Share

7. Siapa Dia?

Author: Sinokmput
last update Last Updated: 2021-09-10 10:58:33

"Kenapa kalian diam saja, cepat tolong," teriak Raylin pada penjaga di depan pintu.

Sedangkan para penjaga itu tampak kebingungan. Dia tak mungkin menolong wanita itu karena dia tawanan dari tuan mereka. Tapi melihat keseriusan Raylin yang marah, akhirnya dengan terpaksa mereka menolong wanita itu.

Raylin berjalan dengan langkah cepat, diikuti seorang penjaga yang menggendong tubuh Bianca. Raylin menyuruh penjaga itu masuk ke kamar tamu, dan meletakkan tubuh Bianca di ranjang. Setelahnya Raylin memanggil dokter untuk datang ke sini.

Sedangkan salah satu penjaga yang ada di depan gudang tadi langsung menemui Xavier untuk memberikan laporan. Tentu saja hal ini membuat Xavier sangat marah, dia langsung pergi meninggalkan teman-temannya di ruang kerja untuk menyusul adiknya itu. 

~

"Siapa wanita ini?" gumam Raylin lirih melihat penampilan Bianca yang sangat mengenaskan. Dia yang sesama wanita, merasa sangat kasihan dengan kondisi Bianca saat ini.

Sambil menunggu dokter datang, Raylin membersihkan tubuh Bianca dibantu oleh Tia. Mereka juga mengganti baju Bianca yang tampak lusuh. Tubuh Bianca benar-benar terasa dingin ketika Raylin menyentuhnya.

Tok... Tok... Tok...

Suara pintu membuat perhatian mereka teralihkan, Tia dengan cepat membukakan pintu. Di sana, seorang lelaki memakai jas kebesaran dokter berdiri di depan pintu, menampilkan senyuman manis di bibirnya.

"Raylin." sapa dokter itu.

"William, cepat periksa dia." Raylin menunjuk wanita yang terbaring lemah di ranjang pada William.

"Kukira aku akan memeriksa Xavier," gumam William yang masih bisa didengar oleh Raylin.

William mendekat ke arah ranjang, mengeluarkan alat-alat dokternya untuk memeriksa pasien. William juga memeriksa beberapa luka di tubuh Bianca.

"Lihat ini." Tiba-tiba Raylin menunjuk pada paha Bianca, di sana lukanya membengkak dan berwarna merah kehitaman.

William langsung memeriksanya, ketika dia menyentuhnya, dia merasa kaget. "Masih ada peluru yang menyangkut di sini."

Raylin yang mendengar itu tentu saja ikut terkejut. Dia menyuruh William untuk segera menolong wanita itu. Meskipun Raylin tak mengenalnya, tapi Raylin merasa wajib untuk menolong sesama manusia.

Akhirnya operasi kecil dilakukan oleh William. Tak lupa dia memberikan obat bius dan infus agar tubuh Bianca stabil. Dia dibantu oleh Raylin untuk membersihkan luka yang ada di paha Bianca. Setelah selesai, William bahkan menjahit luka Bianca.

"Dia siapa?" tanya William menoleh ke arah Raylin.

"Entahlah, aku tak tahu. Aku menemukannya di gudang tadi. Pasti ada hubungannya dengan kakak." balas Raylin.

William mengangguk, dia hanya diam dan membereskan sisa pekerjaannya. Sambil menulis resep untuk Bianca nanti.

"Bagaimana kabar kakek Nathan?" tanya Raylin mengalihkan pembicaraan. Perlu diketahui, William adalah anak bungsu dari Nathan, paman dari Jacob, ayah Raylin. Kebetulan, William dan Raylin hanya terpaut 2 tahun. Membuat mereka sangat akrab. 

"Kesehatannya memburuk akhir-akhir ini, tapi dia masih belum mau untuk menjalani pengobatan," ucap William mendesah.

"Dia lebih nyaman bersama keluarganya, mungkin itu obat baginya."

William mengangguk, dia membenarkan ucapan Raylin. Terkadang, obat dari segala penyakit adalah keluarga yang bahagia. Mereka mendapat hal positif dari hangatnya kekeluargaan itu. Membuat yang sakit biasanya merasakan kenyamanan.

"Baiklah, aku harus kembali ke rumah sakit. Ini resep obat untuk wanita itu. Jika dua hari keadaannya bertambah buruk, sebaiknya kau membawa dia ke rumah sakit." kata William.

Raylin mengangguk, dia beranjak dari duduknya dan berniat mengantarkan William. Tapi ketika mereka membuka pintu kamar, mereka terkejut melihat Xavier yang menatap mereka dengan tajam.

"Apa yang kau lakukan, Raylin?" tanya Xavier dengan nada suara yang dingin, dia menatap adiknya kesal. Urat kemarahan terlihat jelas di wajahnya, entah apa yang terjadi. 

**

Sinokmput 

Related chapters

  • Dendam, Cinta, dan Gairah   8. Mencoba Kabur?

    "Kakak," ucap Raylin tercekat. Suasana menjadi tegang, di belakang Xavier, Noah dan Scoot baru saja datang. Xavier masih menatap adiknya tanpa berkedip, seolah matanya itu mampu menguliti adiknya. "Hai, Xavier, apa kabar?" William memecah suasana, dia menampilkan senyuman di bibirnya. Dia yang tak mengetahui permasalahannya tak mengerti dengan situasi yang terjadi di depannya. "Aku baik, kau boleh pulang, William." Xavier bahkan tak menatap ke arah William. Noah yang ada di belakang mencoba memberi isyarat pada William. Membuat William akhirnya pamit pada mereka dan beranjak pergi dari sana. "Jangan gegabah, Xavier. Dia adikmu," ucap Scoot memperingati. Tapi Xavier seolah ta

    Last Updated : 2021-09-11
  • Dendam, Cinta, dan Gairah   9. Kekejaman Xavier

    "Apa dia mencoba kabur?" tanya Scoot melihat seorang wanita di depannya. "Sepertinya iya," gumam Noah menimpali. Xavier masih diam menatap tajam Bianca. Melihat bekas darah yang menetes di lantai, Xavier yakin jika wanita itu mencabut paksa selang infusnya. Xavier mendekati Bianca, kakinya menendang tubuh Bianca. Tapi wanita itu sama sekali tak meresponnya. "Dia tak mungkin bangun, bodoh. Dia pingsan." Scoot mencemooh Xavier, dia langsung bergerak menggendong tubuh Bianca dan membawanya kembali ke kamar tamu. Xavier yang melihat itu mendengus, padahal dia ingin menyeret saja wanita itu. Benar-benar merepotkan. Akhirnya dia berjalan mengikuti Scoot, sedangkan Noah memanggil Tia untuk membersihkan lantai yang terkena

    Last Updated : 2021-09-12
  • Dendam, Cinta, dan Gairah   10. Terima Kasih, Raylin

    Setelah memastikan tak ada yang melihatnya, Raylin segera mengunci kamar tamu. Dia berbalik, dan betapa terkejutnya dia melihat Bianca yang tergolek lemas di lantai.Raylin segera menghampiri Bianca, mencoba mengguncang tubuh Bianca. "Kau tak apa?" tanya Raylin pelan.Mata Bianca berkedip, dia hanya bisa mengangguk pada Raylin. Dirinya benar- benar sangat lemas. Raylin yang melihat itu membantu Bianca untuk berbaring di ranjang. Meski tampak kesusahan, tapi akhirnya dia berhasil juga."Apa yang sebenarnya kakak lakukan padamu?" gumam Raylin dengan nafas terengah setelah mengangkat Bianca.Melihat luka Bianca yang kembali berdarah, Raylin berinisiatif untuk mengobatinya. Untung saja tadi William meninggalkan beberapa peralatan P3K di kamar ini.

    Last Updated : 2021-09-13
  • Dendam, Cinta, dan Gairah   11. Kedatangan Orang Tua Xavier

    "Raylin, kemarilah," pinta Scoot antusias ketika melihat adik temannya itu keluar dari pintu samping.Mendengar itu, Xavier menoleh. Xavier melihat adiknya itu mengerucutkan bibir sambil menatap kesal pada Scoot. Bukannya duduk di samping Scoot, Raylin malah duduk di samping Noah."Menyingkir, Noah. Aku ingin duduk di samping wanitaku," kata Scoot mengusir Noah.Tapi Noah mengabaikan Scoot, dia kembali sibuk dengan teleponnya. Scoot yang melihat ini menjadi kesal dan Raylin hanya bisa terkekeh dengan tingkah mereka.Kemudian, Raylin menoleh untuk menatap kakaknya. Dia sedikit gugup menyadari kesalahannya. "Ada apa, Kak?""Dari mana saja kau? Mommy menelpon, dia tak bisa menghubungi dirimu." Xavier menatap Raylin seksama.

    Last Updated : 2021-09-14
  • Dendam, Cinta, dan Gairah   12. Jelaskan, Xavier!

    "Adikmu meminta...""Mommy sedikit bosan, di sana terlalu dingin membuat aktivitas menjadi tak nyaman." Maria meringis setelah memotong ucapan suaminya, dia menatap suaminya dengan kode kedipan mata. Dia sudah berjanji, ini akan menjadi rahasia tentang dirinya dan Raylin.Melihat itu, Jacob hanya menghela nafas malas. Dia berjalan mendekat ke arah Noah dan Scoot, ikut duduk bersama lelaki muda di sana.Xavier yang masih ada di depan Maria hanya ber-oh ria. "Apa udaranya begitu dingin? Aku jadi ingin bermain sky di sana." Xavier melepas halus dekapan Maria pada Raylin, setelah itu dia memeluk ibunya dan membawanya masuk ke dalam.Raylin yang melihat ini menjadi cemberut, dia ingin segera menyusul ibunya. Tapi tugasnya seakan berteriak memanggil namanya untuk segera disele

    Last Updated : 2021-09-15
  • Dendam, Cinta, dan Gairah   13. Xavier yang Keras Kepala

    Maria masih menatap tajam tiga lelaki di depannya. Kakinya menyilang dengan anggun. Di belakang Maria, ada Jacob yang senantiasa menemani. Jacob memegang pundak Maria, seakan menahan wanita paruh baya itu agar tidak kelewatan ketika marah."Siapa yang bisa menjelaskan tentang ini?" tanya Maria dengan dingin. Wanita yang biasanya lembut itu berubah seperti singa yang siap menerkam mangsanya"Aku benar-benar tidak tahu, jadi aku tak bisa menjelaskan," ucap Scoot angkat tangan dengan masalah yang terjadi. Hal ini membuat Xavier dan Noah meliriknya tajam."Xavier, Noah," panggil Maria menatap mereka.Xavier menghembuskan nafas pelan, duduk dengan tegak dan menatap ibunya. "Dia yang membunuh James," ucap Xavier dengan singkat.Mar

    Last Updated : 2021-09-19
  • Dendam, Cinta, dan Gairah   14. Menyelinap

    Ruang makan malam ini terlihat ramai daripada biasanya. Ada Scoot yang memutuskan untuk menginap bersama Noah, ada Raylin dan juga orang tua Xavier yang singgah mengunjungi Xavier.Tia menghidangkan banyak makanan di meja, dibantu oleh Raylin. Meskipun sebatas pembantu dan tuan rumah, tapi mereka tampak akrab."Di mana, Mom?" tanya Xavier pada ayahnya yang duduk di depannya.Jacob tampak mencari keberadaan istrinya, bibirnya melengkung membentuk senyuman ketika melihat istrinya baru saja datang.Rahang Xavier mengetat melihat ibunya datang bersama Bianca. Ibunya bahkan dengan telaten membantu Bianca berjalan. Suasana berubah menjadi lebih canggung, Xavier tak melepaskan pandangannya dari Bianca."Aku akan makan di luar."Xavier baru saja ingin beranjak, tapi suara ibunya yang tegas tanpa bisa dibantah membuat Xavier mengurungkan niatnya."Pergilah, dan jangan kembali." Begitulah ucapan Maria pada anaknya.Dengan terpaksa, Xavie

    Last Updated : 2021-09-20
  • Dendam, Cinta, dan Gairah   15. Saling Tindih

    "Kau yakin tidak ikut pulang?" tanya Maria pada anak perempuannya setelah melepaskan pelukan.Hari ini, Jacob mengajak Maria untuk pulang. Meskipun mereka sudah menghabiskan banyak waktu, tapi tetap saja, lelaki itu selalu mempunyai rasa cemburu ketika Maria lebih dekat dengan anak-anaknya."Aku akan di sini beberapa hari lagi, Mom." Raylin tersenyum, mencoba meyakinkan orang tuanya agar tak merasa khawatir."Baiklah, cepatlah pulang. Mom akan kesepian di rumah sendirian.""Ehmm." Jacob berdehem, menatap Maria dengan kesal. Membuat Maria hanya bisa memutar bola mata dengan malas."Lihatlah, daddy bahkan cemburu denganmu," bisik Maria yang membuat Raylin terkekeh."Ayolah, ha

    Last Updated : 2021-09-21

Latest chapter

  • Dendam, Cinta, dan Gairah   40. Penyerangan

    "Xavier," panggil Bianca sekali lagi, karena lelaki itu tak merespon. Dia yang awalnya rebahan di sofa, kini beranjak untuk mendekati Xavier. "Hey, ada apa?" tanya Bianca sekali lagi dengan raut wajah yang cemas, apalagi saat melihat Xavier terlihat begitu serius. Embusan napas kasar terdengar dari bibir Xavier. Dia yang tadinya sedang mengancingkan baju kemejanya, mulai terhenti. Dia berbalik untuk menatap Bianca, sedangkan tubuhnya menyandar pada lemari. "Ada masalah dengan pengiriman barang-barangku, Bianca. Seseorang telah mencurinya," jawab Xavier terkesan lemas. "Barang apa?" tanya Bianca dengan dahi berkerut dalam. Seulas senyum tipis terukir di bibir Xavier. Dia mengacak-acak rambut Bianca dengan sedikit kasar. "Kau tak akan paham, sekalipun aku menjelaskan."Lelaki itu kembali merapikan pakaiannya, setelah siap, dia menatap Bianca dengan lekat. Kedua tangannya menangkup pipi Bianca, tatapannya begitu lembut pada wanita itu. "Jangan khawatir, semuanya pasti akan baik-baik

  • Dendam, Cinta, dan Gairah   39. Menghabiskan Waktu Bersama

    "Maafkan aku, Bianca, tapi aku tidak bisa meneruskan ini," lirih Xavier masih dengan napas terengah begitu ciumannya terlepas. Dia memejamkan mata, sambil menyatukan keningnya di kening Bianca. Lelaki itu masih berada di atas tubuh Bianca, dengan tangan sedikit menopang agar tak menindih wanita itu. Bianca mengangguk pelan, dia ikut memejamkan mata, seolah meresap kehangatan napas Xavier yang menerpa wajahnya. Tangannya masih melingkar apik di leher Xavier, dengan kaki yang sudah terbuka. "Maafkan aku," ucap Xavier sekali lagi. Dia mengecup kening Bianca lalu bangun dengan perlahan. Penampilan mereka benar-benar sudah berantakan saat ini. Xavier yang bertelanjang dada dengan pakaian yang sudah tercecer di lantai, dengan Bianca yang kancing blousenya sudah terlepas sebagian. Rambut wanita itu bahkan terlihat acak-acakan saat mencoba untuk bangun. "Apa semua ini salah bagimu, Xavier? Apa kali ini kau akan bilang kau kalap lagi?" tanya Bianca dengan tatapan

  • Dendam, Cinta, dan Gairah   38. Benih-benih Cinta

    "Xavier," ucap Bianca lirih begitu ciuman mereka terlepas. Napasnya tampak kepayahan, akibat Xavier tak membiarkannya bernapas sedikit pun. Matanya juga tampak sendu dengan jantung yang berdegup kencang. Tangan Bianca masih mencengkram bahu Xavier dengan keras. Xavier tak menjawab, lelaki itu malah membawa Bianca berenang ke tepian. Tapi bukannya mengajak wanita itu naik, Xavier malah menggendong Bianca dalam air. Dia membiarkan kaki wanita itu melingkar pada pinggulnya, dengan tangan yang memeluk lehernya erat. Mata Xavier menatap wajah Bianca tanpa berkedip, kedua tangannya bahkan sudah menangkup pipi wanita itu. Lagi-lagi, tanpa aba-aba, dia kembali mencium bibir Bianca. Kali ini ciuman itu terkesan sedikit liar, keduanya saling membalas dengan rakus. Melumat bahkan menggigit kecil bibir satu sama lain. Berpindah posisi kepala saling miring dari kiri ke kanan. Langit seolah mendukung, sore yang beranjak malam menampilkan senja yang begitu indah. Angin bertiup lembut mengiringi

  • Dendam, Cinta, dan Gairah   37. Jarak yang Begitu Dekat

    "Grace, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Xavier dengan dahi berkerut dalam saat menatap sang kekasih. "Siapa dia?" tanya Xavier lagi, melirik sadis lelaki yang ada di samping Grace. Grace terkekeh, saat melihat tatapan cemburu dari Xavier. Dia menggenggam tangan lelaki itu dengan lembut. "Dia David, klien baruku. Kami baru saja membicarakan bisnis di sini," kata Grace. Tiba-tiba saja dia berjinjit untuk lebih mendekat ke arah Xavier, dengan nada yang berbisik, dia mulai berkata, "Kau tahu, dia menawariku menjadi model iklan sebuah produk dari perusahaannya, dan harganya benar-benar fantastis." "Grace." Xavier sedikit menggeram setelah mendengar ucapan Grace, dia menatap tajam kekasihnya. Dengan nada yang angkuh, dia mulai berkata, "Aku bahkan bisa memberikanmu semuanya, kenapa kau masih saja menerima pekerjaan seperti ini? Bukankah kau hilang akan libur panjang untuk menemaniku?" Mata Grace melotot, dia langsung menarik tangan Xavier untuk sedikit menjauh dari David dan juga

  • Dendam, Cinta, dan Gairah   36. Restoran

    "Bianca…." "Bi…." Xavier memanggil-manggil nama wanita yang sekarang menjadi asistennya tersebut, dia juga mengguncang kecil baju Bianca untuk membangunkan wanita itu. Tatapan Xavier begitu lekat, saat memandangi wajah pulas Bianca yang tertidur. Hal ini tentu saja membuat Bianca terusik, dia melenguh sebentar, mencoba mengganti posisi kepalanya ke samping untuk kembali tidur. Tapi ketika dia merasakan sentuhan pada bahunya, tiba-tiba saja dia merasa terkejut. Wanita itu bangun dengan wajah yang kaget, apalagi saat melihat Xavier ada di depannya. Alis Xavier terangkat sebelah melihat hal itu, dia tidak tahan untuk tersenyum karena tingkah Bianca terlihat menggemaskan. Apalagi dengan mata bulat sempurna Bianca yang melotot dengan tubuh yang menegang. "Kau tidak apa-apa?" tanya Xavier yang masih duduk di meja, menatap Bianca lekat. "Xavier…." Bianca sendiri tampak salah tingkah, wanita itu menjadi gugup lalu berpura-pura sibu

  • Dendam, Cinta, dan Gairah   35. Satu Ruangan

    "Bianca, kau sudah siap?" Wanita yang baru saja merapikan rambutnya itu segera menoleh ketika mendengar namanya dipanggil. Dia dengan cepat berdiri, berjalan menuju pintu dan membukanya. Bisa Bianca lihat, Noah tengah berdiri di depan kamarnya dengan wajah terlihat datar tanpa emosi. "Hai, Noah," sapa Bianca, meskipun begitu dia tetap memberikan senyum manisnya pada lelaki itu. . "Apa kau sudah siap? Xavier memintaku mengajakmu ke kantor sekarang," kata Noah to the point, mengungkapkan alasannya menghampiri Bianca di pagi hari. "Ah, ya, bisakah kau tunggu sebentar, aku akan mengambil tasku," kata Bianca. Dia bahkan tak menunggu respon Noah dan kembali masuk begitu saja. Kakinya yang masih pincang saat dibawa berjalan, membuatnya tampak kesusahan. Bahkan beberapa kali dia meloncat dengan satu kaki, agar langkahnya tak terlalu lambat. Bianca kembali ke meja riasnya, memoles lipstik di bibirnya dengan tergesa, lalu mengambil tas yang te

  • Dendam, Cinta, dan Gairah   34. Suasana yang Canggung

    "Hai," sapa Grace yang semakin membuat Bianca kikuk. Wanita itu memaksakan senyuman, lalu menyambut uluran tangan kekasih Xavier. Dia mengangguk kecil saat berkata, "Bianca." "Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Wajahmu terasa tak asing," ucap Grace berbasa-basi. Tapi hal ini membuat Bianca merasa bingung, pasalnya dia baru pertama kali bertemu dengan Grace, kenapa wanita itu mengatakan hal yang demikian? "Sepertinya kau salah orang, aku baru pertama kali di sini," kata Bianca. "Dia akan menjadi asistenku di kantor mulai besok," tutur Xavier menyela ikut mendekat, lalu merangkul tubuh Grace dari samping. "Benarkah? Bukankah sudah ada Scoot dan Alexander?" pekik Grace seolah terkejut. Hal ini membuat Xavier terkekeh. "Aku masih perlu banyak orang untuk mengurusi bisnis-bisnisku, agar aku mempunyai banyak waktu luang untukmu," ungkapnya sambil mencuri ciuman dari Grace. Maria yang sejak tadi diam memperhatikan menjadi tak tahan lagi. Wanita paruh baya itu berdehem keras, sampai

  • Dendam, Cinta, dan Gairah   33. Awal Mula Bertemu

    "Bianca," panggil Maria sedikit terengah saat tangannya ditarik untuk berjalan cepat oleh Bianca. Wanita yang sudah menginjak usia matang itu sedikit kepayahan, mengikuti langkah lebar Bianca. "Berhenti, Bianca, sebenarnya ada apa ini?" tanya Maria yang tidak tahan, akhirnya menghempaskan genggaman tangan wanita itu. Entah kenapa dia merasa penasaran dengan sikap Bianca yang tiba-tiba panik sejak tak sengaja menabrak seseorang tadi. Maria ingat, jika lelaki itu memanggil nama Bianca. Dan sedetik kemudian, Bianca mulai menariknya untuk mengajak kabur. Apa mereka saling mengenal? Pikir Maria bertanya-tanya. Dia menatap Bianca dengan lekat, seolah menunggu jawaban wanita itu. "Jangan di sini, Nyonya. Aku akan menjelaskan semuanya. Tapi tolong jangan di sini," pinta Bianca dengan wajah memelas. Meraih tangan Maria lagi dalam genggaman. Dahi Maria yang melihat itu berkerut dalam. Tapi dia tidak ingin ada masalah yang tidak diinginkan terjadi. Akhirnya wanita paruh baya itu mengangguk,

  • Dendam, Cinta, dan Gairah   32. Berbelanja

    "Xavier, astaga … aku benar-benar merindukanmu!" Begitu Xavier baru saja membuka pintu rumahnya, Grace datang menghampiri dirinya dengan manja. Wanita itu bahkan langsung memeluknya begitu saja, tanpa rasa malu meskipun ada orang lain di sini. Xavier sendiri tampak menikmati pelukan tersebut, dia mengecup kepala kekasihnya berkali-kali sebelum melepaskan. Dia mulai menarik Grace untuk duduk di sofa. "Pergilah, Alexander. Aku tidak membutuhkanmu sekarang!" usir Xavier ketika melihat asistennya masih ada di sini. Tatapan matanya begitu datar, mengawasi Alexander sampai lelaki itu menghilang di balik dinding. Setelah memastikan tak ada orang lain lagi, Xavier mulai menatap kekasihnya. "Ke mana saja kau selama ini? Tak ada kabar, bahkan teleponmu tidak bisa dihubungi. Aku sudah melacak dirimu, tapi hasilnya sia-sia. Apa selama ini kau selingkuh di belakangku?" tanya Xavier beruntun dengan nada yang mendesak. Dia memang begitu merindukan kekasihnya, tapi menghilangnya wanita itu selam

DMCA.com Protection Status