Beberapa hari berlalu, Diki bekerja di Perusahaan Velopmant Group dengan berhati-hati. Selama ini ia terus saja mengawasi semua tempat di perusahaan ini, mencari celah agar bisa menghack akses Perusahaan Velopmant Group agar bisa mengambil kembali hak yang sudah direbut oleh orang jahat itu. "Bryan. Tolong kamu bawakan saya kopi ya!" suruh James tidak mengenali bahwa yang ia suruh itu adalah Diki. Diki pun mengangguk pelan, selama bekerja di perusahaan ini ia menyamar dengan nama Bryan. Diki pun pergi ke dapur Perusahaan untuk membuatkan sebuah kopi untuk James. Lalu, ia pun pergi keruangan James. Sebelum membuka pintu, Diki sempat mendengar James yang sedang berbicara lewat teleponnya. "Ya ampun, Bos. Benarkah itu? Jadi, orang tua Sultan itu masih hidup?" ucap James dan berhasil membuat Diki tercengang. Diki yang saat ini sedang memegangi sebuah kopi dengan nampan di tangannya itu, jadi bergetar hebat. Merasa tidak bisa bernafas saking terkejutnya dengan apa yang telah ia dengar
Diki mengutarakan niatnya untuk bertemu dengan Harianto. Ia membutuhkan bantuan dari Harianto untuk menjalankan rencananya. "Bantuan apa yang Tuan inginkan?" tanya Harianto. Diki terdiam sejenak karena memang menelan makanan yang sudah ia kunyah. Sedangkan Bella ia pun dengan begitu antusias ingin mendengar apa bantuan yang diinginkan oleh Diki. Diki pun langsung menjelaskan semuanya, dan benar-benar disimak oleh Harianto dan Bella. ***Seperti biasa, Diki pun kembali bekerja di perusahaan Velopmant Group dengan samarannya. Bertugas seperti layaknya seorang office boy, Diki menjalani pekerjaannya dengan sangat hati-hati. "Hachiro, tidak ada. Perusahaan mulai kacau, dia akan hancur mulai sekarang," gumam Diki menyeringai. Saat sedang fokus mengepel lantai, tiba-tiba saja ia melihat James yang terlihat sedang marah-marah. Diki pun mencoba untuk mendekati James yang sedang memarahi seseorang. "Kenapa bisa terjadi seperti ini?" bentak James kepada tim IT Perusahaan Velopmant Group
James bersama dengan tim IT begitu sibuknya. Mereka mencoba untuk mengembalikan sistem ke semula, mencoba untuk memperbaiki sistem yang sudah terbajak itu. Sedangkan Diki, ia begitu menikmati pemandangan ini. Hanya tinggal satu hal saja, ia menginginkan agar Hachiro itu segera pulang dan melihat kekacauan ini. Pasti semuanya akan sangat menyenangkan di hati Diki. "Andai si Hachiro Brengsek itu ada disini dan tahu kekacauan ini," gumam Diki tersenyum puas. Lalu, terlihat James yang langsung membanting laptop yang ada di atas meja. Terlalu frustasi sampai-sampai tidak bisa menahan diri. "Sialan, Brengsek. Perusahaan terbesar seperti Velopmant Group saja bisa sampai kebobolan seperti ini. Semua ini gara-gara kalian!" kesal James jadi menyalahkan tim.James pun langsung menggusar kepalanya dengan kasar, lalu meremasnya kuat-kuat. Ia duduk di kursi dan menunduk sambil berpikir. "Sialan, sebentar lagi Bos akan pulang. Bagaimana ini?" lirih James, sudah pasrah dengan keadaannya. Pasti ia
Hachiro, Duarto dan anak buahnya sudah mendarat di negara asal. Hachiro seperti biasa memakai jas hitam dengan kacamata hitam yang juga melekat di wajahnya. "Apakah kamu sudah menyiapkan tempat untuk mengurung mereka berdua?" tanya Duarto yang kini menggunakan setelan jas abu-abu dengan topi yang ia kenakan. Ia menarik-narik kecil kumis hitam yang ia punya setelah bertanya kepada Hachiro. "Belum, asisten saya sulit sekali untuk dihubungi. Namun, saya sudah menyuruh anak buah yang lainnya untuk mencari tempat yang aman," jawab Hachiro. Sedikit merasa tidak senang karena Duarto ikut pulang bersama dengannya karena ia pasti tidak akan bebas bergerak. "Bodoh, seperti biasanya kamu selalu bodoh seperti itu!" kesal Duarto mendelik kesal. Pasti selalu seperti ini, kesalahan begini saja Hachiro mendapatkan ejekan dan hinaan. Padahal Hachiro merasa bahwa semua ini bukanlah salahnya. "Tapi, Bos. Ini bukan salah saya, saya sudah berusaha. Semua ini salah asisten saya yang tidak berguna itu,
Setelah mengambil ponselnya, Alvin dan Bella pun langsung pergi bersama untuk melangkah keluar. Mereka akan pergi karena rapat yang akan diadakan di luar perusahaan. Namun, pada saat Alvin melihat seseorang yang memakai seragam OB dengan logo Velopmant Group, membuat darahnya mendidih. Ia tidak bisa melupakan bagaimana Perusahaan itu telah menghancurkan perusahaan miliknya. Jadi, Alvin pun tidak bisa mengontrol emosi dan langsung berlari untuk menghajar pria yang memakai seragam Velopmant Group di depannya.Dengan nafas yang memburu dan langkah kaki yang cepat, kepalan tangan yang sempurna. Alvin pun langsung saja melayangkan bogem mentahnya dan berhasil membuat semua orang yang ada disana terkejut. Sehingga yang dipukul pun tersungkur ke lantai sampai tengkurap. Diki sontak kaget dan langsung membalikan badannya. Mencoba untuk beranjak, tapi Alvin kembali memukul wajahnya berberapa kali. "Berhenti! Tolong berhenti," ucap Diki dan membuat Alvin terdiam karena merasa tidak asing den
Alvin terdiam saat Diki sudah ada di sampingnya. Ia seolah mengabaikan Diki yang sudah bersemangat datang karena telah hubungi."Vin, aku butuh bantuan kamu," ucap Diki memulai pembicaraan setelah sekian lama mereka saling diam. Alvin pun langsung meraih red wine yang ada di hadapannya dan menghabiskan sekali tenggak. "Bantuan? Bantuan apa? Bukannya Lo sudah menjadi milyuner sekarang?" jawab Alvin dan soktak membuat Diki terkejut. Saat ini mereka sedang berada di sebuah bir dengan waktu yang sudah mulai gelap. "Loh kok kamu gitu ngomongnya, Vin?" tanya Diki merasa ada yang aneh dengan sikap Alvin terhadapnya. "Jangan sok lugu, gue sudah tau kalau Lo Pewaris Velopmant Group," terang Alvin."Tapi aku kan, belum bisa merebut semua hakku. Aku belum bisa mengambil hakku dan aku butuh bantuan darimu.""Ck, gue percaya Lo bisa lakukan semuanya sendiri," ujar Alvin. Ada apa dengan Alvin? Kenapa ia begitu jutek seperti ini? Terlihat kalau ia sudah tidak menyukai Diki sekarang."Sultan, Lo
Setelah semalam bertengkar dengan Alvin, Diki pun akhirnya menggunakan Danish agar bisa membeli peralatan yang ia butuhkan di tempat Exelino Group. Diki melakukan itu karena Alvin yang tidak mau membantunya, bahkan tidak ingin menjual semua peralatan senjata kepada Diki."Alvin … Alvin … Kamu cemburu buta padaku dan tidak mau mendengar penjelasanku," gerutu Diki yang saat ini sedang berada di hadapan sebuah laptop. Ia sedang mengirimkan pesan kepada seseorang untuk membuat orang itu tertekan dengan pesannya. Namun, tiba-tiba saja ia mengingat pertengkaran semalam bersama dengan Alvin, yang ternyata disebabkan oleh kecemburuan. Ia tersenyum-senyum sendiri karena tidak menyangka kalau Alvin cemburu kepadanya. Lalu, ia pun kembali menatap Laptop dan memberikan pesan kepada Hachiro lagi.(Silahkan saja kau melacak keberadaanku, tapi sebelum itu terjadi maka aku akan meledakan tempat itu) ancam Diki. Di tempat Hachiro (Perusahaan Velopmant Group) mereka semua panik saat membaca pesan it
Dengan semua ancaman yang ia dengar, serta apa yang telah menimpa Perusahaan Velopmant Group. Membuat Hachiro ingin menghancurkan semua benda yang ada. "Saya pergi meninggalkan tanggung jawab kepada kamu sebentar. Akan tetapi, apa? Kamu telah menghancurkan Perusahaanku?" Hachiro kembali memarahi James, ia bingung harus bagaimana lagi sekarang. Hachiro pun langsung mengambil ponsel, ia ingin mengecek semua data dan ingin melihat M-banking di ponselnya. Namun, betapa terkejutnya ia karena tidak bisa menggunakan uangnya lagi."Sialan, ternyata sudah separah ini," gerutu Hachiro. Tidak mungkin orang ini semudah itu mengalihkan dan membuat beku dana perusahaan, kalau bukan orang dalam keluarga Mahesh. Yang memang memiliki hak untuk mengambil alih Perusahaan Velopmant Group."Katakan dimana Wisnu Mahesh!" ucapnya lagi dan membuat Hachiro ingin pergi dari sana. Namun, tiba-tiba saja pintu ruangan itu terkunci. "Ya ampun, siapa yang telah mengunci pintu?" tanya Hachiro menatap semua body
Sultan menjelaskan semuanya tentang bagaimana dia bisa mempunyai anak dari Mahira."Mama sungguh tidak menyangka dengan apa yang telah kalian lalui. Kalau memang begitu baiklah. Mama justru bahagia karena rupanya Mama sudah mempunyai cucu sekarang ini," ucap Anara, lalu mencoba untuk membujuk Dirly agar mau untuk dia gendong. Dirly pun yang memang dibujuk oleh Anara langsung tertawa dan tersenyum. "Dirly anak Papa, itu Nenek sayang. Kamu digendong ya sama Nenek," ucap Sultan. Anara begitu terharu karena Dirly mau untuk dia gendong. Walaupun sebenarnya dia merasa cemas akan publik kalau sampai mengetahui tentang semua ini. "Mama, tolong jangan banyak pikiran. Mama bahagialah karena urusan publik biar Sultan yang atur."Sultan tahu apa yang membuat mamanya cemas, dan bisa melihat dari raut wajah sang mama tadi, pasti dia bahagia akan adanya Dirly. Namun, cemas bagaimana cara memberitahukannya kepada publik."Kamu selalu bisa mengatasi masalah. Mama tahu kamu bisa mengatasi semua ini
Apa ini, gadis ini ingin memeluk calon suaminya? Mahira dibuat geram dengan apa yang diminta oleh Dewi. Namun, Sultan pun malah mewujudkan permintaan Dewi dan langsung memeluk gadis itu dengan lekat dan senyuman mengambang. "Jadilah anak yang baik, Dewi. Turuti perintah ayahmu," ucap Sultan berbisik di telinga gadis itu. Lalu, Sultan pun melepaskan pelukannya. "Makasih, Aa Sultan sudah mau memeluk Dewi. Kalau begitu, sekarang kalian boleh pergi. Semoga kalian selamat dalam perjalanan." Bi Ina pun langsung tersenyum ke arah Dewi dan mengusap pucuk kepalanya. "Semoga segera mendapatkan seorang jodoh." Do'a Bi Ina kepada Dewi. Lalu, Sultan, Bi Ina, Robbie dan Mahira pun memasuki mobil dan mereka pun berangkat pergi.Saat berada di dalam Mobil, Dirly yang sedang berada di pangkuan Mahira itu pun menangis. "Cup … cup … cup, kenapa anak papa ini?" tanya Sultan kepada Dirly yang terus merengek, mungkin karena ingin mendapatkan Asi. Sedangkan Mahira ia yang duduk di kursi belakang, be
Melihat wajah itu … wajah mungil dan polos yang semua merah merona membuat hatinya terhenyak. Sultan begitu bahagia ketika mengetahui kalau dia sudah menjadi seorang ayah. "Mahira …," ucap Sultan. Lalu, dia mendekatkan wajah Mahira untuk dikecupnya. Cup …."Aku sangat bersyukur karena kamu telah memberikan buah hati yang begitu tampan untukku," ucap Sultan."Tadinya aku tidak akan membiarkan kamu tahu kalau putra kita ini adalah putramu," ucap Mahira tersenyum pahit. Sultan tercengang kenapa Mahira sampai berniat seperti itu?"Apa maksudnya? Kenapa kamu mengatakan itu?" tanya Sultan. "Karena aku kesel kamu sudah menikah dan aku kecewa saat kamu tidak mau mendengar penjelasan dariku," terang Mahira. Ayah Mahira bertepuk tangan dan mengejutkan semua orang yang ada disana. "Sudahlah … ayo kita bergembira dengan apa yang sudah terbongkar ini," sambung Joko. Sultan pun tersenyum, dia bahagia karena Joko sudah mulai bersikap ramah terhadap dia. 'Bapak senang akhirnya kamu bisa bersa
Meraih tubuh itu dan mendekapnya dengan erat. Sultan berhasil mengejar Mahira dan memeluknya. "Tolong jangan pergi, aku sangat tersiksa hidup tanpamu," ucap Sultan. Memeluk tubuh wanitanya dari belakang. Mahira terisak pilu, "rasanya aku tidak mau kalau harus menerimamu lagi. Aku kesal karena kamu tidak mau mendengarkan penjelasan dariku," balas Mahira dan berusaha untuk berontak. "Apa yang bisa aku lakukan agar kamu mau menerimaku?" tanya Sultan serius. "Aku tidak tahu! Pokoknya kamu pergi dari sini sekarang juga," bentak Mahira, dan langsung melepaskan tangan Sultan yang berada di perutnya. "Apalagi kamu sudah menikah! Untuk apa datang lagi kemari," ucap Mahira dan langsung berlari begitu saja membuat Sultan kecewa dan terluka hati. ***Sultan menghubungi Bi Ina dan memintanya untuk pergi ke desa Kemuning. Sultan ingin agar Bi Ina membantu dia mendapatkan Mahira. "Bi, tolong bantu yakinkan dia bahwa aku tidak menikah dan semua yang telah aku lakukan itu adalah pura-pura," ucap
Semua terkesiap melihat Rapika yang sampai membanting sebuah gelas sampai pecah di bawah lantai. "Ada apa, Rapika?" tanya semua orang menatap Rapika yang tubuhnya terlihat sedikit gemetaran. "Ah … Ma-maaf. Rupanya saya tidak sengaja karena tubuh saya tiba-tiba saja menggigil seperti ini," ucap Rapika. Rupanya Rapika ada niat untuk berpura-pura sakit, agar Sultan dilarang pergi oleh Anara karena harus menemaninya yang tidak sehat. "Apakah kamu sakit, Rapika?" tanya Anara terlihat cemas. Sultan menatap Rapika dan langsung saja berdiri dari tempatnya kini. "Ma, waktunya sudah mulai mepet. Sultan akan pergi sekarang," potong Sultan. Tanpa mau lama-lama lagi, Sultan ingin segera pergi. "Kamu ini kenapa? Lihat dulu kondisi istri kamu, tolong jangan pergi–""Ma, ini penting. Sultan harus segera pergi. Lagian disini banyak yang akan menjaga Rapika. Ada Bi Ina dan Maid yang lain, juga ada Mama kan." "Kamu benar juga, Nak. Yasudah kalau begitu, jaga dirimu baik-baik ya." Anara pun mengi
Begitu mengejutkan, Sultan tidak menyangka kalau Bi Ina ada di dalam kamar dan mungkin mendengar apa yang sudah dia katakan kepada Rapika. Bi Ina terdiam, sungguh tidak menyangka kalau Sultan masih belum bisa melupakan Mahira dan melakukan pernikahan pura-pura. Rapika hanya bisa menunduk ketika Sultan mengetahui keberadaan Bi Ina. "Jadi, kalian pura-pura menikah?" ucap Bi Ina. Sultan langsung saja menghampiri Bi Ina dan memegangi kedua pundaknya. "Bi, tolong jangan bocorkan rahasia ini," mohon Sultan. Entah sampai kapan dia tidak ingin semuanya terbongkar. Namun, tidak sekarang karena Sultan takut membuat Anara kecewa. "Kamu ini kenapa? Selama ini Bibi tidak pernah mengajarkan kamu berbohong!" kesal Bi Ina. Apa yang dilakukan oleh Sultan ini sepenuhnya salah dan pasti akan menjadi bumerang untuk semua orang. "Sultan tahu kalau ini salah, tapi Sultan melakukan ini karena ingin membuat Mama bahagia," terang Sultan. "Memangnya kamu pikir Nyonya Anara akan bahagia, dibohongi ole
Sultan emosi ketika ia hendak pergi ke dapur untuk menghampiri Bi Ina. Tiba-tiba saja dia melihat Rapika yang sedang berduaan di taman belakang Mansion. "Kamu itu berani-beraninya ya?" ucap Sultan yang sedang mengangkat tangan kepada Rapika. Rapika mendongak sambil menyembunyikan pacarnya di belakang dia. "Perjanjian kita ini berakhir sampai kapan, Pak? Saya butuh belaian. Jadi, kalau memang Bapak tidak ingin menyentuh saya, Ya Sudah, biarkan saya bersenang-senang dengan pacar saya," ucap Rapika mulai berani. Sebenarnya Rapika sangat menginginkan Sultan, tapi sayangnya Sultan sama sekali tidak pernah melirik dirinya. Hanya menjadikan dia sebagai istri pura-pura dihadapan orang. Jadi, Rapika pun berniat untuk membuat Sultan cemburu, sehingga sampai menyewa pacar pura-pura dan ia sengaja berduaan di saat ada pesta seperti ini. Karena ingin tahu seberapa besar rasa cemburu Sultan terhadap dirinya. "Kamu ini Rapika! Terserah saja jika kamu ingin dibelai siapapun. Tapi tolong jangan s
Mahira dengan seksama melihat acara berita tersebut. Sungguh ia menanti akan sorot wajah Sultan yang ingin ia lihat. "Hanya Pak Wisnu yang disorot. Kapan Sultan ya?" gumam Mahira tidak sabar. Setelah beberapa saat ….(Setelah perusahaan Velopmant Group sukses, Sultan Mahesa pun menjalankan bisnis pertambangan terbesar di negeri Plrvo.)Terlihat wajah tampan dengan hidung mancung dan mata hazel sedang berdiri di dekat perusahaan Velopmant Group. Dia berdiri dan menyambut para wartawan yang ada di depan perusahaan itu. Mahira pun yang melihat tampang sempurna itu langsung menelan salivanya sendiri, rupanya wajah Sultan terlihat begitu sempurna. Balutan jas formal kelas atas yang mengkilap menempel pada tubuh maskulin miliknya. Tiba-tiba saja Plep …."Apa-apa ini, Mahira? Aku tidak boleh jatuh cinta lagi kepada pria itu. Pria yang tidak mau mendengarkan penjelasan dariku."Mahira mensugesti dirinya sendiri dan langsung mematikan televisinya. Dia ingat pada saat terakhir kali berte
Senyuman indah mengambang dengan sempurna karena melihat sang putra yang sudah mulai berjalan. "Kamu tumbuh dengan baik, Nak," ucap Mahira yang sedang membantu sang putra belajar berjalan. Begitu bahagianya Mahira melihat pertumbuhan Dirly putranya dengan cepat. Walaupun tanpa dampingan suami dalam hidupnya. Mahira tetap bisa membesarkan sang putra sendirian. Juga, saat ini Mahira menjalani bisnis ekspor ikan patin yang diternak oleh juragan Joko ayahnya. Mahira langsung merangkul tubuh Dirly dan menjulangkannya ke atas. Sehingga bayangan bayi mungil itu berada di atas wajahnya, bahkan Dirly pun tertawa dengan begitu riangnya."Dirly, putraku. Bunda yakin kalau kamu akan menjadi hebat seperti ayahmu," ucap Mahira yakin. Lalu, ia pun menggendong Dirly yang masih tersenyum menunjukan kedua giginya yang baru tumbuh. Usia Dirly saat ini adalah satu tahun lebih. Dan satu tahun ini Mahira masih menyembunyikan kebenaran tentang Dirly. Namun, ada beberapa orang yang terheran-heran den