Laura Mulai Memainkan PeranVero terlihat mendatangi Laura di kantornya, ada sedikit perasaan marah yang timbul, karena dengan lancangnya Laura telah memberitahu keluarganya perihal kebangkrutan hotel yang baru saja dibelinya. Seharusnya hal itu tidak perlu diketahui oleh keluarganya, itu hanya akan menjadi sesuatu yang cukup memalukan, karena dia yakin, dia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.Laura masuk ke dalam firma hukum Loyal, tanpa permisi, langsung menuju ke dalam ruang kerja Laura. Dia terlihat cukup marah, namun berusaha ditahan.“Vero,” ucap Laura lirih.“Apa maksudmu? Kenapa kau memberitahu ayah dan ibuku mengenai masalah itu, apa kau ingin membuat mereka panik?” tanya Vero.“Ve-Vero, a-aku bahkan tidak tahu jika tante Anna dan om Dipo belum mengetahui mengenai hal itu. Maafkan aku, seharusnya aku tidak lancang,” ucap Laura yang mulai memasang wajah sedih dan menyesal. Melihat hal itu, Vero mulai luluh, tidak seharusnya dia datang dengan amarah, padahal dia menginginkan
Kesedihan LauraLaura sudah berada di apartemen, dia terlihat berdiri di atas balkon unit apartemennya. Menatap langit yang penuh dengan bintang bintang, atau sekedar untuk membuat matanya tidak lagi meneteskan air mata.“Laura, kau di sini?” tanya Radit yang baru saja datang.“Kau sudah pulang?” tanya Laura.“Maaf aku tidak mendengar kedatanganmu,” lanjut Laura.“I-iya, tidak apa apa, apa ada masalah?” tanya Radit.“Kau pasti sudah tahu,” ucap Laura yang masih mengarahkan matanya pada langit yang terlihat penuh dengan bintang bintang.“Ya, hari ini Vero berhasil mendapatkan rumahnya lagi dan tidak ada masalah dengan perusahaannya,” ucap Radit.“Apa kau sedih karena itu??” tanya Radit.“Ya, semuanya seperti sia sia,” ucap Laura.“Tidak, tidak ada yang sia sia, kau masih ingat perawat Vanila, dia sudah mulai sadar, kita masih memiliki banyak kartu untuk menjatuhkannya,” ucap Vero.“Apa kau yakin?” tanya Laura.“Tentu saja, semua masih bisa kita kendalikan,” ucap Radit.“Apa akan semuda
Pertemuan Tidak Terduga“Kau sudah siap?” tanya Radit yang melihat Laura tengah memakai sepatu olah raganya.“Tentu saja, aku sudah siap,” ucap Laura.“Tidurmu cukup?” tanya Radit.“Tentu saja, sangat cukup,” ucap Laura seraya tersenyum.Radit tersenyum, dia ingat tadi malam, baru sekitar sepuluh menit film diputar, Laura sudah tertidur. Radit menyelimuti tubuh Laura, dia hanya bisa tersenyum melihat Laura yang begitu pulas tidur.“Ya, tentu saja, kau mendapatkan tidur pulasmu,” ucap Radit.“Oh iya, kau tahu bagaimana aku tiba tiba bisa berada di tempat tidur?” tanya Laura.“Terbang,” ucap Radit seraya tersenyum.“Ah, kau ini,” ucap Laura.Radit begitu mengurus Laura dengan baik, dia membopong tubuh Laura, memindahkannya ke tempat tidur, menyelimutinya, bahkan Laura tidak menyadari itu. Radit benar benar memiliki perasaan yang luar biasa, sangat menyayangi Laura, dia mengurus perasaannya dengan baik, tanpa ingin memaksakan apa yang menjadi perasaannya pada Laura.Radit dan Laura mulai
Jantung Rose Mulai BerontakSemua orang sudah ada di meja makan, nyonya Anna terlihat begitu luwes menyiapkan makanan untuk semua orang.“Wah senang sekali melihat ibu ada di dapur,” ucap Jihan.“Kau ini, kan ibu memang suka di dapur,” ucap nyonya Anna.“Ya, kadang kadang, ibu harus banyak belajar memasak,” ucap Jihan.“Kau ini, masakan ibu enak,” ucap nyonya Anna.“Terimakasih tante Anna, sudah repot repot memasak untuk kami,” ucap Radit.“Ah tidak apa apa, tante tadi di bantu bibik, Laura dan juga Rosem” ucap nyonya Anna.Rose terlihat melayani Vero, hal itu membuat Vero sedikit canggung, apalagi ada Laura, wanita yang begitu dia sukai.“Te-terima kasih,” ucap Vero pada Rose dan ini merupakan kata terimakasih pertama yang Vero ucapkan dengan tulus untuk apa yang Rose lakukan. Rose begitu senang, dia tersenyum dengan bahagia.“Oh iya tante, apa dulu ada perawat yang bernama Vanila bekerja di sini?” tanya Radit di tengah tengah acara makan.“Vanila?” tanya nyonya Anna berusaha memasti
Tertangkap BasahRose berjalan dengan sangat hati hati ke arah rumah sakit yang menurut informasi adalah rumah sakit tempat perawat Vanilla dirawat.“Aku harus melakukannya sendiri, aku akan pastikan dia tidak lagi bernafas,” ucap Rose.“Mereka tidak bisa bekerja dengan benar, hanya menimbulkan masalah,” lanjutnya.Rose berusaha tidak ketahuan, tidak terlihat mencolok. Dia menghindari beberapa cctv yang mungkin menangkap wajahnya. Dia akan menjalankan sebuah rencana buruk hari ini, rencana yang diharap mampu menyelamatkan dirinya dari kehancuran yang mengerikan.Menurut informannya, perawat Vanila di rawat di ruang ICU dan ruangan ICU hanya ada satu di rumah sakit itu. Rumah sakit Jakarta Sehat, salah satu rumah sakit yang di mana saham terbesarnya dimiliki oleh Graha Hotel.Rose menuju ke ruang Icu, dia memeriksa daftar pasien. Benar, perawat Vanila dirawat di sana. Rose terlihat berpikir cepat, apa yang bisa dia lakukan supaya bisa masuk ke ruangan itu tanpa dicurigai.Setelah beber
Tangis RoseRose menangis selama menjalani interogasi di kantor polisi.“Saya tidak bersalah, lepaskan saya, kalian salah orang,” ucap Rose.“Kenapa kalian menangkapku, apa kalian tidak tahu siapa suamiku, dia akan melakukan segala cara, lepaskan saya,” ucap Rose dengan mata merah.“Nyonya, nyonya berhak mengatakan apapun, namun itu tidak akan merubah status nyonya sebagai seorang tersangka,” ucap salah satu petugas polisi wanita.“Apa kau bilang, tersangka? atas dasar apa kalian melakukan ini,” ucap Rose.“ Kalian akan menyesal, kalian semua akan menyesal,” ucap Rose dengan suara keras.Dari luar kantor polisi terlihat tuan Dipo datang dengan nyonya Anna. Nyonya Anna terlihat memakai tudung hitam yang bagian kainnya dia gunakan untuk menutupi wajah, juga kacamata besar, rupanya dia ingin menyembunyikan wajahnya.“Merepotkan sekali, semoga tidak ada yang mengenaliku,” ucap nyonya Rose.Tuan Dipo terlihat mencari keberadaan Rose.“Ayah, ayah, tolong Rose ayah, Rose tidak bersalah,” uca
Surat PenangkapanVero terlihat gusar, dia masih menunggu kabar dari sekretaris pribadinya mengenai kasus yang sedang dihadapi Rose. Dia tidak tahu harus mengambil langkah apa, sejauh ini yang bisa dia lakukan adalah membantu Rose sembari menunggu kejelasan mengenai apa yang sebenarnya Rose perbuat.“Apa yang kau lakukan, kau selalu bertindak sesukamu,” ucap Vero.Vero mengingat kejadian di suatu malam, dua hari sebelum Luna mengalami insiden kecelakaan terjatuh dari jembatan. Saat itu Vero bersama Rose di apartemen Rose.“Singkirkan dia, aku akan menjadi wanita satu satunya. Kau tidak kasihan pada Noah? Teman temannya selalu membanggakan ayahnya, sedangkan dia? Dia seperti tidak memiliki ayah, padahal dia memiliki ayah yang sangat luar biasa,” ucap Rose.“Singkirkan? Apa yang harus aku lakukan? aku tidak mungkin menceraikannya, ayah sangat menyukainya,” ucap Vero.“Entah, aku tidak tahu, pokoknya singkirkan dia, apapun yang terjadi,” ucap Rose kesal.“Apa kau tidak ingin hidup dengan
Keluarga Hermansyah MurkaVero dan istrinya ditangkap polisi dan berita menyebar dengan sangat cepat. Saham Berlian Grup anjlok, banyak eksekutif yang menjual sahamnya di bawah harga pasar. Hal ini dimanfaatkan Radit untuk membeli saham sebanyak banyaknya, dari awal dia memang sudah merencanakan semua ini.“Semua berjalan seperti rencana kita, Berlian Grup tidak akan mampu bertahan, itu sudah pasti,” ucap Radit pada sekretaris Nade.“Kita sudah membeli sekitar tiga puluh persen saham utama Berlian Grup tuan, jika ditambah dengan saham kerjasama, kita sudah memiliki tiga puluh lima persen. Tuan menjadi pemilik saham tertinggi,” ucap sekretaris Nade.“Ya, kerja bagus,” ucap Radit.“Perawat Vanila sudah sadar tuan, menurut informasi dari Mimih, nona Laura berada di rumah sakit untuk bertemu dengan perawat Vanila,” ucap sekretaris Nade memberikan informasi.“Laura memang tidak sabar menuntaskan kasus ini, dan sadarnya perawat Vanila menjadi kunci, mungkin kita akan mengetahui sebuah keben
Semua Telah BerakhirPersidangan Vero telah usai, dengan hasil yang sangat di luar dugaan, namun hal itu sebenarnya sudah sesuai dengan rencana Radit dan juga Laura. Tim pengacara Vero tidak menyangka, bahwa ibu Rahma, ibu dari wanita yang meninggal karena tenggelam dan jenazahnya dimakamkan atas nama Luna hadir, datang, memberikan kesaksian.Vero tidak bisa berkutik, dia menjadi orang satu satunya yang harus bertanggung jawab. Walaupun dia selalu menyatakan bahwa apapun yang dia lakukan dibawah tekanan Rose, namun semua itu tidak memiliki bukti yang kuat. Dia bisa saja menolak, bisa saja tidak menuruti apa yang Rose inginkan, untuk menyingkirkan Luna.Ditambah lagi dengan bukti rekaman CCTV juga tangkapan video amatir, itu semua cukup untuk mendakwa Vero dengan pasal pembunuhan berencana. Mungkin dia memang tidak memiliki niat, namun dari tangkapan video, Vero terlihat jelas jelas mendorong istrinya, Luna, hingga jatuh dari sungai. Bahkan ketika Luna meminta tolong, bergelantung di
Memperlihatkan Wajah AsliTim pengacara bertemu dengan Vero di dalam sebuah ruangan pribadi.“Tuan, saya harap tuan jujur dan terbuka mengenai apa yang sebenarnya terjadi,” ucap salah seorang pengacara.“Jujur? Apa yang harus aku katakan,” ucap Vero kesal.“Tuan, jaksa memiliki saksi yang masih dirahasiakan, kami kesulitan mencari informasi, kami khawatir saksi itu akan memberatkan, sedangkan tuan bersikeras tidak mau menceritakan yang sebenarnya,” ucap pengacara.“Apa firma hukum loyal tergabung menjadi tim pengacara?” tanya Vero.“Iya tuan, tapi karena kegagalannya membantu nyonya Rose, firma hukum loyal memilih mengundurkan diri dari tim pengacara tuan muda,” ucap salah seorang pengacara dari ketiga orang pengacara yang ada di sana.“Rose? apa tidak salah. Dia memang istriku, tapi dia membunuh orang yang sangat aku sayangi. Bahkan jika dia mendapat hukuman mati, aku tidak akan menyesalinya,” ucap Vero.Vero terlihat diam, menunduk, seperti memikirkan sesuatu yang sangat penting.“R
KepergianSetelah 8 jam.Dokter keluar dari ruang ICU, memberi kabar bahwa tuan Dipo tidak lagi bisa diselamatkan, semua alat hanya menunjang hidupnya, jika itu semua dilepas maka detak jantungnya akan berhenti.“Sebaiknya kita bicara di ruangan saya,” pinta dokter yang melihat nyonya Anna mulai histeris. Di sana masih dengan orang orang yang sama, nyonya Anna, jihan, Laura, Radit, tante Imelda dan juga nyonya Fuji. Mereka semua masih setia di sana.Nyonya Anna dan Jihan sudah berada di dalam ruangan dokter. Jantung mereka pun tidak baik baik saja, ada rasa khawatir juga ketakutan.“Dengan sangat menyesal kami harus menyampaikan ini,” ucap dokter.“Semua kami kembalikan kepada keputusan keluarga, kami sudah berusaha melakukan yang terbaik, kondisinya tidak juga stabil, kita tidak bisa melakukan apa apa,” ucap dokter.“Tidak dokter, tidak, selamatkan suami saya, tolong,” ucap nyonya Anna.“Kami sudah berusaha sebaik mungkin, maafkan kami,” ucap dokter.“Apa tidak bisa dioperasi?” tanya
Tuan Besar DipoNyonya Anna terlihat menangis di depan ruang ICU, menangis sejadi jadinya, menunggu keadaan suaminya membaik.“Kenapa hal ini terjadi, Sayang, jangan seperti ini, jangan tinggalkan aku,” ucap nyonya Anna yang menjatuhkan diri di lantai, tepat di depan ruang ICU, bersandar tembok, seperti orang pada umumnya yang begitu resah ketika menunggu kabar mengenai keluarganya yang sedang dirawat.“Ibu,” teriak Jihan ketika melihat ibunya duduk bersimpuh.“Jihan, Jihan,” teriak nyonya Anna yang kemudian segera berdiri mencari putrinya itu.“Bagaimana keadaan ayah?” tanya Jihan.“Ibu tidak tahu, dokter belum memberitahu ibu bagaimana kabar ayahmu,” ucap nyonya Anna.“Ayah, kenapa hal ini bisa terjadi,” gumam Jihan yang kemudian berjalan mendekat ke arah kaca besar, masih tertutup tirai, dia tidak bisa melihat ayahnya dari luar.“Ayah,” ucap Jihan. Air mata Jihan meluncur hebat, deras, dia benar benar tidak bisa menahan diri, hatinya begitu sakit melihat kondisi keluarganya saat in
Kelegaan LauraLaura dan Radit keluar dari ruang sidang, mereka terlihat senang dan puas dengan hasil sidang hari ini.“Ah, lega sekali, akhirnya Rose dijatuhi hukuman seumur hidup,” ucap Laura.“Aku tidak menyangka, ternyata Rose juga merupakan dalang dari kematian temanmu, bukan bunuh diri melainkan dibunuh,” ucap Laura seraya melihat ke arah Radit.“Aku juga tidak menyangka, Evan, dia orang yang sangat baik, wanita itu tega menghabisinya tanpa alasan yang jelas,” ucap Radit.“Oh iya di sebelah kantor pengadilan ada kafe minuman viral yang sedang ramai, mau ke sana?” tanya Radit.“Ayo, kita harus merayakan ini, ya walaupun ada kesedihan di dalamnya, namun kita wajib bernafas lebih baik,” ucap Laura seraya tersenyum.Laura dan Radit duduk di dalam kafe minuman pelangi yang sedang viral. Menurut informasi cafe sangat ramai, namun entah kenapa siang itu hanya ada mereka berdua.“Kau bilang ini kafe ini sedang hits, viral, namun kenapa sepi begini,” ucap Laura heran. Radit hanya terseny
Mendepak Rose Dari Kehidupan Keluarga HermansyahRadit dan Laura terlihat keluar dari kediaman keluarga Hermansyah.Di dalam kamar tuan Dipo, dia terlihat masih dalam posisi berbaring.“Aku akan menghentikan semua bantuan hukum terhadap wanita itu, dia bukan lagi bagian dari keluarga Hermansyah,” ucap tuan Dipo.“Iya, iya, ingat apa yang tadi dokter katakan, jangan banyak pikiran, tekan darahmu naik dan itu tidak baik untuk kesehatanmu,” ucap nyonya Anna.“Ya, mungkin sekarang Vero sudah tahu apa yang terjadi,” ucap tuan Dipo.Di Kantor polisi, Vero terlihat duduk di kursi, menunjukkan wajah yang begitu sedih.“Apa ini benar Mike?” tanya Vero pada sekretaris pribadinya.“Iya tuan, saya mendapatkan video itu dari tim pengacara yang membantu nyonya Rose,” ucap sekretaris Mike.“Kenapa dia bisa melakukan hal gila seperti itu, dia yang membunuh nenek? apa ini bisa aku terima? dia tahu betul bahwa aku sangat menyayangi nenek Ellin,” ucap Vero.“Hal ini akan memberatkan nyonya Rose tuan, m
Kabar MengerikanLaura dan Radit terlihat memasuki area pemakaman di mana nenek ellin disemayamkan. Tegap langkah Laura beriringan dengan segala perasaan mendalam yang dia rasakan. Dia mengingat ingat semua waktu yang dia lewati bersama dengan nenek Ellin, satu satunya orang yang menerima juga menghargainya dengan sangat tulus.Kasih dan penerimaan keluarga Hermansyah kepadanya hanya berupa cangkang. Di luar, terlihat seperti itu, namun sebenarnya dia lebih menjadi seorang asisten dalam rumah tangga Hermansyah. Dia memang duduk di meja makan yang sama, memakan makanan yang juga keluarga Hermansyah makan, namun dialah orang dibalik semua hidangan lezat itu. Mulai dari membeli bahan mentah, memasak, menyajikan juga membereskan.Bahkan dia juga harus membersihkan seisi rumah, selayaknya seorang asisten rumah tangga, dengan berbagai kritik ketika semua pekerjaannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan tuannya. Dia bekerja dari fajar menyingsing, hingga matahari terbenam. Setiap hari ta
Laura Begitu MarahSekretaris Mimih terlihat sudah berada di rumah sakit, dia ingin segera memberitahu Laura mengenai video yang ditemukan.“Nona Laura pasti akan sangat sedih setelah melihat video ini,” ucap sekretaris Mimih sebelum masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.Sekretaris Mimih terlihatsw menarik nafas panjang.DI dalam ruang perawatan, terlihat Laura sedang berbincang dengan perawat Vanila.“Mimih kau sudah datang?” tanya Laura setelah melihat sekretaris Mimih masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.“No-nona,” ucap sekretaris Mimih terbata bata.“Ada apa? kenapa wajahmu seperti ada masalah?” tanya Laura yang menangkap ekspresi kesedihan di wajah sekretaris Mimih.“I-itu nona, meng-mengenai video yang tersimpan di penyimpan data milik perawat Vanila,” ucap sekretaris Mimih.“Pasti sudah melihat video itu ya?” tanya perawat Vanila lirih.“I-iya,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian mendekat ke arah Laura dan perawat Vanila.“Ada apa?” tanya Laura penasaran.“I
Bukti Video Yang MenyesakkanSekretaris Mimih berhasil menemukan alamat kos perawat Vanila. Dia mencoba mencari pemilik kos itu atau yang tidak lain adalah ibu kos.“Saya ingin bertemu dengan ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih pada seseorang yang dia temui di rumah kos itu.“Ibu Endah ada di rumahnya, di sana,” ucap wanita muda itu seraya menunjuk ke sebuah rumah yang ada di samping bangunan rumah kos.“Baiklah, terimakasih, saya akan mencari ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian segera menuju ke rumah ibu Endah seperti yang sudah diinformasikan.Sekretaris Mimih terlihat berhenti di depan rumah pribadi ibu Endah.“Permisi, permisi,” teriak sekretaris Mimih. Beberapa saat dia menunggu, tidak ada orang yang keluar untuk menyambut kedatangannya sebagai tamu.“Ibu Endah, permisi,” ucap sekretaris Mimih.Sekitar lima menit, tidak ada tanda tanda orang yang keluar dari rumah itu.“Sepertinya tidak ada orang,” gumam sekretaris Mimih.Sekretaris Mimih melihat pagar tidak dikunci, la