Persaingan SengitVero dan Radit terlihat saling melempar pandangan sengit, seolah mata itu ingin saling beradu, menyerang dengan pertarungan mematikan. Entah apa yang akan terjadi, yang jelas dua pria yang bukan dari kalangan biasa itu akan menemui wanita yang sama.“Radit,” bisik Vero.“Untuk apa dia ada di sini, dia akan merusak semuanya,” ucap Vero jauh di dalam hatinya.“Mari kita bertarung secara adil,” ucap Radit di dalam hatinya, seraya tetap memusatkan pandangannya, pandangan tajam, menjurus, menusuk.“Tuan Radit, kau juga di sini?” tanya Vero.“Selamat siang tuan Vero, tidak disangka kita akan bertemu di sini,” ucap Radit yang tentu itu semua adalah sekedar basa basi.Dari ujung jalan terlihat Laura berjalan menuju ke arah mereka berdua, dengan sekretaris Mimih mengikuti dari belakang.“Kalian berdua di sini?” tanya Laura.“Se-selamat siang nona Laura,” ucap Vero berusaha mendapatkan perhatian Laura lebih dulu.“Aku membeli ini untukmu, bunga yang sama cantiknya denganmu,” u
Cincin IndahVero terlihat sibuk di kantornya, kantor Berlian grup, terlihat di sana sekretaris Mike baru saja menerima panggilan telephone.“Baik nyonya, akan segera saya sampaikan,” ucap sekretaris Mike, lalu dia terlihat menutup panggilan telephone itu.“Tu-tuan,” ucap sekretaris Mike sedikit gugup.“Ada apa?” tanya Vero dengan mata masih fokus memeriksa beberapa berkas.“Nyo-nyonya Rose baru saja menghubungi saya, katanya dia akan mendatangi kediaman tuan jika tuan tidak menemuinya. Dia akan membawa tuan muda Noah menemui tuan besar Dipo dan nyonya Anna,” ucap sekretaris Mike. Mendengar hal itu, Vero menghentikan aktifitasnya.“Wanita itu benar benar sudah hilang akal,” ucap Vero kesal.“Beri tahu dia, aku akan menemuinya di akhir pekan,” lanjut Vero.“Baik tuan, akan segera saya sampaikan,” ucap sekretaris Mike.“Saya permisi dulu tuan,” ucap sekretaris Mike yang memberi hormat, lalu meninggalkan ruangan Vero.Vero terdiam, dia benar benar kesal dengan apa yang dilakukan Rose.“A
Pesta Besar Tante ImeldaAwal Prahara BesarLaura terlihat begitu cantik dengan balutan gaun mewah berwarna merah, gaun tanpa lengan dengan model panjang di bagian bawah. Semakin memperlihatkan aura kecantikannya, di tambah lagi dengan make up menawan hasil polesan sang make-up artist ternama. Laura keluar dari kamarnya, berputar di hadapan Radit.“Bagaimana menurutmu, aku sudah terlihat cantik? Apa Vero akan melihatku?” tanya laura.“I-iya, lumayanlah,” ucap Radit.“Apa? lumayan, kau tahu Dit, aku menghabiskan satu jam lebih untuk mendapatkan riasan ini,” ucap Laura kesal seraya menyilangkan kedua tangan di depan dada.“Kau harus menambah sebuah senyuman, supaya terlihat lebih berwarna,” ucap Radit seraya tersenyum, lalu Laura mengulaskan senyum gigi sempurna.“Ayo kita berangkat, sebentar lagi pesta tante Imelda akan di mulai,” ucap Radit.“Baiklah, seperti rencana kita, aku akan membuat Vero mendatanggiku, lalu aku aku akan berpura pura mabuk, supaya aku bisa meracau habis habisan,
Ciuman DahsyatDi pesta besar tante Imelda yang diadakan di Graha Hotel, rencana Radit dan Laura berhasil, mereka memang ingin membakar api cemburu di hati Vero, untuk menumbuhkan benih benih cinta yang dilingkupi rasa penasaran. Setelah ini, permainan selanjutnya akan dimulai, semakin seru dan menyenangkan. Laura akan terus mempermainkan perasaan Vero, hingga semuanya berjalan seperti yang dia inginkan.Gemuruh tepuk tangan masih belum berhenti, mereka benar benar terpukau dengan tarian Laura dan Radit.“Wah, kalian memang luar biasa. Bagaimana kalian bisa menari sekompak itu? apa kalian sudah sering latihan,” tanya nyonya Anna.“Kami pernah berada di sekolah yang sama,” ucap Radit seraya tersenyum. Dia masih terlihat mengatur nafasnya, menari tentu membutuhkan tenaga dan usaha yang luar biasa.“Benarkah? kalian pernah sekolah di sekolah yang sama?” tanya tante Imelda yang tiba tiba menyahut.“I-iya tante, di Amerika,” ucap Radit gugup.“Bisnis? Kau ke Amerika untuk belajar bisnis pe
Kenangan sebuah ciuman pansRadit menggendong tubuh Laura di punggungnya, hingga masuk ke dalam kamar yang digunakannya untuk tidur. Radit meletakkan tubuh Laura ke tempat tidur, membenarkan posisinya, lalu menarik selimut hingga menutupi dada Laura. Radit terlihat mengamati wajah Laura, lalu dia duduk di pinggir tempat tidur Laura, semakin dekat mengamati wajah itu. Radit menyentuh rambut Laura, mengelusnya lembut.“Apapun yang kau alami hari ini, kau sudah melakukannya dengan baik, aku akan selalu ada di sisimu,” ucap radit, lalu dia berdiri dan berbalik, hendak meninggalkan Laura. Tiba tiba tangannya ditahan oleh sesuatu, Radit menoleh, ternyata tangan Laura menarik tangan Radit.“Kau mau ke mana?” tanya Laura, mendengar hal itu Radit kembali duduk di pinggir tempat tidur.“Kau mirip sekali dengan orang yang aku kenal, kau tahu, dia sangat tampan,” ucap Laura yang sepertinya masih dalam keadaan mabuk.“Istirahatlah,” ucap Radit.“Suaramu juga sangat mirip dengannya, suara yang merd
Sebuah Dendam Yang Penuh LukaVero duduk di meja kerjanya, kantor berlian grup, terlihat membaca sebuah berkas penting, lalu melemparnya ke meja.“Aku bisa gila,” gumam Vero.“Wanita itu sungguh membuatku tidak berdaya,” lanjutnya seraya meraih kertas kosong yang ada di depannya, meremasnya, lalu melemparnya jauh. Lemparan itu tepat mengenai sekretaris Mike yang tiba tiba masuk karna pintu tidak tertutup dengan benar.“Tu-tuan,” ucap sekretaris Mike.“Ada apa?” tanya Vero.“Baru saja nona Laura menghubungi saya tuan,” ucap sekretaris Mike.“Apa? Laura? Kenapa dia tidak langsung menghubungiku?” tanya Vero.“Saya kurang tahu tuan,” ucap sekretaris Mike.“Apa yang dia katakan?” tanya Vero penasaran.“Nona Laura mengundang tuan Vero untuk bertemu nanti malam di ocean blue,” ucap sekretaris Mik.“Apa? baiklah, kosongkan jadwalku,” ucap Vero.“Ta-tapi tuan, nanti malam kita sudah ada janji bertemu dengan sub kontraktor,” ucap sekretaris Mike.“Apa itu lebih penting daripada bertemu dengan L
Hotel Mariana Penuh CintaLaura sudah siap untuk pertemuannya, dia terlihat begitu cantik dengan dress warna putih dari bahan brokat, tanpa lengan, diatas lutut, lalu dia menutupnya dengan mantel hitam yang panjangnya dibawah lutut.“Kau terlihat sangat cantik,” ucap Radit ketika melihat Laura keluar dari kamarnya.“Benarkah? apa Vero akan melihatku?” tanya Laura.“Dia tidak akan berkedip sedikitpun,” ucap Radit.“Ya, akan aku pastikan dia membeli saham hotel itu, bagaimanapun caranya,” ucap Laura.“Kau akan bisa melakukannya, aku sudah menyiapkan semua berkas dan dia akan mendapatkan informasi mengenai hotel itu dengan mudah,” ucap Radit.“Kau bisa melakukannya?” tanya Laura.“Ya, aku bahkan memasang iklan khusus supaya Vero tertarik, kita harus bermain cantik dan itu sudah aku lakukan dengan cukup baik,” ucap Radit.Beberapa hari lalu, Radit sengaja menyebarkan rumor mengenai dirinya yang akan membeli saham di Mariana Hotel, dan memberikan saham itu sebagai hadiah pernikahan. Radit
Pelukan Penuh ArtiRadit membantu Laura tidur di tempat tidur, merapikan selimutnya, mengelus rambutnya, berusaha mentransfer ketenangan yang berselimut kasih. Radit tidak ingin melihat Laura menangis, benar benar tidak ingin.“Terimakasih,” ucap Laura.“Istirahatlah,” jawab Radit yang terlihat duduk di sebelah tempat tidur Laura.“Aku akan mengingat hari ini, sebagai hari yang indah, bersamamu,” ucap Laura.“Ya, ingatlah itu, pikirkan aku saja, tidak yang lain,” ucap Radit. Dia memberanikan diri untuk mengecup dahi Laura, dalam sebuah hubungan yang entah sebagai sahabat ataupun menyampaikan perasaan terpendam, Radit ingin memberikan kecupan itu. Laura tersenyum, dia merasakan kasih yang luar biasa dari diri Radit.Radit hendak beranjak pergi, Laura menarik tangan Radit, mendekatkan hingga ke wajahnya, menjatuhkan ciuman ke bibir Radit. Ciuman yang penuh perasaan, bukan hanya ciuman singkat, mereka benar benar larut dalam rasa. Radit mulai merasakan ada sedikit ruang di hati laura untu
Semua Telah BerakhirPersidangan Vero telah usai, dengan hasil yang sangat di luar dugaan, namun hal itu sebenarnya sudah sesuai dengan rencana Radit dan juga Laura. Tim pengacara Vero tidak menyangka, bahwa ibu Rahma, ibu dari wanita yang meninggal karena tenggelam dan jenazahnya dimakamkan atas nama Luna hadir, datang, memberikan kesaksian.Vero tidak bisa berkutik, dia menjadi orang satu satunya yang harus bertanggung jawab. Walaupun dia selalu menyatakan bahwa apapun yang dia lakukan dibawah tekanan Rose, namun semua itu tidak memiliki bukti yang kuat. Dia bisa saja menolak, bisa saja tidak menuruti apa yang Rose inginkan, untuk menyingkirkan Luna.Ditambah lagi dengan bukti rekaman CCTV juga tangkapan video amatir, itu semua cukup untuk mendakwa Vero dengan pasal pembunuhan berencana. Mungkin dia memang tidak memiliki niat, namun dari tangkapan video, Vero terlihat jelas jelas mendorong istrinya, Luna, hingga jatuh dari sungai. Bahkan ketika Luna meminta tolong, bergelantung di
Memperlihatkan Wajah AsliTim pengacara bertemu dengan Vero di dalam sebuah ruangan pribadi.“Tuan, saya harap tuan jujur dan terbuka mengenai apa yang sebenarnya terjadi,” ucap salah seorang pengacara.“Jujur? Apa yang harus aku katakan,” ucap Vero kesal.“Tuan, jaksa memiliki saksi yang masih dirahasiakan, kami kesulitan mencari informasi, kami khawatir saksi itu akan memberatkan, sedangkan tuan bersikeras tidak mau menceritakan yang sebenarnya,” ucap pengacara.“Apa firma hukum loyal tergabung menjadi tim pengacara?” tanya Vero.“Iya tuan, tapi karena kegagalannya membantu nyonya Rose, firma hukum loyal memilih mengundurkan diri dari tim pengacara tuan muda,” ucap salah seorang pengacara dari ketiga orang pengacara yang ada di sana.“Rose? apa tidak salah. Dia memang istriku, tapi dia membunuh orang yang sangat aku sayangi. Bahkan jika dia mendapat hukuman mati, aku tidak akan menyesalinya,” ucap Vero.Vero terlihat diam, menunduk, seperti memikirkan sesuatu yang sangat penting.“R
KepergianSetelah 8 jam.Dokter keluar dari ruang ICU, memberi kabar bahwa tuan Dipo tidak lagi bisa diselamatkan, semua alat hanya menunjang hidupnya, jika itu semua dilepas maka detak jantungnya akan berhenti.“Sebaiknya kita bicara di ruangan saya,” pinta dokter yang melihat nyonya Anna mulai histeris. Di sana masih dengan orang orang yang sama, nyonya Anna, jihan, Laura, Radit, tante Imelda dan juga nyonya Fuji. Mereka semua masih setia di sana.Nyonya Anna dan Jihan sudah berada di dalam ruangan dokter. Jantung mereka pun tidak baik baik saja, ada rasa khawatir juga ketakutan.“Dengan sangat menyesal kami harus menyampaikan ini,” ucap dokter.“Semua kami kembalikan kepada keputusan keluarga, kami sudah berusaha melakukan yang terbaik, kondisinya tidak juga stabil, kita tidak bisa melakukan apa apa,” ucap dokter.“Tidak dokter, tidak, selamatkan suami saya, tolong,” ucap nyonya Anna.“Kami sudah berusaha sebaik mungkin, maafkan kami,” ucap dokter.“Apa tidak bisa dioperasi?” tanya
Tuan Besar DipoNyonya Anna terlihat menangis di depan ruang ICU, menangis sejadi jadinya, menunggu keadaan suaminya membaik.“Kenapa hal ini terjadi, Sayang, jangan seperti ini, jangan tinggalkan aku,” ucap nyonya Anna yang menjatuhkan diri di lantai, tepat di depan ruang ICU, bersandar tembok, seperti orang pada umumnya yang begitu resah ketika menunggu kabar mengenai keluarganya yang sedang dirawat.“Ibu,” teriak Jihan ketika melihat ibunya duduk bersimpuh.“Jihan, Jihan,” teriak nyonya Anna yang kemudian segera berdiri mencari putrinya itu.“Bagaimana keadaan ayah?” tanya Jihan.“Ibu tidak tahu, dokter belum memberitahu ibu bagaimana kabar ayahmu,” ucap nyonya Anna.“Ayah, kenapa hal ini bisa terjadi,” gumam Jihan yang kemudian berjalan mendekat ke arah kaca besar, masih tertutup tirai, dia tidak bisa melihat ayahnya dari luar.“Ayah,” ucap Jihan. Air mata Jihan meluncur hebat, deras, dia benar benar tidak bisa menahan diri, hatinya begitu sakit melihat kondisi keluarganya saat in
Kelegaan LauraLaura dan Radit keluar dari ruang sidang, mereka terlihat senang dan puas dengan hasil sidang hari ini.“Ah, lega sekali, akhirnya Rose dijatuhi hukuman seumur hidup,” ucap Laura.“Aku tidak menyangka, ternyata Rose juga merupakan dalang dari kematian temanmu, bukan bunuh diri melainkan dibunuh,” ucap Laura seraya melihat ke arah Radit.“Aku juga tidak menyangka, Evan, dia orang yang sangat baik, wanita itu tega menghabisinya tanpa alasan yang jelas,” ucap Radit.“Oh iya di sebelah kantor pengadilan ada kafe minuman viral yang sedang ramai, mau ke sana?” tanya Radit.“Ayo, kita harus merayakan ini, ya walaupun ada kesedihan di dalamnya, namun kita wajib bernafas lebih baik,” ucap Laura seraya tersenyum.Laura dan Radit duduk di dalam kafe minuman pelangi yang sedang viral. Menurut informasi cafe sangat ramai, namun entah kenapa siang itu hanya ada mereka berdua.“Kau bilang ini kafe ini sedang hits, viral, namun kenapa sepi begini,” ucap Laura heran. Radit hanya terseny
Mendepak Rose Dari Kehidupan Keluarga HermansyahRadit dan Laura terlihat keluar dari kediaman keluarga Hermansyah.Di dalam kamar tuan Dipo, dia terlihat masih dalam posisi berbaring.“Aku akan menghentikan semua bantuan hukum terhadap wanita itu, dia bukan lagi bagian dari keluarga Hermansyah,” ucap tuan Dipo.“Iya, iya, ingat apa yang tadi dokter katakan, jangan banyak pikiran, tekan darahmu naik dan itu tidak baik untuk kesehatanmu,” ucap nyonya Anna.“Ya, mungkin sekarang Vero sudah tahu apa yang terjadi,” ucap tuan Dipo.Di Kantor polisi, Vero terlihat duduk di kursi, menunjukkan wajah yang begitu sedih.“Apa ini benar Mike?” tanya Vero pada sekretaris pribadinya.“Iya tuan, saya mendapatkan video itu dari tim pengacara yang membantu nyonya Rose,” ucap sekretaris Mike.“Kenapa dia bisa melakukan hal gila seperti itu, dia yang membunuh nenek? apa ini bisa aku terima? dia tahu betul bahwa aku sangat menyayangi nenek Ellin,” ucap Vero.“Hal ini akan memberatkan nyonya Rose tuan, m
Kabar MengerikanLaura dan Radit terlihat memasuki area pemakaman di mana nenek ellin disemayamkan. Tegap langkah Laura beriringan dengan segala perasaan mendalam yang dia rasakan. Dia mengingat ingat semua waktu yang dia lewati bersama dengan nenek Ellin, satu satunya orang yang menerima juga menghargainya dengan sangat tulus.Kasih dan penerimaan keluarga Hermansyah kepadanya hanya berupa cangkang. Di luar, terlihat seperti itu, namun sebenarnya dia lebih menjadi seorang asisten dalam rumah tangga Hermansyah. Dia memang duduk di meja makan yang sama, memakan makanan yang juga keluarga Hermansyah makan, namun dialah orang dibalik semua hidangan lezat itu. Mulai dari membeli bahan mentah, memasak, menyajikan juga membereskan.Bahkan dia juga harus membersihkan seisi rumah, selayaknya seorang asisten rumah tangga, dengan berbagai kritik ketika semua pekerjaannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan tuannya. Dia bekerja dari fajar menyingsing, hingga matahari terbenam. Setiap hari ta
Laura Begitu MarahSekretaris Mimih terlihat sudah berada di rumah sakit, dia ingin segera memberitahu Laura mengenai video yang ditemukan.“Nona Laura pasti akan sangat sedih setelah melihat video ini,” ucap sekretaris Mimih sebelum masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.Sekretaris Mimih terlihatsw menarik nafas panjang.DI dalam ruang perawatan, terlihat Laura sedang berbincang dengan perawat Vanila.“Mimih kau sudah datang?” tanya Laura setelah melihat sekretaris Mimih masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.“No-nona,” ucap sekretaris Mimih terbata bata.“Ada apa? kenapa wajahmu seperti ada masalah?” tanya Laura yang menangkap ekspresi kesedihan di wajah sekretaris Mimih.“I-itu nona, meng-mengenai video yang tersimpan di penyimpan data milik perawat Vanila,” ucap sekretaris Mimih.“Pasti sudah melihat video itu ya?” tanya perawat Vanila lirih.“I-iya,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian mendekat ke arah Laura dan perawat Vanila.“Ada apa?” tanya Laura penasaran.“I
Bukti Video Yang MenyesakkanSekretaris Mimih berhasil menemukan alamat kos perawat Vanila. Dia mencoba mencari pemilik kos itu atau yang tidak lain adalah ibu kos.“Saya ingin bertemu dengan ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih pada seseorang yang dia temui di rumah kos itu.“Ibu Endah ada di rumahnya, di sana,” ucap wanita muda itu seraya menunjuk ke sebuah rumah yang ada di samping bangunan rumah kos.“Baiklah, terimakasih, saya akan mencari ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian segera menuju ke rumah ibu Endah seperti yang sudah diinformasikan.Sekretaris Mimih terlihat berhenti di depan rumah pribadi ibu Endah.“Permisi, permisi,” teriak sekretaris Mimih. Beberapa saat dia menunggu, tidak ada orang yang keluar untuk menyambut kedatangannya sebagai tamu.“Ibu Endah, permisi,” ucap sekretaris Mimih.Sekitar lima menit, tidak ada tanda tanda orang yang keluar dari rumah itu.“Sepertinya tidak ada orang,” gumam sekretaris Mimih.Sekretaris Mimih melihat pagar tidak dikunci, la