“Terdiam karena semua yang aku ucapkan benar,” kata Sisca.“Tidak seperti itu. Semua ocehan murahan yang kamu lontarkan sama sekali tidak benar. Aku hanya sedang berpikir. Mengapa wanita sepertimu bisa sepede itu? Padahal kamu ini nothing,” balasku penuh penghinaan.Sisca yang tidak terima dihina langsung menuang wine ke arahku. Sontak, semua orang yang menyaksikan kelakuan Sisca terkejut.Hatiku kesal ketika aku melirik Beni yang justru sempat tertawa melihatku ditindas oleh Sisca. Tidak ada yang membelaku, termasuk Jimmy yang sedari tadi hanya menyaksikan dengan tatapan super dingin.“Apa-apaan kamu ini!” pekikku tidak terima.“Maaf ya, aku tidak sengaja,” jawab Sisca tanpa merasa bersalah.“Nyonya Elina? Astaga, gaunmu jadi jelek terkena noda wine. Bagaimana kalau kamu berganti gaun terlebih dahulu. Anakku memiliki banyak gaun. Kamu bisa meminjamnya sebentar.”Tuan Han menghampiriku. Dia mengeluarkan ekspresi khawatir.“Yang dikatakan Tuan Han benar. Elina, kamu harus berganti gaun
“Kamu berbicara seakan nyawa seseorang tidak penting,” kataku.Jimmy meringis kemudian menjawab, “Aku hanya sekadar bercanda. Setiap nyawa pastilah penting. Semua orang berhak atas hidup mereka.”“Caramu bercanda sama sekali tidak lucu,” balasku.Jimmy tertawa renyah melihat aku mengerucutkan bibirku.“Maaf ya, jika caraku bercanda membuatmu takut,” kata Jimmy. “Ngomong-ngomong, apakah kamu sudah menemukan benda yang kamu cari di rumah Tuan Han?”Pertanyaan Jimmy mengingatkan aku. Tetapi aku tak kunjung menjawab.“Hey?”“Oh! Soal itu, aku belum menemukan benda yang aku cari. Mereka pasti menyimpannya di tempat yang tidak aku pikirkan,” jawabku bohong.“Memangnya benda apa yang kamu cari? Sepenting itu kah?” tanya Jimmy.“Benda yang aku cari berisi bukti pembunuhan yang dilakukan oleh Beni dan Tuan Han,” tandasku.Jimmy menyipitkan matanya. “Kalau begitu kamu harus menggeledah seisi rumah Tuan Han. Kamu butuh bantuan? Aku siap membantumu,” ujarnya.Aku tertawa kecil. “Tidak perlu. Aku
Lusi membalas senyumanku lalu berkata, “Aku bisa melihat dari caramu menatap suamimu. Semoga rumah tangga kalian langgeng ya.”“Anda baik sekali,” balasku.Kami mengobrol asyik seakan sudah mengenal lama. Lusi bukan tipe wanita sombong seperti kebanyakan istri petinggi yang pernah aku temui.“Harus baik sama semua orang loh! Kamu sudah lama menjadi istri Tuan Beni?” tanya Lusi.Akhirnya Lusi mulai menyinggung mengenai urusan pribadiku. Memang ini yang sedari tadi aku tunggu-tunggu.“Pernikahanku masih seusia jagung. Tapi, suamiku dan aku sudah mengenal lama. Jadi aku tahu kalau kami saling mencintai. Pokoknya percintaan kami sangat sempurna,” jelasku.Aku sengaja menceritakannya secara berlebihan agar Lusi memperhatikanku dengan saksama. Benar saja, Lusi menyimakku tanpa mengalihkan penglihatannya.“Kamu terlihat sangat bahagia,” kata Lusi.Aku menoleh ke samping di mana adik tiriku duduk. Dari t
Aku tak habis pikir dengan semua kelakuan Beni yang menurutku sudah melewati batas. Semenjak Beni ketahuan berselingkuh, bukannya tobat malah makin menjadi-jadi. Suamiku itu dengan terang-terangan menunjukkan rasa cintanya terhadap Melisa di hadapanku. Tapi, entah mengapa, setiap kali aku melihat Beni bermesraan dengan Melisa di depanku, aku merasa seperti kembali ke kehidupanku dulu. Di mana aku hanya bisa diam menyaksikan suamiku menduakanku.Aku menguatkan diriku yang sempat goyah. Aku tidak boleh melunakkan hatiku! Aku wanita kuat!“Elina, kamu harus menemui istri Tuan Mark,” ucap Beni.Aku menatap nyalang Beni.“Kenapa aku harus menemui istri Tuan Mark?” tanyaku tanpa minat.“Tuan Mark tidak akan memaafkanku karena istrinya masih marah padaku. Kamu bisa menemui istri Tuan Mark, dan meminta Nyonya Lusi memaafkan aku. Kamu mau kan?”“Aku tidak mau. Itu bukan urusanku,” tolakku tegas.
“Kamu gila ya? Aku tidak mau tidur denganmu. Lebih baik aku tidur di hotel. Carikan aku hotel terbaik yang letaknya tak jauh dari sini,” cerocosku.“Sensitif sekali. Aku hanya bercanda. Kamu bisa beristirahat di kamar tamu. Pembantuku sudah membersihkannya.”“Lagi enggak nafsu bercanda,” jawabku.Aku mencicipi minuman cokelat buatan Jimmy. Setelah meminum habis cokelat, aku merasa sangat mengantuk. Mataku terasa amat berat, seakan aku tidak bisa membuka mataku. Pada akhirnya aku menutup mataku erat. ***Aku terbangun dari tidurku dalam kondisi kepalaku yang pusing. Pandanganku langsung tertuju pada Jimmy yang sedang asyik menatap layar laptopnya.Aku meraih ponselku yang tergeletak di atas meja. Aku tersenyum tipis.“Sudah tengah malam, kamu tidak ingin beristirahat?” tanyaku.Ketika aku ingin turun dari atas ranjang, aku baru sadar jika tanganku terdapat sebuah infus. Aku yang bingung hanya ter
Aku memutuskan tinggal bersama Jimmy. Tak lupa, aku juga mengajak Nunu. Mulai sekarang, Nunu bekerja denganku, aku yang membayar Nunu.“Nunu, buatkan aku jus mangga. Dari kemarin kok aku pengin minum jus buah, khususnya buah mangga manis.”“Jangan-jangan kamu lagi mengidam?” celetuk Nunu.Aku tersentak, tidak menerima kalimat konyol Nunu. Mana mungkin aku hamil. Selama ini aku selalu meminum obat pencegah kehamilan. Lagi pula, aku sudah lama tidak berhubungan intim dengan suamiku.“Jangan ngawur kamu! Aku tidak mau hamil. Apalagi hamil anak Beni!” hardikku.“Kalau bukan Beni yang menghamilimu, kamu masih tidak mau hamil?” sahut Jimmy.“Memang ada pria lain yang meniduriku? Udah deh, enggak usah ngomong aneh-aneh. Aku bukan wanita murahan,” tampikku.Jimmy tersenyum miring kemudian meraih tablet miliknya.“Oh! Jika ada yang meniduriku, pasti kamu orangnya! Dasar pria berengsek!”Jimmy t
“Mana mungkin! Aku tidak mau menyia-nyiakan hidupku,” sungutku. Jimmy tersenyum kecil. Dia menggeser minumannya ke arahku. Memintaku untuk menenangkan diri sebelum menghadiri persidangan. “Beni sudah resmi dipecat dari jabatannya. Sekarang, statusnya hanya pemilik saham.” Mataku berbinar senang. Kabar dihentikannya Beni dari wewenangnya seakan membawa angin segar bagiku. Pantas saja Beni tadi berusaha merayuku lagi. Jadi, ini alasannya. “Oh ya? Itu artinya, Beni sudah tidak memiliki kekuasaan dong di Coco Company!” ujarku antusias. “Terus, siapa yang sekarang menjadi Presdir Coco Company? Kamu?” tanyaku agak sedikit menggoda Jimmy. “Tidak ada kandidat yang lebih baik ketimbang aku. Tentu saja, mereka memilihku untuk menjadi pengganti kakakku,” jawab Jimmy dengan lugas. “Wah... Selamat ya, akhirnya kamu menjadi Presdir Coco Company,” ucapku. “Aku belum dilantik secara resmi, jadi tidak perlu mengucapkan sela
Sesuai dengan janjiku pada Jimmy ketika Beni telah tergeser dari posisinya menjadi Presdir Coco Company. Aku terbang ke Inggris hanya untuk menemui Tuan Mark dan istrinya, Lusi. Satu-satunya wanita yang digilai oleh Tuan Mark.Kedatanganku disambut baik oleh Lusi. Aku sempat menanyakan keberadaan Tuan Mark kepada Lusi, dan wanita cantik itu menjawab jika suaminya sedang pergi bekerja ke luar kota beberapa hari.“Kamu repot-repot datang kemari hanya untuk meminta maaf atas perbuatan yang dilakukan suamimu?”Pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh Lusi setelah aku baru saja sampai di ruang tamu. Aku sempat menginap satu malam di rumah mewah Lusi.“Lupakan saja. Tanpa kamu meminta maaf pun, aku telah memaafkan suamimu. Tetapi, alangkah baiknya jika suamimu sendiri yang datang menemuiku untuk meminta maaf,” cerocos Lusi.Satu hal yang baru aku tahu atau baru aku sadari dari Lusi adalah, wanita itu sangat amat cerewet.“M
Beni Louzi menjadi topik utama perbincangan warga dunia. Bagaimana tidak, kasus Beni sangat menggemparkan.Mulai dari penggelapan uang perusahaan, pencucian uang. Dan, yang lebih parah adalah kasus pembunuhan, serta pelecehan seksual yang pernah dilakukan Beni terhadap adik Nunu.Semuanya muncul ke permukaan. Tak terkecuali perbuatan Beni yang menghabisi nyawa ayahnya sendiri demi harta.Setiap pengadilan yang dijalani oleh Beni, Elina tak pernah absen. Tujuannya hanya satu. Elina ingin mengolok-olok mantan suaminya itu.Kejahatan yang dilakukan oleh Beni membuat pria itu dijatuhi hukuman mati pada awalnya. Kemudian diganti dengan hukuman seumur hidup.Nunu lah yang tidak ingin Beni dihukum mati. Setidaknya, Beni harus merasakan bagaimana penderitaan menjalani kehidupan di dalam rutan.Ada momen menggemaskan di pertengahan sidang. Di mana Beni menyangkut-pautkan Elina Yus ke dalam kasus pemalsuan surat wasiat.Sebagai seorang suami, tentu saja Jimmy tidak terima jika istrinya asal dit
“Kak Elina?”Melisa tak kuasa menahan tangis. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya. Terlebih posisinya yang berada tepat di tepi tebing.Melisa berusaha memundurkan kursi rodanya menggunakan tangan. Namun hasilnya nihil. Kursi roda tersebut sama sekali tidak bisa bergerak.“Percuma, kursi rodamu dikendalikan oleh remot kontrol. Kamu tidak mungkin bisa menggerakkan kursi roda secara manual,” terang Daniel.“Tolong aku!” rengek Melisa. “Daniel, tolong aku, jangan biarkan aku mati,” mohonnya.Daniel berdecap. “Tidak ada untungnya menolongmu. Kamu harus merasakan apa yang dulu dirasakan oleh Elina. Terjatuh dari atas tebing,” tandasnya.Melisa menangis keras.“Jangan terlalu aktif bergerak. Nanti tubuhmu bisa jatuh lalu hancur,” ucap Daniel memperingati Melisa.Melisa pun berhenti bergerak. Dia hanya bisa terdiam sambil terus menangis ketakutan.“Seseorang yang kamu cintai akan datang. Kamu harus bisa meyakinkan dia agar mau menyelamatkanmu,” pungkas Daniel.Kini yang ada di pikiran Me
Elina merawat Melisa dengan begitu baik. Melisa pun merasa sangat senang atas semua perhatian yang dilimpahkan Elina untuknya. Namun, satu hal yang tidak Melisa tahu. Elina sengaja membiarkan Melisa tetap dalam keadaan lumpuh.“Kapan ibumu pulang? Sekarang ibumu ada di mana sih?” tanya Elina.“Ibuku sedang berada di Iran. Dia pergi berlibur bersama teman-teman arisan,” jawab Melisa.“Ibumu sudah tahu tentang kondisimu?”Melisa menggelengkan kepala sebagai jawaban.“Kenapa kamu tidak memberi tahu ibumu? Dia bisa pulang untuk merawatmu,” ujar Elina.“Aku enggak mau ibuku ikut sedih. Sudah sewajarnya jika ibuku hidup bahagia sekarang,” tutur Melisa.“Jadi begitu ya?”Perhatian dua wanita itu terfokus pada berita di televisi yang menayangkan sebuah kecelakaan pesawat.Melisa meraung ketika identitas ibunya terpampang menjadi salah satu penumpang pesawat yang tidak selamat.Elina memeluk erat adiknya sembari terus menenangkan adiknya yang seperti orang gila.Sementara itu, Elina tak memada
Sisca dijebloskan ke dalam penjara atas laporan yang dibuat oleh Jimmy. Sebenarnya Beni juga dilaporkan. Tapi, berhubung Beni memiliki banyak uang, lelaki itu terbebas dari hukuman penjara.Beni hanya diharuskan untuk membayar denda.Awalnya Sisca murka. Namun, setelah mendengar penjelasan Beni, dan janji Beni yang akan membebaskannya. Sisca menerima dengan lapang dada.Mungkin tinggal di dalam penjara bisa membuat pikiran Sisca menjadi sedikit jernih.***Karena terjatuh dari mobil yang tengah melaju cukup kencang, Melisa mengalami patah tulang kaki. Untuk saat ini, Melisa harus duduk di kursi roda.“Nasibku benar-benar mirip Kak Elina,” kata Melisa sedih.Beni menghembuskan napas, kemudian mengelus kepala kekasihnya.“Jangan bicara seperti itu lagi. Nasibmu sama sekali tidak mirip dengan kakakmu. Aku masih mencintaimu,” tutur Beni berusaha memberi semangat pada Melisa.“Aku tidak bisa berjalan,” gumam Melisa. “Aku lumpuh,” tambahnya.Beni menggelengkan kepalanya. Tidak setuju dengan
Ketika Melisa ingin membuka pintu kamar hotel, Elina mencegahnya.“Kenapa?” tanya Melisa melihat sengit ke arah kakaknya.“Aku sudah menghubungi suami dari si wanita yang bersama Beni. Dia sedang dalam perjalanan menuju ke sini,” terang Elina.Melisa tampak terkejut. “Apa? Bahkan wanita yang bersama suamiku sudah memiliki seorang kekasih? Sungguh menggelikan!”“Sabar dulu ya. Kita tunggu sampai dia datang. Kamu harus bisa menahan amarahmu,” tutur Elina menangkan Melisa.Mau tak mau Melisa mengalah. Keduanya berdiri di depan pintu sembari menunggu kedatangan Jimmy.Tak lama kemudian Jimmy menampakkan wujudnya di hadapan Melisa dan Elina.“Kamu ‘kan pacarnya Kak Elina? Kok Ngapain kamu ada di sini?” tanya Melisa heran.“Melisa kamu jangan salah paham dulu. Pria yang ada di hadapanmu bukanlah kekasihku. Melainkan suami dari si wanita yang sekarang ada di dalam kamar bersama Beni.”“Apa?”“Bisa kalian berdua minggir? Aku sudah tidak sabar melihat sesuatu yang ada di dalam sana,” tandas Ji
“Apa yang kamu lakukan, Sisca?” tanya Beni.Sisca berhenti mengerjakan pekerjaannya. Dia memfokuskan diri pada Beni, Sang Bos sekaligus kekasih gelapnya.“Apa yang aku lakukan?” Bukannya menjawab, Sisca justru balik bertanya.Beni tersenyum tipis. “Jangan pura-pura bodoh gitu. Aku sudah tahu apa yang kamu lakukan terhadap uang perusahaan,” ujar Beni.Meski telah ketahuan, Sisca sama sekali tidak merasa takut.“Kamu ingin memasukkanku ke dalam penjara?” tantang Sisca.“Kamu berani sekali, Sisca.” Beni mencondongkan kepalanya, mendekatkan bibirnya tepat di telinga Sisca. “Aku makin tertarik denganmu,” bisik Beni.Sisca mendorong pundak Beni agar menjauh dari tubuhnya.“Bisa-bisanya kamu menggodaku di kantor. Bagaimana jika ada pegawai lain yang melihat kita? Mereka bisa melaporkan perbuatanmu pada kekasihmu,” ejek Sisca.“Siapa yang berani mengusikku? Aku akan menghabisi mereka yang tidak tunduk,” tandas Beni.“Kamu terlihat menawan setiap kali mengeraskan rahangmu,” puji Sisca.Awaln
Keinginan Sisca langsung diwujudkan oleh Jimmy. Pria itu benar-benar menggelar acara pernikahan untuk dirinya dan Sisca. Tindakan ini Jimmy ambil, karena dia telah mendapat izin dari Elina. Bahkan Elina yang menentukan tanggal pernikahan.Tentu saja, semua hanya kepura-puraan belaka. Jimmy tidak akan pernah sudi menyentuh Sisca, apalagi sampai tidur dengan wanita itu.Beni, selaku kekasih gelap Sisca juga menghadiri pesta pernikahan Jimmy dan Sisca. Sebagai sepasang kekasih gelap, Sisca dan Beni sanggup berakting sehingga tidak ada satu pun dari hadirin yang mencurigai mereka berdua. Sungguh luar biasa.“Jangan memikirkanku ketika Jimmy sedang menggaulimu.” Beni berbisik pada Sisca.Sisca tertawa kecil mendengar ucapan Beni yang menurutnya sangat lucu.“Kamu juga. Kita berdua adalah orang profesional,” kata Sisca membalas bisikan Beni.Beni menepuk pelan pundak Sisca.“Kamu wanita hebat. Aku sudah tidak sabar melihat hasil kerjamu yang lainnya,” tutur Beni.“Kalian berdua terlihat s
Membuat Beni bertekuk lutut bukanlah hal yang mudah. Berkali-kali Sisca mencoba, dia selalu gagal. Sisca hampir putus asa.“Aku kesal sekali. Beni menolakku telak. Benar-benar memalukan,” keluh Sisca.“Jangan patah semangat begitu. Aku yakin, kamu pasti bisa,” ujar Jimmy menyemangati Sisca.“Aku putus asa. Beni bukan tipe pria yang mudah didekati,” kata Sisca.“Mungkin karena masih ada Melisa, kekasih Beni.”“Melisa? Gadis kecil berusia dua puluh tahun itu? Dia kekasih Tuan Beni?” tanya Sisca terkejut.“Kamu tidak tahu? Aku pikir kamu sudah mengetahuinya.”Sisca menggelengkan kepalanya.“Aku pikir, Melisa adalah adik atau keponakan Tuan Beni. Hey, usia mereka berdua terpaut lumayan jauh. Sungguh menggelikan.”Melisa bergidik ngeri mengingat hubungan yang terjalin antara Beni dan Melisa.“Setiap orang memiliki selera mereka masing-masing. Begitu pun denganku,” tutur Jimmy.Wajah Sisca berubah cemberut.“Ugh! Aku frustrasi!” pekik Sisca merasa kepalanya pusing.Jimmy tersenyum lembut ke
Beni mengirim proposal mengenai pengajuan diangkatnya Sisca menjadi Wakil Presdir kepada pihak Geo Grup. Berkas tersebut telah sampai ke tangan Mark. Mark yang sudah tahu jika pengajuan Sisca merupakan keinginan Jimmy, tanpa berpikir terlebih dahulu, Mark langsung menyetujui. Atas pernyataan resmi Mark, selaku Presdir perusahaan induk Coco Company. Beni langsung mengangkat Sisca menjadi Wakil Presdir. Kebetulan sekali, posisi Wakil Presdir memang sedang dalam kondisi kosong. Beni belum memiliki kandidat bagus yang bisa menggantikan Tuan Han.Kenaikan pangkat Sisca yang terjadi dalam waktu singkat, membuat wanita itu menjadi sosok yang paling dibenci di kantornya. Bahkan, orang yang dulu menjadi atasan Sisca, kini ikut tidak menyukai Sisca. Karena dia tahu persis bagaimana kinerja Sisca.“Kamu senang?” tanya Jimmy pada Sisca.“Kamu menjadikanku Wakil Presdir. Tentu saja aku senang bukan main. Sekarang, aku punya gaji yang melimpah. Semua orang di kantor juga menghormati aku,” ungkap