Share

Dendam Istri Cupu CEO
Dendam Istri Cupu CEO
Author: Aisyah J. Yanty

Mencoba Berubah

last update Last Updated: 2021-11-02 17:34:13

"Apa? Mas mau menikah lagi?" tanyaku pada suamiku yang baru saja pulang.

"Emangnya kenapa? Apa urusanmu? 

"Mas, aku ini kan istrimu. Tega sekali mas bicara seperti itu," ucapku lirih dengan mata mulai mengembun.

"Asal kau tahu ya. Aku itu tidak pernah mencintaimu sejak awal kita menikah. Kalau bukan karena Papi dan Mamiku, aku tak akan sudi menikahimu," ujarnya sinis lalu meraih handuk.

"Tapi ... apa salahku padamu, Mas. Kenapa sampai sekarang kau tidak bisa mencintaiku?"

Mas Arya tertawa mengejek lalu menarik tanganku menuju cermin besar di kamar kami.

"Kau lihat bayanganmu di kaca besar itu. Apa kau pikir pantas, perempuan cupu dan kampungan seperti ini bersanding denganku, seorang Arya Hadikusumo? Jangan mimpi kau!" caci laki-laki yang sudah hampir tiga bulan ini menjadi suamiku. Kemudian ia melenggang santai menuju kamar mandi.

Aku menangis terisak. Hatiku sakit sekali mendengar cacian suamiku terhadapku. Memang sejak awal perjodohan, Mas Arya pernah bilang kalau dia sudah punya pacar. Aku yang sudah terpikat dengan pesona dan ketampanan lelaki itu, langsung patah hati karena penolakannya.

Memang aku tahu, aku hanyalah seorang anak kampung yang lahir dan dibesarkan di pelosok daerah kota Medan. Dan Mas Arya seorang anak pengusaha besar dari Jakarta. Kata Bapak, dulu beliau dan pak Cokro adalah sahabat baik waktu di kampung. 

Pak Cokro seorang anak yatim piatu, dan diasuh oleh orang tua angkatnya yang kaya raya. Lalu dibawa ke Jakarta dan disekolahkan hingga sarjana di sana.

Kata Bapak juga, Pak Cokro menikah dengan anak tunggal dari orang tua asuhnya tersebut. Hanya yang aku herankan, sifat Mas Arya sama sekali tidak mirip dengan papi dan mami nya yang walaupun kaya raya, namun sangat rendah hati dan ramah. Tak jarang mereka mengadakan acara bakti sosial dengan membagikan sedekah pada orang yang tidak mampu.

Aku sempat bingung, empat bulan setelah penolakan itu, Mas Arya malah mengatakan ia menerimaku dan akan segera meminangku menjadi istrinya. Bak mendapatkan rezeki nomplok, tentu saja aku menerimanya. Padahal aku sempat patah hati selama berbulan-bulan dan Ayu sahabatku mencoba menghiburku setiap hari.

"Sudahlah, tidak usah kau menangisi dia seperti itu. Berarti dia memang bukan jodohmu. Nanti akan ada lelaki baik yang akan meminangmu. Kita harus sadar, siapa lah kita ini. Kita hanya orang kampung. Mana mungkin pangeran kota besar mau dengan upik abu semacam kita," nasehat Ayu panjang lebar sembari mengelus rambutku. Saat itu aku menangis dengan posisi telungkup di ranjangku.

"Woiii, perempuan kampung! Melamun aja kerjaanmu," bentaknya, membuatku sadar dari lamunanku. 

"Mas mau kemana?" tanyaku sambil menyeka air mata. Kulihat Mas Arya sudah memakai kemeja dan celana jeansnya.

"Aku mau ke rumah Tamara. Mendingan aku di sana. Aku benar-benar happy kalau di dekatnya. Cantik, seksi dan yang penting penampilannya tidak malu-maluin seperti kau. Nih, kau mau lihat fotonya?" Mas Arya membuka galeri ponselnya dan menujukkan foto-foto kekasihnya itu.

Terpampang di sana foto-foto gadis cantik dengan tubuh proporsional, dibalut pakaian seksi dan ketat. Rambutnya yang dimodel sedemikian rupa dengan warna pirang. Sangat kontras dengan warna kulitnya.

Kupalingkan wajah dari ponsel suamiku. Aku sudah pernah melihatnya saat gadis itu menghadiri resepsi ngunduh mantu kami di Jakarta. Tidak ku pungkiri. Tamara itu memang cantik dan modis. Tidak sepertiku.

"Kenapa kau palingkan mukamu? Minder? Atau malu ... karena seujung kuku pun, kau tidak akan mampu mengimbanginya. Jangankan mengimbangi, menyerupai pun kau tak pantas," hinanya padaku.

Aku sudah kenyang makan hinaan Mas Arya selama dua bulan pernikahan ini. Sebenarnya aku sudah tidak tahan dan ingin mengakhiri semua ini. Tapi lagi-lagi aku memikirkan bapak dan mamak di kampung. Mereka pasti shock dan malu mendengar pernikahan anaknya hanya bertahan selama lima bulan. Belum lagi tetangga pasti akan bergunjing.

Mas Arya keluar dengan membanting pintu. Aku terkejut karena suara bantingannya cukup keras.

Aku menangis di meja riasku. Beginikah nasib gadis kampung yang buruk rupa menikah dengan pemuda tampan dan kaya raya seperti mas Arya?

Kuangkat kepalaku dan kutatap wajahku di cermin rias. Kugerakkan kepala ke kanan dan kiri sambil meraba pipiku.

Kata Mamak, aku ini cantik. Ah, semua orang tua pasti bilang begitu tentang anaknya.

Pada kenyataannya aku selalu dibully dan dihina sejak kecil oleh teman-teman. Aku bahkan tidak memiliki teman. Hanya Ayu yang mau bersahabat denganku.

Sekarang, aku malah dihina dan dibully suamiku sendiri karena aku buruk rupa.

Aku harus berubah. Kata Papi aku harus bisa membuat suamiku jatuh cinta padaku. Tapi, bagaimana caranya?

Sandra! Ah iya, lebih baik aku pinjam alat kosmetiknya. Kebetulan adik iparku sedang liburan di rumahku.

Sesampai di kamar adik iparku, kuketuk pelan pintu kamarnya.

"Siapa?" tanyanya dari dalam.

"Kak Rena. Boleh kakak masuk?"

"Masuk saja kak. Tidak dikunci kok."

Kubuka pintu kamarnya. Sandra adik iparku duduk di depan laptopnya. Sepertinya dia sedang mengerjakan tugas kuliahnya padahal sedang liburan. Adik iparku ini memang sangat rajin untuk urusan kuliahnya. Katanya biar cepat wisuda.

"Dek ...."

Sandra menoleh ke arahku. "Ya kak?"

"Eng, kakak boleh minta tolong tidak?"

"Minta tolong apa kak?" tanyanya lembut. 

"Kakak boleh pinjam alat kosmetikmu tidak?"

Dahinya mengernyit. 

"Boleh saja sih, kak. Sebentar aku ambil ya." Sandra berjalan menuju meja riasnya. Mengambil sebuah tas kecil kemudian berjalan ke arahku yang berdiri di depan pintu.

"Nih, kak," ujarnya seraya menyodorkan tas kecil tersebut.

"Kakak pinjam sebentar ya, San. Makasih ya." 

Aku melangkah kembali ke kamarku. Sesampai di meja rias, kubuka isi tas kecil itu. Kucermati isinya. Duh, aku tidak pernah menggunakan alat ini sebelumnya. Terakhir aku pakai make up pas akad dan resepsi pernikahanku.

Kupoles wajahku dengan alat kosmetik yang sudah aku kenali. Seperti eye shadow, pensil alis, bedak dan blush on. Sentuhan terakhir, kupoleskan juga lipstik berwarna merah ke bibirku.

Setelah itu, aku memilih pakaian yang kurasa bagus untuk melengkapi penampilanku di depan mas Arya nanti.

Selesai! Tinggal menunggu sang pangeran pulang. Dia pasti pangling dengan penampilanku ini. Aku tersenyum penuh harap.

Aku mendengar deru mobil mas Arya memasuki pekarangan. Kuintip dari jendela dan benar saja, pangeranku pulang.

Dengan hati berdebar, aku menunggunya masuk ke kamar. Aku berjalan mondar mandir sambil meremas tanganku sejajar dada.

Aku yakin, mas Arya pasti suka dan mulai mencintaiku.

Tap tap tap. Aku mendengar langkah kakinya menapaki tangga. Jantungku semakin berdebar. Kutelan salivaku gugup.

Kreeekk. Pintu kamar terbuka.

"Mas ...."

Mas Arya menoleh padaku yang berdiri di samping lemari, dengan penampilan yang sudah kupersiapkan sejak beberapa jam yang lalu.

"Rena ...." Lelaki dua puluh tujuh tahun itu menatapku pangling. Matanya menelusuri tubuhku dari atas hingga ke bawah.

"Iya, mas. Ini aku, Rena istrimu ...."

 

____________

 

Next?

 

 

Related chapters

  • Dendam Istri Cupu CEO   Terpaksa Menikah

    POV ARYA"Apa? Aku harus menikah dengan si cupu kampung itu, Pi?" tanyaku tak percaya dengan keinginan Papi."Kenapa memangnya? Rena itu anak yang baik, penurut dan lumayan cantik kan?" jawab Papi."Hah, cantik? Yang benar saja, pi. Muka cupu dan kampungan begitu, papi bilang cantik? Come om, pi. Sejak kapan selera papi jadi rendahan begitu," bantahku padanya. Jelas aku bingung. Kenapa selera seorang Cokro Hadikusumo jadi rendah begitu? Padahal mamiku seorang sosialita yang selalu menjaga penampilannya mulai dari ujung rambut hingga kakinya."Arya sayang, dengan uangmu itu, nanti kau bisa membawa Rena ke salon. Kan nanti dia bisa di make over. Dengan uang semua wanita dimuka bumi ini bisa secantik cleopatra," timpal mami dan membuatku seketika mati kutu."Tapi, mi ....""Sudah, Arya! Papi paling tidak suka dibantah. Sekarang kau pilih turuti papi dan mami, atau kau tidak akan mendapatkan sepeser pun warisan dari papi. Gampang k

    Last Updated : 2021-11-02
  • Dendam Istri Cupu CEO   POV ARYA (2)

    POV ARYA (2)Dulu, aku pernah dihukum papi pulang ke kampung mami di daerah pelosok jawa barat. Dan aku benar-benar menderita. Semua fasilitasku dicabut. Itu gara-gara waktu kuliah, tagihan kartu kreditku sudah over limit. Apalagi kalau bukan untuk memanjakan Tamara. Itu yang menjadikan alasan papi dan mami membencinya. Padahal menurutku, untuk mendapatkan pacar secantik Tamara itu butuh modal besar.Sainganku saat itu cukup banyak. Tamara termasuk primadona di kampusku. Dan dia memilihku, karena aku cukup royal dalam memanjakannya. Aku pikir tak hanya Tamara. Semua wanita di dunia ini pasti matre. Mana ada perempuan yang mau punya pacar kere."Bisa kita mulai lagi?" tanya penghulu itu."Bisa, pak. Ayo, jangan grogi, Arya."Lagi-lagi papi yang menjawab. Apa dia tidak memikirkan perasaanku saat ini?Aku menarik napas panjang. Mengumpulkan kekuatan untuk mengucapkanya. Kali ini aku sukses mengucapkan akad nikah ters

    Last Updated : 2021-11-02
  • Dendam Istri Cupu CEO   Luka Hati

    Tap tap tap. Aku mendengar langkah kakinya menapaki tangga. Jantungku semakin berdebar. Kutelan salivaku gugup.Kreeekk. Pintu kamar terbuka."Mas ...."Mas Arya menoleh padaku yang berdiri di samping lemari."Rena ...." Lelaki dua puluh tujuh tahun itu menatapku pangling."Iya, Mas. Ini aku, Rena istrimu ...."Mas Arya berjalan mendekatiku. Matanya masih menatap lekat ke wajahku. Pria tampan itu semakin dekat dan jarak wajahnya denganku hanya sekitar 60cm.Ah, aku bisa merasakan aroma parfumnya dan hangat suhu tubuhnya.Oh my God! Apa dia mau menciumku? Mataku memejam dan kepalaku memicing ke samping.Plaakkk! Aku terkesiap. Mas Arya menampar pelan. Membuatku membuka mata dan menatapnya bingung."Hahaha ... kenapa matamu terpejam begitu? Apa kau pikir aku mau mencium dirimu? Heelooowww ... Mana mung

    Last Updated : 2021-11-02
  • Dendam Istri Cupu CEO   Teganya Mas Arya

    "Mas ... tunggu, mas! Mas mau kemana lagi?"Tanpa mempedulikan panggilanku, Mas Arya sudah menghilang di balik pintu.Aku menangis. Menatap nanar ke arah pintu yang terbuka, lalu jatuh terduduk di tepi ranjang.Sebegitu hinakah aku perempuan kampung ini? Yang sama sekali tidak pernah mengenal dunia mode ataupun kecantikan.Kutatap bayanganku di cermin. Kulitku hitam yang terbakar matahari karena sering membantu bapak di sawah, kaca mata tebal, dan pakaian jadul.Aku tertawa miris melihat keadaanku. Dulu aku punya alasan tak punya uang, hingga di bully karena miskin dan jelek. Sekarang aku adalah istri dan menantu di keluarga besar Hadikusumo yang kaya raya. Dan tetap saja di bully. Tapi kali ini justru oleh suami sendiri. Sungguh jauh lebih menyakitkan."Malangnya nasibmu, Rena," desisku lirih.Aku beranjak ke kamar mandi dan mencuci muka badutku dengan sabun. Lalu kugosok kasar. Tak peduli denga

    Last Updated : 2021-11-02
  • Dendam Istri Cupu CEO   Malam Pertama Itu

    "Oh begitu. Ya sudah, kakak istirahat ya. Atau mau Sandra beliin obat?"Aku menggeleng. "Tidak usah, San. Kakak cuma perlu istirahat."Gadis itu tersenyum manis. Senyum yang sama dengan kakak laki-lakinya. Hanya saja senyum itu tak pernah aku dapatkan."Padahal tadi Sandra mau ajak kakak jalan-jalan. Tapi, kakak sakit, ya tidak jadi deh." Bibirnya mencebik lucu. "Ya sudah. Sandra keluar dulu ya. Kakak istirahat."Sandra berjalan keluar dan menutup pintu. Kulirik jam di nakas. Pukul 21.22 WIB. Mas Arya belum pulang juga. Dan aku rasa dengan keributan tadi, akan berpotensi dia pulang larut atau mungkin tidak pulang.Ah, sudahlah, bukankah itu sudah biasa. Pulang larut lalu tidur di sofa. Itu juga karena ada Sandra. Kalau tidak, suamiku lebih memilih tidur di kamar tamu yang digunakan Sandra saat ini.Kumatikan lampu tidur di nakas. Aku lebih menyukai tidur dalam gelap. Karena aku rasa, akan lebih segar ke

    Last Updated : 2021-11-02
  • Dendam Istri Cupu CEO   Sakitnya Hati Ini

    Tentu saja aku menikmatinya. Karena ini adalah malam yang sangat kurindukan selama ini. Dan tepat di bulan ketiga pernikahan kami, mas Arya memberikan nafkah batinnya untukku. Walaupun dalam keadaan mabuk dan menyebut nama wanita lain di depanku. Tapi tak apalah. Setidaknya aku sudah merasakan hangat dan aroma tubuhnya. Biasanya aku hanya bisa menciumi aroma tubuhnya dari pakaian yang bekas ia pakai. Untuk malam ini, aku bisa puas dan leluasa merasakan hangat dan deru napasnya di telingaku. Walaupun mas Arya terus menerus menyebutkan nama Tamara di sela desahan napasnya. 'Tamara ... Tamara ...." "Dalam keadaan tidur pun, kau masih menyebut namanya. Begitu istimewanya dia bagimu. Apakah sudah tidak ada ruang kosong di hatimu untukku mas?" gumamku sambil mengelus pipinya. Lalu kukecup pelan keningnya. Mataku mulai terasa mengantuk. Kumatikan lampu tidur di nakas. Lalu kuletakkan kepalak

    Last Updated : 2021-11-24
  • Dendam Istri Cupu CEO   Mami Sakit

    Krriiing. Dering telepon pintarnya membuat omelannya terhenti. "Halo, pi." Alhamdulilah, ternyata papi yang menelepon. Aku pikir Tamara. "Mami sakit apa, Pi? Tapi, Arya harus ke kantor pagi ini . Ya sudah kalau begitu. Arya siap-siap dulu ya, Mi. Rena ...." Matanya melirikku padaku yang duduk di pinggir ranjang. "Ya nanti Arya ajak ke sana. Mana mungkin Arya tidak mengajak istri Arya. Ya sudah, Arya siap-siap dulu,ya." Mas Arya menutup ponselnya. Lalu menoleh ke arahku. "Cepat kau siap-siap. Kita ke Jakarta hari ini. Mami sakit," titahnya ketus. Tangannya sibuk mencari pakaian yang berjejer di hanger dalam lemari. "Mami sakit apa, mas?" "Tidak tahu! Sudah tak usah banyak tanya. Mandi sana!" Aku menghela napas. Padahal sudah berbulan-bulan diperlakukan suamiku begini, tapi hatiku masih saja sakit. Selesai mandi dan bersiap-siap, kami segera meluncur ke rumah mertuaku. Dengan kondisi jalan yang cukup padat, dalam

    Last Updated : 2021-11-27
  • Dendam Istri Cupu CEO   Sembilan

    Bik Inah membukakan pintu berkaca tebal tersebut. Dan tampak pria berusia sekitar lima puluhan, duduk di balik meja."Masuklah, Nak!" perintahnya. Kepalanya menunduk. Tatapannya fokus pada kertas-kertas di mejanya.Aku masuk ke dalam beriringan dengan Mas Arya di sampingku."Siapa yang menyuruhmu untuk ikut masuk?" tanya Papi begitu mengangkat kepala dan melihat anak sulungnya mengikutiku."Tapi, Arya kan anak Papi. Arya berhak tahu juga dong, apa yang dibicarakan Papi dan Rena.""Keluar! Papi cuma mau berbicara empat mata saja dengan menantu papi," ujarnya tegas."Tapi, Pi ....""Keluar!"Mas Arya keluar dari ruangan Papi. Terlihat dari wajahnya, sepertinya dia begitu dongkol karena pengusiran sang ayah."Jangan kau coba-coba menguping di depan pintu, Arya. Papi bisa melihat kau dari CCTV yang mengarah ke pintu itu."Dari sebuah televisi, kami bisa melihat Mas Arya berdir

    Last Updated : 2021-12-01

Latest chapter

  • Dendam Istri Cupu CEO   POV ARYA(2)

    Cahaya matahari yang menyelinap melalui sela korden menyilaukan mataku. Ah, berat sekali kepala ini. Kusibakkan selimut. Dan aku terkejut melihat tubuhku dalam keadaan tidak mengenakan pakaian sehelai pun. Aku menoleh ke kanan. Si cupu tertidur nyenyak di sampingku. Dan ... oh my God! Dia juga sedang tidak berpakaian. Jangan bilang kalau .... "Arrrggghhh ...." Aku berteriak dan terduduk lemas di kursi rias. Berusaha mengingat-ingat kembali kejadian tadi malam. Apa aku dan si cupu tadi malam begituan? Aku bergidik geli membayangkannya. "Ada apa, mas?" Kok teriak-teriak?" tanyanya dengan memicingkan mata. "Seharusnya aku yang tanya. Apa yang terjadi tadi malam? Kenapa aku bisa tidak memakai baju. Dan kau ... Jangan bilang ... kita ... Akhhh!" Kuremas kasar rambutku. Menyesali kebodohan yang sudah aku lakukan. Kenapa sampai bisa aku menyentuhnya sih?" "Tadi malam mas mencumbuku dan semuanya terjadi begitu saja." Gadis norak it

  • Dendam Istri Cupu CEO   POV ARYA

    "Ayo sayang, tambah lagi," seru Tamara menuangkan minuman alkohol jenis vodka itu ke gelas. "Sudah cukup, Tamara. Aku sudah tidak tahan lagi," tolakku dengan pandangan yang sudah sangat berkunang-kunang. Entah sudah gelas atau mungkin botol ke berapa yang sudah aku tenggak. Kepalaku pusing. Ditambah lampu kerlap kerlip dan musik house yang sangat kuat. "Ah, cemen kamu. Baru juga dua botol. Nih aku sudah pesan botol ketiga. Kita nikmati malam ini." "Sudah cukup. Cukup, Tamara. Beneran, aku sudah tidak kuat. Perutku mual. Aku mau pulang." Aku beranjak dari dudukku dengan langkah terhuyung-huyung. Tamara menatapku kesal. "Kok pulang. Katanya malas melihat si cupu buruk rupa. Kok malah minta pulang. Malam ini sama aku aja," rajuknya dengan menarik tanganku. "Tidak bisa, sayang. Di rumah ada adikku. Aku takut nanti dia ngadu ke papi, aku bisa gawat. Lagian besok aku juga ada meeting." Aku tersenyum melihat kekasihku merajuk. Bibirnya dimony

  • Dendam Istri Cupu CEO   Dua Belas

    "Untung saja kau itu anakku. Kalau tidak, sudah papi laporkan kau ke polisi karena sudah merugikan perusahaan." "Jangan, pi. Arya minta maaf. Jangan laporkan Arya ke polisi," mohonnya dengan wajah memelas. "Sekarang semua urusan perusahaan sudah papi serahkan ke tangan Rena. Nanti Rena juga yang akan menggajimu. Tentu saja dengan gaji staf marketing biasa. Kalau kau butuh uang lebih, maka kau juga harus kasbon ke bagian keuangan seperti karyawan lain. Paham?" "Tapi, pi ... argh," dengusnya kesal lalu keluar dari ruangan. Pria berkumis itu menghela napasnya melihat perilaku anaknya barusan, lalu pandangannya beralih kepadaku. "Mulai sekarang, kamu akan bekerja di sini. Dinda yang akan jadi sekretaris kamu. Nanti dia juga yang akan mengajari dan mengurus semua keperluanmu. Kalau ada yang tidak paham, kamu bisa tanya sama Dinda. Mudah-mudahan kalian bisa cocok ya. Bukan begitu, Din

  • Dendam Istri Cupu CEO   Sebelas

    "Ini dia orang yang akan menggantikan saya sebagai direktur di PT. Hadikusumo Corporation. "Riuh tepuk tangan menyambut masuknya calon direktur baru perusahaan milik bapak Cokro Hadikusumo. Dengan kemeja berpita di dada dan rok payung selutut aku melangkah masuk ke dalam ruangan meeting tersebut. Puluhan pasang mata menatapku yang berjalan dengan kepala menunduk. Dari ekor mataku, aku bisa melihat mereka berkasak kusuk dan ada pula yang menahan tawa. "Apa? Rena? Direktur baru kita?" tanya mas Arya tak percaya. Papi tak menjawab. Mas Arya mendengus kesal karena dicuekin ayahnya sendiri. "Inilah direktur baru yang akan menggantikan saya. Pasti sudah kenal kan sama Rena, menantu kesayangan saya kan?" "Iya sudah, Pak," jawab mereka serentak. "Karena kondisi saya yang sudah tidak begitu sehat, maka mulai sekarang, ibu Rena yang akan men

  • Dendam Istri Cupu CEO   Sepuluh

    Pagi ini Papi mengumpulkan seluruh jajaran staf dan komisaris serta para pemegang saham. Termasuk pula Mas Arya yang selama ini bertindak selaku direktur di perusahaan papinya ini. "Baiklah. Tujuan saya pagi ini mengumpulkan bapak-bapak dan ibu-ibu di sini, untuk mengumumkan suatu hal penting. Saya akan mengangkat seorang direktur baru di perusahaan kita," ujar pria berusia lima puluh tahunan itu. Dan sontak membuat para peserta rapat menjadi saling pandang. Termasuk Mas Arya. "Maaf Pak Cokro. Bukannya direktur kita selama ini Pak Arya ya?" tanya salah satu manager. "Arya hanya menggantikan posisi saya sementara saja selama saya sakit kemarin. Toh selama ini tidak ada acara pengangkatan secara khusus kan?" "Lalu siapa, Pak, yang akan menggantikan posisi bapak?" celetuk yang lain. Papi tersenyum penuh arti. "Dinda!" "Ya, Pak," sahut seorang gadis.

  • Dendam Istri Cupu CEO   Sembilan

    Bik Inah membukakan pintu berkaca tebal tersebut. Dan tampak pria berusia sekitar lima puluhan, duduk di balik meja."Masuklah, Nak!" perintahnya. Kepalanya menunduk. Tatapannya fokus pada kertas-kertas di mejanya.Aku masuk ke dalam beriringan dengan Mas Arya di sampingku."Siapa yang menyuruhmu untuk ikut masuk?" tanya Papi begitu mengangkat kepala dan melihat anak sulungnya mengikutiku."Tapi, Arya kan anak Papi. Arya berhak tahu juga dong, apa yang dibicarakan Papi dan Rena.""Keluar! Papi cuma mau berbicara empat mata saja dengan menantu papi," ujarnya tegas."Tapi, Pi ....""Keluar!"Mas Arya keluar dari ruangan Papi. Terlihat dari wajahnya, sepertinya dia begitu dongkol karena pengusiran sang ayah."Jangan kau coba-coba menguping di depan pintu, Arya. Papi bisa melihat kau dari CCTV yang mengarah ke pintu itu."Dari sebuah televisi, kami bisa melihat Mas Arya berdir

  • Dendam Istri Cupu CEO   Mami Sakit

    Krriiing. Dering telepon pintarnya membuat omelannya terhenti. "Halo, pi." Alhamdulilah, ternyata papi yang menelepon. Aku pikir Tamara. "Mami sakit apa, Pi? Tapi, Arya harus ke kantor pagi ini . Ya sudah kalau begitu. Arya siap-siap dulu ya, Mi. Rena ...." Matanya melirikku padaku yang duduk di pinggir ranjang. "Ya nanti Arya ajak ke sana. Mana mungkin Arya tidak mengajak istri Arya. Ya sudah, Arya siap-siap dulu,ya." Mas Arya menutup ponselnya. Lalu menoleh ke arahku. "Cepat kau siap-siap. Kita ke Jakarta hari ini. Mami sakit," titahnya ketus. Tangannya sibuk mencari pakaian yang berjejer di hanger dalam lemari. "Mami sakit apa, mas?" "Tidak tahu! Sudah tak usah banyak tanya. Mandi sana!" Aku menghela napas. Padahal sudah berbulan-bulan diperlakukan suamiku begini, tapi hatiku masih saja sakit. Selesai mandi dan bersiap-siap, kami segera meluncur ke rumah mertuaku. Dengan kondisi jalan yang cukup padat, dalam

  • Dendam Istri Cupu CEO   Sakitnya Hati Ini

    Tentu saja aku menikmatinya. Karena ini adalah malam yang sangat kurindukan selama ini. Dan tepat di bulan ketiga pernikahan kami, mas Arya memberikan nafkah batinnya untukku. Walaupun dalam keadaan mabuk dan menyebut nama wanita lain di depanku. Tapi tak apalah. Setidaknya aku sudah merasakan hangat dan aroma tubuhnya. Biasanya aku hanya bisa menciumi aroma tubuhnya dari pakaian yang bekas ia pakai. Untuk malam ini, aku bisa puas dan leluasa merasakan hangat dan deru napasnya di telingaku. Walaupun mas Arya terus menerus menyebutkan nama Tamara di sela desahan napasnya. 'Tamara ... Tamara ...." "Dalam keadaan tidur pun, kau masih menyebut namanya. Begitu istimewanya dia bagimu. Apakah sudah tidak ada ruang kosong di hatimu untukku mas?" gumamku sambil mengelus pipinya. Lalu kukecup pelan keningnya. Mataku mulai terasa mengantuk. Kumatikan lampu tidur di nakas. Lalu kuletakkan kepalak

  • Dendam Istri Cupu CEO   Malam Pertama Itu

    "Oh begitu. Ya sudah, kakak istirahat ya. Atau mau Sandra beliin obat?"Aku menggeleng. "Tidak usah, San. Kakak cuma perlu istirahat."Gadis itu tersenyum manis. Senyum yang sama dengan kakak laki-lakinya. Hanya saja senyum itu tak pernah aku dapatkan."Padahal tadi Sandra mau ajak kakak jalan-jalan. Tapi, kakak sakit, ya tidak jadi deh." Bibirnya mencebik lucu. "Ya sudah. Sandra keluar dulu ya. Kakak istirahat."Sandra berjalan keluar dan menutup pintu. Kulirik jam di nakas. Pukul 21.22 WIB. Mas Arya belum pulang juga. Dan aku rasa dengan keributan tadi, akan berpotensi dia pulang larut atau mungkin tidak pulang.Ah, sudahlah, bukankah itu sudah biasa. Pulang larut lalu tidur di sofa. Itu juga karena ada Sandra. Kalau tidak, suamiku lebih memilih tidur di kamar tamu yang digunakan Sandra saat ini.Kumatikan lampu tidur di nakas. Aku lebih menyukai tidur dalam gelap. Karena aku rasa, akan lebih segar ke

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status