Beranda / Romansa / Dendam Anak Tiri / Alena & Andrio: Bab 97

Share

Alena & Andrio: Bab 97

Penulis: Aprillia D
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-12 16:04:02
Kebahagiaan yang Alena rasakan selama hamil pasang surut. Itu karena mood Alena sendiri yang cenderung berubah-ubah.

Entah kenapa akhir-akhir ini dia seringkali merasa takut bahkan overthingking. Terutama tentang bayinya. Seperti takut bayinya tidak tumbuh sehat di dalam perutnya, takut nutrisi bayinya tidak terpenuhi walau dia sudah banyak makan, bahkan dia takut membayangi bayinya cacat alias tidak sempurna. Sampai Alena sering membaca artikel apa saja yang harus dilakukan agar bayinya sehat dan tumbuh sempurna bahkan cantik.

Semenjak hamil, Alena juga tidak diizinkan suaminya bekerja. Sekalipun hanya pekerjaan ringan sekadar beres-beres rumah. Alena hanya berdiam diri menjaga kandungannya sebaik-baiknya. Hal itu membuatnya bosan dan akhirnya menemukan hobi baru, yakni membaca novel online.

Awalnya, dia melihat promosian novel online itu dari sebuah sosial media. Dan dari promosi itu, dia tertarik untuk membacanya. Ternyata membaca novel online itu seru, mampu menenangkan pikirann
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 98

    Selama kehamilannya Alena benar-benar diperlakukan bagai ratu oleh orang-orang sekitarnya. Selalu diperhatikan, dilayani, dan tidak diizinkan bekerja meski hanya pekerjaan ringan. Alena sangat bersyukur untuk itu. Dia benar-benar bahagia. Dia mengusap perutnya yang buncit sambil tersenyum. "Ternyata begini, ya, rasanya hamil. Bahagia sekali rasanya ...." Dia lantas teringat lagi dengan percakapan-percakapannya bersama mendiang Anjani dulu. "Kamu hebat, Anjani. Kamu mau menikahi suami orang dengan tujuan memberi keturunan aja. Ya, meski pun pada akhirnya kamu mencintai suaminya saya. Dan sekarang kamu sudah menjadi seorang ibu. Saya nggak akan bisa sehebat kamu." "Mbak nggak boleh ngomong begitu. Setiap perempuan punya kehebatan masing-masing. Mbak Alena juga hebat, mampu merelakan suaminya menikah lagi. Mbak Alena bahkan mampu bersikap baik pada istri kedua suamimu, Mbak." Dulu dia berpikir tidak akan bisa hamil, tidak akan merasakan sakitnya melahirkan seperti yang Anjani rasakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 99

    Perkara Andrio mengganti aroma minyak wanginya masih mengganggu pikiran Alena. Dia merasa aneh kenapa mendadak suaminya mengganti minyak wanginya, padahal setahunya Andrio tak suka gonta-ganti minyak wangi. Aroma khas suaminya itu begitu ciri khas sejak dulu sampai sekarang karena memakai minyak wangi yang sama. Dan dia suka aroma yang lama. Alena juga mengingat percintaannya dengan suaminya kemarin sore. Setelah mereka bercinta sebentar sore itu Andrio bersiap-siap pergi. Katanya ada teman dokternya yang mengundangnya datang di acara ulang tahun yang diadakan kecil-kecilan di kafe. Sebenarnya Andrio juga ingin mengajak Alena waktu itu, tapi mengingat istrinya sedang hamil dan dia tak mau Alena kecapekan, jadi dia pergi sendiri saja. Tapi waktu itu Alena tak sepenuhnya percaya hingga dia mengizinkan suaminya pergi dengan setengah hati. Alena berjalan ke arah meja riasnya sambil memegangi perutnya yang buncit. Di atas meja itu tertata botol-botol minyak wangi suaminya. Alena mengambil

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 100

    "Dokter bilang kamu tuh nggak boleh stres. Dan penyebab kamu pingsan itu bisa jadi karena kamu stres, terlalu cemas. Kamu tuh cemasin apa, sih? Suamimu itu kerjaannya apa nggak merhatiin kamu? Harusnya dia bisa kasih perhatian lebih ke kamu yang lagi hamil. Istri banyak pikiran dibiarin!" Rista mengomel panjang lebar di depan Alena dan Andrio. "Lagian apa sih yang kamu pikirkan itu, Alena?" Andrio hanya diam menatap Alena yang menatapnya dengan rasa bersalah. Tapi bahasa tubuh Andrio mengatakan kalau dia tidak kenapa-kenapa. "Mi akhir-akhir ini aku emang banyak pikiran. Tapi bukan karena Mas Andrio nggak merhatiin aku, kok," jawab Alena. "Lalu gara-gara apa?" Rista melotot tajam. Alena diam saja sambil kembali memandang Andrio. Sebenarnya akhir-akhir ini dia terlalu memikirkan suaminya yang mungkin selingkuh. Tapi Alena tak mungkin mengatakan itu pada mami dan suaminya kan? Lihat lah sekarang Andrio meninggalkan pekerjaannya karena mengkhawatirkan dirinya yang pingsan. Suaminya se

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 101

    Setelah berdiskusi dengan suaminya dan meminta pengertian ibu tirinya, akhirnya Alena tidak jadi pindah ke rumah orang tuanya. Alena tetap tinggal di rumahnya sendiri dan dia berjanji akan lebih menjaga dan memperhatikan kandungannya. Mau tak mau Rista pun setuju. Meski begitu, Rista yang tetap khawatir akan kondisi calon cucunya sesekali datang ke rumah Alena demi memastikan anak dan cucunya baik-baik saja. Dia kadang datang bersama Alyssa dan membantu Alena mengasuh Kenzy. "Belajar Alyssa gimana ngurusin bayi. Kan nanti kamu juga bakal punya anak. Anggap aja ini latihan jadi orang tua," ucap Mami Rista sambil melihat Alyssa yang tengah mengganti popok Kenzy yang baru saja ngompol. Mereka bertiga sedang berkumpul di kamar Alena. "Iya nggak, Alena?" Alena yang sedang menyandar di tempat tidur sambil memperhatikan kegiatan Alyssa sejak tadi tertawa ringan. "Iya, Sa. Jadi nanti kalau ada bayi nggak kebingungan lagi." "Iya ini juga lagi latihan," sahut Alyssa. "Tapi aku dulu nggak ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 102

    "Sebenarnya kamu tuh bukannya mau pergi ke acara pernikahan anak temanmu, kan? Yang kemarin juga pasti bukan acara ulang tahun temanmu!" Alena meluapkan uneg-unegnya. "Cuman alasan doang." Alena bersidekap dada, menatap ke lain arah. Andrio mengernyit heran. Tak menyangka Alena punya pikiran seperti itu. "Kenapa kamu bisa berpikir begitu? Sejak kapan kamu nggak percaya sama aku?" Alena lalu menatap suaminya. "Biasanya kamu tuh nggak kayak gitu!" "Nggak kayak gitu gimana sih maksudnya?" Andrio makin tak mengerti. "Aku menghadiri acara temanku itu aneh? Dan sebenarnya apa sih yang kamu pikirin?" Alena terdiam. Dia tidak mungkin bilang kalau selama ini dia mencurigai suaminya berselingkuh. Dia tidak mau menuduh sembarangan jika tidak punya bukti. Alena baru sadar, apa yang dia lakukan sekarang adalah sebuah kesalahan. "Kenapa diam?" Alena menatap suaminya. Dia memaksakan senyum. "Oke aku percaya. Maaf aku udah nggak percaya tadi." Andrio merasa aneh dengan sikap Alena. Dia memperh

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 103

    Sesungguhnya Andrio tidak berbohong pada Alena. Akhir-akhir ini dia memang disibukkan dengan pekerjaannya yang tak biasa. Membuatnya sering bertemu teman di luar jam pekerjaan, selain itu--entah kebetulan atau apa--teman-temannya selalu memiliki acara yang hampir bersamaan. Mereka turut mengundang Andrio di acara mereka, mereka bahkan juga meminta Andrio datang bersama sang istri. Hanya saja Andrio tidak mau membawa Alena yang sedang hamil besar, dia tak mau ambil risiko. Begitu pun hari ini. Begitu memasuki hotel tempat di mana pesta pernikahan itu diselenggarakan, Andrio disuguhkan dengan keramaian yang diusik dengan suara orang bercakap-cakap dan perpaduan suara musik. Dingin AC terasa menjalari tubuhnya. Para pengunjung terlihat hilir-mudik, ada juga yang menari bersama pasangannya di dance floor yang disediakan. Sebenarnya dekorasi pesta pernikahan di hotel itu cukup mewah, tapi Andrio tidak sempat melihat-lihat. Fokusnya hanyalah pada keramaian pengunjung yang menari di dance f

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 104

    "Setelah tangan kirinya, lalu gantian tangan kanannya yang diangkat ke atas begini. Nah, bantu istrinya, Pak, angkat tangannya tinggi-tinggi begini. Nah, iya. Lalu kita hitung, ya, sampai sepuluh pelan-pelan ...." Seorang wanita bertubuh langsing yang mengenakan pakaian olahraga sedang membimbing Alena melakukan gerakan olahraga yoga kehamilan. Alena juga didampingi dan dibantu oleh Andrio. Ya, memasuki trimester ketiga, Mami Rista menyarankan Alena untuk rutin melakukan senam yoga khusus ibu hamil agar proses kelahirannya nanti lancar, selain itu juga agar si ibu tidak stres. Rista tentu tahu anaknya itu mudah stres semenjak hamil karena mungkin tak pernah berolahraga. Dan Alena pun menyetujui saran maminya itu. Karenanya hari ini Andrio memanggilkan guru olahraga untuk mengajarkan mereka. Kebetulan hari ini adalah hari minggu dan Andrio sedang tidak sibuk sehingga dia bisa menemani istrinya melakukan yoga di taman samping rumahnya. Di tengah taman yang penuh rumput itu dialasi ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 105

    Kenangan-kenangan dan percakapan itu melintas di kepala Alena, bergantian. "Ternyata bener, Mas. Selama ini aku yang bermasalah. Aku nggak bisa kasih kamu keturunan, bukan karena aku kecapekan sibuk kerja seperti yang dibilang Mami, tapi ...." "Iya, iya ... Tapi kita nggak boleh nyerah, ya, pasti ada jalan keluarnya kok. Ingat tadi kata dokter, kita masih bisa berupaya dengan cara melakukan program bayi tabung." "Tapi apa cara itu pasti berhasil, Mas?" "Kita 'kan belum mencoba." "Kalau nggak berhasil--" "Kamu harus yakin dan optimis kalau kita pasti bisa melewati semua ini. Kita pasti berhasil, jadi saat ini kamu harus tenang, ya?" "Kamu nggak benci sama aku 'kan, Mas? Kamu nggak berniat ninggalin aku 'kan?" "Sama sekali nggak, Sayang. Nggak ada yang bisa gantiin posisi kamu di hidupku." Sejak awal mengetahui dia tak bisa punya anak, suaminya selalu menguatkan dan meyakinkannya. Bahkan ketika Alena meminta Andrio menikah lagi pun Andrio menurutinya dengan terpaksa. "Aku mo

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17

Bab terbaru

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 132

    "Kamu nggak coba telepon suamimu?" tanya Mama Marissa.Alena hanya menggeleng."Ini Mama telepon dari tadi nggak diangkat-angkat." Wajah Mama Marissa tampak cemas sambil menatap layar ponsel. Hal itu juga menular ke Alena. Alena jadi mendadak khawatir. Kenapa suaminya tidak mengangkat telepon dari mamanya? Apa sengaja karena ingin memberi suprise? Alena masih berusaha berpikir positif."Mungkin masih di jalan kali, Ma." Putra ikut berbicara dan menenangkan."Aneh," gumam Marissa masih menatap layar ponsel. "Bikin khawatir aja ""Jangan mikir aneh-aneh deh, Ma. Berdoa aja semoga Andrio baik-baik aja dan segera sampai. Mungkin terjebak macet di jalan." Lagi sang papa mertua menenangkan istrinya.Mama Marissa hanya diam masih sibuk dengan ponselnya.Ting Tong!Tak lama kemudian terdengar suara bel menggema. Alena langsung menatap mama mertuanya. "Nah itu pasti Mas Andrio, Ma.""Biar saya ya yang bukain pintu," ucap Bi Jum yang kebetulan lewat di depan meja makan."I-iya, Bi," sahut Alena.

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 131

    Dua jam kemudian masakan Alena dan Bi Jum sudah terhidang rapi di meja makan bak sajian restoran yang siap disantap."Waduh enak nih keliatannya ...." Mama Marissa menatap hidangan makanan yang terlihat menggugah selera itu. "Oma jadi nggak sabar buat cicipin." Marissa menyengir lebar melirik cucu kesayangannya sudah duduk di kursi makan di sampingnya."Tunggu Papa!" seru balita itu semangat."Iya, Oma ngerti. Kita tunggu Papa dulu ya baru boleh makan?"Si bocah mengangguk antusias.Alena yang mendengar percakapan itu dari ambang pintu dapur hanya tersenyum simpul. Dia lalu teringat sesuatu dan merogoh ponsel di saku celana kainnya lalu perlahan berjalan ke arah ruang tengah. Hendak menelepon suaminya.***Pria itu duduk bersandar di kursi penumpang. Matanya sejak tadi memindai jalanan yang padat akan kendaraan di depannya. Sesekali macet menghampiri membuatnya semakin gelisah saja. Karena hal itu membuatnya makin lama untuk segera sampai ke rumah.Namun, dia tak lupa ada hal lain yang

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 130

    Dua tahun kemudianDua tahun sejak kepergian Andrio berlalu. Anak-anak mereka telah tumbuh kian besar dan bisa bicara dengan fasih. Hari-hari yang Alena lalui tanpa Andrio memang terasa berbeda. Walau kadang ditemani keluarganya yang membantunya--entah itu ibu mertuanya, mami dan papi. Malam-malam Alena dia lalui dengan tidur sendiri. Masalah-masalah yang menderanya dia hadapi sendiri.Walau hampir setiap hari mereka bertukar kabar melalui chat dan video call-an. Tetap saja Alena merasa berbeda. Dua tahun dia lewati semua penuh kesabaran dan harapan. Sampai tibalah hari ini. Hari di mana Andrio harusnya pulang."Pagi, Mama ...." Terdengar sayup-sayup suara mungil membangunkan, disusul kecupan hangat di pipi. Wanita itu sontak membuka mata. Lantas menoleh ke samping. Wajah balita mungil dan menggemaskan tersenyum menyambutnya.Alena tersenyum. "Pagi juga, Sayang ....""Bangun, Mama.""Iya, ini Mama udah bangun. Sini peluk dulu." Alena meraih badan mungil itu dan mendekapnya penuh cinta

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 129

    "Suami gue selingkuh, Al ....""Selingkuh gimana, Far? Lo tahu dari mana itu selingkuhannya? Siapa tahu emang cuman teman kan?""Bukan teman, Al. Tapi selingkuhannya. Udah setahun Al, gue sering baca chatingan mereka. Dari chatingannya jelas-jelas mereka ada hubungan spesial. Gue yang lebih tahu.”"Maaf, Far, co-coba sekarang lo cerita yang jelas sama gue ...."Alena sontak memejamkan mata dan menggelengkan kepala kencang-kencang setiap teringat cerita perselingkuhan sahabatnya itu.Waktu Farah memberitahu kalau pernikahannya sedang dilanda perselingkuhan oleh suaminya. Alena syok tak menyangka dan meminta sahabatnya itu bercerita dari awal pertemuannya dengan calon suaminya hingga bagaimana perselingkuhan itu terjadi. Farah mengadu padanya sambil menangis tersedu-sedu.Farah sudah menikah lima tahun lalu yang itu artinya Farah menikah beberapa bulan setelah dia menikah dengan Andrio, tepat mereka kehilangan kontak satu sama lain hingga Alena pun tidak tahu kapan Farah menikah. Farah j

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 128

    Mereka akhirnya tiba di rumah Alena. Farah begitu kagum melihat rumah Alena sampai-sampai perempuan itu membuka mulut. Rumah sahabatnya itu begitu mewah, bergaya minimalis modern.Dari depan, rumahnya terlihat tinggi dan megah karena berlantai tiga. Dinding dan tiang-tiang rumahnya terlihat kokoh karena dibangun dengan material batu. Dengan jendela lebar dan pintu yang terbuat dari kaca. Langit-langitnya tinggi. Sementara pagarnya terbuat dari besi yang tingginya melebihi kepala orang dewasa. Bahkan ketika dia sudah turun dari mobil itu pun dia masih saja terpana. "Rumah kalian semewah ini?" Farah menatap Alena tidak percaya.Alena tertawa. "Ah, elo mah berlebihan. Rumah lo emangnya nggak semewah ini?"Farah terdiam, mengingat sesuatu. Lebih tepatnya mengingat masa lalu sahabatnya itu. "Ya maksud gue ... Eng, iya Alhamdulillah kehidupan lo sekarang udah sukses dan nyaman banget." Farah tersenyum kaku. "Gue harus banget berterima kasih sama Andrio atas semua ini."Alena mengernyit hera

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 127

    "Farah?" tebak Andrio lebih dulu membuat Alena menoleh ke suaminya. Ternyata Andrio juga bisa mengenalnya."Iya, gue Farah," sahut perempuan itu kemudian.Alena kembali menatap perempuan yang mengaku Farah itu. Dia melotot tak percaya. "Farah?! Ya ampun!" Alena sontak berdiri. "Gue hampir nggak bisa ngenalin lo tahu, lo berubah banget!" Alena serta-merta memeluk Farah erat-erat. Sementara yang dipeluk juga membalas hal serupa.Mereka saling berpelukan erat. Tubuh kedua wanita itu bahkan bergerak-gerak ke kiri dan kanan karena Alena begitu antusias. Alena kemudian melepas pelukannya. "Apa kabar lo? Kebetulan banget ya kita ketemuan di sini?""Iya, maaf ya gue nggak ada kabar selama ini," jawab Farah. "Iya, nih. Nomor WA lo udah lama nggak aktif, abis itu nggak ada ngasih kabar ke gue juga. Sombong lo.""Bukannya gitu." Farah menyengir terlihat tak nyaman.Alena tertawa. "Iya, iya, gue cuman bercanda kok."Farah lalu menatap Andrio dan anak-anak mereka. "Kalian pada mau ke mana nih?""M

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 126

    "Pakaian udah, dalaman udah, pembersih muka udah, pomade udah, jam tangan udah, berkas-berkasnya udah, tiket udah, foto-foto aku sama anak-anak juga udah, hmmm apa lagi, ya ...." Alena mengecek barang-barang yang sudah dia masukkan dalam koper Andrio. "Iya semuanya udah beres."Setelah dirasa semuanya sudah lengkap, Alena pun menutup koper itu lalu menyeretnya dekat pintu agar mudah di bawa keluar. Ada dua koper yang siap Andrio bawa. Sebagian besar isinya adalah pakaian dan barang-barang penting.Bersamaan dengan itu, Andrio keluar dari kamar mandi yang ada di kamarnya. Pria itu baru saja selesai mandi, bertelanjang dada dengan handuk kecil melilit pinggangnya, sedangkan handuk kecil lain menyampir di bahunya. "Udah beresin semua? Makasih, ya, sayang," ucapnya saat melihat kesibukan istrinya menata koper. Dia lalu menatap cermin sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil.Alena menoleh. "Udah beres. Cepetan pakai bajunya. Udah kusiapin di lemari paling depan," beritahu Alena. "Ak

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 125

    Malam harinya, Alena gelisah seorang diri di kamar. Anna dalam gendongannya sejak tadi tak berhenti menangis kencang. Kekhawatiran Alena terjawab ketika dia menempelkan jemari di kening si bayi yang terasa sangat panas. "Ya ampun, Nak. Badanmu panas banget ...." Alena berdiri menggendong anaknya, mencoba mendiamkan meski rasanya mustahil karena bayi itu sedang demam tinggi.Alena melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul tujuh. Lalu dia meraih ponsel di atas nakas, mengecek pesan dari Andrio, tapi tidak ada.Alena menarik napas, lalu mengembuskannya kembali. Hal itu dia lakukan berkali-kali sampai perasaannya tenang. "Aku nggak boleh panik. Sebaiknya aku cari tahu di g****e pertolongan pertama waktu bayi lagi demam, apa, ya?" Sambil menggendong bayi dengan tangan sebelah, dia mengotak-atik ponselnya.Dia membaca sekilas informasi yang dia dapat dari g****e. Lalu dia menghubungi Bi Jum lewat chat, minta siapkan air hangat dan kain buat kompresan. "Sabar, ya, Nak. Mama siapin air ha

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 124

    Satu tahun kemudian ...."Kupandang langit penuh bintang bertaburan ... berkelap-kelip seumpama intan berlian ...." Alena bernyanyi kecil sambil mendorong baby stroller, berjalan mengelilingi taman rumah. Di dalam kereta bayi itu ada Anna dan Kenzy.Satu tahun berlalu, tidak banyak yang berubah dari kehidupan Alena dan Andrio selain anak-anak mereka yang sudah tumbuh besar. Alena yang juga sudah terbiasa mengurusi anak-anaknya.Kenzy sudah berusia satu tahun sepuluh bulan, sedangkan Anna berusia satu tahun satu bulan. Kenzy sudah biasa bicara dengan pengucapan yang jelas, sudah mengerti diajak bicara dan sudah bisa berjalan sendiri tanpa dipimpin, sedangkan Anna sudah bisa bicara namun masih tidak jelas pengucapannya, bisa berjalan dengan dipimpin dan bisa mengerti diajak bicara juga."Mau nyanyi apalagi?" tanya Alena pada anak-anaknya. "Lagu kupu-kupu yang lucu mau?""Mau ...," jawab Kenzy sambil mendongak menatapnya, sedangkan Anna hanya menatap ke segala arah."Oke, kita nyanyi lagu

DMCA.com Protection Status