Hatiku kesal mengingat kejadian di kehidupanku sebelumnya. Di mana Tuan Han memperkosaku dalam kondisi lumpuh.Aku tersentak ketika Nyonya Julie menggenggam kedua tanganku erat.“Aku sangat membenci orang seperti itu. Sungguh, benar-benar membenci hingga ke ubun-ubun.”Bibir Nyonya Julie bergetar saat mengatakan kalimat bernada tegas itu. Tubuhnya juga sedikit bergidik, seakan merasa takut.Dengan ragu aku bertanya, “Ka-kamu pernah mengalami hal yang aku alami?”Nyonya Julie menundukkan kepalanya. Hatiku berdesir melihat Nyonya Julie menangis.“Ada apa? Kamu tidak perlu menjawab jika pertanyaanku menyakitkan,” kataku.“Ketika aku berusia empat belas tahun, pamanku sempat melakukan tindakan paling tercela di dunia ini. Paman yang aku anggap sebagai pelindungku setelah kedua orang tuaku meninggal, tega melecehkan aku. Membiarkan aku memendam rasa traumaku selama ini.”Tanpa ragu Nyonya Julie mengun
“Tolong pikirkan baik-baik. Jangan sampai salah mengambil tindakan. Nanti anda akan menyesal,” saranku.“Keputusanku sudah bulat. Aku akan menceraikan Han. Baru saja aku menghubungi ayahku. Tetapi, aku belum menceritakan perihal kelakuan suamiku,” jelas Nyonya Tamara.“Nyonya Tamara, tenangkan dirimu terlebih dahulu. Ambil keputusan dengan kepala dingin. Ingatlah anakmu di rumah. Mereka pasti akan sangat merasa terpukul dengan perpisahan kedua orang tua mereka.”Nasihatku hanya sebatas formalitas belaka. Nyatanya, aku memang menginginkan perpisahan mereka. Tidak adil rasanya, melihat pria yang doyan berselingkuh, memiliki kehidupan pernikahan yang sempurna.“Hatiku sakit. Han menggores harga diriku dengan begitu keji. Aku tidak bisa terus bersama pria macam Han,” tegas Nyonya Tamara.Aku bisa melihat sorot mata penuh kebencian yang dipancarkan oleh Nyonya Tamara.“Aku bisa merasakan bagaimana perasanmu sekarang,” kataku.Aku terus mengelus lengan dingin Nyonya Tamara. Seakan memberi
Aku selalu menemani Nyonya Tamara melewati masa sulitnya. Meskipun mengalami proses pengadilan yang cukup lama, dan ruwet. Pada akhirnya, Nyonya Tamara berhasil terbebas dari pernikahan palsu buatan Tuan Han.Satu fakta yang membuatku sedikit terkejut adalah perlakuan kasar Tuan Han terhadap Nyonya Tamara yang tercatat sebagai salah satu alasan mengapa Nyonya Tamara ingin bercerai. Nyonya Tamara merasa lega, seluruh hak asuh anak jatuh ke tangannya. “Ayahku sangat kecewa dengan Han. Beliau ingin aku kembali ke Arab, dan tinggal di sana bersama anak-anakku,” terang Nyonya Tamara memberi tahuku.Sekarang kami sedang makan siang di salah satu restoran yang berada di dekat gedung pengadilan.“Jika itu yang terbaik. Mengapa tidak?” kataku. “Aku tidak menyangka kalau Tuan Han berani melakukan tindak kekerasan terhadap anda. Selama ini anda pasti sangat menderita. Tetapi, aku tidak bisa menyangkal kenyataan bahwa anda adalah wanita kuat. Anda mampu menahan rasa sakit, dan bersikap seolah s
“Berapa banyak wanita yang sudah melaporkan Tuan Han?” tanyaku.Aku menyingkirkan tabletku kemudian mulai membuka map berisi laporan kepolisian.“Hingga detik ini ada tujuh wanita yang melaporkan Tuan Han. Termasuk Nyonya Julie,” terang Nunu.Aku terkejut. “Jumlah yang tidak sedikit. Tuan Han pasti suka mencicipi berbagai tipe wanita. Dasar pria menjijikkan. Untung saja Nyonya Tamara sudah membuangnya,” ujarku menghela napas. Dadaku terasa sedikit sesak mengingat kelakuan bejat Tuan Han.“Haruskah aku membantu para wanita itu agar mereka mendapatkan keadilan?” tanyaku pada Nunu.“Ngapain? Enggak perlu berbuat sebaik itu. Kamu bukan malaikat penolong. Kamu hanya manusia biasa. Lakukan sesuatu sesuai dengan kapasitasmu saja,” kata Nunu memberiku sedikit pengertian.“Yang kamu katakan ada benarnya juga. Aku akan menyimpan tenagaku untuk rencana selanjutnya. Sekarang, aku hanya perlu fokus membantu Nyonya Julie menghukum Tuan Han,” ujarku.“Aku sudah tidak sabar menyaksikan aksimu lagi. B
Aku menginginkan kematian terjadi pada Tuan Han. Tetapi mau bagaimana lagi? Mengingat bila aku tinggal di negara hukum, aku harus menghormati peraturan yang berlaku. Yeah, meskipun hukum juga bisa dimanipulasi sih.“Kamu yakin mau tinggal di rumahmu lagi? Tidak mau tinggal bersamaku?” tanya Jimmy.“Kamu ini berbicara seolah aku akan tinggal selamanya di rumahku. Aku hanya ingin melihat kondisi rumahku setelah ditinggal ibu tiriku, dan Melisa. Aku penasaran, apakah mereka membawa barang berharga dari sana,” terangku.Jimmy menarik pinggangku, menepis jarak di antara kami berdua.“Boleh aku menginap beberapa hari di rumahmu?” pinta Jimmy.“Tentu saja boleh. Aku bahkan memperbolehkanmu tinggal di rumahku sesuka hatimu,” jawabku.“Aku senang mendapat izin menginap di rumahmu. Nanti malam aku akan menyusulmu. Kamu bisa ‘kan pergi ke rumahmu sendiri. Hari ini aku ada rapat penting, jadi tidak bisa mengantarmu.”Aku tersenyum kemudian mengangguk. “Iya, aku bisa pulang sendiri. Aku tunggu kam
Setelah lelah mengobrol, aku mengajak Jimmy mengelilingi rumah mewahku. Meski ukuran rumah utama keluarga Louzi jauh lebih besar ketimbang rumahku, aku tetap ingin pamer.Aku merengut ketika sampai di kamar Melisa. Wanita itu pasti tidak sempat mengambil barangnya. Atau mungkin, Melisa justru sengaja tidak mengemasi seluruh barangnya karena Beni telah memberinya lebih dari ini.Memikirkan hal tersebut membuatku kesal. Aku jadi menyadari satu hal. Aku tidak mungkin bahagia apabila Melisa, dan Beni hidup bahagia.“Kamu pandai melukis. Semua lukisanmu sangat indah, dan tidak biasa,” puji Jimmy.Aku berjalan mendekati Jimmy. Sedari tadi Jimmy hanya mengamati hasil lukisanku.“Terima kasih. Kamu orang kedua yang memuji karyaku setelah ibuku,” jawabku.Kami sedang berada di ruang bawah tanah rumah. Ruangan ini telah aku ubah menjadi galeri kecil milikku. Hanya aku, dan orang-orang tertentu yang boleh masuk ke dalam sini. Bahkan aku tidak memperbolehkan pelayan merapikan atau membersihkan ru
Melisa tampak sangat terkejut dengan tawaranku.“Kak Elina serius? Memperbolehkan aku bekerja di perusahaanmu?” tanya Melisa meragukan aku.“Tentu saja aku memperbolehkanmu. Kalau tidak boleh, ngapain aku nawarin kamu bekerja di kantorku?” jelasku meyakinkan Melisa agar percaya kepadaku.“Hm... Kalau begitu aku nanti tanya Kak Beni dulu deh. Boleh apa enggak,” ujar Melisa.“Pasti boleh. Karena aku akan memberimu dua puluh persen saham Mining Company,” kilahku.“Saham itu apa? Aku tahu tetapi enggak mengerti, Kak,” tanya Melisa bingung.“Nah! Nanti kamu ‘kan minta izin sama Beni, kamu sekalian tanya apa itu saham padanya. Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang,” kataku berkelit.“Loh? Mengapa kok enggak bisa menjelaskan? Kak Elina masih bodoh ya?”Aku tahu jika Melisa tengah mengolokku meski dia memasang wajah polos. Satu-satunya adik tiriku ini memang tidak pernah berubah. Sedikit saja berbuat baik padanya, dia akan langsung merendahkanku. Hal ini sering terjadi. Namun aku baru menyad
Aku kebingungan melihat Beni tertawa terbahak-bahak. Memangnya ada yang lucu?“Seorang wanita tidak mungkin bisa melebihi seorang pria. Dalam bidang apa pun,” dalih Beni.Aku tidak terkejut jika Beni suka meremehkan kemampuan wanita. Beni sangat kolot seperti ayahnya. Dia masih menganut paham patriarki.Aku merasa beruntung karena Jimmy berbeda dari ayah dan kakaknya.“Yang kamu katakan memang benar. Kerap kali wanita tidak diberi kesempatan yang sama seperti pria. Tapi sekarang, dunia sudah berubah. Banyak wanita hebat di dunia ini,” terangku.Beni berdecap. “Kamu terlalu banyak berbicara, Elina,” tegur Beni tidak senang. “Pokoknya aku tidak mengizinkan Melisa bekerja di sini. Jika kamu berani bertemu dengan Melisa lagi. Aku tidak akan membiarkanmu,” ancamnya kemudian.Aku menghembuskan napas panjang, lelah atas sikap arogan Beni.“Baiklah... Bagaimana kalau aku menceritakan rahasia kita pada Jimmy?”Amarah Beni terpancing seketika.“Hubunganmu pasti sangat dekat dengan Jimmy, sampai
Beni Louzi menjadi topik utama perbincangan warga dunia. Bagaimana tidak, kasus Beni sangat menggemparkan.Mulai dari penggelapan uang perusahaan, pencucian uang. Dan, yang lebih parah adalah kasus pembunuhan, serta pelecehan seksual yang pernah dilakukan Beni terhadap adik Nunu.Semuanya muncul ke permukaan. Tak terkecuali perbuatan Beni yang menghabisi nyawa ayahnya sendiri demi harta.Setiap pengadilan yang dijalani oleh Beni, Elina tak pernah absen. Tujuannya hanya satu. Elina ingin mengolok-olok mantan suaminya itu.Kejahatan yang dilakukan oleh Beni membuat pria itu dijatuhi hukuman mati pada awalnya. Kemudian diganti dengan hukuman seumur hidup.Nunu lah yang tidak ingin Beni dihukum mati. Setidaknya, Beni harus merasakan bagaimana penderitaan menjalani kehidupan di dalam rutan.Ada momen menggemaskan di pertengahan sidang. Di mana Beni menyangkut-pautkan Elina Yus ke dalam kasus pemalsuan surat wasiat.Sebagai seorang suami, tentu saja Jimmy tidak terima jika istrinya asal dit
“Kak Elina?”Melisa tak kuasa menahan tangis. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya. Terlebih posisinya yang berada tepat di tepi tebing.Melisa berusaha memundurkan kursi rodanya menggunakan tangan. Namun hasilnya nihil. Kursi roda tersebut sama sekali tidak bisa bergerak.“Percuma, kursi rodamu dikendalikan oleh remot kontrol. Kamu tidak mungkin bisa menggerakkan kursi roda secara manual,” terang Daniel.“Tolong aku!” rengek Melisa. “Daniel, tolong aku, jangan biarkan aku mati,” mohonnya.Daniel berdecap. “Tidak ada untungnya menolongmu. Kamu harus merasakan apa yang dulu dirasakan oleh Elina. Terjatuh dari atas tebing,” tandasnya.Melisa menangis keras.“Jangan terlalu aktif bergerak. Nanti tubuhmu bisa jatuh lalu hancur,” ucap Daniel memperingati Melisa.Melisa pun berhenti bergerak. Dia hanya bisa terdiam sambil terus menangis ketakutan.“Seseorang yang kamu cintai akan datang. Kamu harus bisa meyakinkan dia agar mau menyelamatkanmu,” pungkas Daniel.Kini yang ada di pikiran Me
Elina merawat Melisa dengan begitu baik. Melisa pun merasa sangat senang atas semua perhatian yang dilimpahkan Elina untuknya. Namun, satu hal yang tidak Melisa tahu. Elina sengaja membiarkan Melisa tetap dalam keadaan lumpuh.“Kapan ibumu pulang? Sekarang ibumu ada di mana sih?” tanya Elina.“Ibuku sedang berada di Iran. Dia pergi berlibur bersama teman-teman arisan,” jawab Melisa.“Ibumu sudah tahu tentang kondisimu?”Melisa menggelengkan kepala sebagai jawaban.“Kenapa kamu tidak memberi tahu ibumu? Dia bisa pulang untuk merawatmu,” ujar Elina.“Aku enggak mau ibuku ikut sedih. Sudah sewajarnya jika ibuku hidup bahagia sekarang,” tutur Melisa.“Jadi begitu ya?”Perhatian dua wanita itu terfokus pada berita di televisi yang menayangkan sebuah kecelakaan pesawat.Melisa meraung ketika identitas ibunya terpampang menjadi salah satu penumpang pesawat yang tidak selamat.Elina memeluk erat adiknya sembari terus menenangkan adiknya yang seperti orang gila.Sementara itu, Elina tak memada
Sisca dijebloskan ke dalam penjara atas laporan yang dibuat oleh Jimmy. Sebenarnya Beni juga dilaporkan. Tapi, berhubung Beni memiliki banyak uang, lelaki itu terbebas dari hukuman penjara.Beni hanya diharuskan untuk membayar denda.Awalnya Sisca murka. Namun, setelah mendengar penjelasan Beni, dan janji Beni yang akan membebaskannya. Sisca menerima dengan lapang dada.Mungkin tinggal di dalam penjara bisa membuat pikiran Sisca menjadi sedikit jernih.***Karena terjatuh dari mobil yang tengah melaju cukup kencang, Melisa mengalami patah tulang kaki. Untuk saat ini, Melisa harus duduk di kursi roda.“Nasibku benar-benar mirip Kak Elina,” kata Melisa sedih.Beni menghembuskan napas, kemudian mengelus kepala kekasihnya.“Jangan bicara seperti itu lagi. Nasibmu sama sekali tidak mirip dengan kakakmu. Aku masih mencintaimu,” tutur Beni berusaha memberi semangat pada Melisa.“Aku tidak bisa berjalan,” gumam Melisa. “Aku lumpuh,” tambahnya.Beni menggelengkan kepalanya. Tidak setuju dengan
Ketika Melisa ingin membuka pintu kamar hotel, Elina mencegahnya.“Kenapa?” tanya Melisa melihat sengit ke arah kakaknya.“Aku sudah menghubungi suami dari si wanita yang bersama Beni. Dia sedang dalam perjalanan menuju ke sini,” terang Elina.Melisa tampak terkejut. “Apa? Bahkan wanita yang bersama suamiku sudah memiliki seorang kekasih? Sungguh menggelikan!”“Sabar dulu ya. Kita tunggu sampai dia datang. Kamu harus bisa menahan amarahmu,” tutur Elina menangkan Melisa.Mau tak mau Melisa mengalah. Keduanya berdiri di depan pintu sembari menunggu kedatangan Jimmy.Tak lama kemudian Jimmy menampakkan wujudnya di hadapan Melisa dan Elina.“Kamu ‘kan pacarnya Kak Elina? Kok Ngapain kamu ada di sini?” tanya Melisa heran.“Melisa kamu jangan salah paham dulu. Pria yang ada di hadapanmu bukanlah kekasihku. Melainkan suami dari si wanita yang sekarang ada di dalam kamar bersama Beni.”“Apa?”“Bisa kalian berdua minggir? Aku sudah tidak sabar melihat sesuatu yang ada di dalam sana,” tandas Ji
“Apa yang kamu lakukan, Sisca?” tanya Beni.Sisca berhenti mengerjakan pekerjaannya. Dia memfokuskan diri pada Beni, Sang Bos sekaligus kekasih gelapnya.“Apa yang aku lakukan?” Bukannya menjawab, Sisca justru balik bertanya.Beni tersenyum tipis. “Jangan pura-pura bodoh gitu. Aku sudah tahu apa yang kamu lakukan terhadap uang perusahaan,” ujar Beni.Meski telah ketahuan, Sisca sama sekali tidak merasa takut.“Kamu ingin memasukkanku ke dalam penjara?” tantang Sisca.“Kamu berani sekali, Sisca.” Beni mencondongkan kepalanya, mendekatkan bibirnya tepat di telinga Sisca. “Aku makin tertarik denganmu,” bisik Beni.Sisca mendorong pundak Beni agar menjauh dari tubuhnya.“Bisa-bisanya kamu menggodaku di kantor. Bagaimana jika ada pegawai lain yang melihat kita? Mereka bisa melaporkan perbuatanmu pada kekasihmu,” ejek Sisca.“Siapa yang berani mengusikku? Aku akan menghabisi mereka yang tidak tunduk,” tandas Beni.“Kamu terlihat menawan setiap kali mengeraskan rahangmu,” puji Sisca.Awaln
Keinginan Sisca langsung diwujudkan oleh Jimmy. Pria itu benar-benar menggelar acara pernikahan untuk dirinya dan Sisca. Tindakan ini Jimmy ambil, karena dia telah mendapat izin dari Elina. Bahkan Elina yang menentukan tanggal pernikahan.Tentu saja, semua hanya kepura-puraan belaka. Jimmy tidak akan pernah sudi menyentuh Sisca, apalagi sampai tidur dengan wanita itu.Beni, selaku kekasih gelap Sisca juga menghadiri pesta pernikahan Jimmy dan Sisca. Sebagai sepasang kekasih gelap, Sisca dan Beni sanggup berakting sehingga tidak ada satu pun dari hadirin yang mencurigai mereka berdua. Sungguh luar biasa.“Jangan memikirkanku ketika Jimmy sedang menggaulimu.” Beni berbisik pada Sisca.Sisca tertawa kecil mendengar ucapan Beni yang menurutnya sangat lucu.“Kamu juga. Kita berdua adalah orang profesional,” kata Sisca membalas bisikan Beni.Beni menepuk pelan pundak Sisca.“Kamu wanita hebat. Aku sudah tidak sabar melihat hasil kerjamu yang lainnya,” tutur Beni.“Kalian berdua terlihat s
Membuat Beni bertekuk lutut bukanlah hal yang mudah. Berkali-kali Sisca mencoba, dia selalu gagal. Sisca hampir putus asa.“Aku kesal sekali. Beni menolakku telak. Benar-benar memalukan,” keluh Sisca.“Jangan patah semangat begitu. Aku yakin, kamu pasti bisa,” ujar Jimmy menyemangati Sisca.“Aku putus asa. Beni bukan tipe pria yang mudah didekati,” kata Sisca.“Mungkin karena masih ada Melisa, kekasih Beni.”“Melisa? Gadis kecil berusia dua puluh tahun itu? Dia kekasih Tuan Beni?” tanya Sisca terkejut.“Kamu tidak tahu? Aku pikir kamu sudah mengetahuinya.”Sisca menggelengkan kepalanya.“Aku pikir, Melisa adalah adik atau keponakan Tuan Beni. Hey, usia mereka berdua terpaut lumayan jauh. Sungguh menggelikan.”Melisa bergidik ngeri mengingat hubungan yang terjalin antara Beni dan Melisa.“Setiap orang memiliki selera mereka masing-masing. Begitu pun denganku,” tutur Jimmy.Wajah Sisca berubah cemberut.“Ugh! Aku frustrasi!” pekik Sisca merasa kepalanya pusing.Jimmy tersenyum lembut ke
Beni mengirim proposal mengenai pengajuan diangkatnya Sisca menjadi Wakil Presdir kepada pihak Geo Grup. Berkas tersebut telah sampai ke tangan Mark. Mark yang sudah tahu jika pengajuan Sisca merupakan keinginan Jimmy, tanpa berpikir terlebih dahulu, Mark langsung menyetujui. Atas pernyataan resmi Mark, selaku Presdir perusahaan induk Coco Company. Beni langsung mengangkat Sisca menjadi Wakil Presdir. Kebetulan sekali, posisi Wakil Presdir memang sedang dalam kondisi kosong. Beni belum memiliki kandidat bagus yang bisa menggantikan Tuan Han.Kenaikan pangkat Sisca yang terjadi dalam waktu singkat, membuat wanita itu menjadi sosok yang paling dibenci di kantornya. Bahkan, orang yang dulu menjadi atasan Sisca, kini ikut tidak menyukai Sisca. Karena dia tahu persis bagaimana kinerja Sisca.“Kamu senang?” tanya Jimmy pada Sisca.“Kamu menjadikanku Wakil Presdir. Tentu saja aku senang bukan main. Sekarang, aku punya gaji yang melimpah. Semua orang di kantor juga menghormati aku,” ungkap