah kakinya. Ia berjalan tanpa tujuan, bahkan meninggalkan mobil di perusahaan. Entah apa yang Anna pikiran. Beberapa orang pria pejalan kaki terkadang menggodanya, tidak sedikit pun yang menawarkan dagangan. “Bu, beli dagangan saya,” seru seorang anak kecil membuatnya teringat saat dia kecil dahulu. Untuk membiayai sekolah, harus mengamen dan berjualan, terkadang ia harus bekerja part time di sebuah kafe atau restoran. Dua lembar dikeluarkannya, kemudian membayar minuman yang ditawarkan oleh anak itu, tetapi Anna tidak mengambil kembaliannya minuman. “Tidak perlu, kembaliannya untukmu saja,” ucap Anna kemudian berjalan pergi. Anak-anak yang tengah mengamen terlihat menjual suara mereka saat lampu berganti menjadi warna mereka. Pemandangan yang hanya ditemukan di Indonesia, masih saja belum berubah.
“Aku tidak ingin cari keributan. Kalian katakan saja, jika ada yang ingin bertemu dengannya. Apa kalian tidak bisa mengatakan kalimat pendek itu?” tanya Anna dengan kesal. Ia sungguh tidak tahan dengan sikap orang-orang yang di hadapannya. “Katakan saja, jika Anna Keola ingin bertemu. Dia pasti akan datang,” ucap Anna tetapi perkataannya masih tidak dipercayai. Ya, memang benar. Tidak akan ada yang mempercayai perkataan seorang wanita, berpakaian begitu sederhana, tidak pernah terlihat sebelumnya dan ingin bertemu Elang Aderra. “Presdir Lee, tidak ingin bertemu dengan anda,” ucap resepsionis membuat Anna semakin kesal. Apa yang dilihatnya dari Anna adalah seorang wanita yang datang dan mungkin ingin menjarah uang atasannya, ia tidak mungkin membiarkan hal itu terjadi. Jika dia mampu mencegah Anna, mungkin ia akan naik jabatan. Itu yang dia pikirkan. “Ouft. Sialan! Kau belum mengatakan padanya, jika aku ingin bertemu,” gerutu Anna. “Bagaimana bisa kau mengatakan jika dia tidak ing
Anna tidak sadarkan diri Raut wajah Elang Aderra terlihat sangat kesal karena tidak ada yang mengatakan padanya siapa yang ingin bertemu dengannya. “Cari siapa yang melapor terlebih dahulu. Bisa-bisanya dia tidak mengatakan jika ada yang ingin bertemu denganku,” titah Elang Aderra. “Aku tidak menerima telpon apapun jika nona Anna datang ke perushaaan,” seru Ervin. “Sepertinya resepsionis yang tidak melapor padaku,” tambah Ervin. “Aku ingin dia. Cari dia, dan urus surat pemecatannya,” ucap Elang Aderra dengan sinis. Pengawal yang tengah bersamanya, sedikit merinding. Mereka baru saja melihat sisi lain dari Elang Aderra yang tidak pernah dilihat sebelumnya. Pria itu menjadi emosi dan juga dingin. Ervin yang mengikuti langkah Elang Aderra dari belakang, segera mengambil ponsel dan menelpon sesaat kemudian mematikan telponnya. “Mereka berada di loby,” ucap Ervin saat masuk ke dalam lift. Kini lift melaju dengan cepat ke lantai bawah. Anna yang setengah sadar, hanya bisa membuka ma
“I-ini—“ Perkataan Elang Aderra mengantung saat melihat berita yang telah beredar. “Bagaimana bisa terjadi? Ini sangat cepat artikelnya,” kata Elang Aderra mengambil ponsel Seon dan membaca artikel berita yang baru saja terbit. ‘Siapa wanita misterius yang menjadi kekasih Asteroid Elang Aderra’ ‘Wanita misterius yang membuat kekacauan di perusahaan adalah kekasih Elang Aderra “Untung saja, wajah nona Anna tidak terlihat.” Elang Aderra terdiam. Bukan itu yang dipikirkan olehnya. “Apa kau sudah meminta mereka menghapus seluruh gambar dan video perkelahian dan juga wajahnya?” “Ya. Sepertinya tidak berhasil. Nyatanya tetap saja artikelnya terbit dengan sangat cepat. Bahkan belum setengah jam,” ucap Seon memarkirkan mobilnya di depan rumah sakit. Anna yang tidak sadarkan diri, digendong masuk ke dalam rumah sakit. Beberapa orang yang melihat Elang Aderra, segera memberikan bed untuk Anna tetapi tidak diterima olehnya. “Aku ingin direktur rumah sakit,” pintah Elang Aderra membuat se
Berdebat dengan Sharon “Kau lihat, yang tadi?” tanya Denn pada Febia. “Ya. Aku tahu, aku juga melihatnya.” Keduanya saling bertatapan, berada pada satu pikiran yang sama. “Itu dia. Aku yakin, tadi itu Sharon.” Febia menebak yang dilihatnya sebentar adalah Sharon. Elang Aderra yang tengah menguping pembicaraan keduannya, menjadi bingung. “Sharon? Siapa Sharon?” Ia tampak kebingungan mendengar apa yang tengah dibicarakan oleh dua orang kepercayaan Anna Keola. Siapa Sharon? Kenapa dua orang itu membahasanya. Ia sangat ingin tahu. Langkahnya pelan meninggalkan dua orang itu, dengan pikiran yang masih bingung. Ervin yang melihat Elang Aderra yang baru saja masuk, menatap aneh pria itu. “Kenapa dengan wajahmu?” tanya Elang Aderra yang melihat Ervin menatapnya. “Harusnya aku yang bertanya, kenapa dengan wajahmu, itu,” balas Ervin membuat Elang Aderra menghela napas kasar. “Sebaiknya kita kembali ke kantor,” ucap Elang Aderra sambil melirik ke arah Anna yang tengah tidur. Ia mempe