Masa LaluLuna melihat Radit berdiri di samping meja makan, terlihat menata makanan di atas piring. Pria yang selalu menjadi penolongnya, seolah Tuhan sudah mengaturnya demikian. "Radit," bisik lirih Luna. Mendengar bisikan itu, Radit menoleh, dia tersenyum."Luna, kau sudah bangun," ucap Radit. Luna berjalan pelan mendekat ke arah Radit."Apa kau yang menolongku? terimakasih," ucap Luna."Sudah, ayo kita makan," ucap Radit. "Aku sudah membuatkan sarapan untukmu," lanjut Radit.Luna menarik kursi, lalu duduk di depan meja makan. Dia melihat makanan sudah tersaji, ada telur setengah matang, juga ada risotto yang terlihat begitu creamy."Apa kau sendiri yang membuatnya?" tanya Luna."Iya, kau meragukanku, aku bisa memasak," ucap Radit seraya tersenyum."Terimakasih," ucap Luna lirih."Jangan mengatakan terimakasih terus, sekali saja sudah cukup," ucap Radit seraya tersenyum."Aku sudah memanggilkan dokter pribadiku, sebentar lagi dia datang, dia akan memeriksa kondisimu," ucap Radit.
Usaha Keras LunaDi kantor graha hotel, Radit terlihat duduk di kursi presdir, dia memeriksa beberapa berkas penting."Tuan, apa tuan sudah tahu?" ucap sekretaris Nade."Apa Nade?" tanya Radit."Nyonya Luna, istri tuan Vero, dia dikabarkan menghilang dan sampai saat ini belum ditemukan," ucap sekretaris Nade. Mendengar itu Radit hanya mengangguk anggukkan kepala."Apa tuan tidak khawatir? bukannya tuan Radit sangat dekat dengan nyonya Luna?" tanya sekretaris Nade."Nade, apa kau setia kepadaku?" tanya Radit."Apa tuan? apa tuan masih menanyakan kesetiaan itu? saya sudah bersama tuan dua puluh tahun lebih, sejak saya masih sekolah, saya dibesarkan dengan biaya dari tuan Mahendra, dia sudah seperti ayah bagi saya," ucap sekretaris Nade."Ya, aku tahu itu, tapi kau sangat dekat dengan Mike," ucap Radit."Itu hal berbeda tuan, Mike adalah sahabat saya, kami belajar di universitas yang sama, keluarga saya adalah tuan muda Radit. Saya rela mengorbankan apa saja, bahkan nyawa sekalipun," uc
Menggali InformasiRadit menemui tante Imelda, memberitahukan bahwa dia akan pergi ke Korea."Tante, Radit besok akan pergi ke Korea," ucap Radit pada tante Imelda ketika mereka bertemu di sebuah restoran tempat langganan mereka. "Apa Korea? apa kau mengajak tante makan siang hanya untuk minta izin pergi?" tanya tante Imelda."Iya tante, Radit hanya tiga hari di sana, lalu itu tiga minggu setelahnya Radit akan ke sana lagi," ucap Radit. "Untuk apa? apa ada hal yang kau sembunyikan dari tante?" tanya tante Imelda menelisik."Tante, tante ingin Radit menikah? Radit ingin menemui kekasih Radit," ucap Radit seraya tersenyum."Apa? ya Tuhan, akhirnya kau menjawab doa doaku. Apa kau benar benar akan menikah? Sapa kekasihmu akan datang ke Indonesia?" tanya tante Imelda."Iya, besok Radit akan menemuinya untuk urusan bisnis, tiga minggu setelahnya Radit akan menjemputnya," ucap Radit."Tante tidak menyangka akan mendengar kabar bahagia ini, tapi," ucap tante Imelda terhenti, raut wajahnya m
Penampilan BerbedaRadit kembali ke Indonesia, dia meninggalkan Luna di Korea untuk menjalani perawatan kecantikan."Radit, keponakan tante yang paling istimewa dan satu satunya," ucap tante Imelda menyambut kedatangan Radit di depan rumahnya. Tante Imleda memeluk Radit, begitu erat. "Kau akan menginap di sini?" tanya tante Imelda."Tidak tante, Radit akan kembali ke apartemen, Radit datang untuk memberikan oleh oleh ini," ucap Radit seraya mengangkat beberapa oleh oleh yang dibawanya."Ayo masuklah, ucap tante Imelda seraya menggandeng Radit masuk ke dalam rumah."Duduklah, tante akan minta bibik untuk membawakanmu teh hangat," ucap tante Imelda."Terimakasih tante," ucap Radit."Tante akan menahanmu lama di sini, kau berhutang penjelasan," ucap tante Imelda."Baiklah tante, Radit juga sangat merindukan tante," ucap Radit."Radit siapa gadis itu?" tanya tante Imelda menelisik."Tante sudah membaca berita itu ya," ucap Radit."Tentu saja, seluruh orang di antero negeri sudah tahu, Ra
Kehidupan BaruLuna memakai kaca mata hitam, menenteng tas Hermes warna coklat tua, sepatunya pun keluaran dari brand ternama, model baru yang dibandrol dengan harga diatas lima puluh juga. Luna berjalan turun dari jet pribadi, dikawal oleh dua orang berjas hitam yang merupakan asisten pribadi dan pengawal pribadinya. Luna siap menjadi Laura Gressya, sang wanita idaman para pria, calon menantu sempurna, idaman setiap calon mertua, dia siap menaklukkan segala yang ingin di balaskannya. Dia sudah menjelma menjadi sosok wanita sempurna bagi penilaian sebagian besar orang. Cantik, pintar, berbakat, sukses, baik dan kaya, sungguh sangat sempurna.Luna membaca pesan dari Radit, "Aku sudah di hotel Graha, bersiaplah, semua lensa akan mengarah padamu," begitulah isi pesannya, Luna tersenyum setelah membaca pesan itu dan bersiap memulai kehidupan barunya.Di ruang yang rencananya akan menjadi ruang conference pers, banyak wartawan sudah berkumpul di sana, menunggu kabar terbaru dari presdir
Pesta BesarPesta ulang tahun hotel Graha akan dilaksanakan tepat jam tuju malam, satu jam lagi. Suasana di luar hotel sungguh sangat ramai, dipenuhi awak media yang ingin mengambil gambar dan mencari berita.Di apartemennya, apartemen baru Laura yang diberikan Radit, Laura terlihat begitu cantik, dirias oleh make up artis terkenal, Oci. "Nona, nona cantik sekali, saya seperti sudah pernah merias wajah nona tapi mungkin hanya perasaan saja atau sekedar mirip," ucap Oci sang make up artis."Apa sangat mirip?" tanya Laura."Tidak, nona jauh lebih cantik, wajah nona memiliki keunikan, yang tidak dimiliki orang lain, itu yang membuat riasan apapun terlihat begitu sempurna," ucap Oci."Terimakasih," ucap Laura seraya tersenyum."Nona akan menjadi bintangnya," ucap Oci yakin seraya mengulaskan senyum.Beberapa saat setelah itu, Radit terlihat menjemput Luna, menaiki mobil alphard warna putih. Radit menunggu di luar, bersama sang supir pribadinya.Dari gedung apartemen, Laura keluar dengan
Panas HatiDi kantor berlian grup, Vero terlihat begitu risau, ada hal yang mengganjal di dalam hatinya."Tuan memanggil saya?" tanya sekretaris Mike ketika masuk ke dalam ruang kerja Vero."Ya, Mike carikan nomor ponsel Laura, dia benar benar hampir membuatku gila," ucap Vero."Baik tuan, secepatnya saya akan mendapatkannya," ucap sekretaris Mike."Oh iya tuan, nyonya Rose menghubungi saya, katanya tuan tidak bisa dihubungi," ucap sekretaris Mike."Wanita itu benar benar membuatku hampir gila, dia terus menekanku dengan pernikahan, bahkan aku tidak lagi merasakan apapun di dekatnya," ucap Vero kesal."Saya permisi dulu tuan," ucap sekretaris Mike, Vero menjawabnya dengan anggukan, kemudian sekretaris Mike berbalik dan meninggalkan ruang kerja Vero."Wanita itu benar benar membuatku gila,apa pernikahan harus terjadi, aku sudah menikahinya sepuluh tahun lalu, bahkan hampir sebelas tahun," gumam Vero. "Hatiku tidak lagi bergetar, hatiku hidup lagi setelah melihat Laura, apa yang harus
Tangan Ajaib Vero terlihat bangun dari tempat tidurnya, dia melihat jam, menunjukkan pukul sembilan pagi. Vero memegangi kepalanya, masih terasa berat dan sakit."Vero, apa yang kau lakukan, kau tidak biasanya mabuk seperti ini, apa yang membuatmu melakukan hal ini," ucap nyonya Anna khawatir setelah masuk ke kamar Vero."I-ibu, kenapa aku bisa ada di rumah?" tanya Vero."Kau tidak ingat, sekretaris Mike mengantarmu pulang setelah menemanimu semalaman mabuk di tempat karaoke. Apa yang kau pikirkan? ini bisa menimbulkan kesan yang buruh bagi hotel kita, kau tidak bisa mabuk mabukan seperti ini," ucap nyonya Anna."Ibu, Vero hanya minum sedikit," ucap Vero."Kau tidak pernah seperti ini sebelumnya, apa kata orang jika ada yang melihatmu, kau pimpinan hotel mewah, kau cerminan pria hebat dengan kesuksesan, tidak bisa seperti ini," ucap nyonya Anna kesal."Ibu, iya Vero tahu, maafkan Vero," ucap Vero berusaha menghentikan kekhawatiran ibunya."Kau benar benar membuat ibu kesal, ibu ingin
Semua Telah BerakhirPersidangan Vero telah usai, dengan hasil yang sangat di luar dugaan, namun hal itu sebenarnya sudah sesuai dengan rencana Radit dan juga Laura. Tim pengacara Vero tidak menyangka, bahwa ibu Rahma, ibu dari wanita yang meninggal karena tenggelam dan jenazahnya dimakamkan atas nama Luna hadir, datang, memberikan kesaksian.Vero tidak bisa berkutik, dia menjadi orang satu satunya yang harus bertanggung jawab. Walaupun dia selalu menyatakan bahwa apapun yang dia lakukan dibawah tekanan Rose, namun semua itu tidak memiliki bukti yang kuat. Dia bisa saja menolak, bisa saja tidak menuruti apa yang Rose inginkan, untuk menyingkirkan Luna.Ditambah lagi dengan bukti rekaman CCTV juga tangkapan video amatir, itu semua cukup untuk mendakwa Vero dengan pasal pembunuhan berencana. Mungkin dia memang tidak memiliki niat, namun dari tangkapan video, Vero terlihat jelas jelas mendorong istrinya, Luna, hingga jatuh dari sungai. Bahkan ketika Luna meminta tolong, bergelantung di
Memperlihatkan Wajah AsliTim pengacara bertemu dengan Vero di dalam sebuah ruangan pribadi.“Tuan, saya harap tuan jujur dan terbuka mengenai apa yang sebenarnya terjadi,” ucap salah seorang pengacara.“Jujur? Apa yang harus aku katakan,” ucap Vero kesal.“Tuan, jaksa memiliki saksi yang masih dirahasiakan, kami kesulitan mencari informasi, kami khawatir saksi itu akan memberatkan, sedangkan tuan bersikeras tidak mau menceritakan yang sebenarnya,” ucap pengacara.“Apa firma hukum loyal tergabung menjadi tim pengacara?” tanya Vero.“Iya tuan, tapi karena kegagalannya membantu nyonya Rose, firma hukum loyal memilih mengundurkan diri dari tim pengacara tuan muda,” ucap salah seorang pengacara dari ketiga orang pengacara yang ada di sana.“Rose? apa tidak salah. Dia memang istriku, tapi dia membunuh orang yang sangat aku sayangi. Bahkan jika dia mendapat hukuman mati, aku tidak akan menyesalinya,” ucap Vero.Vero terlihat diam, menunduk, seperti memikirkan sesuatu yang sangat penting.“R
KepergianSetelah 8 jam.Dokter keluar dari ruang ICU, memberi kabar bahwa tuan Dipo tidak lagi bisa diselamatkan, semua alat hanya menunjang hidupnya, jika itu semua dilepas maka detak jantungnya akan berhenti.“Sebaiknya kita bicara di ruangan saya,” pinta dokter yang melihat nyonya Anna mulai histeris. Di sana masih dengan orang orang yang sama, nyonya Anna, jihan, Laura, Radit, tante Imelda dan juga nyonya Fuji. Mereka semua masih setia di sana.Nyonya Anna dan Jihan sudah berada di dalam ruangan dokter. Jantung mereka pun tidak baik baik saja, ada rasa khawatir juga ketakutan.“Dengan sangat menyesal kami harus menyampaikan ini,” ucap dokter.“Semua kami kembalikan kepada keputusan keluarga, kami sudah berusaha melakukan yang terbaik, kondisinya tidak juga stabil, kita tidak bisa melakukan apa apa,” ucap dokter.“Tidak dokter, tidak, selamatkan suami saya, tolong,” ucap nyonya Anna.“Kami sudah berusaha sebaik mungkin, maafkan kami,” ucap dokter.“Apa tidak bisa dioperasi?” tanya
Tuan Besar DipoNyonya Anna terlihat menangis di depan ruang ICU, menangis sejadi jadinya, menunggu keadaan suaminya membaik.“Kenapa hal ini terjadi, Sayang, jangan seperti ini, jangan tinggalkan aku,” ucap nyonya Anna yang menjatuhkan diri di lantai, tepat di depan ruang ICU, bersandar tembok, seperti orang pada umumnya yang begitu resah ketika menunggu kabar mengenai keluarganya yang sedang dirawat.“Ibu,” teriak Jihan ketika melihat ibunya duduk bersimpuh.“Jihan, Jihan,” teriak nyonya Anna yang kemudian segera berdiri mencari putrinya itu.“Bagaimana keadaan ayah?” tanya Jihan.“Ibu tidak tahu, dokter belum memberitahu ibu bagaimana kabar ayahmu,” ucap nyonya Anna.“Ayah, kenapa hal ini bisa terjadi,” gumam Jihan yang kemudian berjalan mendekat ke arah kaca besar, masih tertutup tirai, dia tidak bisa melihat ayahnya dari luar.“Ayah,” ucap Jihan. Air mata Jihan meluncur hebat, deras, dia benar benar tidak bisa menahan diri, hatinya begitu sakit melihat kondisi keluarganya saat in
Kelegaan LauraLaura dan Radit keluar dari ruang sidang, mereka terlihat senang dan puas dengan hasil sidang hari ini.“Ah, lega sekali, akhirnya Rose dijatuhi hukuman seumur hidup,” ucap Laura.“Aku tidak menyangka, ternyata Rose juga merupakan dalang dari kematian temanmu, bukan bunuh diri melainkan dibunuh,” ucap Laura seraya melihat ke arah Radit.“Aku juga tidak menyangka, Evan, dia orang yang sangat baik, wanita itu tega menghabisinya tanpa alasan yang jelas,” ucap Radit.“Oh iya di sebelah kantor pengadilan ada kafe minuman viral yang sedang ramai, mau ke sana?” tanya Radit.“Ayo, kita harus merayakan ini, ya walaupun ada kesedihan di dalamnya, namun kita wajib bernafas lebih baik,” ucap Laura seraya tersenyum.Laura dan Radit duduk di dalam kafe minuman pelangi yang sedang viral. Menurut informasi cafe sangat ramai, namun entah kenapa siang itu hanya ada mereka berdua.“Kau bilang ini kafe ini sedang hits, viral, namun kenapa sepi begini,” ucap Laura heran. Radit hanya terseny
Mendepak Rose Dari Kehidupan Keluarga HermansyahRadit dan Laura terlihat keluar dari kediaman keluarga Hermansyah.Di dalam kamar tuan Dipo, dia terlihat masih dalam posisi berbaring.“Aku akan menghentikan semua bantuan hukum terhadap wanita itu, dia bukan lagi bagian dari keluarga Hermansyah,” ucap tuan Dipo.“Iya, iya, ingat apa yang tadi dokter katakan, jangan banyak pikiran, tekan darahmu naik dan itu tidak baik untuk kesehatanmu,” ucap nyonya Anna.“Ya, mungkin sekarang Vero sudah tahu apa yang terjadi,” ucap tuan Dipo.Di Kantor polisi, Vero terlihat duduk di kursi, menunjukkan wajah yang begitu sedih.“Apa ini benar Mike?” tanya Vero pada sekretaris pribadinya.“Iya tuan, saya mendapatkan video itu dari tim pengacara yang membantu nyonya Rose,” ucap sekretaris Mike.“Kenapa dia bisa melakukan hal gila seperti itu, dia yang membunuh nenek? apa ini bisa aku terima? dia tahu betul bahwa aku sangat menyayangi nenek Ellin,” ucap Vero.“Hal ini akan memberatkan nyonya Rose tuan, m
Kabar MengerikanLaura dan Radit terlihat memasuki area pemakaman di mana nenek ellin disemayamkan. Tegap langkah Laura beriringan dengan segala perasaan mendalam yang dia rasakan. Dia mengingat ingat semua waktu yang dia lewati bersama dengan nenek Ellin, satu satunya orang yang menerima juga menghargainya dengan sangat tulus.Kasih dan penerimaan keluarga Hermansyah kepadanya hanya berupa cangkang. Di luar, terlihat seperti itu, namun sebenarnya dia lebih menjadi seorang asisten dalam rumah tangga Hermansyah. Dia memang duduk di meja makan yang sama, memakan makanan yang juga keluarga Hermansyah makan, namun dialah orang dibalik semua hidangan lezat itu. Mulai dari membeli bahan mentah, memasak, menyajikan juga membereskan.Bahkan dia juga harus membersihkan seisi rumah, selayaknya seorang asisten rumah tangga, dengan berbagai kritik ketika semua pekerjaannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan tuannya. Dia bekerja dari fajar menyingsing, hingga matahari terbenam. Setiap hari ta
Laura Begitu MarahSekretaris Mimih terlihat sudah berada di rumah sakit, dia ingin segera memberitahu Laura mengenai video yang ditemukan.“Nona Laura pasti akan sangat sedih setelah melihat video ini,” ucap sekretaris Mimih sebelum masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.Sekretaris Mimih terlihatsw menarik nafas panjang.DI dalam ruang perawatan, terlihat Laura sedang berbincang dengan perawat Vanila.“Mimih kau sudah datang?” tanya Laura setelah melihat sekretaris Mimih masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.“No-nona,” ucap sekretaris Mimih terbata bata.“Ada apa? kenapa wajahmu seperti ada masalah?” tanya Laura yang menangkap ekspresi kesedihan di wajah sekretaris Mimih.“I-itu nona, meng-mengenai video yang tersimpan di penyimpan data milik perawat Vanila,” ucap sekretaris Mimih.“Pasti sudah melihat video itu ya?” tanya perawat Vanila lirih.“I-iya,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian mendekat ke arah Laura dan perawat Vanila.“Ada apa?” tanya Laura penasaran.“I
Bukti Video Yang MenyesakkanSekretaris Mimih berhasil menemukan alamat kos perawat Vanila. Dia mencoba mencari pemilik kos itu atau yang tidak lain adalah ibu kos.“Saya ingin bertemu dengan ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih pada seseorang yang dia temui di rumah kos itu.“Ibu Endah ada di rumahnya, di sana,” ucap wanita muda itu seraya menunjuk ke sebuah rumah yang ada di samping bangunan rumah kos.“Baiklah, terimakasih, saya akan mencari ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian segera menuju ke rumah ibu Endah seperti yang sudah diinformasikan.Sekretaris Mimih terlihat berhenti di depan rumah pribadi ibu Endah.“Permisi, permisi,” teriak sekretaris Mimih. Beberapa saat dia menunggu, tidak ada orang yang keluar untuk menyambut kedatangannya sebagai tamu.“Ibu Endah, permisi,” ucap sekretaris Mimih.Sekitar lima menit, tidak ada tanda tanda orang yang keluar dari rumah itu.“Sepertinya tidak ada orang,” gumam sekretaris Mimih.Sekretaris Mimih melihat pagar tidak dikunci, la