Share

Chapter 6

last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-25 22:49:28

Ruangan yang berada di lantai teratas itu berubah sesak ketika Matthew tiba-tiba datang dan langsung menarik Sacie masuk ke ruangannya.

“Apa kau bodoh?” pertanyaan menohok dari Matthew membuat Sacie mengeratkan genggaman tangannya. Satu kali pun dia tidak pernah dihina seperti itu di keluarganya. Justru hanya ada pujian dan pujian yang terus mengalir di orang-orang sekitarnya. Sacie hidup dalam keluarga yang selalu mendukung dan menyayanginya, hingga tidak mungkin ada orang yang berani mempermalukannya. Namun, apa yang dilakukan Matthew sangat berbanding terbalik dengan apa yang dia dapatkan dulu. Di depan laki-laki itu, dia seperti manusia tanpa harga diri dan tanpa otak.

Setengah jam sebelumnya, begitu mengetahui Sacie datang ke kantornya, dia dengan cepat berberes diri lalu menyusul wanita itu tanpa memedulikan panggilan Anna.

Marah bercampur kesal dan kebencian menguasai Matthew. Laki-laki itu menatap tajam tepat di depan Sacie. Ada ketidaksukaan yang teramat dalam. “Kau lup
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dendam Sang Billionaire   CHAPTER 1

    Gedung-gedung pencakar langit berdiri megah. Seolah siap menuju langit untuk menggapai mimpi manusia. Di antara banyak gedung tinggi, G I Company adalah salah satu yang paling mencolok. Diklaim sebagai kiblat investasi New York, GI Company telah membawa banyak perubahan. Roda ekonomi New York tak lepas dari pengaruh perusahaan investasi tersebut.“APA?! Kau pikir aku memiliki gedung setinggi ini dan membayar gaji dengan nominal sebesar itu berhak mendapatkan kabar buruk darimu?!” kemarahan Matthew Clooney membuat George Hught yang menjabat sebagai Chief Investment Officer menggigil.“Perusahaanku bukan badan amal yang akan memberikan gaji secara cuma-cuma. Pikirkan itu!” wajah Matthew semakin merah tanda bahwa kemarahannya tidak main-main.George terus menunduk. Dia tahu masalah besar di perusahaan ini layak untuk diperdebatkan. “Sir, tetapi beberapa investor kita tidak memberikan alasan yang jelas. Mereka tiba-tiba mencabut seluruh saham.”Matthew berdiri dari kursinya. Lengan kekar

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Dendam Sang Billionaire   CHAPTER 2

    Sesuai kesepakatan kemarin, hari ini Matthew menemui Si Tua dan putrinya di restoran yang terletak di New York Central Hotel. Tempat megah di New York bagi para pebisnis kelas atas. Di sanalah para pengusaha sering mengadakan pertemuan besar.“Mr. Clooney. Selamat datang,” sapa Denzel Johanson. Pemilik bisnis properti terkenal di New York yang keberadaannya cukup dihormati. Laki-laki inilah yang dipanggil Si Tua oleh Matthew. Denzel merupakan salah satu orang berpengaruh yang keberadaan bisnisnya menjamur sampai ke Asia. Ekspansi pasarnya sudah menjadi buah bibir para pebisnis New York yang dengan kata lain Denzel adalah orang yang memiliki kuasa untuk melakukan apapun.“Mr. Denzel. Terima kasih.” Matthew menjabat uluran tangan Denzel dengan bibir yang tertarik ke atas.Mereka pun saling menyapa sebelum memutuskan untuk duduk. “Ah ya, perkenalkan ini putriku, Sacie Johanson.”Matthew menatap wanita yang mengenakan dress berwarna cream. Penampilan yang cukup sederhana namun memiliki pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Dendam Sang Billionaire   CHAPTER 3

    Keesokan hari, Sacie terbangun karena seorang pembantu masuk ke kamarnya. Ava, wanita paruh baya yang menyapanya lembut kini berada di depan pintu. Sacie cukup malu mengenai kondisi kamarnya yang sangat berantakan akibat kejadian semalam. Dia pun bergegas ke kamar mandi dan bersiap ke dapur untuk menyiapkan sarapan.Menjadi keluarga Johanson tidak membuat Sacie menjadi wanita manja. Dia sudah mandiri sejak masa sekolah. Sacie merupakan putri semata wayang dan menjadi satu-satunya wanita di rumah besar keluarga Johanson. Ibunya sudah meninggal sejak dia lahir, hal itu pula yang mendorong Sacie menjadi wanita mandiri. Meskipun ayahnya, Denzel Johanson berusaha selalu memanjakannya.Kebiasaan Sacie yang juga disukai Denzel adalah membuat sarapan. Sacie cukup ahli di dapur, dia bisa membuat berbagai macam sajian yang menggugah selera. Sesuai, keahliannya tersebut, pagi ini Sacie berniat membuat sarapan untuk suaminya. Setelah membersihkan tubuh, Sacie langsung pergi ke dapur.“Ava, kau ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Dendam Sang Billionaire   CHAPTER 4

    Sacie tidak peduli dengan ucapan Matthew minggu lalu. Yang jelas, statusnya sekarang adalah istri dari pengusaha terkaya New York. Mencintai atau dicintai memang hal yang berbeda, tetapi dia sudah berjanji dan janji harus ditepati.“Matt, kau mau sarapan?” suara Sacie mengejutkan Matthew yang baru saja menenggak air putih. “Kalau kau mau, aku akan membuatkannya.”Perkataan yang tidak pernah Matthew lewatkan adalah Sacie yang terus menanyakan sarapan untuknya. Dia tidak cukup mengerti bagaimana pola pikir wanita itu, sudah seminggu lalu dia dengan tegas menolak Sacie. Tetapi, Sacie justru semakin mendekatinya. Termasuk menanyakan kabar dan sarapan.“Aku tidak pernah sarapan.” Matthew meletakkan gelas bening di wastafel, barulah dia pergi. Sebelum benar-benar meninggalkan dapur ucapan Sacie membuatnya berpikir sepanjang perjalanan.“Aku tahu kau mungkin merasa terganggu dengan pertanyaan yang sama selama seminggu ini. Tapi, ingat Matt aku tidak akan menyerah. Aku akan membuktikan kalau

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Dendam Sang Billionaire   Chapter 5

    Pertengkaran hebat yang terjadi di kediaman Matthew dan Sacie membuat Anna terguncang. Selama malam itu, dia hanya menangis di pelukan Matthew. Laki-laki itu bahkan sudah kehabisan akal untuk membujuk agar Anna menyudahi tangisannya. Meskipun terlihat dingin, sebenarnya Matthew begitu perhatian, hal itulah yang membuat Anna berani untuk menumpahkan kesedihannya kepada Matthew.“Bangunlah, kau terlihat sangat lelah,” suara serak Matthew berhembus di telinga Anna. Wanita itu merasakan kehangatan sampai membuatnya terusik dan membuka kedua mata cantiknya. Lenguhan manja terdengar manis di telinga Matthew. Laki-laki itu pun mengecup bibir Anna dan melumatnya. Anna yang belum siap tentu merasa kesal karena hampir kehabisan napas. “Matt, kau ini!” protesnya. Matthew menarik ujung bibirnya, “ayo bangun, aku harus bekerja sekarang.”Seperti seorang wanita yang tidak ingin ditinggal oleh sang kekasih, Sacie menarik selimut lalu menenggelamkan wajahnya di dada bidang Matthew seraya membuj

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24

Bab terbaru

  • Dendam Sang Billionaire   Chapter 6

    Ruangan yang berada di lantai teratas itu berubah sesak ketika Matthew tiba-tiba datang dan langsung menarik Sacie masuk ke ruangannya. “Apa kau bodoh?” pertanyaan menohok dari Matthew membuat Sacie mengeratkan genggaman tangannya. Satu kali pun dia tidak pernah dihina seperti itu di keluarganya. Justru hanya ada pujian dan pujian yang terus mengalir di orang-orang sekitarnya. Sacie hidup dalam keluarga yang selalu mendukung dan menyayanginya, hingga tidak mungkin ada orang yang berani mempermalukannya. Namun, apa yang dilakukan Matthew sangat berbanding terbalik dengan apa yang dia dapatkan dulu. Di depan laki-laki itu, dia seperti manusia tanpa harga diri dan tanpa otak. Setengah jam sebelumnya, begitu mengetahui Sacie datang ke kantornya, dia dengan cepat berberes diri lalu menyusul wanita itu tanpa memedulikan panggilan Anna. Marah bercampur kesal dan kebencian menguasai Matthew. Laki-laki itu menatap tajam tepat di depan Sacie. Ada ketidaksukaan yang teramat dalam. “Kau lup

  • Dendam Sang Billionaire   Chapter 5

    Pertengkaran hebat yang terjadi di kediaman Matthew dan Sacie membuat Anna terguncang. Selama malam itu, dia hanya menangis di pelukan Matthew. Laki-laki itu bahkan sudah kehabisan akal untuk membujuk agar Anna menyudahi tangisannya. Meskipun terlihat dingin, sebenarnya Matthew begitu perhatian, hal itulah yang membuat Anna berani untuk menumpahkan kesedihannya kepada Matthew.“Bangunlah, kau terlihat sangat lelah,” suara serak Matthew berhembus di telinga Anna. Wanita itu merasakan kehangatan sampai membuatnya terusik dan membuka kedua mata cantiknya. Lenguhan manja terdengar manis di telinga Matthew. Laki-laki itu pun mengecup bibir Anna dan melumatnya. Anna yang belum siap tentu merasa kesal karena hampir kehabisan napas. “Matt, kau ini!” protesnya. Matthew menarik ujung bibirnya, “ayo bangun, aku harus bekerja sekarang.”Seperti seorang wanita yang tidak ingin ditinggal oleh sang kekasih, Sacie menarik selimut lalu menenggelamkan wajahnya di dada bidang Matthew seraya membuj

  • Dendam Sang Billionaire   CHAPTER 4

    Sacie tidak peduli dengan ucapan Matthew minggu lalu. Yang jelas, statusnya sekarang adalah istri dari pengusaha terkaya New York. Mencintai atau dicintai memang hal yang berbeda, tetapi dia sudah berjanji dan janji harus ditepati.“Matt, kau mau sarapan?” suara Sacie mengejutkan Matthew yang baru saja menenggak air putih. “Kalau kau mau, aku akan membuatkannya.”Perkataan yang tidak pernah Matthew lewatkan adalah Sacie yang terus menanyakan sarapan untuknya. Dia tidak cukup mengerti bagaimana pola pikir wanita itu, sudah seminggu lalu dia dengan tegas menolak Sacie. Tetapi, Sacie justru semakin mendekatinya. Termasuk menanyakan kabar dan sarapan.“Aku tidak pernah sarapan.” Matthew meletakkan gelas bening di wastafel, barulah dia pergi. Sebelum benar-benar meninggalkan dapur ucapan Sacie membuatnya berpikir sepanjang perjalanan.“Aku tahu kau mungkin merasa terganggu dengan pertanyaan yang sama selama seminggu ini. Tapi, ingat Matt aku tidak akan menyerah. Aku akan membuktikan kalau

  • Dendam Sang Billionaire   CHAPTER 3

    Keesokan hari, Sacie terbangun karena seorang pembantu masuk ke kamarnya. Ava, wanita paruh baya yang menyapanya lembut kini berada di depan pintu. Sacie cukup malu mengenai kondisi kamarnya yang sangat berantakan akibat kejadian semalam. Dia pun bergegas ke kamar mandi dan bersiap ke dapur untuk menyiapkan sarapan.Menjadi keluarga Johanson tidak membuat Sacie menjadi wanita manja. Dia sudah mandiri sejak masa sekolah. Sacie merupakan putri semata wayang dan menjadi satu-satunya wanita di rumah besar keluarga Johanson. Ibunya sudah meninggal sejak dia lahir, hal itu pula yang mendorong Sacie menjadi wanita mandiri. Meskipun ayahnya, Denzel Johanson berusaha selalu memanjakannya.Kebiasaan Sacie yang juga disukai Denzel adalah membuat sarapan. Sacie cukup ahli di dapur, dia bisa membuat berbagai macam sajian yang menggugah selera. Sesuai, keahliannya tersebut, pagi ini Sacie berniat membuat sarapan untuk suaminya. Setelah membersihkan tubuh, Sacie langsung pergi ke dapur.“Ava, kau ta

  • Dendam Sang Billionaire   CHAPTER 2

    Sesuai kesepakatan kemarin, hari ini Matthew menemui Si Tua dan putrinya di restoran yang terletak di New York Central Hotel. Tempat megah di New York bagi para pebisnis kelas atas. Di sanalah para pengusaha sering mengadakan pertemuan besar.“Mr. Clooney. Selamat datang,” sapa Denzel Johanson. Pemilik bisnis properti terkenal di New York yang keberadaannya cukup dihormati. Laki-laki inilah yang dipanggil Si Tua oleh Matthew. Denzel merupakan salah satu orang berpengaruh yang keberadaan bisnisnya menjamur sampai ke Asia. Ekspansi pasarnya sudah menjadi buah bibir para pebisnis New York yang dengan kata lain Denzel adalah orang yang memiliki kuasa untuk melakukan apapun.“Mr. Denzel. Terima kasih.” Matthew menjabat uluran tangan Denzel dengan bibir yang tertarik ke atas.Mereka pun saling menyapa sebelum memutuskan untuk duduk. “Ah ya, perkenalkan ini putriku, Sacie Johanson.”Matthew menatap wanita yang mengenakan dress berwarna cream. Penampilan yang cukup sederhana namun memiliki pe

  • Dendam Sang Billionaire   CHAPTER 1

    Gedung-gedung pencakar langit berdiri megah. Seolah siap menuju langit untuk menggapai mimpi manusia. Di antara banyak gedung tinggi, G I Company adalah salah satu yang paling mencolok. Diklaim sebagai kiblat investasi New York, GI Company telah membawa banyak perubahan. Roda ekonomi New York tak lepas dari pengaruh perusahaan investasi tersebut.“APA?! Kau pikir aku memiliki gedung setinggi ini dan membayar gaji dengan nominal sebesar itu berhak mendapatkan kabar buruk darimu?!” kemarahan Matthew Clooney membuat George Hught yang menjabat sebagai Chief Investment Officer menggigil.“Perusahaanku bukan badan amal yang akan memberikan gaji secara cuma-cuma. Pikirkan itu!” wajah Matthew semakin merah tanda bahwa kemarahannya tidak main-main.George terus menunduk. Dia tahu masalah besar di perusahaan ini layak untuk diperdebatkan. “Sir, tetapi beberapa investor kita tidak memberikan alasan yang jelas. Mereka tiba-tiba mencabut seluruh saham.”Matthew berdiri dari kursinya. Lengan kekar

DMCA.com Protection Status