Julia mengangkat wajahnya, wajahnya memelas, betapa ia malu dengan keluarga Assegaff, ternyata gadis yang pernah diserangnya dulu adalah putri dari keluarga Assegaff.
“Tidak mudah untuk memaafkan kesalahan kalian, karena kalian berdua, aku salah mengambil langkah, menyakiti orang yang tidak pernah bersalah bahkan tidak tahu tentang ini semua. Kalian tahu? Karena amarahku, aku telah berbuat yang tidak seharusnya aku perbuat. Tapi aku banyak belajar dari orang yang dulu aku sakiti, aku belajar untuk ikhlas dan menerima, mungkin ini ketentuan dari Tuhan. Aku dipertemukan dengan seorang bidadari yang tulus menerimaku dan semua kesalahanku padanya.” Dinar meremas tangan suaminya.
“Aku beruntung memilikinya sekarang.” imbuh Dirham, sambil menatap wajah istrinya.
“Setelah ini Jecky, dan kau Julia! Jangan pernah dekat dengan keluarga Assegaff lagi."
Mendengar perkataan Dirham, Jecky han
Tanpa menunggu jawaban dari istrinya, Dirham melangkah masuk ke dalam kamar mandi.“Sebentar, ya, Sayang. Bunda call Tante Delia dulu.” Ruby mengangguk.Dinar mengambil ponselnya di atas tempat tidur.(Assalamualaikum, Di. Ada apa call jam segini?) Terdengar Delia berbicara dengan ceria.“Malam ini dinner bareng yuk, Del. Ajak Mas Zaky sekalian. Bisa, kan?”(Di mana?)“Emang bisanya di mana? kami ikut aja dong.”(Aku pengen banget makan seafood)“Ya sudah, ajak Mas Zaky saja, setelah pilih tempat mana, call aku ya?”(Oke, bye, Di)“Bye.”Telepon diakhiri, ia kembali menyiapkan putrinya. Setelah itu ia pula yang memakai baju, Ruby sudah siap untuk keluar menikmati malam mingguan bersama papa dan bundanya.Sepuluh menit berlalu, Dirham keluar dari kamar mandi, Ruby sedang asik menonto
Dinar dan Delia saling pandang. Sementara Dirham masih menunduk. Menunggu jawaban dari Zaky. Harapannya hanya satu, Zaky akan memaafkannya. Dinar menatap wajah suaminya, pria itu sudah banyak berubah, tidak lagi arogan seperti dulu. Bahkan sekarang lebih manusiawi. Menundukkan kepalanya saat merasa bersalah. Dirham telah menjadi suami yang benar-benar menjaga hati istrinya, siapa sangka ia minta bertemu Zaky, karena ingin meminta maaf.Zaky terdiam lama mencoba mencerna kalimat yang diucapkan oleh Dirham. Ia meminum airnya. Ia menarik napas berat. Kejadian beberapa tahun lalu kembali muncul dalam ingatan.“Maafkan aku, Ky. Waktu itu aku benar-benar tidak mampu lagi untuk berpikir panjang. Yang aku tuju hanya membalaskan dendam atas kematian Fathia.”Zaky tersenyum, bahkan ia tidak pernah curiga kejadian itu adalah kesengajaan, ia pikir itu murni perampokan.“Aku udah maafkan, Mas. Tidak perlu minta maaf lagi.
“Jadi? Kalian?”Dirham mengangguk pelan, setelah itu tidak terdengar ucapan apapun dari bibir Dinar. Wajah Dinar memerah, ia menunduk menyembunyikan rasa hatinya. Dirham menunggu kelanjutan kata-kata Dinar tadi, Dirham ingin sekali mendengar apapun itu tentang perasaan istrinya. Meskipun itu kemarahan. Tapi Dinar tetap bungkam.“Sayang.. ”Tangan kiri Dirham menyentuh bahu istrinya dengan lembut.Dinar masih belum menyahut. Inilah akibatnya kalau ia tadi memaksa untuk mendengar masa lalu suaminya. Sebenarnya, Ia tak ingin marah, tapi perasaannya tidak bisa dibohongi, ia sakit hati, ia marah dan cemburu sekarang.“Sayang, tadi kan sudah kubilang, ini akan buat kamu marah, ngambek, cemburu. Kamu bilang nggak. Tapi kenapa sekarang marah, seperti ini? Bicara dong!”Dirham menoleh pada istrinya, Dinar masih diam menunduk dan tanpa ia sadar sebutir air bening jatuh, dengan segera ia menghapus
“Besok libur kerjanya, kan?” “Terus?” Tubuh istrinya diangkat dan dibaringkan di tas tempat tidur. “Besok, mau request dimasakin apa-apa, nggak?” “Mmmm, apa, ya? Sebentar.” Dirham menatap putrinya yang pulas tertidur di tengah tempat tidur luas itu. Ia mengangkat tubuh Ruby, dan diletakkan sedikit sisi kiri. “Bundanya di tengah, tidurku banyak tingkah, kasihan kan kalau misal Ruby tertindih atau gimana, kasihan nanti badannya sakit semua.” “Alasan itu, kan? Aslinya nggak gitu maksudnya kan, Mas?” Dirham menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ketahuan deh! Mata Dinar redup menatap putrinya yang sedang enak tidur. “Kenapa lihat dia sampai gitu?” tangan Dinar diraih dan dikecup dengan lembut. Matanya intens menatap wajah ayu itu. “Dia semakin besar, bulan depan ulang tahun ke dua. Aku belum pernah merayakan ulang tahunnya.” mata Dinar berkaca-kaca. “Tahun
Area berbahaya!Dinar menggeliat merasakan sesuatu mengganggu tidurnya. Malam semakin melabuhkan tirai-nya. Ia mengajak Ruby tidur di kamar karena Dirham sedang keluar negeri selama seminggu hari.“Sayang, tidurlah! jangan ganggu terus, Bunda ngantuk nih.” Dinar mencoba menepis untuk menghentikan Ruby, matanya masih terpejam.Sepi, hanya suara detak jarum jam yang mengisi keheningan malam.Gangguan itu berhenti membuat Dinar kembali pulas menyambung mimpi. Lihatlah, baru ditinggal 4 hari saja, ia sudah rindu pada suaminya. Sampai terbawa mimpi.Dirham melumat lembut bibir istrinya, candu yang terus-menerus ia inginkan untuk dirasa. Tiada kata jenuh dan bosan, Dinar adalah anugerah terindah untuknya.“Eeengh.. ” satu lenguhan panjang terdengar dari bibir mungil itu, ia mencoba membuka mata, mimpi dengan suaminya begitu nyata.Usapan sensual berselang de
Dirham mengambil ponselnya, jam 10 malam. Kepalanya diangkat untuk melihat putra putrinya, keduanya masih pulas tertidur di dalam tenda. Abizaair baru menginjak 2 tahun tapi jarang minta ASI, rencana Dinar memang 2 tahun harus disapih.Dinar terlihat berjalan kearahnya, istrinya itu baru saja ke toilet sebelum mereka tidur.“Ke kamar mandi nggak, Mas?” Dinar mengusap lembut lengan suaminya.“Sebentar lagi agaknya, belum pengen.”Dinar mengajak suaminya masuk ke dalam tenda untuk tidur, esok hari masih banyak kerja yang harus diselesaikan, itu sebabnya Dirham tidak bisa menunaikan permintaan putrinya untuk camping diluar kota.Dirham berbaring di sebelah istrinya, sementara Abizaair disamping kirinyanya kemudian Ruby.“Kamu tahu, Sayang. Apa yang membuatku menyesal selama ini?” Dirham menarik jilbab istrinya dan diletakkan di belakang tubuhnya.
Mengandung konten 21+Bu Ambar menyiapkan makan malam di dapurnya, Delia dengan perut yang sudah terlihat sedikit besar membantunya membuat minuman, sesekali matanya memperhatikan Zayn yang sedang bermain Wego di atas lantai. Wati, asisten rumah tangga Bu Ambar sedang mencuci piring-piring kotor di wastafel.“Kalau capek, biar Wati saja yang nyiapin meja makan nanti, Del.” Bu Ambar mengambil buah melon dari dalam kulkas.“Nggak apa, Ma.”“Hari ini suamimu tidak pulang lambat, kan?”Seperti mengerti kemauan ibu mertuanya, Delia segera mengambil pisau dan mulai memotong buah tadi.“Sepertinya tidak, Ma. Sebentar lagi juga sampai.”Panjang umur, orang yang dibicarakan muncul dari pintu utama.“Assalamualaikum, semua.”“Waalaikumussalam.” Bu Ambar dan Delia menyahut bersamaan.Demi mendengar suara sang ayah,
Ia seorang dokter spesialis bedah, masih muda, tampan dan penuh karisma, lulusan terbaik dari universitas ternama di luar negeri, ia juga seorang duda muda, dalam dingin sikapnya ada kisah cinta indah dan romantis yang tidak pernah hilang dari hatinya, cinta pertamanya, wanita pertama yang telah mencuri hatinya. Pernikahannya harus berakhir karena kenyataan pahit yang terpaksa ia telan. Istrinya ternyata saudara satu ayah dengannya, Alex Rayyan menikahi Rania Hani dalam diam tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Ia marah dengan takdirnya, ia kecewa dengan orang tuanya. Setelah Rania menemukan cinta baru ada satu rahasia lagi yang terkuak, nasi sudah menjadi bubur tapi cintanya tidak pernah terkubur. Nun jauh di kota Kuala Lumpur. Seorang wanita muda, cantik, lemah lembut dan berhati sabar, mencoba mempertahankan pernikahan keduanya, hati yang sempat sembuh dari luka lama, sekali lagi harus merana, karena keadaan ia terpak
Suara nyanyian burung kenari dan debur ombak berselang-seling membangunkan tidur pulas Dirham. Pria itu membuka matanya dan melihat jam di ponsel, sudah jam 5 pagi. Ia bangun dan menatap pada wajah ayu wanita yang masih tertidur pulas di atas lengannya. Dirham bangun dari tempat tidur dan mengalihkan kepala sang istri. Ia melangkah menuju ke kamar mandi. Membersihkan diri sebentar dan menunaikan kewajibannya. Lima belas menit berlalu tapi tidak ada tanda-tanda Dinar akan bangun, pasti wanita cantik itu kelelahan melayani keinginan suaminya yang tidak pernah jemu. Dinar baru dibiarkan tidur hampir jam 1 pagi.“Eungh …” Dinar menggeliat ketika merasakan tidurnya terganggu. Kantuknya tidak dapat lagi dinegosiasi, suaminya yang perkasa membuatnya hampir tidak bisa berdiri tadi dini hari, hingga ke kamar mandi harus digendong.Melihat istrinya tidur dengan mulut terbuka, membuat Dirham tertawa.'Kenapalah kamu itu sangat m
Mature contentDinar mencoba mengimbangi permainan lidah nakal sang suami, dan seperti selalu, Dirham selalu tidak bisa ditebak arah permainannya.“Mas, engh …” satu lenguhan keluar dari bibir mungil sang istri tatkala bibir Dirham mulai turun menjelajahi leher putih dan menyesap serta melumat dengan sesapan-sesapan kecil dan panas meninggalkan beberapa jejak kemerahan si sana. Jemari tangan Dinar meremas rambut Dirham menyalurkan hasratnya yang mulai bangkit.Dirham membawa istrinya ke atas tempat tidur dan menjatuhkannya, ia merasa celananya sesak karena miliknya mengeras sejak mereka turun dari mobil tadi. Membayangkan Dinar yang mendesis nikmat di bawah tubuhnya saja membuat pria itu langsung bergairah.Dirham membuka blouse istrinya, sementara Dinar memberi akses pada sang suami untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Ia juga menarik keluar baju pria yang menjadi tempat ia mencurahkan segal
“Mas! Anak-anak dengar tuh.” Dinar mencubit pinggang suaminya.“Dengar apa itu, Bunda?” Ruby memang kritis pemikirannya, selalu ingin tahu apapun yang didengar oleh telinganya.“Tidak ada apa, Sayang. Ruby nanti kalau bobo sama Oma dan Opa jangan rewel tau.” Dinar berpesan pada putrinya.“Kakak kan udah gede, pesen itu buat adik kali, Bunda.” Dirham tertawa mendengar kalimat pedas dari putrinya, ngikut siapalah itu, pedas kalau ngomong.“Adik uga udah pintal kok, pipis malam aja udah kaga pelnah.” Abizaair tidak mau ketinggalan.“Jelas dong, Adik udah mau 4 tahun, mana boleh pipis malem. Kasihan yang bobo sama adik kalau kena pipisnya.”Ujar Dirham pula, ia membawa mobil dalam kecepatan sedang.“Papa pelnah pipis malam-malam?” pertanyaan dari sang putra membuat Dinar terbatuk-batuk.“Pernah dong, tanya sama Bunda tuh. S
Dirham menatap istrinya, ia merasa heran mendengar ucapan dari gadis di depannya itu.“Sada, maksudnya apa? Kami tulus lho membantu kalian.” Dinar meminta Sada untuk menjelaskan penolakannya tadi.“Loli, ajak adik-adik ini bermain dengan Ruby.” Dinar memanggil Loli.“Iya, Bu. Ayo adik. Ada temannya di sana.” Loli datang dan memanggil adik-adik Sada untuk menuju ke halaman samping.“Pergilah, nanti Mbak panggil kalau mau pulang.” Baim dan Zahra mengangguk dan mengikuti langkah Loli.“Begini, Pak. Saya tidak enak kalau harus menerima kebaikan bapak dan ibu cuma-cuma.” Dinar tersenyum, ia mengerti apa maksud dari Sada. Ia masih ingat dulu Sada tidak pernah mau menerima uang secara cuma-cuma, ia harus bekerja sebelum menerima uang dari orang lain.“Tapi ini kan beasiswa. Namanya beasiswa pasti tanpa syarat. Kecuali beasiswa prestasi.&r
“Mbak Dinar!” Dinar langsung berdiri dan memeluk gadis itu dengan mata berbinar, gadis yang ingin ditemui ternyata sekarang ada di depannya. Sada membalas memeluknya.“Kamu kerja di sini?” Dirham bertanya pada Sada, gadis yang dulu pernah menjadi orang kepercayaannya untuk mengantar dan menjemput Dinar waktu mereka belum menikah.“Iya, Pak. Saya kerja di sini? Bapak sekeluarga liburan?”“Ayo, duduk. Kita bisa cerita-cerita. Adik-adik kamu pasti sudah besar sekarang.”Dinar menyentuh lengan Sada.Gadis itu tersenyum tapi menggelengkan kepalanya.“Saya masih kerja, Mbak. Mana bisa duduk-duduk di sini. Adik saya sudah sekolah, kelas 6 SD sama kelas 4.”“Kamu tidak narik ojol lagi?” Dirham bertanya sambil mengambil sebotol air mineral di atas meja. Dibuka tutupnya dan diberikan pada sang istri.“Sore jam 4 setelah pul
“Sayang, Sorry Papa sama bunda ketiduran tadi. Sekarang ajak adik tunggu di depan, ya?”Dirham mengusap kepala putrinya. Ruby mengangguk dengan cepat. Ia memanggil sang adik sesuai pesan papanya.Sementara Dirham kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Dinar baru saja selesai memakai selendang pashmina kegemarannya. Ia menyembur parfum lalu mengoles bibirnya dengan lipstik berwarna nude.Pelukan hangat Dirham dari belakang membuatnya sedikit menoleh.Dirham mendekap erat tubuh ramping istrinya, wangian aroma yang selalu segar pada penciumannya ia hirup dalam-dalam.“Jangan cantik-cantik, nanti ada yang naksir.”“Ruby bilang apa?”Dinar mengusap lengan sang suami yang melingkari perutnya.“Minta jalan-jalan ke pantai. Kita gerak sekarang. Kasihan anak-anak, ngambek katanya nungguin kita lama dari tadi.”“Papanya sih suka lama-lam
Mature content “Sayang, sabar.” Dinar mengacuhkan kalimat suaminya, entah kenapa sejak ia masuk ke dalam kamar, hasrat seksualnya naik tiba-tiba. “Mas, aku tidak bisa sabar lagi.” Dinar langsung menyerang Dirham dengan ciuman-ciuman panas, Pria itu bergerak mundur dan masuk dalam kotak kaca, ia membalas setiap lumatan dan sesapan bibir istrinya. Tangannya menahan tengkuk Dinar agar ciuman panas dan dalam mereka tidak terlepas. Bagian bawah tubuh Dirham sudah berdiri mengeras di dalam celana chino-nya. Begitu juga Dinar ia merasakan denyutan yang semakin menggila di bawah sana. Ia merapatkan kedua kakinya menahan rasa juga keinginan. Pria itu menarik dress istrinya lalu dilepaskan menyisakan penutup bagian dalam saja semakin membuat hasrat Dirham bergelora menatap tubuh indah yang tidak berubah dari awal mereka bersama, Dinar juga tidak tinggal diam, ia menarik turun celana sang suami, matanya membulat saat tangannya meremas sesuatu yang sudah menge
“Iya, ini Ruby. Yang saya kandung waktu masih di sini dulu, Mak. Ini Abizaair adik dia. Ini Loli pengasuh mereka. Ayo sayang, Salim sama Nek Marni.” Mak Marni manggut-manggut dengan mata berkaca-kaca. Terharu ternyata masih diberi kesempatan bertemu dengan majikannya yang baik seperti Dinar dan Dirham.“Saya kaget waktu Masnya menghubungi saya, untuk membantu membersihkan rumah ini.”“Ini semua juga buat saya kaget, Mak. Suami saya selalu memberi kejutan.” matanya memandang pada Dirham yang membaringkan Ruby di atas sofa.“Nak Loli, mari saya tunjukkan kamar untuk tidurkan nak Abizaair.” Mak Marni membawa Loli ke kamar yang memang disediakan khusus untuknya dan anak-anak.“Mas, sebaiknya Ruby juga dipindahkan sekali, lagian mereka juga sudah makan tadi di bandara, biarkan mereka istirahat dulu.”“Iya, aku juga ngantuk. Padahal baru jam 1 siang.”
Mendengar kalimat dari staf itu membuat wajah Rosy pucat seketika. Jadi pria yang begitu mempesona dan sesuai dengan impiannya adalah pemilik Cafe tempatnya bekerja. Istrinya juga berada di sini dan terlihat sangat saling mencintai. Ada rasa malu terselip dalam hatinya tapi rasa terpesonanya masih menguasai perasaannya. Pria yang sangat luar biasa, sudah tampan mempesona dengan postur tubuh sempurna kaya rasa dan romantis. Wanita mana saja pasti akan bertekuk lutut di depannya. Sungguh beruntung wanita yang sudah berhasil menjadi istrinya.“Kamu staf baru ya, tidak tahu kalau itu adalah owner Cafe, itu bos kita. Istrinya sangat baik, ramah dengan siapa saja.” tambah pekerja itu memuji istri bosnya. Sejak bekerja di sini, ia baru tiga kali bertemu dengan istri bos, Dinar tidak segan-segan memberi contoh jika staf baru tidak tahu cara mengerjakan tugasnya.“Mm, i-iya. Gue staf baru.”“O, pantas saja tidak ken