Bintang memilih meninggalkan ruangan bawah tanah, setelah Stiven Gonsales mengumumkan posisinya dalam dunia hitam itu.Walaupun tidak ada komentar, tapi Bintang dapat melihat jelas tatapan hinaan dari sekelompok bawahannya. Bintang tahu itu adalah orang kepercayaan Rivaldo.***Dengan ijazah SMA, Bintang melamar pekerjaan di beberapa perusahaan.Namun, sebagai pendatang baru dan tidak punya koneksi, Bintang mengalami kesulitan dalam menemukan pekerjaan. Tapi dia tidak menyerah dan meminta bantuan Stiven.Sampai akhirnya, satu kejadian membawanya ke dalam tawaran yang tidak main-main.Ya, setelah menolong pimpinan perusahaan, Bintang ditawarkan menjadi manager di perusahaan itu."Jujur saja aku memang kesulitan mencari pekerjaan, tapi aku menolong tuan bukan mengharapkan imbalan," tolak Bintang, ketika lelaki tak dikenal itu menawarkan posisi manager kepadanya.Setelah melewati perdebatan panjang, akhirnya lelaki tak dikenal itu mengalah. Dia mengikuti keinginan Bintang. Bekerja melalu
***Bintang terlentang di kasurnya, matanya terpejam, hatinya terasa sakit."Dik, setelah kakak pikir panjang, sepertinya ayah dan ibu tidak menginginkan hidup kita hancur.""Maksud, kakak?""Bukankah pengorbanan ayah dan ibu akan sia-sia kalau salah satu dari kita meninggal? Orang yang membunuh ayah dan ibu, bukanlah orang biasa. Sedangkan kita? Kita hanya saling memiliki. Apa kakak egois, Dik?" "Aku mengerti perasaan, Kakak.""Namun, jujur saja kakak tidak bisa melupakan kejadian itu begitu saja. Kalau kakak menetap sementara waktu di negeri seberang, apa kamu setuju? Setidaknya sampai kakak benar-benar bisa merelakan kematian ayah dan ibu.""Apapun keputusan kakak, Mentari akan mendukungnya.""Kakak ingin menyendiri, sampai kakak benar-benar ikhlas. Jika kamu dalam keadaan mendesak dan butuh kakak, kamu bisa menghubungi kakak lewat Inst***m, kakak akan langsung datang padamu. Tapi kalau hanya sekedar tanya kabar, kakak harap kamu tak melakukannya. Namun, kakak janji akan baik-baik
Setelah selesai jam kerja, Bintang kembali ke rumah kontrakannya.'Dengan kekuasaan yang kumiliki, akan mudah bagiku untuk mencari informasi. Informasi tentang tujuan Arkanza Lee memilihku untuk menikahi cucunya. Sekaligus informasi tentang cucunya! Sayangnya, kekuasaan itu belum sepenuhnya bisa ku gunakan!' batin Bintang kesal.Dia berdiri dari sofa dan berjalan mondar mandir. Sementara itu jari telunjuknya diletakkan di dagu.Seperti itulah, kalau Bintang lagi kesal sekaligus cemas.'Bagaimana kalau tawaran lelaki itu hanyalah sebuah jebakan? Kemunculan putra Arkanza pada saat pertemuan itu, juga patut dipertanyakan! Apa itu sebuah kebetulan atau unsur kesengajaan? Apa mereka curiga dengan namaku Bintang Morales?' batin Bintang semakin bimbang.Lamunan Bintang buyar dalam sekejap, ketika ponselnya berdering. Ada telepon masuk."Ada apa, Stiven?""Bintang, mereka menerima tawaran kita.""Tawaran? Maksudnya?""Orang yang menawarkan pekerjaan dengan bayaran 1 miliar dolar untuk membunuh
"Bintang, kita akan membicarakan masalah pernikahan palsu itu, setelah kamu menemui cucuku," ajak Arkanza menatap Bintang.Rasa penasarannya, membuat Bintang tidak menolak ajakan sang bos. Dia hanya menganggukkan kepalanya, sebagai tanda setuju.Mobil Arkanza meluncur dengan kecepatan sedang, menuju tempat kediaman keluarga besar Lee.Namun, dalam perjalanan tiba-tiba Arkanza menghentikan mobilnya. Dia menatap Bintang dan bertanya, "Kamu lihat orang-orang itu?"Bintang menatap sekelompok pemulung yang sedang beristirahat. Di tangan mereka ada karung yang berisi botol plastik dan kardus.'Sepertinya ini rencana yang akan dibicarakan oleh Arkanza. Menarik juga,' batin Bintang."Kenapa dengan mereka, Bos? Apa mereka melakukan kesalahan?" tanya Bintang pura-pura tidak tahu maksud dari Arkanza."Kalau kita memakai mereka untuk menjadi petugas Capil gadungan, apa kamu setuju? Hitung-hitung, kita membantu mereka dalam hal keuangan. Kita bayar mereka, bagaimana? Tapi kalau kamu mau mencari or
"Miran, ada sesuatu yang harus kamu ketahui mengenai calon suamimu. Kakek tidak tahu apa kamu bisa menerima ini atau tidak," kata Arkanza menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya secara berlahan."Maksud, Kakek?""Calon suamimu bernama Bintang Morales, usianya dua puluh tujuh tahun. Dia hidup sebatang kara dan merupakan pendatang di kota ini. Dia hanya seorang security di perusahaan kakek.""Security?""Iya. Makanya kamu harus siap mental. Menikah dengan orang yang tidak sederajat dengan kita, itu merupakan pukulan terbesar untuk keluarga Lee," kata kakek tersenyum pahit, "Kamu pasti akan menjadi bahan cibiran. Baik dari keluarga besar Lee sendiri, maupun pihak luar yang ingin menjadi bagian keluarga kita.""Terus bagaimana dengan Bintang?""Bintang akan menerima penghinaan secara terbuka, tapi kakek yakin Bintang mampu melalui semuanya. Hanya saja," Arkanza tidak meneruskan kalimatnya."Hanya saja apa, Kek?""Namun, kakek justru ragu sama kamu. Bukankah selama ini kamu hidup s
Ya! Demi meyakinkan Bintang. Rivaldo rela membunuh satu keluarga yang tidak bersalah. Semua untuk membuktikan kalau tawaran pembunuhan itu murni, bukanlah suatu jebakan.Bukan itu saja, Rivaldo juga mengambil warisan yang bukan merupakan haknya.Bintang menatap kedua telapak tangannya. Darah segar mengalir dari tangannya, memasuki sela-sela jarinya."Walaupun tak menggunakan tangan ini, tapi secara tak langsung aku telah membunuh satu keluarga yang tidak bersalah! Siapa lagi yang akan aku bunuh? Apa nyawa mereka pantas untuk aku jadikan taruhan?" Walaupun hati Bintang seperti tertusuk belati, tapi itu tak membuat air matanya mengalir keluar."Tidak! Bagaimanapun caranya, aku harus bisa meyakinkan Rivaldo. Aku tidak mau ada korban tak bersalah selanjutnya!" Bintang melangkah mendekati wastafel, kemudian mencuci tangannya. Bintang segera membersihkan ruangan itu, kemudian naik taksi menuju sebuah rumah. Rumah yang memiliki pintu menuju bangunan bawah tanah."Bos Bintang, selamat data
"Aku tidak keberatan ketika kalian tidak menganggap ku ada! Tapi tak bisakah kalian bekerjasama? Tidak bisakah kalian memperbaiki kinerja kalian, ha?!" Bintang menatap pimpinan tim dengan tajam."Dibandingkan tuan Rivaldo, Anda bukanlah apa-apa!" ketus pimpinan tim hampir tak terdengar."Dengan susah payah, aku melewati semua rintangan hanya untuk menjadi pimpinan dunia bawah tanah ini! Apa kalian pikir aku bisa kompromi dengan kesalahan sekecil apapun? Tidak! Aku bukan tipe lelaki yang bisa kompromi!" tegas Bintang."Setelah melewati rintangan, apa Anda pikir bisa bebas memerintah kami? Tidak!" Pimpinan tim menatap Bintang emosi."Kenapa? Apa Anda salah satu yang menginginkan posisiku? Kalau iya ... kenapa kau tidak ikut test kepemimpinan? Bukankah sebelum merekrut orang luar, semua bawahan diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin? Kenapa tak ada satupun yang mendaftar?" ketus Bintang."Kau,""Bagiku Anda sama sekali tidak pantas untuk menjadi pimpinan! Kenapa? Karena jauh di dalam l
"Dengan tidak mengurangi rasa hormatku, dapatkah aku berbicara sebentar dengan Pak Arkanza?" tanya Bintang menunduk hormat, ketika Arkanza berdiri didepannya.Arkanza tersenyum, "Tentu saja boleh," jawab Arkanza. Pandangan matanya kini beralih ke Miran, "Sayang, kakek akan berbicara sebentar dengan calon suamimu. Kamu tak keberatan, kan?""Tentu saja boleh. Lama juga gak apa-apa, asal kakek jangan membawanya kabur. Apa kata orang nanti kalau pengantin pria-nya kabur."Bintang mengikuti Arkanza. Kini keduanya berdiri saling berhadapan, tidak jauh dari Miran."Bukankah kita sepakat, hanya pesta sederhana? Kenapa Anda ingkar?""Bintang, ini adalah pesta sederhana yang pernah diselenggarakan oleh keluarga Lee. Bahkan sekelas acara ulang tahun, ini bukan apa-apa. Undangan saja hanya seratus orang. Itu sudah termasuk keluarga besar Lee.""Siapa calon palsu istriku? Kalau dilihat dari penampilannya, jelas sekali dia masih berusia sekitar lima belas atau enam belas tahun.""Namanya Miran Lee,
Ya! Edy membawa Kumbara ke hutan. Hutan di mana Devano Willow harus meregang nyawa, karena perbuatan murid kesayangannya sendiri. Di mana juga Devano Willow menolak keras untuk disembuhkan dan memilih mati. Edy menatap Kumbara dan tersenyum sinis, "Bagaimana? Apa kau suka kejutan ku? Bukankah kau tak menyangka kalau aku akan membawa mu ke sini? Kumbara ... Kumbara ... apa kau pikir aku tak bisa membaca pikiran mu? Tidak, Kumbara! Bukankah Kau ingin memperlambat proses kesembuhan bos ku, kan? Lebih baik pikirkan baik-baik setelah melihat ini." Setelah mengakhiri kalimatnya. Edy mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan melakukan panggilan video call. Melihat Austin yang terbaring di atas ranjang, membuat jantung Kumbara berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia ketakutan. "Edy, aku mohon lepaskan cucuku," pinta Kumbara berlutut di kaki Edy. "Nyawa cucu mu, bergantung padamu. Kalau kau mau memperlambat proses pengobatan bos ku, maka ku pastikan Austin akan kehilangan fungsi organ
"Bagaimana Edy, apakah kau sudah mengirim orang untuk mengawasi Austin Maverick? Cucu kesayangannya?" tanya Ekaputra santai. Dan Kumbara tahu artinya. Itu ancaman tak langsung untuknya."Kau mau membunuh cucu ku? Silahkan! Maka kau tak akan pernah mendapatkan pengobatan apapun dariku. Kau hanya akan menemukan tubuhku mati kaku," ancam Kumbara. Ya! Selain Kumbara maka tak akan ada seorangpun yang dapat mengobati Ekaputra. Jadi Kumbara tahu persis, Ekaputra tak akan berani bertindak bodoh. Karena membunuh Austin Maverick, itu sama saja bunuh diri. "Apa bos memerintahkan untuk membunuh cucu mu? Bukankah tidak? Bos meminta ku mengawasinya. Itu artinya ...," Edy tak meneruskan kalimatnya, dia justru tersenyum menatap Kumbara."Artinya apa, Brengsek!" teriak Kumbara emosi."Itu artinya setiap kesalahan dalam pengobatan yang kau lakukan, maka cucu mu yang akan kena dampaknya. Tapi tenang saja, kami tak akan langsung membunuhnya. Kami akan menerornya terlebih dahulu. Kalau kau bisa memperce
"Sejak kapan kau terluka, Ekaputra? Apa kau menggunakan tenaga angin?" tanya Kumbara memastikan kalau dugaannya tak meleset."Aku terluka sejak tujuh bulan lalu, tepatnya tanggal 3 Desember 2023. Btw dari mana kau tahu kalau aku menggunakan tenaga angin?" tanya Ekaputra curiga."Mengingat kau adalah murid Devano Willow, sangat mustahil ada orang mengalahkan mu. Apalagi membuat kondisi mu seperti ini. Jadi hanya ada satu kemungkinan, kau menggunakan tenaga angin. Apa kau menemukan seseorang yang kuat, hingga kau harus menggunakan tenaga dalam yang selama ini tak pernah kau publikasikan?" Kumbara menatap Ekaputra, seolah-olah tak tahu apa yang sedang terjadi.Ekaputra diam seribu bahasa. Dia tahu berbohong juga percuma. Kumbara tahu betul masa lalunya. Mulai dari Devano Willow yang memilihnya menjadi murid, bagaimana juga dia mengkhianati gurunya sendiri."Kenapa kau diam saja? Apakah tebakanku benar? Apa mungkin dia adik seperguruan mu yang menghilang?" tanya Kumbara pura-pura tak tahu
[Bos Edy, seperti dugaan mu. Kumbara secara sukarela ikut bersama kami. Kami sedang dalam perjalanan. Sekitar lima belas menit lagi kami sampai markas.]Edy mengucek matanya sendiri, tak percaya dengan pesan yang baru saja dibacanya, "Ini bukan mimpi, kan, Bos? Ini nyata, kan? Mereka berhasil menemukan Kumbara, kan, Bos?"Ekaputra Lee tak menjawab, dia langsung saja menarik ponsel yang ada dalam genggaman Edy. Dia penasaran."Apakah benar Kumbara sedang dalam perjalanan ke sini?" tanya Ekaputra tak percaya."Sepertinya rencana ku berhasil, Bos," kata Edy penuh semangat.Benar saja tak sampai lima belas menit. Anak buah Edy telah sampai di markas."Kalau kau ingin membunuhku, silahkan! Tapi jangan pernah menyakiti cucuku, Brengsek!" cetus Kumbara dengan wajah merah padam. Berusaha mengendalikan amarahnya.Ya! Ketika mengetahui orang yang menghadang jalannya adalah anak buah Ekaputra, Kumbara berusaha melarikan diri.Namun, semua berubah ketika anak buah Ekaputra mengatakan kalau sampai
***Sementara itu di negeri seberang, Ekaputra Lee sedang beristirahat di dalam ruangannya. Dia di temani oleh orang kepercayaannya, Edy."Bagaimana? Apakah kau telah menemukan orang yang tepat untuk menyembuhkan ku?" tanya Ekaputra terlihat pasrah.Edy menatap Ekaputra dengan perasaan iba, "Aku sudah menugaskan semua anak buah untuk mencari keberadaan kakek Kumbara. Sepertinya hanya dia yang bisa mengobati mu, Bos.""Berapa lama kemungkinan Kumbara bisa ditemukan? Bukankah membawa Kumbara ke sini itu mustahil? Apalagi kalau dia tahu akulah orang yang ingin bertemu dengannya. Yang aku tahu dia tidak suka dipaksa. Dia bahkan tak tergiur dengan uang," ujar Ekaputra menatap Edy lemas."Menemukannya memang sulit. Karena Yang aku tahu, dia telah lama pensiun dari profesinya. Dia selalu berkelana dari satu kota ke kota lain, bahkan dari satu negara ke negara lainnya. Tapi untuk sementara, aku yakin dia berada di Indonesia. Karena tak ada nama Kumbara Osal dalam penerbangan apapun selama sat
"Sebenarnya apa yang terjadi, Bintang? Apa mungkin Dirty dan Richard terluka?" tanya Anggun Maharani menatap Bintang, menyelidiki.Bintang menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban."Kenapa kau menyembunyikan ini dari kami? Apa bagi mu, kami hanyalah orang asing?" cetus Anggun kecewa.Tubuh Bintang terasa lemas, dia langsung saja duduk di sofa tak jauh darinya berdiri. "A-a-apa kau juga terluka?" selidik Anggun merasa ada yang tak beres.Bintang menganggukkan kepalanya dan berkata pelan, "Andai saja aku tak bergabung dan menjadi pimpinan Fierce Spider. Mungkin tak akan berakhir seperti ini. Diego Smith tak akan terluka parah, tak akan ada namanya pertumpahan darah yang merenggut banyak nyawa anggota Fierce Spider. Dirty dan Richard juga tak akan pernah bergabung dengan Fierce Spider.""Hanya karena aku terluka, mereka bertiga menyembunyikan kondisi sesungguhnya. Kau tahu apa alasan mereka? Mereka hanya tidak ingin aku kepikiran dan membuat kondisiku memburuk.""Sejak awal harusny
***Kaki Bintang terasa lemas, matanya berkaca-kaca, hatinya terasa sakit. Lelaki yang dulunya merupakan orang terkuat di Fierce Spider dan sangat ditakuti, kini terbaring tak berdaya. "Sejak kapan dia seperti ini?" tanya Bintang dengan suara berat."Bos Diego sudah seperti ini setelah beberapa hari kembali ke sini. Namun, tak ada seorangpun yang tahu akan kondisinya. Dia bahkan memintaku untuk tak pernah menemui siapapun yang merupakan mantan anggota Fierce Spider," ujar lelaki itu menatap Diego yang masih terpejam.Bintang melangkah mendekati Diego dan berkata pelan, "Apa karena ini kau memilih meninggalkan kami? Kenapa kau tak memberitahuku, kalau kau juga terluka sama seperti ku? Apa kau tak pernah menganggap ku sahabat?"Berlahan mata Diego Smith terbuka. Dia menatap Bintang dan berusaha tersenyum."Kenapa kau berada di sini?" tanya Diego hampir tak terdengar."Aku ke sini untuk mengobati mu, Diego," jelas Bintang dan langsung mengeluarkan satu botol minuman pemberian lelaki tu
Saat Richard hendak mencari informasi keberadaan Diego Smith, Bintang menentangnya. Dia meminta Richard dan Dirty untuk beristirahat.Bintang menatap Richard dan Diego secara bergantian, kemudian berkata dengan tegas, "Kalau kalian tetap mau mencari keberadaan Diego Smith, maka tanggung sendiri konsekuensinya! Aku akan membuat kalau berdua menyesal telah menentang ku!" "Sepertinya kali ini kita harus menyerah. Apa kau tak lihat rona wajahnya? Selama mengenalnya, aku tak pernah melihat kemarahan seperti itu di wajahnya," bisik Dirty di telinga Richard."Sama. Sebaiknya kita istirahat, sebelum dia tambah marah. Yang ada kita berdua diikat," Richard balik berbisik."Aku minta kalian untuk beristirahat, bukannya bisik-bisik!" bentak Bintang kesal.Ya! Bintang melakukan itu semua karena ketakutannya. Dia takut kalau-kalau, dua sahabat baiknya meninggalkannya ke dunia lain."Iya! Iya! Aku istirahat!" cetus Dirty dan langsung meninggalkan Bintang menuju kamarnya. Begitupun dengan Dirty.'Tu
"Tanaman itu akan menjadi obat jika di konsumsi oleh seseorang yang sedang keracunan. Mau itu racun biasa maupun mematikan. Hanya saja takarannya harus pas, jika tidak akan sangat berbahaya. Namun, karena daun itu lebih dikenal sebagai daun beracun maka tak ada satu manusia pun yang mau mengkonsumsinya. Jangankan mengkonsumsi, bahkan memetik daun itu saja mereka ketakutan," jawab lelaki itu tersenyum.Bintang terdiam, kini dia paham kenapa lelaki itu memintanya meminum air rebusan daun beracun itu."Kau tak perlu lagi mendapatkan pengobatan lanjutan. Kau hanya perlu istirahat dan makan makanan yang bergizi. Organ tubuhmu akan membaik secara berlahan. Sampai kau benar-benar sembuh, maka jangan coba-coba menggunakan tenaga mu, dalam bentuk apapun. Apa kau paham?"Bintang menganggukkan kepalanya sebagai jawaban."Istirahatlah. Aku juga butuh istirahat," ujar lelaki itu dan langsung meninggalkan Bintang sendirian.Keesokan harinya.Seperti biasa sinar matahari dengan berani masuk lewat ce