Angel cipika cipiki kepada ayah dan ibunya. Sang ayah banyak memberikan nasihat termasuk soal Nick. Angel hanya sekadar mengangguk dan menjawab iya, agar tidak mengecewakan ayahnya. “Pokoknya Papa gak boleh banyak mikir. Papa pulang kapan?” tanya Angel kepada sang ibunda. “Belum. Belum pulang. Kita tunggu penjelasan dokter hari ini,” ucap sang ibunda. “Maaf ya Ma, aku harus pulang sekarang. Karena nanti siang ada meeting yang gak bisa ditinggal,” kata Angel. “Gak apa-apa. Kondisi ayahmu sudah stabil. Kamu tenang aja, nanti Mama kabari kalau kenapa kenapa. Doakan ya,” ujar sang ibunda. “Pasti Ma. Aku pulang ya Pa, Ma,” kata Angel. “Diantar driver kan ke Changi?”“Hemm, iya,” kata Angel tidak bilang kalau kemungkinan Bara akan mengantarnya. “Oke … hati-hati ya. Kabari kalau sudah sampai,” kata ibunda Angel. Angel lantas pulang dengan berjalan di lorong. Dia masuk ke dalam lift, dan melihat ponselnya. Angel mencoba untuk menghubungi Bara, namun ia urungkan niatnya. “Halo! Pak, t
“Elo siapa? Hah! Gak usah ikut campur,” tukas Nick tiba-tiba ketus. “Mas, jangan gitu. Ini kan yang pernah aku ceritakan. Mas Bara, sekarang yang pegang klinik dan skincare aku,” kata Angel memegang tangan suaminya. “Akan menjadi urusan saya kalau sudah kasar sama perempuan,” tegas Bara. “Ini urusan rumah tangga orang ya,” tegas Nick. “Oh ya? Rumah tangga apa yang meninggalkan istri berhari-hari?” kata Bara kelewat batas. “WAH SIALAN! NYOLOT,” kata Nick ketus. “Mas … Mas Bara, Mas Nick. Udah udah, aku mohon. Gak enak ini di jalan raya. Please, ini salah paham. Kita ke kantorku dulu ya, tenang dulu kamunya,” bujuk Angel. “Ya udah, aku pinggirin mobil dulu,” kata Nick akhirnya mematuhi sang istri. Angel lantas menatap Bara dan menatap dengan tatapan mata memelas. Bara mencoba untuk menghormati Angel dengan menahan emosinya. “Maaf ya mas, tapi gak usah begitu. Ini biar menjadi urusan saya dan suami,” pinta Angel. “Oke. Saya gak bermaksud ikut campur. Tapi tadi perlakuan
“Ya tapi kan kamu gak perlu ciuman sama dia? Apalagi di depan aku,” ucap Riri kesal di toilet. “Aku gak cium dia, aku tegasin. Dia yang duluan. Biar gimana, dia masih istri aku. Aku gak bisa mengelak,” kata Nick memegang tangan Riri sesekali clingak-clinguk. “Tapi aku gak mau jadi yang kedua terus menerus! Sampai kapan sih kamu ceraikan dia dan nikahi aku secara resmi? Mama itu udah bolak-balik curiga,” kata Riri. “Nanti! Nanti aku pasti nikahi kamu! Tapi aku masih bujuk dia untuk jual klinik ini. Aku malah senang kalau ternyata klinik ini akan bangkrut. Aku akan dapat bagian dari hasil penjualan, bisa miliaran,” tegas Nick. “Ya gak mungkin. Kalaupun dia udah gulung tikar, klinik ini masih akan dikelola oleh Mas Bara, atasan yang baru. Rasanya, klinik ini gak akan dijual,” ucap Riri. “Lho tetap saja dong, itu kan labelnya. Tapi soal aset dan juga lahan, ini tetap ada hak aku. Itu yang masih aku perjuangkan. Ada bagian aku yang tertulis di perjanjian akad,” kata Nick. “Pokoknya a
Bara mengintip dari balik tirai meja kerjanya, begitu melihat Angel sedang melepas keberangkatan sang suami. Nick terlihat masuk ke dalam mobil ketika mereka sudah selesai makan. Bara hanya memerhatikan dari balik tirai khas kantor, samar-samar melihat Angel salim kepada sang suami. Nick dengan wajah biasa-biasa saja terlihat dari balik kaca jendela mobilnya. “Hati-hati di Yogyakarta ya mas! Jangan lupa hubungi aku. Aku berharap kamu bakal pulang ke rumah lebih cepat,” ucap Angel di pinggir pintu mobil. Nick terlihat mengangguk dan memakai kacamata. Dia menyetir mobilnya dan meninggalkan Angel di teras kantor. Wajah Angel terlihat berbinar karena terlepas beban dan kerinduannya kepada sang suami, setelah makan siang bareng. Angel masuk dan menegur semua karyawan dan para dokter. Hanya Riri yang terlihat cemberut dan uring-uringan. “Ditekuk aja itu muka, Neng! Lagi kesel atau putus cinta sih,” kata Angel menggoda Riri. “Maaf bu, saya lagi tidak ingin bercanda,” tukas Riri agak me
Riri dan Nick langsung sedikit menjaga jarak. Mereka menjauh beberapa langkah. Bara berdiri di antara mereka, dan melirik ke wajah keduanya satu persatu. “Oh ini lho mas, kami gak sengaja bertemu di bandara,” kata Riri mencoba mencari alasan. “Ya, saya mau ke Yogyakarta. Lagipula, apa urusanmu?” ucap Nick ketus. “Oh kalau saya, habis antar adik ke bandara, mas,” ucap Riri sedikit pucat. “Oh ya? Lalu sengaja ketemuan, atau gimana nih,” tanya Bara menyelidik. “Lama-lama Anda selalu ikut campur hidup saya ya! Sok tahu sekali,” kata Nick menggertak. Seluruh pengunjung hingga barista sampai memerhatikan ke arah mereka. Perdebatan itu mulai sedikit tegang. “Lho, bukannya ikut campur. Saya berhak ikut campur karena Riri adalah anak buah saya. Riri saat ini kerja di bawah perusahaan saya. Wajar saya bertanya,” kata Bara sekali lagi. “Oh ya tapi nada bicara Anda tendensius sekali,” ucap Nick ketus seraya menunjuk wajah Bara. “Riri anak buah saya. Saya hanya heran, kenapa dia ada di si
Angel menghubungi Riri setelah mengetahui kabar cuti dari Bara. Dia tidak percaya jika Riri benar-benar cuti. "Masa gak puas sih waktu itu udah cuti sampai 5 hari? Memangnya kamu mau ke mama sih Ri? Seru amat," tanya Angel di ujung telepon. "Ah ibu ... saya mau liburan sama adik saya," kata Riri beralasan. "Hemm gitu, jadi liburnya berapa hari nih?" tanya Angel sekali lagi. "Rencananya cuti 4 hari plus 2 hari libur tanggal merah kok, Bu. Gak apa-apa ya," kata Riri sekali lagi. "Ya udah. Have fun ya. Tapi sekarang kamu kalau ada apa-apa, komunikasi dong sama aku. Kok sekarang kamu kayaknya agak menjauh deh," ujar Angel. "Ah enggak bu, mungkin saya hanya lebih banyak travelling aja kali ya," kata Riri. "Iya deh. Selamat travelling ya," ucap Angel menggeleng kepala saat selesai menghubungi Riri. Angel berjalan sendiri di mal seusai pulang kerja. Sambil memilih pakaian, Angle ditelepon Widuri. Dengan semangat, Angel menjawab telepon Widuri. Dan memberitahu kalau dia ada di sebuah
Angel benar-benar bimbang dan menangis di samping Widuri. Sang sahabat mencoba untuk membuat Angel tenang, namun Angel agak sulit mengontrol emosinya. Sedikit lirih dan agak sesegukan, Angel mencoba untuk tidak menjadi pusat perhatian sekeliling pengunjung. Dia menutupi wajahnya dengan buku menu dan membelakangi keramaian. Widuri mengusap-usap punggung Angel. “Ngel, aku rasa, sudah gak sehat sih. Lantas, Nick tinggal di mana selama ini, jika memang tidak pulang ke rumah? Iya kan?” tanya Widuri. “Hu hu … apa mungkin karena aku ya Wid?” isak Angel. “Kamu lemah amat sih Ngel? Masa karena kamu? Kamu cinta banget apa sama Nick? Apa yang harus dipertahankan sih,” tanya Widuri. “Gak apa-apa. Tapi aku masih ingat saat-saat kita ketemu. Saat itu aku baru akan lulus S2. Dia ketika itu masih jadi agen properti, belum di bidang yang sekarang. Dia bantu aku cari lahan. Dia yang dampingi aku dari nol. Kami juga dari sama-sama nol. Aku membangun klinik itu kan karena uang Papa. Jadi aku juga se
Angel dan Widuri tiba di kantor Nick. Hanya 5 lantai, kantor kecil. Angel menunggu di lobi. Dia mencoba untuk tetap tenang sekalipun Angel cemas. “Kamu sama sekali gak hubungi Nick kan, Ngel?” “Gak! Gak sama sekali aku hubungi dia. Karena kan aku tahunya dia ke luar kota. Aku hanya mau tahu, apakah dia benar ke luar kota atau enggak,” kata Angel dengan wajah cemas. “Good. Emang sebaiknya begitu Ngel. Kalau ditelepon, nanti dia malah antisipasi atau kabur. Lebih baik memang datang langsung begini. Kamu gak bisa ya, langsung naik aja ke ruangannya,” tanya Widuri gemas. “Bisa sih, tapi aku deg-degan,” kata Angel. “Ya elah! Langsung aja. Kamu harus siap, Ngel,” kata Widuri. “Ya udah oke,” ujar Angel langsung masuk ke lift bersama Widuri. Lantai 3, Angel ke luar dari lift. Terlihat beberapa teman sekantor Nick, yang beberapa hari lalu sempat bertemu Angel di mal. Angel kembali menegaskan keberadaan suaminya. “Maaf ya bu Angel, memangnya bu Angel gak tahu kalau Pak Nick memang sedan
Angel melotot menatap Bara saat mendengar Bara menyatakan perasaannya. Sang perempuan berbadan dua itu sedikit memastikan apa yang sebenarnya Bara katakan. "Maksud kamu gimana mas? Aku gak paham," ujar Angel. "Ya maksudku sudah jelas Ngel. Bahwa aku sayang sama kamu. Entah kenapa, ini semua seperti proses. Jujur, awalnya aku sangat benci kamu dan ayahmu, namun setelah aku mengenal kamu lebih jauh, justru hidupku menjadi lebih baik, aku lebih banyak tersenyum. Kamu mengisi kekosongan dan mengusir rasa dendam itu Ngel," kata Bara menyatakan panjang lebar. "Apaan sih kamu mas ..."Angel mencoba menghindar dan menuju ke arah pintu ruang kerjanya. Bara lantas memegang bahu Angel. "Jangan marah Ngel, aku hanya menyatakan yang sebenarnya, yang aku rasakan," kata Bara. "Mas ... aku ini istri orang. Bahkan, aku sedang mengandung anak suamiku," kata Angel dengan mata berkaca-kaca. "Aku hanya mau tanya satu hal sama kamu Ngel," kata Bara. "Apa itu mas," sahut Angel. "Apakah kamu masih ci
Angel sudah jauh lebih baik hari ini. Dia sudah mulai bisa tersenyum saat masuk ke kantor. Sudah sepekan sejak Angel masuk rumah sakit dan dinyatakan hamil. "Ya baik! Deal ya pak! Kita jalankan kerja sama ini," kata Bara saat bersalaman dengan klien kemudian menoleh ke ruang kaca. Angel melintas dengan membawa tas tangan dengan penampilan yang sudah jauh lebih baik. Lantas kemudian Angel masuk ke dalam ruangannya. Bara bergegas menuju ke ruangan Angel. "Sehat Ngel?" tutur Bara tersenyum kecil. "Hei ... mas. Iya udah lebih baik," kata Angel tersenyum dan sudah jauh lebih tegar. "Syukurlah. Aku senang dengarnya. Gimana? Sudah lebih bisa rileks atau ..." "Ya, sudah mas. Aku sudah lama menginginkan anak ini," kata Angel memegang perutnya. "Iyaaa ... aku paham. Kalau kamu memang tidak sanggup, pulang gak apa-apa. Gak usah ke kantor," ujar Bara. UWEEKK! UWEEEK! Angel tiba-tiba mual. Dia lantas beranjak dari bangkunya lalu menuju wastafel. Bara cukup menunjukka
Nick bertanya kepada satpam di depan rumah Angel. Saat menurunkan kaca jendela, satpam tentu sudah mengenal majikannya. Saat mendekat, Nick mengajak satpam tersebut ngobrol. "Pak Nick gak masuk? Sudah lama sekali Pak Nick tidak pulang. Ibu lagi hamil katanya pak. Selamat ya," kata satpam enggan ikut campur. "Ah iya pak. Ya ... memang saya gak mungkin pulang. Mungkin bapak sudah tahu ..." kata Nick terlihat bimbang. "Iya pak. Yang sabar ya pak, saya ikut doakan yang terbaik," kata satpam. "Di dalam sedang ada tamu saya lihat," kata Nick menyelidik. "Ah iyaa... ada Pak Bara. Beberapa kali sering ke sini sejak bu Angel sering sakit dan hamil," kata satpam. "Ohhh ... sering datangnya?" tanya Nick. "Hemm ... ya sejak bu Angel masuk rumah sakit, dan pulang dari rumah sakit aja sih pak," kata satpam. Nick melihat ke arah mobil Bara. Dia mengangguk dan langsung pamit kepada satpam tanpa masuk. Lalu Nick memberikan sekantong plastik mangga dan bubur ayam untuk Angel. "Tolong kasih ya
Nick melihat istrinya pagi hari. Semalaman, Nick tidur di sofa. Wajah Riri cemberut dengan tanpa senyum sedikitpun. Nick bangkit dari sofa memegang bahu Riri dari belakang. "Jangan gitu dong sayang, jangan marah," kata Nick saat Riri tengah menyiapkan sarapan. "Apaan sih! Jangan sentuh sentuh aku," ucap Riri ketus. "Sayang ... aku kan memang masih suaminya Angel. Jadi wajar kalau kami memang tidur bareng. Dia aku kasih nakah batin," kata Nick mencoba merayu Riri. "Gila kamu ya! Berani-beraninya kamu berpikir seperti itu!" kata Riri. "Ya bukan berani-beraninya, saat itu memang Angel merayu aku, dan aku ....""TERGODA! AH KAMU EMANG DOYAN!" tukas Riri sambil mengacungkan pisau. "Sayang, please! Tolong mengerti," kata Nick. "Ya terus, kalau Angel sedang hamil anak kamu, terus, kamu gak jadi cerai? Terus nasib aku gimana? Terus jadi yang kedua seumur hidup? Hah!" "Ya gak begitu juga sayang ... Angel juga gak mau nerima aku lagi. Tapi, tentu memang kami belum bisa bercerai. Tapi ak
Pagi hari, Nick termenung di balkon apartemen. Riri dengan dress dan perut yang mulai terlihat, memberikan jus di pagi hari. Sang istri siri juga membawakan buah untuk suaminya. "Sayang, kok kamu melamun aja sih? Semalam pulang jam berapa? Aku udah tidur," kata Riri sambil memetik satu buah anggur. "Hemm iya, jam 11 malam," kata Nick sambil menatap ke arah sejauh mata memandang dengan dingin. "Oh gitu, kok gak bangunin aku sih? Terus, sekarang kamu ke kantor? Temani aku aja dong sayang," kata Riri langsung duduk di pangkuan Nick. "Aduh ..." kata Nick langsung mengelak lalu menghindar perlahan."Ada apa sih sayang? Kok kamu kayak sembunyikan sesuatu dari aku," kata Riri mulai curiga. "Hah? Gak apa-apa," kata Nick. "Pasti kamu mikirin Bu Angel kan? Jujur!" kata Riri. Nick hanya menggeleng dan menoleh ke arah Riri dengan dingin. Dia berdiri lalu memegang besi balkon sambil menatap jalan.Riri mulai resah, dan bingung dengan sikap suami yang dirampasnya. Lantas, Riri memeluk Nick d
TING TONG! ART membuka pintu. Bara yang datang, membawakan beberapa plastik berisi makanan. Pukul 7 pagi saat ini. "Pak Bara ... ada apa ya?" tanya ART sudah mengenalnya. "Angel ada? Sudah bangun?" tanya Bara ramah. "Non Angel lagi di area belakang, lagi minum jus di area kolam renang," kata ART. "Saya susul ya. Sudah makan belum dia?" tanya Bara lagi. "Tadi sih bu Angel katanya sedang mual. Jadi makanya minta dibikinin jus dan buah aja," kata ART. "Oh gitu, ya sudah, saya ke dalam ya," kata Bara seraya melangkah. Bara mengintip ke arah kolam renang. Terlihat Angel tengah menyantap buah sambil melamun. Tatapan matanya kosong dan memang sedang banyak pikiran. "Ehem! Morning," kata Bara tiba-tiba. "Ehhh ... mas Bara? Kok ada di sini," tanya Angel seraya berdiri menyambut atasannya. 'Ya kebetulan sebelum ke kantor sekalian lewat. Ada bubur sumsum dan kacang ijo nih. Mau yang mana? Belum sarapan kan," tanya Bara seraya memperlihatkan makanan yang dipegangnya. "Ya amp
Bara membantu Angel untuk pindah ke ruang perawatan. Pukul 19 malam ini, Widuri pamit saat Angel sudah lebih tenang. Bara tidak beranjak, seharian bersama Angel. "Bener, gak perlu aku temani?" tanya Widuri. "Gak perlu Wid. Gak apa-apa. Gak usah. Terima kasih. Kamu kan harus kerja lagi besok," kata Angel. "Besok aku akan ke kantor Nick. Akan aku bahas soal penundaan perpisahan kalian," kata Widuri. "Nanti ... kalau Mas Nick tanya, bilang aja, perceraian akan diurus setelah klinik laku terjual. Karena aku belum bisa juga bayar uang yang diminta oleh dia," ucap Angel sudah ikhlas. "Kenapa sih gak bilang kalau kamu hamil aja?" tanya Widuri. "Gak usah ... nanti aja. Aku gak mau berebut suami dengan Riri yang juga sedang hamil. Aku gak sudi dia bantu aku selama kehamilanku," ujar Angel kembali menangis. "Yang sabar ya Ngel," kata Widuri. Bara hanya menyimak obrolan mereka dengan mengupas kulit jeruk untuk Angel. Selanjutnya, Bara kemudian mengantar Widuri hingga ke pintu. "Mas Bara
"Iya halo, tante," tutur Bara menjawab telepon yang masuk. "Lho ini siapa?" tanya ibunya Angel di ujung telepon. "Saya Bara," kata Bara. "Lho Nak Bara. Sedang sama Angel ya? Kok teleponnya sama kamu?" tanya ibunya Angel bingung. "Tante ... ini ... Angel ... tadi pingsang. Sekarang sedang di rumah sakit," kata Bara. "APA? YA AMPUN! RUMAH SAKIT? KONDISINYA GIMANA? ADUHHH," kata ibunya Angel panik. "Tante tenang aja dulu. Angel sudah kami temani kok. Sejauh ini kondisinya sadar, sudah ditangani dokter," kata Bara. "Di rumah sakit mana? Nanti kamu chat tante ya! Biar tante dan om langsung ke sana. Kok bisa?" tanya ibunya Angel. "Tadi, Angel sempat bertengkar dengan Nick, tante. Di kantor. Ya setelah itu, Angel mungkin syok dan pingsan," kata Bara. "ITU ORANG LAGI GARA-GARANYA! SELALU AJA NYUSAHIN ANAK SAYA! YA SUDAH, TOLONG YA BARA. DI SANA ADA SIAPA?" tanya ibunya Angel. "Ada Santi kok tante, sekretaris saya. Widuri juga sebentar lagi datang, tadi sudah dikabari," kata Bara. "
Suara pertengkaran terdengar dari dalam ruangan Angel. Santi dan beberapa dokter hingga karyawan menguping dari luar. Mereka penasaran dengan apa yang terjadi. "Kasihan ya Bu Angel, dengar-dengar sih, rumah tangganya di ujung tanduk," kata salah satu karyawan. "Aduh, itu ribut banget lho, lebih baik segera buka pintunya daripada terjadi apa-apa," kata salah satu dokter. "Eh apa benar, WIL atau selingkuhan suaminya itu adalah si Riri? Soalnya, gue sempat dengar begitu. Apalagi Riri juga kan dipecat ya," kata yang lainnya. "Sssst, jangan pada gosip. Gimana ini," ucap Santi mencoba mengetuk pintu terus. BRUKK!BRUUUK!"Jahat kamu mas! Kamu tega mengkhianati aku, apa salahku? Aku sudah berusaha mencoba pasang badan buat kamu di depan Papa Mama! Kenapa sih?! Tega banget," teriak Angel dari dalam. "YA KARENA KAMU GAK BISA KASIH AKU ANAK!"Tak Tok Tak TokSuara pantofel pria terdengar masuk ke dalam. Pria itu terhenti sejenak langkahnya begitu dia melihat karyawan dan sekretarisnya ber