Share

Malam Pertama Itu

Penulis: Aisyah J. Yanty
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-02 18:43:21

"Oh begitu. Ya sudah, kakak istirahat ya. Atau mau Sandra beliin obat?"

Aku menggeleng. "Tidak usah, San. Kakak cuma perlu istirahat."

Gadis itu tersenyum manis. Senyum yang sama dengan kakak laki-lakinya. Hanya saja senyum itu tak pernah aku dapatkan.

"Padahal tadi Sandra mau ajak kakak jalan-jalan. Tapi, kakak sakit, ya tidak jadi deh." Bibirnya mencebik lucu. "Ya sudah. Sandra keluar dulu ya. Kakak istirahat."

Sandra berjalan keluar dan menutup pintu. Kulirik jam di nakas. Pukul 21.22 WIB. Mas Arya belum pulang juga. Dan aku rasa dengan keributan tadi, akan berpotensi dia pulang larut atau mungkin tidak pulang.

Ah, sudahlah, bukankah itu sudah biasa. Pulang larut lalu tidur di sofa. Itu juga karena ada Sandra. Kalau tidak, suamiku lebih memilih tidur di kamar tamu yang digunakan Sandra saat ini.

Kumatikan lampu tidur di nakas. Aku lebih menyukai tidur dalam gelap. Karena aku rasa, akan lebih segar ketika bangun nanti.

Rasanya belum lama aku terlelap, tiba-tiba aku merasa ada tangan yang menggerayangi tubuhku yang di tutupi bed cover.

Aku tersentak dan duduk di tepi ranjang. Kunyalakan lampu tidur di nakas. Astaga! Mas Arya ternyata.

"Mas, kok tumben ...."

Mas Arya meletakkan telunjuknya di bibirku.

"Sssttt ... jangan berisik."

Tangannya meraba pipiku lembut. Aku terpejam merasakan sentuhan yang tak pernah kurasakan selama menjadi istrinya. Dikecupnya keningku mesraaa sekali.

Kucubit pahaku. Awww, sakit. Berarti aku tidak mimpi. Apa mas Arya sudah bisa mencintaiku?

Lalu dikecupnya bibirku hangat. Astagfirullah, bau alkohol. Kudorong tubuhnya menjauh.

"Mas, mabuk ya?"

''Aku tidak mabuk. Siapa bilang aku mabuk. Kaulah yang membuatku mabuk, Tamara ...."

Tamara? Seketika hancur rasanya duniaku.

"Aku bukan Tamara ... aku Rena!" tegasku kesal. Tega-teganya dia menciumku, tapi malah memanggilku Tamara.

"Ck, jangan bawa-bawa nama si cupu itu, Tam. Malam ini cuma milik kita ...."

Kembali pria berkulit putih itu mencumbuku. Sebenarnya batinku ini menangis. Hanya saja perasaan cintaku ini sudah membutakan akal sehatku.

Dengan air mata berlinang, aku membalas pelukan dan cumbuannya. Dan malam yang kurindukan selama ini pun terjadi tepat di bulan ketiga pernikahanku dengannya.

****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Latifah
seru... penasaran dan makin penasaran. next...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dendam Istri Cupu CEO   Sakitnya Hati Ini

    Tentu saja aku menikmatinya. Karena ini adalah malam yang sangat kurindukan selama ini. Dan tepat di bulan ketiga pernikahan kami, mas Arya memberikan nafkah batinnya untukku. Walaupun dalam keadaan mabuk dan menyebut nama wanita lain di depanku. Tapi tak apalah. Setidaknya aku sudah merasakan hangat dan aroma tubuhnya. Biasanya aku hanya bisa menciumi aroma tubuhnya dari pakaian yang bekas ia pakai. Untuk malam ini, aku bisa puas dan leluasa merasakan hangat dan deru napasnya di telingaku. Walaupun mas Arya terus menerus menyebutkan nama Tamara di sela desahan napasnya. 'Tamara ... Tamara ...." "Dalam keadaan tidur pun, kau masih menyebut namanya. Begitu istimewanya dia bagimu. Apakah sudah tidak ada ruang kosong di hatimu untukku mas?" gumamku sambil mengelus pipinya. Lalu kukecup pelan keningnya. Mataku mulai terasa mengantuk. Kumatikan lampu tidur di nakas. Lalu kuletakkan kepalak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-24
  • Dendam Istri Cupu CEO   Mami Sakit

    Krriiing. Dering telepon pintarnya membuat omelannya terhenti. "Halo, pi." Alhamdulilah, ternyata papi yang menelepon. Aku pikir Tamara. "Mami sakit apa, Pi? Tapi, Arya harus ke kantor pagi ini . Ya sudah kalau begitu. Arya siap-siap dulu ya, Mi. Rena ...." Matanya melirikku padaku yang duduk di pinggir ranjang. "Ya nanti Arya ajak ke sana. Mana mungkin Arya tidak mengajak istri Arya. Ya sudah, Arya siap-siap dulu,ya." Mas Arya menutup ponselnya. Lalu menoleh ke arahku. "Cepat kau siap-siap. Kita ke Jakarta hari ini. Mami sakit," titahnya ketus. Tangannya sibuk mencari pakaian yang berjejer di hanger dalam lemari. "Mami sakit apa, mas?" "Tidak tahu! Sudah tak usah banyak tanya. Mandi sana!" Aku menghela napas. Padahal sudah berbulan-bulan diperlakukan suamiku begini, tapi hatiku masih saja sakit. Selesai mandi dan bersiap-siap, kami segera meluncur ke rumah mertuaku. Dengan kondisi jalan yang cukup padat, dalam

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-27
  • Dendam Istri Cupu CEO   Sembilan

    Bik Inah membukakan pintu berkaca tebal tersebut. Dan tampak pria berusia sekitar lima puluhan, duduk di balik meja."Masuklah, Nak!" perintahnya. Kepalanya menunduk. Tatapannya fokus pada kertas-kertas di mejanya.Aku masuk ke dalam beriringan dengan Mas Arya di sampingku."Siapa yang menyuruhmu untuk ikut masuk?" tanya Papi begitu mengangkat kepala dan melihat anak sulungnya mengikutiku."Tapi, Arya kan anak Papi. Arya berhak tahu juga dong, apa yang dibicarakan Papi dan Rena.""Keluar! Papi cuma mau berbicara empat mata saja dengan menantu papi," ujarnya tegas."Tapi, Pi ....""Keluar!"Mas Arya keluar dari ruangan Papi. Terlihat dari wajahnya, sepertinya dia begitu dongkol karena pengusiran sang ayah."Jangan kau coba-coba menguping di depan pintu, Arya. Papi bisa melihat kau dari CCTV yang mengarah ke pintu itu."Dari sebuah televisi, kami bisa melihat Mas Arya berdir

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-01
  • Dendam Istri Cupu CEO   Sepuluh

    Pagi ini Papi mengumpulkan seluruh jajaran staf dan komisaris serta para pemegang saham. Termasuk pula Mas Arya yang selama ini bertindak selaku direktur di perusahaan papinya ini. "Baiklah. Tujuan saya pagi ini mengumpulkan bapak-bapak dan ibu-ibu di sini, untuk mengumumkan suatu hal penting. Saya akan mengangkat seorang direktur baru di perusahaan kita," ujar pria berusia lima puluh tahunan itu. Dan sontak membuat para peserta rapat menjadi saling pandang. Termasuk Mas Arya. "Maaf Pak Cokro. Bukannya direktur kita selama ini Pak Arya ya?" tanya salah satu manager. "Arya hanya menggantikan posisi saya sementara saja selama saya sakit kemarin. Toh selama ini tidak ada acara pengangkatan secara khusus kan?" "Lalu siapa, Pak, yang akan menggantikan posisi bapak?" celetuk yang lain. Papi tersenyum penuh arti. "Dinda!" "Ya, Pak," sahut seorang gadis.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-01
  • Dendam Istri Cupu CEO   Sebelas

    "Ini dia orang yang akan menggantikan saya sebagai direktur di PT. Hadikusumo Corporation. "Riuh tepuk tangan menyambut masuknya calon direktur baru perusahaan milik bapak Cokro Hadikusumo. Dengan kemeja berpita di dada dan rok payung selutut aku melangkah masuk ke dalam ruangan meeting tersebut. Puluhan pasang mata menatapku yang berjalan dengan kepala menunduk. Dari ekor mataku, aku bisa melihat mereka berkasak kusuk dan ada pula yang menahan tawa. "Apa? Rena? Direktur baru kita?" tanya mas Arya tak percaya. Papi tak menjawab. Mas Arya mendengus kesal karena dicuekin ayahnya sendiri. "Inilah direktur baru yang akan menggantikan saya. Pasti sudah kenal kan sama Rena, menantu kesayangan saya kan?" "Iya sudah, Pak," jawab mereka serentak. "Karena kondisi saya yang sudah tidak begitu sehat, maka mulai sekarang, ibu Rena yang akan men

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-20
  • Dendam Istri Cupu CEO   Dua Belas

    "Untung saja kau itu anakku. Kalau tidak, sudah papi laporkan kau ke polisi karena sudah merugikan perusahaan." "Jangan, pi. Arya minta maaf. Jangan laporkan Arya ke polisi," mohonnya dengan wajah memelas. "Sekarang semua urusan perusahaan sudah papi serahkan ke tangan Rena. Nanti Rena juga yang akan menggajimu. Tentu saja dengan gaji staf marketing biasa. Kalau kau butuh uang lebih, maka kau juga harus kasbon ke bagian keuangan seperti karyawan lain. Paham?" "Tapi, pi ... argh," dengusnya kesal lalu keluar dari ruangan. Pria berkumis itu menghela napasnya melihat perilaku anaknya barusan, lalu pandangannya beralih kepadaku. "Mulai sekarang, kamu akan bekerja di sini. Dinda yang akan jadi sekretaris kamu. Nanti dia juga yang akan mengajari dan mengurus semua keperluanmu. Kalau ada yang tidak paham, kamu bisa tanya sama Dinda. Mudah-mudahan kalian bisa cocok ya. Bukan begitu, Din

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-20
  • Dendam Istri Cupu CEO   POV ARYA

    "Ayo sayang, tambah lagi," seru Tamara menuangkan minuman alkohol jenis vodka itu ke gelas. "Sudah cukup, Tamara. Aku sudah tidak tahan lagi," tolakku dengan pandangan yang sudah sangat berkunang-kunang. Entah sudah gelas atau mungkin botol ke berapa yang sudah aku tenggak. Kepalaku pusing. Ditambah lampu kerlap kerlip dan musik house yang sangat kuat. "Ah, cemen kamu. Baru juga dua botol. Nih aku sudah pesan botol ketiga. Kita nikmati malam ini." "Sudah cukup. Cukup, Tamara. Beneran, aku sudah tidak kuat. Perutku mual. Aku mau pulang." Aku beranjak dari dudukku dengan langkah terhuyung-huyung. Tamara menatapku kesal. "Kok pulang. Katanya malas melihat si cupu buruk rupa. Kok malah minta pulang. Malam ini sama aku aja," rajuknya dengan menarik tanganku. "Tidak bisa, sayang. Di rumah ada adikku. Aku takut nanti dia ngadu ke papi, aku bisa gawat. Lagian besok aku juga ada meeting." Aku tersenyum melihat kekasihku merajuk. Bibirnya dimony

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-20
  • Dendam Istri Cupu CEO   POV ARYA(2)

    Cahaya matahari yang menyelinap melalui sela korden menyilaukan mataku. Ah, berat sekali kepala ini. Kusibakkan selimut. Dan aku terkejut melihat tubuhku dalam keadaan tidak mengenakan pakaian sehelai pun. Aku menoleh ke kanan. Si cupu tertidur nyenyak di sampingku. Dan ... oh my God! Dia juga sedang tidak berpakaian. Jangan bilang kalau .... "Arrrggghhh ...." Aku berteriak dan terduduk lemas di kursi rias. Berusaha mengingat-ingat kembali kejadian tadi malam. Apa aku dan si cupu tadi malam begituan? Aku bergidik geli membayangkannya. "Ada apa, mas?" Kok teriak-teriak?" tanyanya dengan memicingkan mata. "Seharusnya aku yang tanya. Apa yang terjadi tadi malam? Kenapa aku bisa tidak memakai baju. Dan kau ... Jangan bilang ... kita ... Akhhh!" Kuremas kasar rambutku. Menyesali kebodohan yang sudah aku lakukan. Kenapa sampai bisa aku menyentuhnya sih?" "Tadi malam mas mencumbuku dan semuanya terjadi begitu saja." Gadis norak it

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-20

Bab terbaru

  • Dendam Istri Cupu CEO   POV ARYA(2)

    Cahaya matahari yang menyelinap melalui sela korden menyilaukan mataku. Ah, berat sekali kepala ini. Kusibakkan selimut. Dan aku terkejut melihat tubuhku dalam keadaan tidak mengenakan pakaian sehelai pun. Aku menoleh ke kanan. Si cupu tertidur nyenyak di sampingku. Dan ... oh my God! Dia juga sedang tidak berpakaian. Jangan bilang kalau .... "Arrrggghhh ...." Aku berteriak dan terduduk lemas di kursi rias. Berusaha mengingat-ingat kembali kejadian tadi malam. Apa aku dan si cupu tadi malam begituan? Aku bergidik geli membayangkannya. "Ada apa, mas?" Kok teriak-teriak?" tanyanya dengan memicingkan mata. "Seharusnya aku yang tanya. Apa yang terjadi tadi malam? Kenapa aku bisa tidak memakai baju. Dan kau ... Jangan bilang ... kita ... Akhhh!" Kuremas kasar rambutku. Menyesali kebodohan yang sudah aku lakukan. Kenapa sampai bisa aku menyentuhnya sih?" "Tadi malam mas mencumbuku dan semuanya terjadi begitu saja." Gadis norak it

  • Dendam Istri Cupu CEO   POV ARYA

    "Ayo sayang, tambah lagi," seru Tamara menuangkan minuman alkohol jenis vodka itu ke gelas. "Sudah cukup, Tamara. Aku sudah tidak tahan lagi," tolakku dengan pandangan yang sudah sangat berkunang-kunang. Entah sudah gelas atau mungkin botol ke berapa yang sudah aku tenggak. Kepalaku pusing. Ditambah lampu kerlap kerlip dan musik house yang sangat kuat. "Ah, cemen kamu. Baru juga dua botol. Nih aku sudah pesan botol ketiga. Kita nikmati malam ini." "Sudah cukup. Cukup, Tamara. Beneran, aku sudah tidak kuat. Perutku mual. Aku mau pulang." Aku beranjak dari dudukku dengan langkah terhuyung-huyung. Tamara menatapku kesal. "Kok pulang. Katanya malas melihat si cupu buruk rupa. Kok malah minta pulang. Malam ini sama aku aja," rajuknya dengan menarik tanganku. "Tidak bisa, sayang. Di rumah ada adikku. Aku takut nanti dia ngadu ke papi, aku bisa gawat. Lagian besok aku juga ada meeting." Aku tersenyum melihat kekasihku merajuk. Bibirnya dimony

  • Dendam Istri Cupu CEO   Dua Belas

    "Untung saja kau itu anakku. Kalau tidak, sudah papi laporkan kau ke polisi karena sudah merugikan perusahaan." "Jangan, pi. Arya minta maaf. Jangan laporkan Arya ke polisi," mohonnya dengan wajah memelas. "Sekarang semua urusan perusahaan sudah papi serahkan ke tangan Rena. Nanti Rena juga yang akan menggajimu. Tentu saja dengan gaji staf marketing biasa. Kalau kau butuh uang lebih, maka kau juga harus kasbon ke bagian keuangan seperti karyawan lain. Paham?" "Tapi, pi ... argh," dengusnya kesal lalu keluar dari ruangan. Pria berkumis itu menghela napasnya melihat perilaku anaknya barusan, lalu pandangannya beralih kepadaku. "Mulai sekarang, kamu akan bekerja di sini. Dinda yang akan jadi sekretaris kamu. Nanti dia juga yang akan mengajari dan mengurus semua keperluanmu. Kalau ada yang tidak paham, kamu bisa tanya sama Dinda. Mudah-mudahan kalian bisa cocok ya. Bukan begitu, Din

  • Dendam Istri Cupu CEO   Sebelas

    "Ini dia orang yang akan menggantikan saya sebagai direktur di PT. Hadikusumo Corporation. "Riuh tepuk tangan menyambut masuknya calon direktur baru perusahaan milik bapak Cokro Hadikusumo. Dengan kemeja berpita di dada dan rok payung selutut aku melangkah masuk ke dalam ruangan meeting tersebut. Puluhan pasang mata menatapku yang berjalan dengan kepala menunduk. Dari ekor mataku, aku bisa melihat mereka berkasak kusuk dan ada pula yang menahan tawa. "Apa? Rena? Direktur baru kita?" tanya mas Arya tak percaya. Papi tak menjawab. Mas Arya mendengus kesal karena dicuekin ayahnya sendiri. "Inilah direktur baru yang akan menggantikan saya. Pasti sudah kenal kan sama Rena, menantu kesayangan saya kan?" "Iya sudah, Pak," jawab mereka serentak. "Karena kondisi saya yang sudah tidak begitu sehat, maka mulai sekarang, ibu Rena yang akan men

  • Dendam Istri Cupu CEO   Sepuluh

    Pagi ini Papi mengumpulkan seluruh jajaran staf dan komisaris serta para pemegang saham. Termasuk pula Mas Arya yang selama ini bertindak selaku direktur di perusahaan papinya ini. "Baiklah. Tujuan saya pagi ini mengumpulkan bapak-bapak dan ibu-ibu di sini, untuk mengumumkan suatu hal penting. Saya akan mengangkat seorang direktur baru di perusahaan kita," ujar pria berusia lima puluh tahunan itu. Dan sontak membuat para peserta rapat menjadi saling pandang. Termasuk Mas Arya. "Maaf Pak Cokro. Bukannya direktur kita selama ini Pak Arya ya?" tanya salah satu manager. "Arya hanya menggantikan posisi saya sementara saja selama saya sakit kemarin. Toh selama ini tidak ada acara pengangkatan secara khusus kan?" "Lalu siapa, Pak, yang akan menggantikan posisi bapak?" celetuk yang lain. Papi tersenyum penuh arti. "Dinda!" "Ya, Pak," sahut seorang gadis.

  • Dendam Istri Cupu CEO   Sembilan

    Bik Inah membukakan pintu berkaca tebal tersebut. Dan tampak pria berusia sekitar lima puluhan, duduk di balik meja."Masuklah, Nak!" perintahnya. Kepalanya menunduk. Tatapannya fokus pada kertas-kertas di mejanya.Aku masuk ke dalam beriringan dengan Mas Arya di sampingku."Siapa yang menyuruhmu untuk ikut masuk?" tanya Papi begitu mengangkat kepala dan melihat anak sulungnya mengikutiku."Tapi, Arya kan anak Papi. Arya berhak tahu juga dong, apa yang dibicarakan Papi dan Rena.""Keluar! Papi cuma mau berbicara empat mata saja dengan menantu papi," ujarnya tegas."Tapi, Pi ....""Keluar!"Mas Arya keluar dari ruangan Papi. Terlihat dari wajahnya, sepertinya dia begitu dongkol karena pengusiran sang ayah."Jangan kau coba-coba menguping di depan pintu, Arya. Papi bisa melihat kau dari CCTV yang mengarah ke pintu itu."Dari sebuah televisi, kami bisa melihat Mas Arya berdir

  • Dendam Istri Cupu CEO   Mami Sakit

    Krriiing. Dering telepon pintarnya membuat omelannya terhenti. "Halo, pi." Alhamdulilah, ternyata papi yang menelepon. Aku pikir Tamara. "Mami sakit apa, Pi? Tapi, Arya harus ke kantor pagi ini . Ya sudah kalau begitu. Arya siap-siap dulu ya, Mi. Rena ...." Matanya melirikku padaku yang duduk di pinggir ranjang. "Ya nanti Arya ajak ke sana. Mana mungkin Arya tidak mengajak istri Arya. Ya sudah, Arya siap-siap dulu,ya." Mas Arya menutup ponselnya. Lalu menoleh ke arahku. "Cepat kau siap-siap. Kita ke Jakarta hari ini. Mami sakit," titahnya ketus. Tangannya sibuk mencari pakaian yang berjejer di hanger dalam lemari. "Mami sakit apa, mas?" "Tidak tahu! Sudah tak usah banyak tanya. Mandi sana!" Aku menghela napas. Padahal sudah berbulan-bulan diperlakukan suamiku begini, tapi hatiku masih saja sakit. Selesai mandi dan bersiap-siap, kami segera meluncur ke rumah mertuaku. Dengan kondisi jalan yang cukup padat, dalam

  • Dendam Istri Cupu CEO   Sakitnya Hati Ini

    Tentu saja aku menikmatinya. Karena ini adalah malam yang sangat kurindukan selama ini. Dan tepat di bulan ketiga pernikahan kami, mas Arya memberikan nafkah batinnya untukku. Walaupun dalam keadaan mabuk dan menyebut nama wanita lain di depanku. Tapi tak apalah. Setidaknya aku sudah merasakan hangat dan aroma tubuhnya. Biasanya aku hanya bisa menciumi aroma tubuhnya dari pakaian yang bekas ia pakai. Untuk malam ini, aku bisa puas dan leluasa merasakan hangat dan deru napasnya di telingaku. Walaupun mas Arya terus menerus menyebutkan nama Tamara di sela desahan napasnya. 'Tamara ... Tamara ...." "Dalam keadaan tidur pun, kau masih menyebut namanya. Begitu istimewanya dia bagimu. Apakah sudah tidak ada ruang kosong di hatimu untukku mas?" gumamku sambil mengelus pipinya. Lalu kukecup pelan keningnya. Mataku mulai terasa mengantuk. Kumatikan lampu tidur di nakas. Lalu kuletakkan kepalak

  • Dendam Istri Cupu CEO   Malam Pertama Itu

    "Oh begitu. Ya sudah, kakak istirahat ya. Atau mau Sandra beliin obat?"Aku menggeleng. "Tidak usah, San. Kakak cuma perlu istirahat."Gadis itu tersenyum manis. Senyum yang sama dengan kakak laki-lakinya. Hanya saja senyum itu tak pernah aku dapatkan."Padahal tadi Sandra mau ajak kakak jalan-jalan. Tapi, kakak sakit, ya tidak jadi deh." Bibirnya mencebik lucu. "Ya sudah. Sandra keluar dulu ya. Kakak istirahat."Sandra berjalan keluar dan menutup pintu. Kulirik jam di nakas. Pukul 21.22 WIB. Mas Arya belum pulang juga. Dan aku rasa dengan keributan tadi, akan berpotensi dia pulang larut atau mungkin tidak pulang.Ah, sudahlah, bukankah itu sudah biasa. Pulang larut lalu tidur di sofa. Itu juga karena ada Sandra. Kalau tidak, suamiku lebih memilih tidur di kamar tamu yang digunakan Sandra saat ini.Kumatikan lampu tidur di nakas. Aku lebih menyukai tidur dalam gelap. Karena aku rasa, akan lebih segar ke

DMCA.com Protection Status