Seorang pelayan masuk ke dalam kamar Elina tanpa permisi. Kelakuan tidak sopan si pelayan membuat Elina sedikit jengkel. Pelayan di rumah ini tidak ada yang segan terhadap Elina. Mereka masih sama seperti dahulu, sebelum Elina meninggal.“Kamu harus menghabiskan semua air, dan vitamin yang aku berikan. Jangan sampai tersisa,” tegas Moi, nama pelayan yang bertanggung jawab atas obat Elina.“Kamu mau ke mana? Jangan tinggalkan aku sebelum aku selesai meminum obat, dan vitaminku.”Elina mencengkeram pergelangan tangan Moi, mencegah Moi yang ingin pergi dari kamarnya.“Aku sudah tidak ada urusan di sini. Nanti aku bakal balik dua jam lagi, untuk mengambil nampan kosong,” tutur Moi.Dengan kasar Moi menarik tangan Elina agar cengkeraman Elina terlepas. Tangan Elina terhempas begitu saja.“Kamu kasar sekali kepadaku. Aku ini majikanmu loh. Mengapa kamu berani sekali sama aku? Kamu tidak takut jika kehilangan pekerjaanmu?” ancam Elina.Elina ingin mempermainkan Moi sejenak. Sekali-kali, Moi
Beni sibuk menghilangkan bukti kejahatannya sebelum polisi melakukan penyelidikan atas laporan yang dibuat oleh Elina. Beni sama sekali tidak peduli dengan kematian Moi. Semua berjalan sesuai dengan kemauan Elina. Beni hanya mengurus laporan Elina.Akhirnya, usaha Beni berbuah manis. Pihak kepolisian tidak menemukan racun di dalam obat Elina. Hal tersebut juga berdampak pada kasus kematian Moi yang awalnya dikarenakan tekanan dari Beni, kini murni sebagai bentuk depresi pribadi.Polisi menetapkan jika kematian Moi terjadi karena bunuh diri akibat mengidap depresi.“Melisa, kamu tidak perlu memikirkan kematian Moi. Semua sudah selesai,” ucap Elina.Elina berusaha memberi Melisa sedikit pengertian. Mencoba menenangkan Melisa yang mengalami guncangan pada mentalnya.“Mayat Moi jatuh di hadapanku. Aku melihat otaknya keluar dari dalam kepala. Kamu pikir aku bisa melupakan kejadian itu begitu saja?” sungut Melisa.Melisa memegang kepalanya yang terasa sangat sakit. Kejadian mengerikan wa
“Nyonya Elina, anda sudah selesai? Ingin aku menggendongmu lagi?”Tiba-tiba Daniel muncul untuk menyelamatkan Elina dari kecurigaan anak buah Beni. Tanpa menunggu persetujuan dari Elina, Daniel menggendong Elina keluar dari ruang kontrol.Nunu menatap anak buah Beni dengan tatapan datar. Dia sedikit memberi peringatan pada anak buah Beni agar lebih berhati-hati dalam bersikap di hadapan Elina. Mengingat jika hanya ada satu anak buah Beni yang masih ada. Yang lain sudah diganti dengan anak buah Daniel tanpa sepengetahuan Beni.“Jika tidak ingin kehilangan pekerjaanmu. Berhentilah menjilat Tuan Beni. Di rumah ini, Nyonya Elina lah yang berkuasa. Kamu tidak lupa ‘kan? Tradisi keluarga Louzi?”Setelah memberi anak buah Beni peringatan, Nunu berlalu pergi meninggalkan ruang kontrol.***“Ada berapa anak buah Beni yang tersisa? Mengapa kamu tidak mengganti mereka semua?” tanya Elina pada Daniel.“Aku tidak bisa melakukannya. Hal tersebut akan menimbulkan kecurigaan Beni. Setidaknya, anak
Sampainya di rumah, Elina langsung membuka buku yang sama persis dengan diari milik ibunya. Tak lupa, Elina sempat mengunci pintu kamar sebelum terhanyut ke dalam isi buku. Begitu buku terbuka, Elina langsung dibawa masuk entah ke mana.Tiba-tiba Elina sudah berada di suatu tempat yang tidak pernah dia kunjungi sebelumnya. Suasananya sangat hampa, hanya terdengar suara napas Elina saja. Lalu, muncullah sosok perempuan yang memiliki perawakan sama seperti ibu kandung Elina.Sosok itu tersenyum lembut kepada Elina. Sedikit mengobati kerinduan Elina pada ibunya. Rasanya, ingin sekali memeluk sosok itu. Namun Elina yakin, jika sosok yang ada di hadapannya hanya khayalan belaka.“Kali ini, kamu wajib hidup bahagia. Jauhi bahaya yang berusaha untuk menghancurkanmu. Bukan kah? Mati berkali-kali tidak menyenangkan?”Belum sempat Elina membalas perkataan sosok itu. Elina terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa sakit, seperti ada sesuatu yang baru saja memukul kepalanya. Elina buru-buru t
“Perceraian kita akan membawa kedamaian. Mengapa tidak?” timpal Elina. “Kalian tidak perlu meminta maaf atas semua perbuatan kalian. Aku benar-benar ingin melupakan masa lalu.”“Tetapi, Kak Elina. Ada baiknya jika kita saling meminta maaf, dan memaafkan satu sama lain,” sahut Melisa.“Benarkah? Haruskah kita melakukan itu? Kamu tahu ‘kan? Aku tidak pernah melukai kalian berdua. Aku juga harus minta maaf?” dalih Elina mengeluarkan ekspresi polos.Seketika suasana menjadi sunyi. Yang dikatakan Elina memang benar. Harusnya Elina tidak perlu meminta maaf pada mereka, karena Elina tidak pernah melukai mereka. Justru sebaliknya.“Kapan kamu siap berpisah dariku?” tanya Beni memecah keheningan.“Malam ini pun aku siap. Kamu tinggal menandatangani berkas perceraian kita berdua. Setelah itu, biarkan pengacara kita yang menyelesaikan sidang. Kita tidak perlu hadir, biar proses perceraian kita makin cepat selesai,” terang Elina.
Sejauh ini, Elina masih menjalani kehidupannya selayaknya orang biasa. Setiap hari berangkat pagi untuk bekerja. Kemudian menghabiskan waktu senggang dengan melakukan kegiatan kesukaannya.Kehidupan Elina terlihat normal. Namun, di dalam otaknya, dia terus-menerus memikirkan cara yang pas untuk menghancurkan Beni beserta Melisa.“Hey, aku bawakan makanan untukmu. Aku dengar, kamu akhir-akhir ini sibuk banget ya?” ujar Nunu.Kedatangan Nunu secara tiba-tiba mengejutkan Elina yang terlalu berkutat pada pemikirannya sendiri.“Kamu tahu dari mana kalau aku ada di sini?” tanya Elina.“Dari mana lagi kalau bukan Tuan Jimmy,” jawab Nunu.“Begitu ya?”Elina berdiri dari tempat duduknya, lalu meraih barang bawaan Nunu.“Wah! Kamu membawa makanan kesukaanku? Enggak perlu repot-repot begini. Terima kasih ya,” tutur Elina tersenyum senang.“Makan dahulu gih. Perasaan tubuhmu makin kurus deh. Kayaknya kamu kehilangan banyak berat badan.”Elina mengangguk. Membenarkan dugaan Nunu. Akhir-akhir ini E
"JImmy? Jangan bilang kalau kamu juga mengira jika aku adalah Jimmy. Ya ampun, berapa kali aku harus meluruskan? Setiap kali aku bertemu dengan orang baru, mereka selalu memanggilku Jimmy. Memangnya, siapa Jimmy?"Elina terkejut mendengar penuturan panjang Jimmy. Tidak seperti kepribadian Jimmy biasanya.Elina mengira jika Jimmy tengah mendalami peran. Sungguh luar biasa."Apa? Kamu bukan Jimmy? Tunggu. maaf. Aku pikir kamu Jimmy. Wajahmu sangat mirip dengan adikku yang telah lama meninggal," ujar Beni merasa aneh."Jadi, Jimmy itu adikmu ya? Aku bukan Jimmy," tandas Jimmy."Pertama kali bertemu dengan kekasihku, aku juga mengira jika dia Jimmy. Orang yang selalu ada dipihakku dari dahulu," tutur Elina.Mendengar perkataan Elina, wajah Beni mengeras karena Elina mengingatkannya pada kejadian kelam pada masa lalu mereka.Meskipun tidak secara terang-terangan, Elina selalu mengungkit dosa Beni terhadapnya. Hal tersebut membuat Beni merasa canggung."Llau, siapa namamu?" tanya Beni pada
Elina menandatangani semua berkas kerja sama antara Mining Company dan Geo Grup.“Semoga kita bisa menjadi rekan bisnis yang saling menguntungkan satu sama lain.”Kalimat itu menjadi penutup rapat. Setelah berbasa-basi, Mark meninggalkan ruangan rapat bersama Lusi.Awalnya Elina ingin mengajak mereka makan siang bersama, namun Mark menolak. Mark memiliki agenda lain yang tidak boleh ditinggal begitu saja. ***Elina menatap lurus Tuan Han yang tengah asyik berjoget dengan seorang wanita penghibur.Rupanya, Tuan Han pergi ke luar kota bukan untuk mengerjakan pekerjaan, melainkan bersenang-senang bersama wanita lain. Pantas saja, istri Tuan Han tidak diajak.Elina berjalan mendekati Tuan Han yang sedang bercumbu. Elina sengaja menyenggol si wanita, hingga wanita tersebut terjatuh.“Aduh! Maafkan aku! Aku tidak sengaja!” pekik Elina.Meski Elina bersuara keras, suaranya tetap tertutupi oleh suara dentuman musik.Tidak ingin ada keributan, Tuan Han yang ada dalam pengaruh alkohol itu pun
Beni Louzi menjadi topik utama perbincangan warga dunia. Bagaimana tidak, kasus Beni sangat menggemparkan.Mulai dari penggelapan uang perusahaan, pencucian uang. Dan, yang lebih parah adalah kasus pembunuhan, serta pelecehan seksual yang pernah dilakukan Beni terhadap adik Nunu.Semuanya muncul ke permukaan. Tak terkecuali perbuatan Beni yang menghabisi nyawa ayahnya sendiri demi harta.Setiap pengadilan yang dijalani oleh Beni, Elina tak pernah absen. Tujuannya hanya satu. Elina ingin mengolok-olok mantan suaminya itu.Kejahatan yang dilakukan oleh Beni membuat pria itu dijatuhi hukuman mati pada awalnya. Kemudian diganti dengan hukuman seumur hidup.Nunu lah yang tidak ingin Beni dihukum mati. Setidaknya, Beni harus merasakan bagaimana penderitaan menjalani kehidupan di dalam rutan.Ada momen menggemaskan di pertengahan sidang. Di mana Beni menyangkut-pautkan Elina Yus ke dalam kasus pemalsuan surat wasiat.Sebagai seorang suami, tentu saja Jimmy tidak terima jika istrinya asal dit
“Kak Elina?”Melisa tak kuasa menahan tangis. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya. Terlebih posisinya yang berada tepat di tepi tebing.Melisa berusaha memundurkan kursi rodanya menggunakan tangan. Namun hasilnya nihil. Kursi roda tersebut sama sekali tidak bisa bergerak.“Percuma, kursi rodamu dikendalikan oleh remot kontrol. Kamu tidak mungkin bisa menggerakkan kursi roda secara manual,” terang Daniel.“Tolong aku!” rengek Melisa. “Daniel, tolong aku, jangan biarkan aku mati,” mohonnya.Daniel berdecap. “Tidak ada untungnya menolongmu. Kamu harus merasakan apa yang dulu dirasakan oleh Elina. Terjatuh dari atas tebing,” tandasnya.Melisa menangis keras.“Jangan terlalu aktif bergerak. Nanti tubuhmu bisa jatuh lalu hancur,” ucap Daniel memperingati Melisa.Melisa pun berhenti bergerak. Dia hanya bisa terdiam sambil terus menangis ketakutan.“Seseorang yang kamu cintai akan datang. Kamu harus bisa meyakinkan dia agar mau menyelamatkanmu,” pungkas Daniel.Kini yang ada di pikiran Me
Elina merawat Melisa dengan begitu baik. Melisa pun merasa sangat senang atas semua perhatian yang dilimpahkan Elina untuknya. Namun, satu hal yang tidak Melisa tahu. Elina sengaja membiarkan Melisa tetap dalam keadaan lumpuh.“Kapan ibumu pulang? Sekarang ibumu ada di mana sih?” tanya Elina.“Ibuku sedang berada di Iran. Dia pergi berlibur bersama teman-teman arisan,” jawab Melisa.“Ibumu sudah tahu tentang kondisimu?”Melisa menggelengkan kepala sebagai jawaban.“Kenapa kamu tidak memberi tahu ibumu? Dia bisa pulang untuk merawatmu,” ujar Elina.“Aku enggak mau ibuku ikut sedih. Sudah sewajarnya jika ibuku hidup bahagia sekarang,” tutur Melisa.“Jadi begitu ya?”Perhatian dua wanita itu terfokus pada berita di televisi yang menayangkan sebuah kecelakaan pesawat.Melisa meraung ketika identitas ibunya terpampang menjadi salah satu penumpang pesawat yang tidak selamat.Elina memeluk erat adiknya sembari terus menenangkan adiknya yang seperti orang gila.Sementara itu, Elina tak memada
Sisca dijebloskan ke dalam penjara atas laporan yang dibuat oleh Jimmy. Sebenarnya Beni juga dilaporkan. Tapi, berhubung Beni memiliki banyak uang, lelaki itu terbebas dari hukuman penjara.Beni hanya diharuskan untuk membayar denda.Awalnya Sisca murka. Namun, setelah mendengar penjelasan Beni, dan janji Beni yang akan membebaskannya. Sisca menerima dengan lapang dada.Mungkin tinggal di dalam penjara bisa membuat pikiran Sisca menjadi sedikit jernih.***Karena terjatuh dari mobil yang tengah melaju cukup kencang, Melisa mengalami patah tulang kaki. Untuk saat ini, Melisa harus duduk di kursi roda.“Nasibku benar-benar mirip Kak Elina,” kata Melisa sedih.Beni menghembuskan napas, kemudian mengelus kepala kekasihnya.“Jangan bicara seperti itu lagi. Nasibmu sama sekali tidak mirip dengan kakakmu. Aku masih mencintaimu,” tutur Beni berusaha memberi semangat pada Melisa.“Aku tidak bisa berjalan,” gumam Melisa. “Aku lumpuh,” tambahnya.Beni menggelengkan kepalanya. Tidak setuju dengan
Ketika Melisa ingin membuka pintu kamar hotel, Elina mencegahnya.“Kenapa?” tanya Melisa melihat sengit ke arah kakaknya.“Aku sudah menghubungi suami dari si wanita yang bersama Beni. Dia sedang dalam perjalanan menuju ke sini,” terang Elina.Melisa tampak terkejut. “Apa? Bahkan wanita yang bersama suamiku sudah memiliki seorang kekasih? Sungguh menggelikan!”“Sabar dulu ya. Kita tunggu sampai dia datang. Kamu harus bisa menahan amarahmu,” tutur Elina menangkan Melisa.Mau tak mau Melisa mengalah. Keduanya berdiri di depan pintu sembari menunggu kedatangan Jimmy.Tak lama kemudian Jimmy menampakkan wujudnya di hadapan Melisa dan Elina.“Kamu ‘kan pacarnya Kak Elina? Kok Ngapain kamu ada di sini?” tanya Melisa heran.“Melisa kamu jangan salah paham dulu. Pria yang ada di hadapanmu bukanlah kekasihku. Melainkan suami dari si wanita yang sekarang ada di dalam kamar bersama Beni.”“Apa?”“Bisa kalian berdua minggir? Aku sudah tidak sabar melihat sesuatu yang ada di dalam sana,” tandas Ji
“Apa yang kamu lakukan, Sisca?” tanya Beni.Sisca berhenti mengerjakan pekerjaannya. Dia memfokuskan diri pada Beni, Sang Bos sekaligus kekasih gelapnya.“Apa yang aku lakukan?” Bukannya menjawab, Sisca justru balik bertanya.Beni tersenyum tipis. “Jangan pura-pura bodoh gitu. Aku sudah tahu apa yang kamu lakukan terhadap uang perusahaan,” ujar Beni.Meski telah ketahuan, Sisca sama sekali tidak merasa takut.“Kamu ingin memasukkanku ke dalam penjara?” tantang Sisca.“Kamu berani sekali, Sisca.” Beni mencondongkan kepalanya, mendekatkan bibirnya tepat di telinga Sisca. “Aku makin tertarik denganmu,” bisik Beni.Sisca mendorong pundak Beni agar menjauh dari tubuhnya.“Bisa-bisanya kamu menggodaku di kantor. Bagaimana jika ada pegawai lain yang melihat kita? Mereka bisa melaporkan perbuatanmu pada kekasihmu,” ejek Sisca.“Siapa yang berani mengusikku? Aku akan menghabisi mereka yang tidak tunduk,” tandas Beni.“Kamu terlihat menawan setiap kali mengeraskan rahangmu,” puji Sisca.Awaln
Keinginan Sisca langsung diwujudkan oleh Jimmy. Pria itu benar-benar menggelar acara pernikahan untuk dirinya dan Sisca. Tindakan ini Jimmy ambil, karena dia telah mendapat izin dari Elina. Bahkan Elina yang menentukan tanggal pernikahan.Tentu saja, semua hanya kepura-puraan belaka. Jimmy tidak akan pernah sudi menyentuh Sisca, apalagi sampai tidur dengan wanita itu.Beni, selaku kekasih gelap Sisca juga menghadiri pesta pernikahan Jimmy dan Sisca. Sebagai sepasang kekasih gelap, Sisca dan Beni sanggup berakting sehingga tidak ada satu pun dari hadirin yang mencurigai mereka berdua. Sungguh luar biasa.“Jangan memikirkanku ketika Jimmy sedang menggaulimu.” Beni berbisik pada Sisca.Sisca tertawa kecil mendengar ucapan Beni yang menurutnya sangat lucu.“Kamu juga. Kita berdua adalah orang profesional,” kata Sisca membalas bisikan Beni.Beni menepuk pelan pundak Sisca.“Kamu wanita hebat. Aku sudah tidak sabar melihat hasil kerjamu yang lainnya,” tutur Beni.“Kalian berdua terlihat s
Membuat Beni bertekuk lutut bukanlah hal yang mudah. Berkali-kali Sisca mencoba, dia selalu gagal. Sisca hampir putus asa.“Aku kesal sekali. Beni menolakku telak. Benar-benar memalukan,” keluh Sisca.“Jangan patah semangat begitu. Aku yakin, kamu pasti bisa,” ujar Jimmy menyemangati Sisca.“Aku putus asa. Beni bukan tipe pria yang mudah didekati,” kata Sisca.“Mungkin karena masih ada Melisa, kekasih Beni.”“Melisa? Gadis kecil berusia dua puluh tahun itu? Dia kekasih Tuan Beni?” tanya Sisca terkejut.“Kamu tidak tahu? Aku pikir kamu sudah mengetahuinya.”Sisca menggelengkan kepalanya.“Aku pikir, Melisa adalah adik atau keponakan Tuan Beni. Hey, usia mereka berdua terpaut lumayan jauh. Sungguh menggelikan.”Melisa bergidik ngeri mengingat hubungan yang terjalin antara Beni dan Melisa.“Setiap orang memiliki selera mereka masing-masing. Begitu pun denganku,” tutur Jimmy.Wajah Sisca berubah cemberut.“Ugh! Aku frustrasi!” pekik Sisca merasa kepalanya pusing.Jimmy tersenyum lembut ke
Beni mengirim proposal mengenai pengajuan diangkatnya Sisca menjadi Wakil Presdir kepada pihak Geo Grup. Berkas tersebut telah sampai ke tangan Mark. Mark yang sudah tahu jika pengajuan Sisca merupakan keinginan Jimmy, tanpa berpikir terlebih dahulu, Mark langsung menyetujui. Atas pernyataan resmi Mark, selaku Presdir perusahaan induk Coco Company. Beni langsung mengangkat Sisca menjadi Wakil Presdir. Kebetulan sekali, posisi Wakil Presdir memang sedang dalam kondisi kosong. Beni belum memiliki kandidat bagus yang bisa menggantikan Tuan Han.Kenaikan pangkat Sisca yang terjadi dalam waktu singkat, membuat wanita itu menjadi sosok yang paling dibenci di kantornya. Bahkan, orang yang dulu menjadi atasan Sisca, kini ikut tidak menyukai Sisca. Karena dia tahu persis bagaimana kinerja Sisca.“Kamu senang?” tanya Jimmy pada Sisca.“Kamu menjadikanku Wakil Presdir. Tentu saja aku senang bukan main. Sekarang, aku punya gaji yang melimpah. Semua orang di kantor juga menghormati aku,” ungkap