Kebencian dalam cinta Laura merias wajahnya dengan riasan terbaik, dia akan segera bertemu dengan Vero, dia pastikan Vero akan tergila gila padanya. Laura memakai dress minim, jenis pakaian yang sangat dihindari Luna. Dia harus terlihat berbeda dari Luna. Laura memasuki ocean blue, restoran mewah tempat kalangan atas biasa menghabiskan waktu. Luna langsung menuju ke meja yang sudah dipesan untuknya. Dia berjalan dengan begitu anggun dan santai. Vero sudah ada di sana, dia melihat Laura dengan pandangan bulat penuh, begitu terpesona. Vero tidak mengedipkan mata sedikitpun, Laura seperti telah menghipnotisnya."Selamat malam," sapa Laura, lalu dia duduk di hadapan Vero."Selamat malam, terimakasih sudah datang," ucap Vero."Kau sangat cantik sekali," lanjut Vero."Terimakasih," ucap Laura."Aku senang sekali bisa menghabiskan waktu denganmu," ucap Vero."Benarkah?" tanya Laura memastikan."Ya, aku sudah memesan hidangan istimewa untuk kita," ucap Vero. Pelayan terlihat mengantar hida
Memori TubuhLaura dan Vero berjalan menuju ke arah kamar hotel tempat Vero menginap. Jantung Laura bergetar, berdegup tidak karuan. Dia khawatir ini akan menjadi sebuah bumerang yang menakutkan. Dia hanya berdua dengan Vero, disebuah kamar hotel, segala hal bisa terjadi. Tubuh kecil Laura mungkin tidak akan kuat melawan jika terjadi hal hal yang diinginkan Vero, namun benar benar tidak diinginkan Laura.“Ada apa? Kau sepertinya tegang sekali,” tanya Vero seraya membuka kamar hotelnya.“Ah tidak apa apa, mungkin karna sudah larut,” ucap Laura berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.“Jangan terlalu formal, santailah,” ucap Vero seraya tersenyum.“Masuklah, ini kamar terbaik di tempat ini. Mereka ingin menjadi mitra Berlian grup, jadi mereka akan melakukan apa saja untuk menyenangkanku,” ucap Vero.Laura terdiam, apa benar ini adalah Vero yang pernah hidup dengannya, sepertinya Vero di luar rumah terlihat jauh lebih ramah dan hangat di banding yang pernah tidur satu ranjang dengannya.
Melawan HasratDi kamar hotelnya, Vero terlihat cukup kesal, sungguh sangat kesal karna apa yang dia inginkan tidak dia dapatkan hari ini. Dia terlihat meraih ponselnya, lalu menghubungi seseorang.“Halo Mike, maaf mengganggumu malam malam begini,” ucap Vero yang ternyata menghubungi sekretaris pribadinya.“Aku minta kau mencari tahu tentang Laura, apapun itu, juga hubungannya dengan Radit Utama Putra, presdir Graha hotel. Aku tidak peduli, apapun caranya kau harus mencari informasi sebanyak mungkin,” ucap Vero dengan nada suara yang cukup kesal.Vero terlihat melempar ponselnya, lalu ponsel itu jatuh tepat di sebuah karpet bulu yang ada di ruang tengah kamar mewah itu.“Apa kau sedang bermain main denganku, kita lihat saja apa yang bisa aku lakukan. Aku akan mendapatkanmu, bagaimanapun caranya. Kau sudah membuatku gila, kau harus bertanggung jawab,” ucap Vero dengan mata nanar dan bengis.Di apartemen sekretaris Mike, terlihat dia sedang menghabiskan waktu dengan sahabatnya, yaitu se
Regulasi MimpiRadit terlihat menyandarkan tubuhnya di penyangga kursi kerja yang ada di dalam kantornya, matanya menerawang, lalu sesekali memutar mutar kursi itu.“Selamat pagi tuan, bagaimana hari minggu anda? apa semuanya berjalan dengan baik?” ucap sekretrais Nade.“Nade, kau sudah datang, baguslah, ada yang harus aku bicarakan denganmu,” ucap Radit yang kemudian menegakkan posisi duduknya.“Apa kau kemarin berhasil mendapatkan file rekaman dari tempat sekretaris pribadi Vero?” tanya Radit.“Saya hingga tadi malam menginap di tempat Mike tuan, saya juga berhasil meminjam laptopnya, namun sepertinya rekaman cctv itu tidak ada di sana. Saya sudah mencarinya berkali kali, bahkan di file yang disembunyikan, tapi saya berhasil mendapatkan ini,” ucap sekretaris Nade yang kemudian meletakkan beberapa lembar foto di meja kerja Radit.“Foto?” tanya Radit.“Saya mendapatkan foto itu dari laptop Mike, lalu mencetaknya, mungkin saja tuan ingin melihat foto itu,” ucap sekretaris Nade.Dengan
Persaingan SengitVero dan Radit terlihat saling melempar pandangan sengit, seolah mata itu ingin saling beradu, menyerang dengan pertarungan mematikan. Entah apa yang akan terjadi, yang jelas dua pria yang bukan dari kalangan biasa itu akan menemui wanita yang sama.“Radit,” bisik Vero.“Untuk apa dia ada di sini, dia akan merusak semuanya,” ucap Vero jauh di dalam hatinya.“Mari kita bertarung secara adil,” ucap Radit di dalam hatinya, seraya tetap memusatkan pandangannya, pandangan tajam, menjurus, menusuk.“Tuan Radit, kau juga di sini?” tanya Vero.“Selamat siang tuan Vero, tidak disangka kita akan bertemu di sini,” ucap Radit yang tentu itu semua adalah sekedar basa basi.Dari ujung jalan terlihat Laura berjalan menuju ke arah mereka berdua, dengan sekretaris Mimih mengikuti dari belakang.“Kalian berdua di sini?” tanya Laura.“Se-selamat siang nona Laura,” ucap Vero berusaha mendapatkan perhatian Laura lebih dulu.“Aku membeli ini untukmu, bunga yang sama cantiknya denganmu,” u
Cincin IndahVero terlihat sibuk di kantornya, kantor Berlian grup, terlihat di sana sekretaris Mike baru saja menerima panggilan telephone.“Baik nyonya, akan segera saya sampaikan,” ucap sekretaris Mike, lalu dia terlihat menutup panggilan telephone itu.“Tu-tuan,” ucap sekretaris Mike sedikit gugup.“Ada apa?” tanya Vero dengan mata masih fokus memeriksa beberapa berkas.“Nyo-nyonya Rose baru saja menghubungi saya, katanya dia akan mendatangi kediaman tuan jika tuan tidak menemuinya. Dia akan membawa tuan muda Noah menemui tuan besar Dipo dan nyonya Anna,” ucap sekretaris Mike. Mendengar hal itu, Vero menghentikan aktifitasnya.“Wanita itu benar benar sudah hilang akal,” ucap Vero kesal.“Beri tahu dia, aku akan menemuinya di akhir pekan,” lanjut Vero.“Baik tuan, akan segera saya sampaikan,” ucap sekretaris Mike.“Saya permisi dulu tuan,” ucap sekretaris Mike yang memberi hormat, lalu meninggalkan ruangan Vero.Vero terdiam, dia benar benar kesal dengan apa yang dilakukan Rose.“A
Pesta Besar Tante ImeldaAwal Prahara BesarLaura terlihat begitu cantik dengan balutan gaun mewah berwarna merah, gaun tanpa lengan dengan model panjang di bagian bawah. Semakin memperlihatkan aura kecantikannya, di tambah lagi dengan make up menawan hasil polesan sang make-up artist ternama. Laura keluar dari kamarnya, berputar di hadapan Radit.“Bagaimana menurutmu, aku sudah terlihat cantik? Apa Vero akan melihatku?” tanya laura.“I-iya, lumayanlah,” ucap Radit.“Apa? lumayan, kau tahu Dit, aku menghabiskan satu jam lebih untuk mendapatkan riasan ini,” ucap Laura kesal seraya menyilangkan kedua tangan di depan dada.“Kau harus menambah sebuah senyuman, supaya terlihat lebih berwarna,” ucap Radit seraya tersenyum, lalu Laura mengulaskan senyum gigi sempurna.“Ayo kita berangkat, sebentar lagi pesta tante Imelda akan di mulai,” ucap Radit.“Baiklah, seperti rencana kita, aku akan membuat Vero mendatanggiku, lalu aku aku akan berpura pura mabuk, supaya aku bisa meracau habis habisan,
Ciuman DahsyatDi pesta besar tante Imelda yang diadakan di Graha Hotel, rencana Radit dan Laura berhasil, mereka memang ingin membakar api cemburu di hati Vero, untuk menumbuhkan benih benih cinta yang dilingkupi rasa penasaran. Setelah ini, permainan selanjutnya akan dimulai, semakin seru dan menyenangkan. Laura akan terus mempermainkan perasaan Vero, hingga semuanya berjalan seperti yang dia inginkan.Gemuruh tepuk tangan masih belum berhenti, mereka benar benar terpukau dengan tarian Laura dan Radit.“Wah, kalian memang luar biasa. Bagaimana kalian bisa menari sekompak itu? apa kalian sudah sering latihan,” tanya nyonya Anna.“Kami pernah berada di sekolah yang sama,” ucap Radit seraya tersenyum. Dia masih terlihat mengatur nafasnya, menari tentu membutuhkan tenaga dan usaha yang luar biasa.“Benarkah? kalian pernah sekolah di sekolah yang sama?” tanya tante Imelda yang tiba tiba menyahut.“I-iya tante, di Amerika,” ucap Radit gugup.“Bisnis? Kau ke Amerika untuk belajar bisnis pe
Semua Telah BerakhirPersidangan Vero telah usai, dengan hasil yang sangat di luar dugaan, namun hal itu sebenarnya sudah sesuai dengan rencana Radit dan juga Laura. Tim pengacara Vero tidak menyangka, bahwa ibu Rahma, ibu dari wanita yang meninggal karena tenggelam dan jenazahnya dimakamkan atas nama Luna hadir, datang, memberikan kesaksian.Vero tidak bisa berkutik, dia menjadi orang satu satunya yang harus bertanggung jawab. Walaupun dia selalu menyatakan bahwa apapun yang dia lakukan dibawah tekanan Rose, namun semua itu tidak memiliki bukti yang kuat. Dia bisa saja menolak, bisa saja tidak menuruti apa yang Rose inginkan, untuk menyingkirkan Luna.Ditambah lagi dengan bukti rekaman CCTV juga tangkapan video amatir, itu semua cukup untuk mendakwa Vero dengan pasal pembunuhan berencana. Mungkin dia memang tidak memiliki niat, namun dari tangkapan video, Vero terlihat jelas jelas mendorong istrinya, Luna, hingga jatuh dari sungai. Bahkan ketika Luna meminta tolong, bergelantung di
Memperlihatkan Wajah AsliTim pengacara bertemu dengan Vero di dalam sebuah ruangan pribadi.“Tuan, saya harap tuan jujur dan terbuka mengenai apa yang sebenarnya terjadi,” ucap salah seorang pengacara.“Jujur? Apa yang harus aku katakan,” ucap Vero kesal.“Tuan, jaksa memiliki saksi yang masih dirahasiakan, kami kesulitan mencari informasi, kami khawatir saksi itu akan memberatkan, sedangkan tuan bersikeras tidak mau menceritakan yang sebenarnya,” ucap pengacara.“Apa firma hukum loyal tergabung menjadi tim pengacara?” tanya Vero.“Iya tuan, tapi karena kegagalannya membantu nyonya Rose, firma hukum loyal memilih mengundurkan diri dari tim pengacara tuan muda,” ucap salah seorang pengacara dari ketiga orang pengacara yang ada di sana.“Rose? apa tidak salah. Dia memang istriku, tapi dia membunuh orang yang sangat aku sayangi. Bahkan jika dia mendapat hukuman mati, aku tidak akan menyesalinya,” ucap Vero.Vero terlihat diam, menunduk, seperti memikirkan sesuatu yang sangat penting.“R
KepergianSetelah 8 jam.Dokter keluar dari ruang ICU, memberi kabar bahwa tuan Dipo tidak lagi bisa diselamatkan, semua alat hanya menunjang hidupnya, jika itu semua dilepas maka detak jantungnya akan berhenti.“Sebaiknya kita bicara di ruangan saya,” pinta dokter yang melihat nyonya Anna mulai histeris. Di sana masih dengan orang orang yang sama, nyonya Anna, jihan, Laura, Radit, tante Imelda dan juga nyonya Fuji. Mereka semua masih setia di sana.Nyonya Anna dan Jihan sudah berada di dalam ruangan dokter. Jantung mereka pun tidak baik baik saja, ada rasa khawatir juga ketakutan.“Dengan sangat menyesal kami harus menyampaikan ini,” ucap dokter.“Semua kami kembalikan kepada keputusan keluarga, kami sudah berusaha melakukan yang terbaik, kondisinya tidak juga stabil, kita tidak bisa melakukan apa apa,” ucap dokter.“Tidak dokter, tidak, selamatkan suami saya, tolong,” ucap nyonya Anna.“Kami sudah berusaha sebaik mungkin, maafkan kami,” ucap dokter.“Apa tidak bisa dioperasi?” tanya
Tuan Besar DipoNyonya Anna terlihat menangis di depan ruang ICU, menangis sejadi jadinya, menunggu keadaan suaminya membaik.“Kenapa hal ini terjadi, Sayang, jangan seperti ini, jangan tinggalkan aku,” ucap nyonya Anna yang menjatuhkan diri di lantai, tepat di depan ruang ICU, bersandar tembok, seperti orang pada umumnya yang begitu resah ketika menunggu kabar mengenai keluarganya yang sedang dirawat.“Ibu,” teriak Jihan ketika melihat ibunya duduk bersimpuh.“Jihan, Jihan,” teriak nyonya Anna yang kemudian segera berdiri mencari putrinya itu.“Bagaimana keadaan ayah?” tanya Jihan.“Ibu tidak tahu, dokter belum memberitahu ibu bagaimana kabar ayahmu,” ucap nyonya Anna.“Ayah, kenapa hal ini bisa terjadi,” gumam Jihan yang kemudian berjalan mendekat ke arah kaca besar, masih tertutup tirai, dia tidak bisa melihat ayahnya dari luar.“Ayah,” ucap Jihan. Air mata Jihan meluncur hebat, deras, dia benar benar tidak bisa menahan diri, hatinya begitu sakit melihat kondisi keluarganya saat in
Kelegaan LauraLaura dan Radit keluar dari ruang sidang, mereka terlihat senang dan puas dengan hasil sidang hari ini.“Ah, lega sekali, akhirnya Rose dijatuhi hukuman seumur hidup,” ucap Laura.“Aku tidak menyangka, ternyata Rose juga merupakan dalang dari kematian temanmu, bukan bunuh diri melainkan dibunuh,” ucap Laura seraya melihat ke arah Radit.“Aku juga tidak menyangka, Evan, dia orang yang sangat baik, wanita itu tega menghabisinya tanpa alasan yang jelas,” ucap Radit.“Oh iya di sebelah kantor pengadilan ada kafe minuman viral yang sedang ramai, mau ke sana?” tanya Radit.“Ayo, kita harus merayakan ini, ya walaupun ada kesedihan di dalamnya, namun kita wajib bernafas lebih baik,” ucap Laura seraya tersenyum.Laura dan Radit duduk di dalam kafe minuman pelangi yang sedang viral. Menurut informasi cafe sangat ramai, namun entah kenapa siang itu hanya ada mereka berdua.“Kau bilang ini kafe ini sedang hits, viral, namun kenapa sepi begini,” ucap Laura heran. Radit hanya terseny
Mendepak Rose Dari Kehidupan Keluarga HermansyahRadit dan Laura terlihat keluar dari kediaman keluarga Hermansyah.Di dalam kamar tuan Dipo, dia terlihat masih dalam posisi berbaring.“Aku akan menghentikan semua bantuan hukum terhadap wanita itu, dia bukan lagi bagian dari keluarga Hermansyah,” ucap tuan Dipo.“Iya, iya, ingat apa yang tadi dokter katakan, jangan banyak pikiran, tekan darahmu naik dan itu tidak baik untuk kesehatanmu,” ucap nyonya Anna.“Ya, mungkin sekarang Vero sudah tahu apa yang terjadi,” ucap tuan Dipo.Di Kantor polisi, Vero terlihat duduk di kursi, menunjukkan wajah yang begitu sedih.“Apa ini benar Mike?” tanya Vero pada sekretaris pribadinya.“Iya tuan, saya mendapatkan video itu dari tim pengacara yang membantu nyonya Rose,” ucap sekretaris Mike.“Kenapa dia bisa melakukan hal gila seperti itu, dia yang membunuh nenek? apa ini bisa aku terima? dia tahu betul bahwa aku sangat menyayangi nenek Ellin,” ucap Vero.“Hal ini akan memberatkan nyonya Rose tuan, m
Kabar MengerikanLaura dan Radit terlihat memasuki area pemakaman di mana nenek ellin disemayamkan. Tegap langkah Laura beriringan dengan segala perasaan mendalam yang dia rasakan. Dia mengingat ingat semua waktu yang dia lewati bersama dengan nenek Ellin, satu satunya orang yang menerima juga menghargainya dengan sangat tulus.Kasih dan penerimaan keluarga Hermansyah kepadanya hanya berupa cangkang. Di luar, terlihat seperti itu, namun sebenarnya dia lebih menjadi seorang asisten dalam rumah tangga Hermansyah. Dia memang duduk di meja makan yang sama, memakan makanan yang juga keluarga Hermansyah makan, namun dialah orang dibalik semua hidangan lezat itu. Mulai dari membeli bahan mentah, memasak, menyajikan juga membereskan.Bahkan dia juga harus membersihkan seisi rumah, selayaknya seorang asisten rumah tangga, dengan berbagai kritik ketika semua pekerjaannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan tuannya. Dia bekerja dari fajar menyingsing, hingga matahari terbenam. Setiap hari ta
Laura Begitu MarahSekretaris Mimih terlihat sudah berada di rumah sakit, dia ingin segera memberitahu Laura mengenai video yang ditemukan.“Nona Laura pasti akan sangat sedih setelah melihat video ini,” ucap sekretaris Mimih sebelum masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.Sekretaris Mimih terlihatsw menarik nafas panjang.DI dalam ruang perawatan, terlihat Laura sedang berbincang dengan perawat Vanila.“Mimih kau sudah datang?” tanya Laura setelah melihat sekretaris Mimih masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.“No-nona,” ucap sekretaris Mimih terbata bata.“Ada apa? kenapa wajahmu seperti ada masalah?” tanya Laura yang menangkap ekspresi kesedihan di wajah sekretaris Mimih.“I-itu nona, meng-mengenai video yang tersimpan di penyimpan data milik perawat Vanila,” ucap sekretaris Mimih.“Pasti sudah melihat video itu ya?” tanya perawat Vanila lirih.“I-iya,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian mendekat ke arah Laura dan perawat Vanila.“Ada apa?” tanya Laura penasaran.“I
Bukti Video Yang MenyesakkanSekretaris Mimih berhasil menemukan alamat kos perawat Vanila. Dia mencoba mencari pemilik kos itu atau yang tidak lain adalah ibu kos.“Saya ingin bertemu dengan ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih pada seseorang yang dia temui di rumah kos itu.“Ibu Endah ada di rumahnya, di sana,” ucap wanita muda itu seraya menunjuk ke sebuah rumah yang ada di samping bangunan rumah kos.“Baiklah, terimakasih, saya akan mencari ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian segera menuju ke rumah ibu Endah seperti yang sudah diinformasikan.Sekretaris Mimih terlihat berhenti di depan rumah pribadi ibu Endah.“Permisi, permisi,” teriak sekretaris Mimih. Beberapa saat dia menunggu, tidak ada orang yang keluar untuk menyambut kedatangannya sebagai tamu.“Ibu Endah, permisi,” ucap sekretaris Mimih.Sekitar lima menit, tidak ada tanda tanda orang yang keluar dari rumah itu.“Sepertinya tidak ada orang,” gumam sekretaris Mimih.Sekretaris Mimih melihat pagar tidak dikunci, la