Mata yang memerah, keringat yang bercucuran dan tatapan tajamnya membuat Sultan langsung menekan pelatuk. Dor ….Namun, rupanya Hachiro dan Duarto langsung menghindar dan melompat sehingga tidak bisa terkena peluru dari Sultan.Sultan pun tidak menyerah dan terus saja menembakan senjatanya kepada Duarto dan Hachiro. Namun, lagi-lagi mereka bisa menghindar dan bersembunyi di balik benda yang ada di ruangan itu. Seperti pilar, dan yang lainnya. "Sultan …," panggil Wisnu mencoba untuk berkata sesuatu. "Papa," sahut Sultan menoleh ke arah Wisnu yang rupanya di pasung dan di rantai oleh kedua orang yang brengsek ini.Sultan pun langsung menghampiri tubuh Wisnu dan Anara yang ada di sana. "Tolong lepaskan ini semua. Papa akan ikut menyerang mereka," mohon Wisnu. Dor ….Disaat Sultan mencoba untuk melepaskan rantai dengan kunci. Tiba-tiba saja tubuhnya ditembak oleh Hachiro dan hal itu membuat Wisnu panik. "Sultan? Ya ampun, Sultan." Wisnu gemeteran karena takut kalau putranya …."Papa
Nafas terengah-engah, mata yang sudah mulai ingin terpejam. Namun, tekad masih membara di dalam manah. Saat ini tubuh Sultan sedang diinjak-injak oleh Hachiro dan Duarto. Mereka terus saja menyiksa tubuh Sultan yang sedang tengkurap dengan cairan kental yang terus keluar membasahi tubuhnya. Tiba-tiba saja pikirannya melayang, Sultan teringat akan Mahira yang telah mengkhianati dia dan kekalahan akan cinta. Jadi, sekarang dirinya tidak boleh kalah karena harus menyelamatkan kedua orang tuanya. Tiba-tiba saja tenaga Sultan tercharger dan membuat dia melompat untuk membalas perbuatan Hachiro dan Duarto. "Hiatttt …," Sultan melompat dan menendang kedua orang itu. Membuat mereka mundur beberapa langkah dan terkejut karena Sultan tiba-tiba saja bisa bangkit. Padahal mereka yakin sudah membuat Sultan menyerah dan kalah. Namun, apa ini Sultan terlihat begitu bersemangat dan langsung berdiri dengan tegak. "Kamu!" kesal Duarto, lalu mereka pun mendekat dan hendak menendang. Sayangnya Su
Sultan menatap Ni Nineung dan Ki Ageng yang sedang berjongkok. Kelihatannya mereka sudah kehabisan tenaga untuk menghindar. Kondisi fisiknya juga memprihatinkan, luka yang ada pada pipi dan tubuhnya terlihat dalam dan terus mengeluarkan cairan kental merah.Juga, Sultan pun tidak bisa melakukan aksi bunuh diri karena ada Ni Nineung dan Ki Ageng disini. Ditambah belum bisa mengeluarkan Anara dan Wisnu orang tuanya. "Ni, Ki, kalian pergilah dari sini," pinta Sultan. Kondisi tubuh Sultan juga sudah sangat mengkhawatirkan. Luka robekan yang ada di kepala, dada dan lengannya itu membuat Sultan lemas. Mungkin saja Sultan mulai kehabisan darah saat ini. "Ayo kita sama-sama bekerja sama," balas Ki Ageng dan Ni Nineung dengan tenaga yang tersisa. Wisnu dan Anara pun akhirnya menemukan dimana lokasi Sultan saat ini. Mereka berdua melihat putranya yang penuh dengan darah dan pakaian compang-camping. Terlihat gemetar dan lemas, berada di dekat Ni Nineung dan Ki Ageng. Kedua orang tua itu pun
Kejadiannya begitu cepat ….Semua pun menganga tidak percaya dengan apa yang telah terjadi. Tembakan itu tidak bisa dihindarkan dan memakan korban kembali. "Nini …," jerit Sultan pilu. Rupanya Ni Nineung mengorbankan dirinya sendiri demi menyelamatkan orang yang disayanginya. Pada saat Sultan tidak siap untuk menghindar, Ni Nineung langsung menghadang peluru itu. Menjadi perisai yang melindungi Sultan, sampai-sampai peluru itu menusuk ke dalam wajahnya. Bruk ….Pyar …. Tubuh Ni Nineung ambruk dan terkapar. Sultan pun langsung merangkul tubuh itu, dua orang yang selalu baik dan selalu menolongnya. Sekarang sudah tiada karena menyelamatkan dia kembali. "Dasar biadab!" jerit Sultan mendongak menatap Duarto yang masih bisa berdiri. Tatapan tajam Sultan mampu membius Duarto sampai-sampai ia tidak bisa bergerak. Sultan pun langsung beranjak berdiri dan menghantam Duarto dengan tangan kosongnya. Slep … Krek!!!Duarto pun langsung terkapar karena Sultan langsung mematahkan lehernya.Su
Sultan menatap Bi Ina, "Bi, aku ingin disuapi sebelum Bibi pergi," pinta Sultan. Bi Ina tersenyum, "baiklah." Bi Ina langsung menyuapi Sultan makan menggunakan tangannya. Lalu, Bi Ina pun teringat akan Mahira yang selama ini merawat dia setelah Sultan pergi ke kota waktu itu."Bibi jadi teringat akan Mahira, dia yang selama ini suka menyuapi Bibi makan pada saat Bibi sakit," ujar Bi Ina, mengatakan itu tanpa memikirkan perasaan Sultan yang memang sudah mulai melupakan Mahira. "Hmm," sahut Sultan tidak suka mendengar nama Mahira dan terus saja mengunyah makanannya. "Dia gadis baik, hanya saja harus dijodohkan dengan Natta," geram Bi Ina mengingat akan Mahira yang menangis saat hendak menikah dengan Natta. "Bi, kapan bibi pergi ke desa Kemuning?" tanya Sultan mengalihkan pembicaraan. "Nanti sore," jawab Bi Ina. "Yasudah kalau bagitu," ucap Sultan dan kembali beranjak dari duduknya. Sultan pun langsung pergi melangkah menuju meja kerjanya lagi. Bi Ina tahu kalau hati Sultan terlu
Akhirnya Bi Ina sampai di desa Kemuning. Langsung saja ia menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya. "Suasana desa yang damai," gumam Bi Ina tersenyum karena sekarang tubuhnya sudah sehat dan bugar. Bahkan dirinya mengira kalau umurnya akan pendek karena selalu sakit-sakitan. Akan tetapi, rupanya dirinya bisa kembali menghirup udara segar di desa dengan tubuh yang sehat pula. ***Di tempat Sultan, dirinya sedang memakai pakaian formal resmi untuk menghadiri acara pernikahan Bella dan Alvin. Namun, tiba-tiba saja Aiko yang sudah pulang dari rumah sakit langsung datang ke dalam kamarnya dengan memakai tongkat penyangga, karena masih belum bisa berjalan dengan benar. "Hai," ucap Aiko mencoba menghampiri Sultan yang sedang sibuk mengenakan dasinya. Sultan menoleh dan tersenyum, "syukurlah kau sudah bisa berjalan-jalan," ucap Sultan.Aiko langsung mendekati tubuh Sultan dan merapihkan dasi serta pakaian pria kekar dihadapannya ini. Mendongak menatap mata hazel dan hidung yang
Bella dan Alvin pun bersiap untuk melempar buket bunga yang ada di genggaman tangan mereka berdua. Sedangkan Sultan, ia pun terpaksa berbaris di jajaran para gadis yang juga ingin menangkap buket itu. Bahkan sampai bergesekan dengan mereka semua, soalnya dia berada ditengah-tengah para gadis heboh itu."Ahhh, ya ampun. Aku dekat dengan pemimpin perusahaan Velopmant Group," jerit salah satu gadis yang mengenakan pakaian mini dan mengekspos buah dadanya. Membuat Sultan malah memalingkan pandangan. "Wah, aku yang ingin dekat dengan Pak Sultan." "Ih, Pak Sultan gagah banget. Wajah yang diukir dengan pahatan yang sempurna. Begitu tajir dan tampan.""Andai aku bisa dekat dengannya. Pasti aku akan pingsan meleleh akan ketampanannya." Teriakan dan jeritan yang memuji Sultan membuatnya tidak nyaman. Namun, apa boleh buat karena itu sudah menjadi kenyataan kehidupannya sekarang.'Dulu aku selalu dihina dan dicaci, sekarang semua orang ingin dekat dan mengejarku,' dalam batin Sultan bermonolo
Berada di hadapan monitor, Sultan melamun dan membayangkan sesuatu. "Bagaimana kabar Bi Ina ya? Apakah dia sudah sampai disana?" Sultan terpikir akan kondisi Bi Ina. Jadi, ia pun ingat akan desa Kemuning dan teringat kembali akan keadaan Mahira. "Mahira … sekuat dan sebisa mungkin aku melupakan kamu. Rupanya diri ini sungguh tidak bisa melakukan itu," lirih Sultan.Rupanya Sultan pun jadi ingin pergi ke desa Kemuning untuk menyusul sang Bibi. Juga, ada perasaan yang menelisik hatinya untuk menemui Mahira.Ingin sekali bertemu dengan Mahira, tapi sayang harus sebisa mungkin untuk melupakan orang yang sudah menjadi milik orang lain. ***Sementara itu, Anara sedang sibuk memilah dan memilih wanita untuk dijadikan menantu dengan melihat semua data yang diberikan oleh Robbie."Annisa, wanita yang lemah lembut terlahir dari keluarga Dirgantara …. Hmmm, cantik sih."Anara menatap wajah manis berambut panjang itu di layar laptop dan berpikir apakah putranya akan suka dengan pilihannya nan
Sultan menjelaskan semuanya tentang bagaimana dia bisa mempunyai anak dari Mahira."Mama sungguh tidak menyangka dengan apa yang telah kalian lalui. Kalau memang begitu baiklah. Mama justru bahagia karena rupanya Mama sudah mempunyai cucu sekarang ini," ucap Anara, lalu mencoba untuk membujuk Dirly agar mau untuk dia gendong. Dirly pun yang memang dibujuk oleh Anara langsung tertawa dan tersenyum. "Dirly anak Papa, itu Nenek sayang. Kamu digendong ya sama Nenek," ucap Sultan. Anara begitu terharu karena Dirly mau untuk dia gendong. Walaupun sebenarnya dia merasa cemas akan publik kalau sampai mengetahui tentang semua ini. "Mama, tolong jangan banyak pikiran. Mama bahagialah karena urusan publik biar Sultan yang atur."Sultan tahu apa yang membuat mamanya cemas, dan bisa melihat dari raut wajah sang mama tadi, pasti dia bahagia akan adanya Dirly. Namun, cemas bagaimana cara memberitahukannya kepada publik."Kamu selalu bisa mengatasi masalah. Mama tahu kamu bisa mengatasi semua ini
Apa ini, gadis ini ingin memeluk calon suaminya? Mahira dibuat geram dengan apa yang diminta oleh Dewi. Namun, Sultan pun malah mewujudkan permintaan Dewi dan langsung memeluk gadis itu dengan lekat dan senyuman mengambang. "Jadilah anak yang baik, Dewi. Turuti perintah ayahmu," ucap Sultan berbisik di telinga gadis itu. Lalu, Sultan pun melepaskan pelukannya. "Makasih, Aa Sultan sudah mau memeluk Dewi. Kalau begitu, sekarang kalian boleh pergi. Semoga kalian selamat dalam perjalanan." Bi Ina pun langsung tersenyum ke arah Dewi dan mengusap pucuk kepalanya. "Semoga segera mendapatkan seorang jodoh." Do'a Bi Ina kepada Dewi. Lalu, Sultan, Bi Ina, Robbie dan Mahira pun memasuki mobil dan mereka pun berangkat pergi.Saat berada di dalam Mobil, Dirly yang sedang berada di pangkuan Mahira itu pun menangis. "Cup … cup … cup, kenapa anak papa ini?" tanya Sultan kepada Dirly yang terus merengek, mungkin karena ingin mendapatkan Asi. Sedangkan Mahira ia yang duduk di kursi belakang, be
Melihat wajah itu … wajah mungil dan polos yang semua merah merona membuat hatinya terhenyak. Sultan begitu bahagia ketika mengetahui kalau dia sudah menjadi seorang ayah. "Mahira …," ucap Sultan. Lalu, dia mendekatkan wajah Mahira untuk dikecupnya. Cup …."Aku sangat bersyukur karena kamu telah memberikan buah hati yang begitu tampan untukku," ucap Sultan."Tadinya aku tidak akan membiarkan kamu tahu kalau putra kita ini adalah putramu," ucap Mahira tersenyum pahit. Sultan tercengang kenapa Mahira sampai berniat seperti itu?"Apa maksudnya? Kenapa kamu mengatakan itu?" tanya Sultan. "Karena aku kesel kamu sudah menikah dan aku kecewa saat kamu tidak mau mendengar penjelasan dariku," terang Mahira. Ayah Mahira bertepuk tangan dan mengejutkan semua orang yang ada disana. "Sudahlah … ayo kita bergembira dengan apa yang sudah terbongkar ini," sambung Joko. Sultan pun tersenyum, dia bahagia karena Joko sudah mulai bersikap ramah terhadap dia. 'Bapak senang akhirnya kamu bisa bersa
Meraih tubuh itu dan mendekapnya dengan erat. Sultan berhasil mengejar Mahira dan memeluknya. "Tolong jangan pergi, aku sangat tersiksa hidup tanpamu," ucap Sultan. Memeluk tubuh wanitanya dari belakang. Mahira terisak pilu, "rasanya aku tidak mau kalau harus menerimamu lagi. Aku kesal karena kamu tidak mau mendengarkan penjelasan dariku," balas Mahira dan berusaha untuk berontak. "Apa yang bisa aku lakukan agar kamu mau menerimaku?" tanya Sultan serius. "Aku tidak tahu! Pokoknya kamu pergi dari sini sekarang juga," bentak Mahira, dan langsung melepaskan tangan Sultan yang berada di perutnya. "Apalagi kamu sudah menikah! Untuk apa datang lagi kemari," ucap Mahira dan langsung berlari begitu saja membuat Sultan kecewa dan terluka hati. ***Sultan menghubungi Bi Ina dan memintanya untuk pergi ke desa Kemuning. Sultan ingin agar Bi Ina membantu dia mendapatkan Mahira. "Bi, tolong bantu yakinkan dia bahwa aku tidak menikah dan semua yang telah aku lakukan itu adalah pura-pura," ucap
Semua terkesiap melihat Rapika yang sampai membanting sebuah gelas sampai pecah di bawah lantai. "Ada apa, Rapika?" tanya semua orang menatap Rapika yang tubuhnya terlihat sedikit gemetaran. "Ah … Ma-maaf. Rupanya saya tidak sengaja karena tubuh saya tiba-tiba saja menggigil seperti ini," ucap Rapika. Rupanya Rapika ada niat untuk berpura-pura sakit, agar Sultan dilarang pergi oleh Anara karena harus menemaninya yang tidak sehat. "Apakah kamu sakit, Rapika?" tanya Anara terlihat cemas. Sultan menatap Rapika dan langsung saja berdiri dari tempatnya kini. "Ma, waktunya sudah mulai mepet. Sultan akan pergi sekarang," potong Sultan. Tanpa mau lama-lama lagi, Sultan ingin segera pergi. "Kamu ini kenapa? Lihat dulu kondisi istri kamu, tolong jangan pergi–""Ma, ini penting. Sultan harus segera pergi. Lagian disini banyak yang akan menjaga Rapika. Ada Bi Ina dan Maid yang lain, juga ada Mama kan." "Kamu benar juga, Nak. Yasudah kalau begitu, jaga dirimu baik-baik ya." Anara pun mengi
Begitu mengejutkan, Sultan tidak menyangka kalau Bi Ina ada di dalam kamar dan mungkin mendengar apa yang sudah dia katakan kepada Rapika. Bi Ina terdiam, sungguh tidak menyangka kalau Sultan masih belum bisa melupakan Mahira dan melakukan pernikahan pura-pura. Rapika hanya bisa menunduk ketika Sultan mengetahui keberadaan Bi Ina. "Jadi, kalian pura-pura menikah?" ucap Bi Ina. Sultan langsung saja menghampiri Bi Ina dan memegangi kedua pundaknya. "Bi, tolong jangan bocorkan rahasia ini," mohon Sultan. Entah sampai kapan dia tidak ingin semuanya terbongkar. Namun, tidak sekarang karena Sultan takut membuat Anara kecewa. "Kamu ini kenapa? Selama ini Bibi tidak pernah mengajarkan kamu berbohong!" kesal Bi Ina. Apa yang dilakukan oleh Sultan ini sepenuhnya salah dan pasti akan menjadi bumerang untuk semua orang. "Sultan tahu kalau ini salah, tapi Sultan melakukan ini karena ingin membuat Mama bahagia," terang Sultan. "Memangnya kamu pikir Nyonya Anara akan bahagia, dibohongi ole
Sultan emosi ketika ia hendak pergi ke dapur untuk menghampiri Bi Ina. Tiba-tiba saja dia melihat Rapika yang sedang berduaan di taman belakang Mansion. "Kamu itu berani-beraninya ya?" ucap Sultan yang sedang mengangkat tangan kepada Rapika. Rapika mendongak sambil menyembunyikan pacarnya di belakang dia. "Perjanjian kita ini berakhir sampai kapan, Pak? Saya butuh belaian. Jadi, kalau memang Bapak tidak ingin menyentuh saya, Ya Sudah, biarkan saya bersenang-senang dengan pacar saya," ucap Rapika mulai berani. Sebenarnya Rapika sangat menginginkan Sultan, tapi sayangnya Sultan sama sekali tidak pernah melirik dirinya. Hanya menjadikan dia sebagai istri pura-pura dihadapan orang. Jadi, Rapika pun berniat untuk membuat Sultan cemburu, sehingga sampai menyewa pacar pura-pura dan ia sengaja berduaan di saat ada pesta seperti ini. Karena ingin tahu seberapa besar rasa cemburu Sultan terhadap dirinya. "Kamu ini Rapika! Terserah saja jika kamu ingin dibelai siapapun. Tapi tolong jangan s
Mahira dengan seksama melihat acara berita tersebut. Sungguh ia menanti akan sorot wajah Sultan yang ingin ia lihat. "Hanya Pak Wisnu yang disorot. Kapan Sultan ya?" gumam Mahira tidak sabar. Setelah beberapa saat ….(Setelah perusahaan Velopmant Group sukses, Sultan Mahesa pun menjalankan bisnis pertambangan terbesar di negeri Plrvo.)Terlihat wajah tampan dengan hidung mancung dan mata hazel sedang berdiri di dekat perusahaan Velopmant Group. Dia berdiri dan menyambut para wartawan yang ada di depan perusahaan itu. Mahira pun yang melihat tampang sempurna itu langsung menelan salivanya sendiri, rupanya wajah Sultan terlihat begitu sempurna. Balutan jas formal kelas atas yang mengkilap menempel pada tubuh maskulin miliknya. Tiba-tiba saja Plep …."Apa-apa ini, Mahira? Aku tidak boleh jatuh cinta lagi kepada pria itu. Pria yang tidak mau mendengarkan penjelasan dariku."Mahira mensugesti dirinya sendiri dan langsung mematikan televisinya. Dia ingat pada saat terakhir kali berte
Senyuman indah mengambang dengan sempurna karena melihat sang putra yang sudah mulai berjalan. "Kamu tumbuh dengan baik, Nak," ucap Mahira yang sedang membantu sang putra belajar berjalan. Begitu bahagianya Mahira melihat pertumbuhan Dirly putranya dengan cepat. Walaupun tanpa dampingan suami dalam hidupnya. Mahira tetap bisa membesarkan sang putra sendirian. Juga, saat ini Mahira menjalani bisnis ekspor ikan patin yang diternak oleh juragan Joko ayahnya. Mahira langsung merangkul tubuh Dirly dan menjulangkannya ke atas. Sehingga bayangan bayi mungil itu berada di atas wajahnya, bahkan Dirly pun tertawa dengan begitu riangnya."Dirly, putraku. Bunda yakin kalau kamu akan menjadi hebat seperti ayahmu," ucap Mahira yakin. Lalu, ia pun menggendong Dirly yang masih tersenyum menunjukan kedua giginya yang baru tumbuh. Usia Dirly saat ini adalah satu tahun lebih. Dan satu tahun ini Mahira masih menyembunyikan kebenaran tentang Dirly. Namun, ada beberapa orang yang terheran-heran den