“Besok libur kerjanya, kan?”
“Terus?” Tubuh istrinya diangkat dan dibaringkan di tas tempat tidur.
“Besok, mau request dimasakin apa-apa, nggak?”
“Mmmm, apa, ya? Sebentar.” Dirham menatap putrinya yang pulas tertidur di tengah tempat tidur luas itu. Ia mengangkat tubuh Ruby, dan diletakkan sedikit sisi kiri.
“Bundanya di tengah, tidurku banyak tingkah, kasihan kan kalau misal Ruby tertindih atau gimana, kasihan nanti badannya sakit semua.”
“Alasan itu, kan? Aslinya nggak gitu maksudnya kan, Mas?”
Dirham menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ketahuan deh!
Mata Dinar redup menatap putrinya yang sedang enak tidur.
“Kenapa lihat dia sampai gitu?” tangan Dinar diraih dan dikecup dengan lembut.
Matanya intens menatap wajah ayu itu.
“Dia semakin besar, bulan depan ulang tahun ke dua. Aku belum pernah merayakan ulang tahunnya.” mata Dinar berkaca-kaca.
“Tahun
Area berbahaya!Dinar menggeliat merasakan sesuatu mengganggu tidurnya. Malam semakin melabuhkan tirai-nya. Ia mengajak Ruby tidur di kamar karena Dirham sedang keluar negeri selama seminggu hari.“Sayang, tidurlah! jangan ganggu terus, Bunda ngantuk nih.” Dinar mencoba menepis untuk menghentikan Ruby, matanya masih terpejam.Sepi, hanya suara detak jarum jam yang mengisi keheningan malam.Gangguan itu berhenti membuat Dinar kembali pulas menyambung mimpi. Lihatlah, baru ditinggal 4 hari saja, ia sudah rindu pada suaminya. Sampai terbawa mimpi.Dirham melumat lembut bibir istrinya, candu yang terus-menerus ia inginkan untuk dirasa. Tiada kata jenuh dan bosan, Dinar adalah anugerah terindah untuknya.“Eeengh.. ” satu lenguhan panjang terdengar dari bibir mungil itu, ia mencoba membuka mata, mimpi dengan suaminya begitu nyata.Usapan sensual berselang de
Dirham mengambil ponselnya, jam 10 malam. Kepalanya diangkat untuk melihat putra putrinya, keduanya masih pulas tertidur di dalam tenda. Abizaair baru menginjak 2 tahun tapi jarang minta ASI, rencana Dinar memang 2 tahun harus disapih.Dinar terlihat berjalan kearahnya, istrinya itu baru saja ke toilet sebelum mereka tidur.“Ke kamar mandi nggak, Mas?” Dinar mengusap lembut lengan suaminya.“Sebentar lagi agaknya, belum pengen.”Dinar mengajak suaminya masuk ke dalam tenda untuk tidur, esok hari masih banyak kerja yang harus diselesaikan, itu sebabnya Dirham tidak bisa menunaikan permintaan putrinya untuk camping diluar kota.Dirham berbaring di sebelah istrinya, sementara Abizaair disamping kirinyanya kemudian Ruby.“Kamu tahu, Sayang. Apa yang membuatku menyesal selama ini?” Dirham menarik jilbab istrinya dan diletakkan di belakang tubuhnya.
Mengandung konten 21+Bu Ambar menyiapkan makan malam di dapurnya, Delia dengan perut yang sudah terlihat sedikit besar membantunya membuat minuman, sesekali matanya memperhatikan Zayn yang sedang bermain Wego di atas lantai. Wati, asisten rumah tangga Bu Ambar sedang mencuci piring-piring kotor di wastafel.“Kalau capek, biar Wati saja yang nyiapin meja makan nanti, Del.” Bu Ambar mengambil buah melon dari dalam kulkas.“Nggak apa, Ma.”“Hari ini suamimu tidak pulang lambat, kan?”Seperti mengerti kemauan ibu mertuanya, Delia segera mengambil pisau dan mulai memotong buah tadi.“Sepertinya tidak, Ma. Sebentar lagi juga sampai.”Panjang umur, orang yang dibicarakan muncul dari pintu utama.“Assalamualaikum, semua.”“Waalaikumussalam.” Bu Ambar dan Delia menyahut bersamaan.Demi mendengar suara sang ayah,
Ia seorang dokter spesialis bedah, masih muda, tampan dan penuh karisma, lulusan terbaik dari universitas ternama di luar negeri, ia juga seorang duda muda, dalam dingin sikapnya ada kisah cinta indah dan romantis yang tidak pernah hilang dari hatinya, cinta pertamanya, wanita pertama yang telah mencuri hatinya. Pernikahannya harus berakhir karena kenyataan pahit yang terpaksa ia telan. Istrinya ternyata saudara satu ayah dengannya, Alex Rayyan menikahi Rania Hani dalam diam tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Ia marah dengan takdirnya, ia kecewa dengan orang tuanya. Setelah Rania menemukan cinta baru ada satu rahasia lagi yang terkuak, nasi sudah menjadi bubur tapi cintanya tidak pernah terkubur. Nun jauh di kota Kuala Lumpur. Seorang wanita muda, cantik, lemah lembut dan berhati sabar, mencoba mempertahankan pernikahan keduanya, hati yang sempat sembuh dari luka lama, sekali lagi harus merana, karena keadaan ia terpak
Restoran DINARA, Minggu jam 11 pagiDinar memberi briefing kepada para staf yang berjumlah 20 orang lebih, ia dibantu oleh seorang manager yang akan membantunya mengurus restoran miliknya yang baru dibuka secara resmi satu bulan lalu.Manager yang bernama Dimas dan supervisor bernama Isma.Dinar hanya datang untuk melihat kondisi restoran saja, memastikan semua sesuai keinginannya. Dirham tidak tanggung-tanggung mengucurkan dana untuk bisnis baru yang dikelola oleh istri tercintanya.Selesai memberi sedikit ucapan motivasi untuk para pekerjanya, Dinar memanggil Dimas dan Isma, dua orang penting yang harus memberinya laporan rutin mengenai restoran DINARA. Mereka sedang berada di ruangan pribadi Dinar.“Wow, dua minggu tidak datang ke sini, semua berubah semakin bagus.”Sebuah suara yang sangat dikenalnya membuat Dinar tersenyum malu-malu karena dipuji. Ia memberi kode pa
Mengandung konten 21+Rambut istrinya dikeringkan dengan hair dryer, rencana mandi hanya 15 menit, menjadi satu jam. Untung saja masih ada waktu untuk mereka melaksanakan kewajiban berjamaah. Dinar jadi kesal dibuatnya. Punya suami tidak sabaran kalau soal itu.“Manyun terus, biar tambah cantik. Ayo turun, Sayang. Sepertinya anak-anak sudah pulang.”Dirham meletakkan hair dryer kembali ke tempatnya.“Mas turun duluan, aku nyusul nanti.”Dinar mengambil jilbabnya di lemari pakaian.“Nggak, aku mau bareng.” Dirham bersikeras menunggu istrinya bersiap. Meskipun sekarang Dinar sudah konsisten memakai jilbab tapi tidaklah butuh waktu lama untuk bersiap-siap.Lip tint dipakai untuk menyegarkan wajahnya.“Sayang, kamu tidak terlalu berat ngurus restoran, kan?”“Kan ada manager dan staf yang lain, Mas.”
Dinar panik, dengan cepat ia melakukan apa yang diperintahkan oleh suaminya. Ia hampir menangis melihat Dirham dikeroyok oleh 3 orang asing yang memakai penutup kepala. Salah satu dari mereka membawa sebilah pisau. Dinar hanya bisa berdoa dari dalam mobil.Dirham agak kuwalahan karena diserang dari 3 penjuru sekaligus. Ia melawan dengan segenap tenaga, penyerang yang membawa senjata tajam berhasil dipukul mundur dengan tendangan telak di dadanya, darah keluar dari mulut pria itu. Ia langsung terbaring tidak mampu bergerak lagi. Dua kawannya tidak terima, mereka serentak menyerang Dirham dengan membabi buta, tapi mereka salah perhitungan, Dirham adalah lawan yang tidak bisa dipandang enteng, ia salah satu pemegang sabuk hitam dalam perguruan bela diri taekwondo.Suara sirine mobil polisi membuat dua orang itu saling berpandangan, mereka sepakat untuk kabur, dengan cepat salah seorang membawa pergi temannya yang bersusah payah untu
(Tapi Jeck, apa kamu lupa apa yang sudah Assegaff lakukan pada Papa, Mamamu sampai meninggal karena mereka) suara Cokro meninggi karena ucapan putranya tadi.“Mama meninggal karena ulah Papa, karena perbuatan Papa, jangan salahkan orang lain dalam hal ini, Pa.”Jecky melepaskan rasa kesalnya pada sang ayah. Bisa-bisanya mencari kambing hitam atas kesalahan yang ia lakukan.(Kenapa Papa pula yang salah?)“Sudahlah, Pa. Aku makin tidak mengerti dengan jalan pikiran papa.”(Percuma Papa menghubungi kamu, Jeck. Kau sudah tidak peduli lagi dengan keluarga kamu, dengan Papa juga)KlikPanggilan telah diakhiri. Jecky menaruh ponselnya di atas nakas, ia menatap langit-langit kamar. Berpikir tentang cara yang tepat untuk mencegah rencana dan ayah.Pintu kamar terbuka, Julia masuk sambil membawa teko berisi air putih.“Belum tidur, Sayang?&
Suara nyanyian burung kenari dan debur ombak berselang-seling membangunkan tidur pulas Dirham. Pria itu membuka matanya dan melihat jam di ponsel, sudah jam 5 pagi. Ia bangun dan menatap pada wajah ayu wanita yang masih tertidur pulas di atas lengannya. Dirham bangun dari tempat tidur dan mengalihkan kepala sang istri. Ia melangkah menuju ke kamar mandi. Membersihkan diri sebentar dan menunaikan kewajibannya. Lima belas menit berlalu tapi tidak ada tanda-tanda Dinar akan bangun, pasti wanita cantik itu kelelahan melayani keinginan suaminya yang tidak pernah jemu. Dinar baru dibiarkan tidur hampir jam 1 pagi.“Eungh …” Dinar menggeliat ketika merasakan tidurnya terganggu. Kantuknya tidak dapat lagi dinegosiasi, suaminya yang perkasa membuatnya hampir tidak bisa berdiri tadi dini hari, hingga ke kamar mandi harus digendong.Melihat istrinya tidur dengan mulut terbuka, membuat Dirham tertawa.'Kenapalah kamu itu sangat m
Mature contentDinar mencoba mengimbangi permainan lidah nakal sang suami, dan seperti selalu, Dirham selalu tidak bisa ditebak arah permainannya.“Mas, engh …” satu lenguhan keluar dari bibir mungil sang istri tatkala bibir Dirham mulai turun menjelajahi leher putih dan menyesap serta melumat dengan sesapan-sesapan kecil dan panas meninggalkan beberapa jejak kemerahan si sana. Jemari tangan Dinar meremas rambut Dirham menyalurkan hasratnya yang mulai bangkit.Dirham membawa istrinya ke atas tempat tidur dan menjatuhkannya, ia merasa celananya sesak karena miliknya mengeras sejak mereka turun dari mobil tadi. Membayangkan Dinar yang mendesis nikmat di bawah tubuhnya saja membuat pria itu langsung bergairah.Dirham membuka blouse istrinya, sementara Dinar memberi akses pada sang suami untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Ia juga menarik keluar baju pria yang menjadi tempat ia mencurahkan segal
“Mas! Anak-anak dengar tuh.” Dinar mencubit pinggang suaminya.“Dengar apa itu, Bunda?” Ruby memang kritis pemikirannya, selalu ingin tahu apapun yang didengar oleh telinganya.“Tidak ada apa, Sayang. Ruby nanti kalau bobo sama Oma dan Opa jangan rewel tau.” Dinar berpesan pada putrinya.“Kakak kan udah gede, pesen itu buat adik kali, Bunda.” Dirham tertawa mendengar kalimat pedas dari putrinya, ngikut siapalah itu, pedas kalau ngomong.“Adik uga udah pintal kok, pipis malam aja udah kaga pelnah.” Abizaair tidak mau ketinggalan.“Jelas dong, Adik udah mau 4 tahun, mana boleh pipis malem. Kasihan yang bobo sama adik kalau kena pipisnya.”Ujar Dirham pula, ia membawa mobil dalam kecepatan sedang.“Papa pelnah pipis malam-malam?” pertanyaan dari sang putra membuat Dinar terbatuk-batuk.“Pernah dong, tanya sama Bunda tuh. S
Dirham menatap istrinya, ia merasa heran mendengar ucapan dari gadis di depannya itu.“Sada, maksudnya apa? Kami tulus lho membantu kalian.” Dinar meminta Sada untuk menjelaskan penolakannya tadi.“Loli, ajak adik-adik ini bermain dengan Ruby.” Dinar memanggil Loli.“Iya, Bu. Ayo adik. Ada temannya di sana.” Loli datang dan memanggil adik-adik Sada untuk menuju ke halaman samping.“Pergilah, nanti Mbak panggil kalau mau pulang.” Baim dan Zahra mengangguk dan mengikuti langkah Loli.“Begini, Pak. Saya tidak enak kalau harus menerima kebaikan bapak dan ibu cuma-cuma.” Dinar tersenyum, ia mengerti apa maksud dari Sada. Ia masih ingat dulu Sada tidak pernah mau menerima uang secara cuma-cuma, ia harus bekerja sebelum menerima uang dari orang lain.“Tapi ini kan beasiswa. Namanya beasiswa pasti tanpa syarat. Kecuali beasiswa prestasi.&r
“Mbak Dinar!” Dinar langsung berdiri dan memeluk gadis itu dengan mata berbinar, gadis yang ingin ditemui ternyata sekarang ada di depannya. Sada membalas memeluknya.“Kamu kerja di sini?” Dirham bertanya pada Sada, gadis yang dulu pernah menjadi orang kepercayaannya untuk mengantar dan menjemput Dinar waktu mereka belum menikah.“Iya, Pak. Saya kerja di sini? Bapak sekeluarga liburan?”“Ayo, duduk. Kita bisa cerita-cerita. Adik-adik kamu pasti sudah besar sekarang.”Dinar menyentuh lengan Sada.Gadis itu tersenyum tapi menggelengkan kepalanya.“Saya masih kerja, Mbak. Mana bisa duduk-duduk di sini. Adik saya sudah sekolah, kelas 6 SD sama kelas 4.”“Kamu tidak narik ojol lagi?” Dirham bertanya sambil mengambil sebotol air mineral di atas meja. Dibuka tutupnya dan diberikan pada sang istri.“Sore jam 4 setelah pul
“Sayang, Sorry Papa sama bunda ketiduran tadi. Sekarang ajak adik tunggu di depan, ya?”Dirham mengusap kepala putrinya. Ruby mengangguk dengan cepat. Ia memanggil sang adik sesuai pesan papanya.Sementara Dirham kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Dinar baru saja selesai memakai selendang pashmina kegemarannya. Ia menyembur parfum lalu mengoles bibirnya dengan lipstik berwarna nude.Pelukan hangat Dirham dari belakang membuatnya sedikit menoleh.Dirham mendekap erat tubuh ramping istrinya, wangian aroma yang selalu segar pada penciumannya ia hirup dalam-dalam.“Jangan cantik-cantik, nanti ada yang naksir.”“Ruby bilang apa?”Dinar mengusap lengan sang suami yang melingkari perutnya.“Minta jalan-jalan ke pantai. Kita gerak sekarang. Kasihan anak-anak, ngambek katanya nungguin kita lama dari tadi.”“Papanya sih suka lama-lam
Mature content “Sayang, sabar.” Dinar mengacuhkan kalimat suaminya, entah kenapa sejak ia masuk ke dalam kamar, hasrat seksualnya naik tiba-tiba. “Mas, aku tidak bisa sabar lagi.” Dinar langsung menyerang Dirham dengan ciuman-ciuman panas, Pria itu bergerak mundur dan masuk dalam kotak kaca, ia membalas setiap lumatan dan sesapan bibir istrinya. Tangannya menahan tengkuk Dinar agar ciuman panas dan dalam mereka tidak terlepas. Bagian bawah tubuh Dirham sudah berdiri mengeras di dalam celana chino-nya. Begitu juga Dinar ia merasakan denyutan yang semakin menggila di bawah sana. Ia merapatkan kedua kakinya menahan rasa juga keinginan. Pria itu menarik dress istrinya lalu dilepaskan menyisakan penutup bagian dalam saja semakin membuat hasrat Dirham bergelora menatap tubuh indah yang tidak berubah dari awal mereka bersama, Dinar juga tidak tinggal diam, ia menarik turun celana sang suami, matanya membulat saat tangannya meremas sesuatu yang sudah menge
“Iya, ini Ruby. Yang saya kandung waktu masih di sini dulu, Mak. Ini Abizaair adik dia. Ini Loli pengasuh mereka. Ayo sayang, Salim sama Nek Marni.” Mak Marni manggut-manggut dengan mata berkaca-kaca. Terharu ternyata masih diberi kesempatan bertemu dengan majikannya yang baik seperti Dinar dan Dirham.“Saya kaget waktu Masnya menghubungi saya, untuk membantu membersihkan rumah ini.”“Ini semua juga buat saya kaget, Mak. Suami saya selalu memberi kejutan.” matanya memandang pada Dirham yang membaringkan Ruby di atas sofa.“Nak Loli, mari saya tunjukkan kamar untuk tidurkan nak Abizaair.” Mak Marni membawa Loli ke kamar yang memang disediakan khusus untuknya dan anak-anak.“Mas, sebaiknya Ruby juga dipindahkan sekali, lagian mereka juga sudah makan tadi di bandara, biarkan mereka istirahat dulu.”“Iya, aku juga ngantuk. Padahal baru jam 1 siang.”
Mendengar kalimat dari staf itu membuat wajah Rosy pucat seketika. Jadi pria yang begitu mempesona dan sesuai dengan impiannya adalah pemilik Cafe tempatnya bekerja. Istrinya juga berada di sini dan terlihat sangat saling mencintai. Ada rasa malu terselip dalam hatinya tapi rasa terpesonanya masih menguasai perasaannya. Pria yang sangat luar biasa, sudah tampan mempesona dengan postur tubuh sempurna kaya rasa dan romantis. Wanita mana saja pasti akan bertekuk lutut di depannya. Sungguh beruntung wanita yang sudah berhasil menjadi istrinya.“Kamu staf baru ya, tidak tahu kalau itu adalah owner Cafe, itu bos kita. Istrinya sangat baik, ramah dengan siapa saja.” tambah pekerja itu memuji istri bosnya. Sejak bekerja di sini, ia baru tiga kali bertemu dengan istri bos, Dinar tidak segan-segan memberi contoh jika staf baru tidak tahu cara mengerjakan tugasnya.“Mm, i-iya. Gue staf baru.”“O, pantas saja tidak ken