Angel benar-benar bimbang dan menangis di samping Widuri. Sang sahabat mencoba untuk membuat Angel tenang, namun Angel agak sulit mengontrol emosinya. Sedikit lirih dan agak sesegukan, Angel mencoba untuk tidak menjadi pusat perhatian sekeliling pengunjung. Dia menutupi wajahnya dengan buku menu dan membelakangi keramaian. Widuri mengusap-usap punggung Angel. “Ngel, aku rasa, sudah gak sehat sih. Lantas, Nick tinggal di mana selama ini, jika memang tidak pulang ke rumah? Iya kan?” tanya Widuri. “Hu hu … apa mungkin karena aku ya Wid?” isak Angel. “Kamu lemah amat sih Ngel? Masa karena kamu? Kamu cinta banget apa sama Nick? Apa yang harus dipertahankan sih,” tanya Widuri. “Gak apa-apa. Tapi aku masih ingat saat-saat kita ketemu. Saat itu aku baru akan lulus S2. Dia ketika itu masih jadi agen properti, belum di bidang yang sekarang. Dia bantu aku cari lahan. Dia yang dampingi aku dari nol. Kami juga dari sama-sama nol. Aku membangun klinik itu kan karena uang Papa. Jadi aku juga se
Angel dan Widuri tiba di kantor Nick. Hanya 5 lantai, kantor kecil. Angel menunggu di lobi. Dia mencoba untuk tetap tenang sekalipun Angel cemas. “Kamu sama sekali gak hubungi Nick kan, Ngel?” “Gak! Gak sama sekali aku hubungi dia. Karena kan aku tahunya dia ke luar kota. Aku hanya mau tahu, apakah dia benar ke luar kota atau enggak,” kata Angel dengan wajah cemas. “Good. Emang sebaiknya begitu Ngel. Kalau ditelepon, nanti dia malah antisipasi atau kabur. Lebih baik memang datang langsung begini. Kamu gak bisa ya, langsung naik aja ke ruangannya,” tanya Widuri gemas. “Bisa sih, tapi aku deg-degan,” kata Angel. “Ya elah! Langsung aja. Kamu harus siap, Ngel,” kata Widuri. “Ya udah oke,” ujar Angel langsung masuk ke lift bersama Widuri. Lantai 3, Angel ke luar dari lift. Terlihat beberapa teman sekantor Nick, yang beberapa hari lalu sempat bertemu Angel di mal. Angel kembali menegaskan keberadaan suaminya. “Maaf ya bu Angel, memangnya bu Angel gak tahu kalau Pak Nick memang sedan
Bara menyambangi ruang kerja Angel. Dia berdiri di pintu saat Angel menangis di mejanya. Tangan Angel dilipat dan menutup wajahnya. Bara melangkah dan memberikan tisu. "Sedih banget sih? Kalau begini terus, gimana mau bayar utang saya?" tanya Bara sedikit tersenyum seraya memberikan tisu. "Mas ... bikin kaget aja. Ini sudah masuk bulan ketiga ya? Rasanya, saya memang belum sanggup bayar utang kamu. Baru terkumpul 500 juta. Itupun belum bayar utang bank. Atau saya bayar cicil aja ya?" tanya Angel seraya mengambil tisu dan menghapus air matanya. "Hehe, kamu pakai perasaan banget kok. Saya gak nagih utang kok. Saya justru menawarkan kesediaan untuk tempat curhar. Silakan kalau butuh curhat. Sedih banget sih," kata Bara. "Gak sedih kok, it's oke," kata Angel menghapus air matanya. "Gak sedih tapi kok nangis? Kenapa? Boleh saya tahu?" tanya Bara sekali lagi. "Hemm gak usah mas, aku hanya ingin sendiri," kata Angel. "Bagaimana kalau kita makan aja? Mau?" tanya Bara mencoba untuk memb
Kalau Kamu Mau Pisah, Terserah!Esoknya, saat bangun pagi hari, Angel menyadari tempat tidurnya kosong. Selalu rutin terjadi tiap pagi. Dia mencoba menghubungi Widuri, sahabatnya. “Wid,” kata Angel masih dengan dress transparan di balik selimut. “Yes! Kenapa nih pagi-pagi udah telepon aku,” kata Widuri. “Gak apa-apa. Cuma mau tanya aja, kalau harta gana-gini itu, kalau pasangannya terbukti selingkuh, apakah dia dapat hak?’ tanya Angel tiba-tiba. “Astaga! Jadi benar kan, si Nick selingkuh?” tanya Widuri sekali lagi. “Bukan bukan … maksudku, aku belum tahu sih apakah dia selingkuh atau gak. Tapi gak tahu kenapa, firasat ini kuat banget,” kata Angel. “Ya gak usah pakai firasat sih. Emang udah kelihatan kali. Masa ada istri secantik dan sesempurna kamu, malah gak diladenin sih,” kata Widuri. “Hehe, cantik kan bukan jaminan,” ucap Angel. “Ya setidaknya, kamu itu nyaris sempurna Ngel,” ujar Widuri. “Ya aku menyadari, aku memang sibuk sekali setahun belakangan ini karena memang pend
Nick masuk ke dalam dapur keesokan paginya. Dia melihat Angel sedang meminum obat di dapur. Sebagai seorang suami, Nick ternyata masih ingin tahu apa yang dilakukan Angel. “Sakit apa kamu?”“Oh ini mas, mungkin aku cuma kurang tidur aja. Jadi sedikit perih matanya, agak mau flu,” kata Angel segera menyiapkan sarapan. “Oh gitu, ya istirahat lah. Jangan kerja terus,” kata Nick masih sedikit perhatian. Mereka habis bertengkar semalam. Nick belum berangkat ke kantor, begitu juga Angel. “Aku sekarang harus banyak kerja keras, mas. Aku harus kembalikan utang. Kalau memang kamu mau klinik kecantikan itu dijual, aku harus mengambil alih klinik itu lagi dari tangan Mas Bara,” kata Angel. “Itu orang belagu banget sih! Ya itu kan tanah kamu, lahan kamu. Jual ya jual aja. Atau nanti uang hasil penjualan klinik, ya kamu bayarkan semua utangnya. Gampang kan?” tegas Nick. “Tapi aku rasa, itu menyalahi kontrak. Kalau di kontrak menyatakan, aku harus bisa mengembalikan uang itu dalam 6 bulan sem
Riri pulang dengan berjalan kaki pelan-pelan sambil membawa tasnya. Dia clingak-clinguk menunggu seseorang. Riri berjalan agak lebih jauh ke kanan, lalu dia berbelok. BEEP BEEP!“Sayang, ayo,” teriak seseorang dari dalam mobil. Tentu saja, itu sosok Nick yang menjemput Riri diam-diam. Mereka bertemu di pinggir jalan sekitar pukul 1 siang. Sambil memegang tisu, Riri masuk ke dalam mobil. “Uh kamu lama banget sih sayang,” rengek Riri. “Ya maaf dong. Aku juga kan hari ini dari rumah, jadi tadi sampai kantor telat,” kata Nick. “Ah alasan! Kamu habis ‘begituan’ kan sama Bu Angel, semalam,” kata Riri ngambek. “Aku harus bilang berapa kali sih sama kamu? Aku gak pernah sentuh dia lagi sejak kita lamaran, sampai aku menikah sama kamu. Sudah hampir 4 bulan,” tegas Nick memegang tangan Riri. “Bener yaaa,” kata Riri manyun. “Iyaa! Cinta itu kan soal kenyamanan, begitu juga seks. Aku sudah nyaman sama kamu,” kata Nick. UWEEEK!“Eh kenapa?”“Kenapa, kenapa … makanya aku minta jemput kamu
"Ahhh kamu jangan pulang dong sayang. Ini udah mulai musim hujan. Hujan deras." pinta sang istri siri merengek. "Sayang, kan aku memang harus jatah sehari untuk Angel hari ini. Besok aku akan pulang ya," kata Nick merayu lembut Riri saat sudah di apartemen. "Tuh kan ... padahal kan aku sudah kasih kamu anak, sayang. Ya memang sih, masih baru hamil. Tapi kan aku buktikan ke kamu kalau aku lebih subur dari istri kamu," ucap Riri merajuk. "Iya sayang, tapi aku juga kan harus janji sama Angel. Malam ini aja. Dan memang harus pulang, karena laptop dan dokumen penting ada di rumah," kata Nick/ "Pokoknya janji ya. Besok sudah di sini. Besok pagi," tegas Riri manyun. "Ya jangan pagi juga, Aku kan dari rumah langsung ke kantor. Masa sih ke sini dulu. Tolong mengerti aku ya. Ya barangkali aja, aku akan coba bicara sama Angel soal uang lahan itu," kata Nick. "Pokoknya, aku mau, sebelum anak ini lahir, aku sudah nikah resmi lho ya sama kamu," ucap Riri merengek. "Lho lho lho, gak pernah ad
Pagi harinya, Angel masih di balik selimut. Dia memegang sisi di sebelahnya, tidak ada sang suami di sebelahnya. Padahal, Angel masih tanpa busana di balik selimut. "Mas! Mas ... kamu di mana." tanya Angel agak berteriak lalu mengenakan rompi sutera dan mengikatnya di pinggang. Suara air mengalir terdengar dari dalam kamar mandi. Angel mengetuk pintunya dan memanggil Nick. "Iya! Aku harus cepat berangkat nih," kata Nick teriak dari dalam. "Masa kamu mau berangkat sekarang sih mas? Kan ini masih jam 6 pagi," kata Angel dari luar pintu. Krriiing Kriiiing!Angel mendengar suara ponsel Nick berbunyi. Dia kemudian menuju ke arah ponsel dan mengintip ponsel sang suami. Terlihat sekali Angel meraih HP itu, namun langsung berhenti berdering. "Andika," ucap Angel membaca ponselnya. Drrrt Drrrt!"Sayang ... kok kamu gak pulang sih? Katanya mau pulang Subuh. Ayo dong, ini udah jam 6 pagi," kata pesan itu terlihat dari luar ponsel namun tidak bisa dibuka karena dipassword oleh Nick. Dahi
Angel melotot menatap Bara saat mendengar Bara menyatakan perasaannya. Sang perempuan berbadan dua itu sedikit memastikan apa yang sebenarnya Bara katakan. "Maksud kamu gimana mas? Aku gak paham," ujar Angel. "Ya maksudku sudah jelas Ngel. Bahwa aku sayang sama kamu. Entah kenapa, ini semua seperti proses. Jujur, awalnya aku sangat benci kamu dan ayahmu, namun setelah aku mengenal kamu lebih jauh, justru hidupku menjadi lebih baik, aku lebih banyak tersenyum. Kamu mengisi kekosongan dan mengusir rasa dendam itu Ngel," kata Bara menyatakan panjang lebar. "Apaan sih kamu mas ..."Angel mencoba menghindar dan menuju ke arah pintu ruang kerjanya. Bara lantas memegang bahu Angel. "Jangan marah Ngel, aku hanya menyatakan yang sebenarnya, yang aku rasakan," kata Bara. "Mas ... aku ini istri orang. Bahkan, aku sedang mengandung anak suamiku," kata Angel dengan mata berkaca-kaca. "Aku hanya mau tanya satu hal sama kamu Ngel," kata Bara. "Apa itu mas," sahut Angel. "Apakah kamu masih ci
Angel sudah jauh lebih baik hari ini. Dia sudah mulai bisa tersenyum saat masuk ke kantor. Sudah sepekan sejak Angel masuk rumah sakit dan dinyatakan hamil. "Ya baik! Deal ya pak! Kita jalankan kerja sama ini," kata Bara saat bersalaman dengan klien kemudian menoleh ke ruang kaca. Angel melintas dengan membawa tas tangan dengan penampilan yang sudah jauh lebih baik. Lantas kemudian Angel masuk ke dalam ruangannya. Bara bergegas menuju ke ruangan Angel. "Sehat Ngel?" tutur Bara tersenyum kecil. "Hei ... mas. Iya udah lebih baik," kata Angel tersenyum dan sudah jauh lebih tegar. "Syukurlah. Aku senang dengarnya. Gimana? Sudah lebih bisa rileks atau ..." "Ya, sudah mas. Aku sudah lama menginginkan anak ini," kata Angel memegang perutnya. "Iyaaa ... aku paham. Kalau kamu memang tidak sanggup, pulang gak apa-apa. Gak usah ke kantor," ujar Bara. UWEEKK! UWEEEK! Angel tiba-tiba mual. Dia lantas beranjak dari bangkunya lalu menuju wastafel. Bara cukup menunjukka
Nick bertanya kepada satpam di depan rumah Angel. Saat menurunkan kaca jendela, satpam tentu sudah mengenal majikannya. Saat mendekat, Nick mengajak satpam tersebut ngobrol. "Pak Nick gak masuk? Sudah lama sekali Pak Nick tidak pulang. Ibu lagi hamil katanya pak. Selamat ya," kata satpam enggan ikut campur. "Ah iya pak. Ya ... memang saya gak mungkin pulang. Mungkin bapak sudah tahu ..." kata Nick terlihat bimbang. "Iya pak. Yang sabar ya pak, saya ikut doakan yang terbaik," kata satpam. "Di dalam sedang ada tamu saya lihat," kata Nick menyelidik. "Ah iyaa... ada Pak Bara. Beberapa kali sering ke sini sejak bu Angel sering sakit dan hamil," kata satpam. "Ohhh ... sering datangnya?" tanya Nick. "Hemm ... ya sejak bu Angel masuk rumah sakit, dan pulang dari rumah sakit aja sih pak," kata satpam. Nick melihat ke arah mobil Bara. Dia mengangguk dan langsung pamit kepada satpam tanpa masuk. Lalu Nick memberikan sekantong plastik mangga dan bubur ayam untuk Angel. "Tolong kasih ya
Nick melihat istrinya pagi hari. Semalaman, Nick tidur di sofa. Wajah Riri cemberut dengan tanpa senyum sedikitpun. Nick bangkit dari sofa memegang bahu Riri dari belakang. "Jangan gitu dong sayang, jangan marah," kata Nick saat Riri tengah menyiapkan sarapan. "Apaan sih! Jangan sentuh sentuh aku," ucap Riri ketus. "Sayang ... aku kan memang masih suaminya Angel. Jadi wajar kalau kami memang tidur bareng. Dia aku kasih nakah batin," kata Nick mencoba merayu Riri. "Gila kamu ya! Berani-beraninya kamu berpikir seperti itu!" kata Riri. "Ya bukan berani-beraninya, saat itu memang Angel merayu aku, dan aku ....""TERGODA! AH KAMU EMANG DOYAN!" tukas Riri sambil mengacungkan pisau. "Sayang, please! Tolong mengerti," kata Nick. "Ya terus, kalau Angel sedang hamil anak kamu, terus, kamu gak jadi cerai? Terus nasib aku gimana? Terus jadi yang kedua seumur hidup? Hah!" "Ya gak begitu juga sayang ... Angel juga gak mau nerima aku lagi. Tapi, tentu memang kami belum bisa bercerai. Tapi ak
Pagi hari, Nick termenung di balkon apartemen. Riri dengan dress dan perut yang mulai terlihat, memberikan jus di pagi hari. Sang istri siri juga membawakan buah untuk suaminya. "Sayang, kok kamu melamun aja sih? Semalam pulang jam berapa? Aku udah tidur," kata Riri sambil memetik satu buah anggur. "Hemm iya, jam 11 malam," kata Nick sambil menatap ke arah sejauh mata memandang dengan dingin. "Oh gitu, kok gak bangunin aku sih? Terus, sekarang kamu ke kantor? Temani aku aja dong sayang," kata Riri langsung duduk di pangkuan Nick. "Aduh ..." kata Nick langsung mengelak lalu menghindar perlahan."Ada apa sih sayang? Kok kamu kayak sembunyikan sesuatu dari aku," kata Riri mulai curiga. "Hah? Gak apa-apa," kata Nick. "Pasti kamu mikirin Bu Angel kan? Jujur!" kata Riri. Nick hanya menggeleng dan menoleh ke arah Riri dengan dingin. Dia berdiri lalu memegang besi balkon sambil menatap jalan.Riri mulai resah, dan bingung dengan sikap suami yang dirampasnya. Lantas, Riri memeluk Nick d
TING TONG! ART membuka pintu. Bara yang datang, membawakan beberapa plastik berisi makanan. Pukul 7 pagi saat ini. "Pak Bara ... ada apa ya?" tanya ART sudah mengenalnya. "Angel ada? Sudah bangun?" tanya Bara ramah. "Non Angel lagi di area belakang, lagi minum jus di area kolam renang," kata ART. "Saya susul ya. Sudah makan belum dia?" tanya Bara lagi. "Tadi sih bu Angel katanya sedang mual. Jadi makanya minta dibikinin jus dan buah aja," kata ART. "Oh gitu, ya sudah, saya ke dalam ya," kata Bara seraya melangkah. Bara mengintip ke arah kolam renang. Terlihat Angel tengah menyantap buah sambil melamun. Tatapan matanya kosong dan memang sedang banyak pikiran. "Ehem! Morning," kata Bara tiba-tiba. "Ehhh ... mas Bara? Kok ada di sini," tanya Angel seraya berdiri menyambut atasannya. 'Ya kebetulan sebelum ke kantor sekalian lewat. Ada bubur sumsum dan kacang ijo nih. Mau yang mana? Belum sarapan kan," tanya Bara seraya memperlihatkan makanan yang dipegangnya. "Ya amp
Bara membantu Angel untuk pindah ke ruang perawatan. Pukul 19 malam ini, Widuri pamit saat Angel sudah lebih tenang. Bara tidak beranjak, seharian bersama Angel. "Bener, gak perlu aku temani?" tanya Widuri. "Gak perlu Wid. Gak apa-apa. Gak usah. Terima kasih. Kamu kan harus kerja lagi besok," kata Angel. "Besok aku akan ke kantor Nick. Akan aku bahas soal penundaan perpisahan kalian," kata Widuri. "Nanti ... kalau Mas Nick tanya, bilang aja, perceraian akan diurus setelah klinik laku terjual. Karena aku belum bisa juga bayar uang yang diminta oleh dia," ucap Angel sudah ikhlas. "Kenapa sih gak bilang kalau kamu hamil aja?" tanya Widuri. "Gak usah ... nanti aja. Aku gak mau berebut suami dengan Riri yang juga sedang hamil. Aku gak sudi dia bantu aku selama kehamilanku," ujar Angel kembali menangis. "Yang sabar ya Ngel," kata Widuri. Bara hanya menyimak obrolan mereka dengan mengupas kulit jeruk untuk Angel. Selanjutnya, Bara kemudian mengantar Widuri hingga ke pintu. "Mas Bara
"Iya halo, tante," tutur Bara menjawab telepon yang masuk. "Lho ini siapa?" tanya ibunya Angel di ujung telepon. "Saya Bara," kata Bara. "Lho Nak Bara. Sedang sama Angel ya? Kok teleponnya sama kamu?" tanya ibunya Angel bingung. "Tante ... ini ... Angel ... tadi pingsang. Sekarang sedang di rumah sakit," kata Bara. "APA? YA AMPUN! RUMAH SAKIT? KONDISINYA GIMANA? ADUHHH," kata ibunya Angel panik. "Tante tenang aja dulu. Angel sudah kami temani kok. Sejauh ini kondisinya sadar, sudah ditangani dokter," kata Bara. "Di rumah sakit mana? Nanti kamu chat tante ya! Biar tante dan om langsung ke sana. Kok bisa?" tanya ibunya Angel. "Tadi, Angel sempat bertengkar dengan Nick, tante. Di kantor. Ya setelah itu, Angel mungkin syok dan pingsan," kata Bara. "ITU ORANG LAGI GARA-GARANYA! SELALU AJA NYUSAHIN ANAK SAYA! YA SUDAH, TOLONG YA BARA. DI SANA ADA SIAPA?" tanya ibunya Angel. "Ada Santi kok tante, sekretaris saya. Widuri juga sebentar lagi datang, tadi sudah dikabari," kata Bara. "
Suara pertengkaran terdengar dari dalam ruangan Angel. Santi dan beberapa dokter hingga karyawan menguping dari luar. Mereka penasaran dengan apa yang terjadi. "Kasihan ya Bu Angel, dengar-dengar sih, rumah tangganya di ujung tanduk," kata salah satu karyawan. "Aduh, itu ribut banget lho, lebih baik segera buka pintunya daripada terjadi apa-apa," kata salah satu dokter. "Eh apa benar, WIL atau selingkuhan suaminya itu adalah si Riri? Soalnya, gue sempat dengar begitu. Apalagi Riri juga kan dipecat ya," kata yang lainnya. "Sssst, jangan pada gosip. Gimana ini," ucap Santi mencoba mengetuk pintu terus. BRUKK!BRUUUK!"Jahat kamu mas! Kamu tega mengkhianati aku, apa salahku? Aku sudah berusaha mencoba pasang badan buat kamu di depan Papa Mama! Kenapa sih?! Tega banget," teriak Angel dari dalam. "YA KARENA KAMU GAK BISA KASIH AKU ANAK!"Tak Tok Tak TokSuara pantofel pria terdengar masuk ke dalam. Pria itu terhenti sejenak langkahnya begitu dia melihat karyawan dan sekretarisnya ber