“I-ini—“ Perkataan Elang Aderra mengantung saat melihat berita yang telah beredar. “Bagaimana bisa terjadi? Ini sangat cepat artikelnya,” kata Elang Aderra mengambil ponsel Seon dan membaca artikel berita yang baru saja terbit. ‘Siapa wanita misterius yang menjadi kekasih Asteroid Elang Aderra’ ‘Wanita misterius yang membuat kekacauan di perusahaan adalah kekasih Elang Aderra “Untung saja, wajah nona Anna tidak terlihat.” Elang Aderra terdiam. Bukan itu yang dipikirkan olehnya. “Apa kau sudah meminta mereka menghapus seluruh gambar dan video perkelahian dan juga wajahnya?” “Ya. Sepertinya tidak berhasil. Nyatanya tetap saja artikelnya terbit dengan sangat cepat. Bahkan belum setengah jam,” ucap Seon memarkirkan mobilnya di depan rumah sakit. Anna yang tidak sadarkan diri, digendong masuk ke dalam rumah sakit. Beberapa orang yang melihat Elang Aderra, segera memberikan bed untuk Anna tetapi tidak diterima olehnya. “Aku ingin direktur rumah sakit,” pintah Elang Aderra membuat se
Berdebat dengan Sharon “Kau lihat, yang tadi?” tanya Denn pada Febia. “Ya. Aku tahu, aku juga melihatnya.” Keduanya saling bertatapan, berada pada satu pikiran yang sama. “Itu dia. Aku yakin, tadi itu Sharon.” Febia menebak yang dilihatnya sebentar adalah Sharon. Elang Aderra yang tengah menguping pembicaraan keduannya, menjadi bingung. “Sharon? Siapa Sharon?” Ia tampak kebingungan mendengar apa yang tengah dibicarakan oleh dua orang kepercayaan Anna Keola. Siapa Sharon? Kenapa dua orang itu membahasanya. Ia sangat ingin tahu. Langkahnya pelan meninggalkan dua orang itu, dengan pikiran yang masih bingung. Ervin yang melihat Elang Aderra yang baru saja masuk, menatap aneh pria itu. “Kenapa dengan wajahmu?” tanya Elang Aderra yang melihat Ervin menatapnya. “Harusnya aku yang bertanya, kenapa dengan wajahmu, itu,” balas Ervin membuat Elang Aderra menghela napas kasar. “Sebaiknya kita kembali ke kantor,” ucap Elang Aderra sambil melirik ke arah Anna yang tengah tidur. Ia mempe
Sharon berdiri di sebuah pusat perbelanjaan, begitu banyak barang yang ingin dia beli setelah beberapa tahun tertidur, dia cukup ketinggalan banyak hal. “Sepertinya banyak yang berubah,” gumam Sharon sambil masuk ke dalam. “Baiklah. Mari kita habiskan uang Anna Keola, sebagai biaya konpensasi apa yang telah ia lakukan tiga tahun lalu,” gumam Sharon naik escalator. Ia melihat begitu banyak pakaian, ia pun segera mengambil beberapa dan mencobanya. Semua pakaian yang dilihat dan disuka, akan diambilnya. “Ini bagus,” ucap Sharon. “Ini juga, hm, ini juga,” tambahnya kemudian mengambil beberapa barang itu. Satu toko ke toko lainnya, membuat notifikasi pengeluaran membuat Febia terduduk. Sayangnya, notifikasi tidak berhenti sampai di situ saja, tetapi masih begitu banyak notifikasi yang masuk. Sharon tidak sanggup membawa barang-barang yang dibawa olehnya, membuatnya menyewa jasa untuk membawa barang miliknya. Tidak ada toko yang tidak didatangi olehnya. Toko sepatu pun terjajal oleh S
Tring! Ponsel milik Ambar berbunyi. Ia segera membuka pesan yang dikirimkan padanya. Mataya membulat sempurna saat melihat foto yang dikirimkan padanya. “Anna Keola?” Ambar mengepal tangannya dengan erat saat melihat foto yang baru saja dikirim oleh wanita di seberang telepon. Wajahnya berubah, kemarin dia baru bertemu dengan Anna dan wanita itu tidak menunjukan jika dia kaya, tetapi wanita di foto itu berbelanja begitu banyak barang brended membuat Ambar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat itu juga. “TIdak mungkin dia. Aku bertemu dengan Anna kemarin, ia menjadi asisten dari orang yang menjadi investor di perusahaanku. Asisten wanita misterius itu, mungkin dia hanya diminta untuk berbelanja oleh wanita itu,” sanggah Ambar. Telepon terputus saat itu juga. Ambar membanting ponsel membuat ponsel itu retak. Ia melihat sekilas ponslenya kemudian merebahkan tubuhnya di sofa. Ia cukup lelah dengan apa yang tengah terjadi padanya. Hal yang membuatnya begitu frustrasi karena
"Baiklah. Mari kita lihat, apa kau akan menyukainya lagi saat tahu jika dia memiliki kepribadian ganda?" tanya Sharon kemudian melangkah memarkirkan mobilnya. Bibirnya terus saja menerbitkan senyum, ia benar-benar penasaran apa yang akan terjadi jika Elang Aderra mengetahui fakta yang akan diungkapkannya. Apakah pria itu akan tetap mendekati Reuel Anna atau meninggalkannya. Seberapa terkejutnya pria itu mengetahui fakta yang sangat besar. Kaki Sharon begitu cepat masuk ke dalam perusahaan. Dress selutut, serta menggunakan mantel tidak lupa kacamata hitam, riasan tipis, lipstik tipis dipakai membuatnya terlihat anggun. Orang-orang tidak akan meremehkan dirinya yang seperti itu, berbeda dengan pakaian yang dipakai oleh Anna. Ia berhenti dan melihat sekitar kemudian menuju resepsionis tetapi tempat itu kosong. "Ke mana mereka? Apa tidak kerja? Bukankah seseorang harus menjaga di sini?” tanyanya sambil mengedarkan pandangan. “Apa pergi ke toilet?” tanyanya. Seorang Security datang m
“Apa maksudmu dengan wanita bodoh?” tanya Seon terbata-bata, agak ragu karena ia melihat jika wanita di hadapannya jauh berbeda dari yang dikenalnya. “Iya. Wanita bodoh ini. Reuel Anna. Siapa lagi, dia sangat bodoh,” tegas Sharon sambil menunjuk ke diri sendiri. “Tapi itu ‘kan, kau—“ “No. I’am Not Reuel Anna. I’am Sharon, S-H-A-R-O-N,” ucap Sharon mengeja namanya. Elang Aderra masih belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Jelas-jelas di hadapannya saat ini adalah Reuel Anna, tetapi kenapa wanita itu mengatakan jika dia bukan Anna tetapi Sharon. “Sharon? T-tapi—wajahmu—“ Perkataan Elang Aderra terhenti. Melihat wajah Elang Aderra yang masih belum paham, Sharon mematikan telepon. “Aku bukan Reuel Anna, aku Sharon.” Sharon kembali menegaskan. Ia tidak ingin disamakan oleh Reuel Anna. “Kau melihatku seperti dia, karena kami berada pada satu tubuh,” tegas Sharon mencoba menjelaskan. Namun, apa yang dikatakannya percuma saja karena dua orang pria yang tengah bersamanya sama se
“Tidak. Aku tidak akan membiarkan kau berbicara dengannya,” tegas Sharon kemudian melangkah pergi dari sana. Sharon tidak akan membiarkan Anna berbicara dengan pria itu, itu menandakan dia benar-benar gagal membuat Elang Aderra menjauh dari Anna. Beberapa saat kemudian, langkah terhenti dan wanita itu pingsan tepat di depan pintu. “Anna …” Elang Aderra segera beranjak dari tempat duduknya saat melihat wanita itu pingsan. “A-Sharon.” Elang Aderra bingung harus memanggil wanita itu dengan panggilan apa, apakah Anna atau Sharon. Elang Aderra segera mengendongnya dan membaringnya di sofa, ia pun meminta agar Ervin mengambil air untuk diminum. “Kau tidak apa-apa?” Elang Aderra bertanya, ia tidak tahu harus memanggilnya dengan sebutan apa. Saat membuka mata, hal yang pertama kali dilihatnya adalah Elang Aderra dan Ervin. “Kenapa aku ada di sini?” tanya wanita itu dengan kebingungan. Elang Aderra yang melihat raut wajah kebingungan itu, membuatnya mengerutkan kening. “K-kau siapa?
Biar kami menyelesaikan masalah kami “Wanita bodoh ini. Bisa-bisanya dia memberontak,” umpat Sharon. “Hai … kita bertemu lagi, sepertinya kalian kau bercerita banyak hal dengan Anna.” Elang Aderra yang berada di samping menatapnya dengan raut wajah berubah. Apalagi saat tahu jika Anna tidak sadarkan diri, maka Sharon yang akan mengambil alih tubuh wanita itu. “Kenapa dengan wajahmu? Apa kau tidak suka melihatku?” tanya Sharon yang melihat wajah Elang Aderra yang tertekan saat melihatnya. “Ya.” Sharon melirik ke arah Elang Aderra, kemudian memutar bola matanya karena tidak menyukai jawaban Elang Aderra. “Sial. Sepertinya tidak ada yang menyukai kehadiranku,” keluh Sharon sambil menyandarkan tubuhnya. Wanita itu malas untuk membuka suara. Bahkan sampai rumah, ia langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan kesal. Febia yang melihat Sharon, hanya bisa menghela napasnya. Ia sangat tahu jika wanita itu tengah marah. “Apa kau bisa jelaskan apa yang sedang terjadi?” tanya E