Beranda / Romansa / Dendam Anak Tiri / 56. Menanti Kedatangan Kekasih

Share

56. Menanti Kedatangan Kekasih

Penulis: Aprillia D
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-30 10:00:00
Gadis cantik berambut lurus sepinggang itu sedang duduk-duduk di ayunan di teras samping rumahnya sambil menatap layar ponsel. Gadis itu tak lain adalah Alyssa. Dia baru saja chatingan dengan pacarnya yang mengabarkan kalau pacarnya itu sudah on the way ke sini.

Hari ini hari Minggu. Hari libur bagi semua pekerja dan anak sekolah. Hari yang ditunggu-tunggu semua orang tak terkecuali, Alyssa, Alena dan Andrio.

Dan Minggu ini Alyssa sudah menyiapkan rencana. Yaitu mengenalkan Andrio ke Alena dan sebaliknya. Dan Alyssa membayangkan momen-momen itu akan menjadi momen yang menyenangkan karena melihat pacar kesayangannya bertemu dengan keluarganya. Apalagi kalau mereka bisa berhubungan baik.

Kemarin Alena sudah berjanji, pagi ini akan datang.

"Pokoknya rencana gue harus berhasil. Harus! Alena harus datang hari ini juga. Awas aja kalau nggak. Gue bakal marah!" Alyssa bersidekap di sandaran kursi ayunan, wajahnya cemberut.

"Eh, anak Mami dicariin ternyata di sini?"

Alyssa sedikit terkej
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dendam Anak Tiri   57. Detik-detik Mendebarkan

    Andrio duduk membungkuk. Meletakkan kedua lengannya di atas pahanya. Dan menoleh ke Alyssa. "Sebenarnya nggak ada masalah gimana-gimana, sih. Cuman tadi Papa nasihatin aja Kakak harus kuliah yang bener. Soalnya waktu Kakak mendapat surat DO kemarin, Mama bela-belain datang ke kampus dan ketemu sama dekan buat kasih Kakak kesempatan kuliah lagi di sana. Setelah memikirkan beberapa pertimbangan dan syarat Kakak akhirnya di kasih kesempatan lagi," jelas Andrio panjang lebar. "Alhamdulillah kalau gitu. Terus apa yang membuat Kakak marah?" "Kakak cuman kesal aja sama Papa, beliau seperti meremehkan kemampuan Kakak. Kakak malas aja di rumah kalau udah kayak gitu." Alyssa lalu merangkul pundak lelaki itu. "Kak, kamu jangan nyerah, ya, aku yakin kamu bisa melewati semuanya. Kamu pasti bisa jadi dokter sukses nantinya. Kita sukses bareng-bareng, okay?" Alyssa berusaha menyemangati Andrio untuk sukses menjadi dokter padahal dia sendiri pun tak sanggup menjalaninya. Andrio tersenyum. "Maka

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-31
  • Dendam Anak Tiri   58. Kenyataan Pahit

    Andrio dan Alena pun berpandangan dalam waktu yang cukup lama membuat waktu seakan berhenti berputar. Andrio lalu membelalak, begitu pun Alena. Alena bahkan nyaris tersebut nama Andrio namun urung hingga bibir gadis itu sedikit bergetar. Alena tidak mau mengaku depan Alyssa kalau dia mengenal Andrio juga. Dan dia harap Andrio berpikiran sama tapi harapan itu tidak terkabul karena sepersekian detik kemudian Andrio menyebut namanya. "Alena?" Alyssa menatap Andrio heran. "Kak Andrio kenal Alena?" Alyssa pun buru-buru mendekati Andrio sambil menarik lengan Alena. Lalu Alyssa memandang Alena. "Kalian kenal?" "Iya. Dia teman Kakak waktu SMA." Andrio menjawab lebih dulu. Alyssa menatap keduanya bergantian dengan pandangan tak percaya. "Serius? Ya ampun dunia sempit banget, ya? Bagus, dong, kalau gitu." Lalu dia beralih ke Alena. "Alena, ini pacar gue yang gue ceritain kemarin, ternyata lo udah kenal?" Alena masih membisu seakan tak mampu berkata-kata. Bibirnya terkatup rapat. Gadis it

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-31
  • Dendam Anak Tiri   59. Jawaban Dari Sebuah Pertanyaan

    "Alena, gue bisa jelasin," jawab lelaki itu dengan tenang. "Gue bakal jelasin pelan-pelan, ya." "Dan kenapa lo ngaku kenal gue di depan Alyssa?" Tak memedulikan perkataan Andrio, Alena malah bertanya hal lain. Gadis itu sudah menangis sekarang. Membuat Andrio jadi panik. "Al, lo tenang, jangan nangis." Andrio tahu gadis itu masih punya perasaan terhadapnya dan dia memaklumi sikap Alena saat ini. Perasaan gadis itu pasti hancur sekarang. Alena pasti terkejut dan sedih mengetahui dirinya dan Alyssa berpacaran. Alena mengalihkan pandangannya ke lain arah sambil mengusap air matanya. Ya, Andrio benar. Dia tidak boleh menangis di sini. Dia tak seharusnya menampakkan kelemahan itu. Dia benar-benar tidak bisa mengendalikan perasaannya sekarang. "Memangnya kenapa kalau gue ngaku, Al? Bukannya jujur lebih baik? Alyssa memang harus tahu semuanya. Kita semua di sini sama-sama tahu. Alyssa tahu kita saling kenal. Lo juga tahu kalau sekarang gue pacar Alyssa dan gue tahu kalian keluarga. Nggak

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-01
  • Dendam Anak Tiri   60. Sakit Tapi Tak Berdarah

    "Ma-mami?" Wajah Alyssa berubah tegang. Alena langsung meletakkan sendok yang sempat dia angkat ke piring. Dan Andrio menyadari perubahan bahasa tubuh kedua gadis itu. "Kapan Alena datang?" tanya Rista lagi sembari berjalan mendekat. Dari pertanyaan dan caranya memandang, Alena tahu Rista memberi peringatan melalui tatapan matanya. Sekonyong-konyong perkataan Rista tempo hari melintas dipikirannya. "Saya nggak mau kamu mempengaruhi pikiran dan sikap anak saya ke depannya. Saya juga nggak mau kamu terlalu akrab sama anak saya. Kalau kamu masih mau main ke rumah ini, turuti apa kata pemilik rumahnya. Paham?" Alena tahu. Dia tak lupa itu. Tapi dia memang bertekad mendekati keluarga itu untuk memudahkan rencananya. Dan dia tak peduli dengan peringatan Rista. Sementara Rista menatap Alena penuh kebencian. Pertengkaran dengan suaminya kemarin langsung membayanginya. Dan gadis di hadapannya ini adalah penyebabnya. Alena dan Rista terlihat saling tatap. Andrio sedikit heran melihat sikap

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-01
  • Dendam Anak Tiri   61. Kamar Idaman

    "Alena, lo di sini?" Alyssa sedikit terkejut ketika dia masuk dan mendapati Alena berdiri di depan pintu halaman samping. "Emm ...." Alena langsung gelagapan. Tangannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Lo ngintipin gue sama Andrio?" Alyssa menatap curiga. "Nggak kok." Alena menggeleng cepat. "Gue baru aja di sini mau nyusulin lo tadi," bohong Alena. Jantung gadis itu bahkan masih terasa berdebar sejak menyaksikan pemandangan romantis itu dan sekarang ditambah kepergok oleh Alyssa. Tapi Alena berusaha terlihat baik-baik saja. "Oh, kirain, ya udah yuk masuk." Alyssa berjalan lebih dulu diiringi Alena yang memandangi punggungnya heran. Alyssa itu memang polos atau pura-pura polos hingga dia tidak curiga sedikit pun? Alyssa selalu percaya dengan apa yang dia katakan. Setelah menyuruh Asisten Rumah Tangganya untuk membersihkan piring sisa makannya, Alyssa mengajak Alena masuk ke kamarnya. "Lo pasti capek 'kan? Kalau mau baring-baring atau tiduran di kamar gue boleh, kok," tawar A

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-01
  • Dendam Anak Tiri   62. Dituduh

    Alena mengambil salah satu tempat berbentuk segiempat berwarna hitam. Lalu membukanya. Di sana terdapat banyak warna cantik dalam kotak-kotak kecil. Alena tidak pernah memiliki make-up seperti ini tapi dia tahu ini namanya blush on atau perona pipi. Dia biasa melihatnya di sponsor televisi. Dilihat dari tempat dan teksturnya, Alena tahu blush on itu harganya mahal. "Alyssa pakai blush on dengan warna sebanyak ini?" gumam Alena. "Kenapa mukanya nggak jerawatan, ya, pake make-up beginian dari dulu." Lalu Alena menutup tempat blush on itu dan meletakkannya kembali di atas meja. Lalu gadis itu menilik tempat bedak Alyssa, dan alat make-up lainnya seperti lipstik, liptint, maskara, eyeshadow dan lain-lain. Semuanya begitu lengkap. Dia juga melihat skincare Alyssa yang lengkap dan minyak wanginya bermacam jenis. Harganya juga mahal-mahal. Jujur, Alena tidak begitu mengerti tentang skincare meskipun dirinya perempuan. Karena sedari SMA pun Alena tak memakai skincare apa-apa selain sabun cu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-01
  • Dendam Anak Tiri   63. Sakit Hati

    Rista menatap Alena penuh kecurigaan beberapa saat, lalu beralih memandang anaknya. "Nggak ada apa-apa. Mami keluar dulu." Alyssa menatap Alena khawatir. "Al, Mami ngomong apa barusan? Lo nggak pa-pa 'kan?" Alyssa lalu mendekat ke Alena. "Gue nggak pa-pa." Alena menggeleng, tapi terlihat kentara sekali wajahnya sedih dan syok. "Sa, gue pulang sekarang, ya." "Kok cepat banget? Kan mau tiduran di sini." Alena menggeleng lagi. "Gue pulang sekarang aja." "Tapi kenapa, Al?" Alena tak menjawab dan malah berjalan menuju pintu. "Pasti gara-gara, Mami 'kan?" Langkah Alena langsung terhenti. "Mami ngomong apa, Al? Nggak usah dimasukin ke hati, ya?" Alena menoleh. "Nggak kok. Bukan karena siapa-siapa. Gue cuman mau pulang. Baru ingat kalau gue udah kelamaan di sini. Mbah Nani pasti udah nungguin. Mbah Nani butuh gue buat bantu dia jaga warteg." Alena beralasan. Mendengar itu Alyssa tak dapat berkata-kata lagi. Dan membiarkan saja Alena pergi. "Mami ngomong apa lagi, sih? Ish!" Alyssa

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-02
  • Dendam Anak Tiri   64. Pertengkaran (2)

    "Mas Bagas?" Rista terkejut bukan main ketika dia hendak masuk dan menemukan suaminya berdiri di depan pintu itu, suaminya menatapnya tajam dan penuh curiga. "Ada Alena datang?" tanya Bagas memastikan. "I-iya, dia baru aja pulang." "Kok nggak ngasih tahu aku?" "Aku aja baru tahu, Mas. Alyssa tadi yang ajak dia ke sini tiba-tiba. Alyssa juga nggak bilang ke aku." Bagas memperhatikan Rista lama dengan kecurigaan yang menjadi. "Dia pulang sendiri atau kamu yang usir dia?!" "Mas!" Rista tak terima dengan yang Bagas tuduhkan. "Aku nggak ngusir dia!" Bagas tak menghiraukan Rista dan malah pergi keluar entah hendak ke mana membuat Rista bingung. "Mas!" Rupanya Bagas mencari Alena untuk bicara dengan gadis itu. Namun, sayang Alena sudah pergi jauh. Bagas tak lagi mendapatkan sosoknya bahkan di luar pagar. Bagas menatap jalanan raya itu dari kejauhan dalam kegamangan. Lalu dia teringat sesuatu yang membuatnya tersadar dan bergegas masuk ke dalam rumah. *** Rista mondar-mandir di kam

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-02

Bab terbaru

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 132

    "Kamu nggak coba telepon suamimu?" tanya Mama Marissa.Alena hanya menggeleng."Ini Mama telepon dari tadi nggak diangkat-angkat." Wajah Mama Marissa tampak cemas sambil menatap layar ponsel. Hal itu juga menular ke Alena. Alena jadi mendadak khawatir. Kenapa suaminya tidak mengangkat telepon dari mamanya? Apa sengaja karena ingin memberi suprise? Alena masih berusaha berpikir positif."Mungkin masih di jalan kali, Ma." Putra ikut berbicara dan menenangkan."Aneh," gumam Marissa masih menatap layar ponsel. "Bikin khawatir aja ""Jangan mikir aneh-aneh deh, Ma. Berdoa aja semoga Andrio baik-baik aja dan segera sampai. Mungkin terjebak macet di jalan." Lagi sang papa mertua menenangkan istrinya.Mama Marissa hanya diam masih sibuk dengan ponselnya.Ting Tong!Tak lama kemudian terdengar suara bel menggema. Alena langsung menatap mama mertuanya. "Nah itu pasti Mas Andrio, Ma.""Biar saya ya yang bukain pintu," ucap Bi Jum yang kebetulan lewat di depan meja makan."I-iya, Bi," sahut Alena.

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 131

    Dua jam kemudian masakan Alena dan Bi Jum sudah terhidang rapi di meja makan bak sajian restoran yang siap disantap."Waduh enak nih keliatannya ...." Mama Marissa menatap hidangan makanan yang terlihat menggugah selera itu. "Oma jadi nggak sabar buat cicipin." Marissa menyengir lebar melirik cucu kesayangannya sudah duduk di kursi makan di sampingnya."Tunggu Papa!" seru balita itu semangat."Iya, Oma ngerti. Kita tunggu Papa dulu ya baru boleh makan?"Si bocah mengangguk antusias.Alena yang mendengar percakapan itu dari ambang pintu dapur hanya tersenyum simpul. Dia lalu teringat sesuatu dan merogoh ponsel di saku celana kainnya lalu perlahan berjalan ke arah ruang tengah. Hendak menelepon suaminya.***Pria itu duduk bersandar di kursi penumpang. Matanya sejak tadi memindai jalanan yang padat akan kendaraan di depannya. Sesekali macet menghampiri membuatnya semakin gelisah saja. Karena hal itu membuatnya makin lama untuk segera sampai ke rumah.Namun, dia tak lupa ada hal lain yang

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 130

    Dua tahun kemudianDua tahun sejak kepergian Andrio berlalu. Anak-anak mereka telah tumbuh kian besar dan bisa bicara dengan fasih. Hari-hari yang Alena lalui tanpa Andrio memang terasa berbeda. Walau kadang ditemani keluarganya yang membantunya--entah itu ibu mertuanya, mami dan papi. Malam-malam Alena dia lalui dengan tidur sendiri. Masalah-masalah yang menderanya dia hadapi sendiri.Walau hampir setiap hari mereka bertukar kabar melalui chat dan video call-an. Tetap saja Alena merasa berbeda. Dua tahun dia lewati semua penuh kesabaran dan harapan. Sampai tibalah hari ini. Hari di mana Andrio harusnya pulang."Pagi, Mama ...." Terdengar sayup-sayup suara mungil membangunkan, disusul kecupan hangat di pipi. Wanita itu sontak membuka mata. Lantas menoleh ke samping. Wajah balita mungil dan menggemaskan tersenyum menyambutnya.Alena tersenyum. "Pagi juga, Sayang ....""Bangun, Mama.""Iya, ini Mama udah bangun. Sini peluk dulu." Alena meraih badan mungil itu dan mendekapnya penuh cinta

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 129

    "Suami gue selingkuh, Al ....""Selingkuh gimana, Far? Lo tahu dari mana itu selingkuhannya? Siapa tahu emang cuman teman kan?""Bukan teman, Al. Tapi selingkuhannya. Udah setahun Al, gue sering baca chatingan mereka. Dari chatingannya jelas-jelas mereka ada hubungan spesial. Gue yang lebih tahu.”"Maaf, Far, co-coba sekarang lo cerita yang jelas sama gue ...."Alena sontak memejamkan mata dan menggelengkan kepala kencang-kencang setiap teringat cerita perselingkuhan sahabatnya itu.Waktu Farah memberitahu kalau pernikahannya sedang dilanda perselingkuhan oleh suaminya. Alena syok tak menyangka dan meminta sahabatnya itu bercerita dari awal pertemuannya dengan calon suaminya hingga bagaimana perselingkuhan itu terjadi. Farah mengadu padanya sambil menangis tersedu-sedu.Farah sudah menikah lima tahun lalu yang itu artinya Farah menikah beberapa bulan setelah dia menikah dengan Andrio, tepat mereka kehilangan kontak satu sama lain hingga Alena pun tidak tahu kapan Farah menikah. Farah j

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 128

    Mereka akhirnya tiba di rumah Alena. Farah begitu kagum melihat rumah Alena sampai-sampai perempuan itu membuka mulut. Rumah sahabatnya itu begitu mewah, bergaya minimalis modern.Dari depan, rumahnya terlihat tinggi dan megah karena berlantai tiga. Dinding dan tiang-tiang rumahnya terlihat kokoh karena dibangun dengan material batu. Dengan jendela lebar dan pintu yang terbuat dari kaca. Langit-langitnya tinggi. Sementara pagarnya terbuat dari besi yang tingginya melebihi kepala orang dewasa. Bahkan ketika dia sudah turun dari mobil itu pun dia masih saja terpana. "Rumah kalian semewah ini?" Farah menatap Alena tidak percaya.Alena tertawa. "Ah, elo mah berlebihan. Rumah lo emangnya nggak semewah ini?"Farah terdiam, mengingat sesuatu. Lebih tepatnya mengingat masa lalu sahabatnya itu. "Ya maksud gue ... Eng, iya Alhamdulillah kehidupan lo sekarang udah sukses dan nyaman banget." Farah tersenyum kaku. "Gue harus banget berterima kasih sama Andrio atas semua ini."Alena mengernyit hera

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 127

    "Farah?" tebak Andrio lebih dulu membuat Alena menoleh ke suaminya. Ternyata Andrio juga bisa mengenalnya."Iya, gue Farah," sahut perempuan itu kemudian.Alena kembali menatap perempuan yang mengaku Farah itu. Dia melotot tak percaya. "Farah?! Ya ampun!" Alena sontak berdiri. "Gue hampir nggak bisa ngenalin lo tahu, lo berubah banget!" Alena serta-merta memeluk Farah erat-erat. Sementara yang dipeluk juga membalas hal serupa.Mereka saling berpelukan erat. Tubuh kedua wanita itu bahkan bergerak-gerak ke kiri dan kanan karena Alena begitu antusias. Alena kemudian melepas pelukannya. "Apa kabar lo? Kebetulan banget ya kita ketemuan di sini?""Iya, maaf ya gue nggak ada kabar selama ini," jawab Farah. "Iya, nih. Nomor WA lo udah lama nggak aktif, abis itu nggak ada ngasih kabar ke gue juga. Sombong lo.""Bukannya gitu." Farah menyengir terlihat tak nyaman.Alena tertawa. "Iya, iya, gue cuman bercanda kok."Farah lalu menatap Andrio dan anak-anak mereka. "Kalian pada mau ke mana nih?""M

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 126

    "Pakaian udah, dalaman udah, pembersih muka udah, pomade udah, jam tangan udah, berkas-berkasnya udah, tiket udah, foto-foto aku sama anak-anak juga udah, hmmm apa lagi, ya ...." Alena mengecek barang-barang yang sudah dia masukkan dalam koper Andrio. "Iya semuanya udah beres."Setelah dirasa semuanya sudah lengkap, Alena pun menutup koper itu lalu menyeretnya dekat pintu agar mudah di bawa keluar. Ada dua koper yang siap Andrio bawa. Sebagian besar isinya adalah pakaian dan barang-barang penting.Bersamaan dengan itu, Andrio keluar dari kamar mandi yang ada di kamarnya. Pria itu baru saja selesai mandi, bertelanjang dada dengan handuk kecil melilit pinggangnya, sedangkan handuk kecil lain menyampir di bahunya. "Udah beresin semua? Makasih, ya, sayang," ucapnya saat melihat kesibukan istrinya menata koper. Dia lalu menatap cermin sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil.Alena menoleh. "Udah beres. Cepetan pakai bajunya. Udah kusiapin di lemari paling depan," beritahu Alena. "Ak

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 125

    Malam harinya, Alena gelisah seorang diri di kamar. Anna dalam gendongannya sejak tadi tak berhenti menangis kencang. Kekhawatiran Alena terjawab ketika dia menempelkan jemari di kening si bayi yang terasa sangat panas. "Ya ampun, Nak. Badanmu panas banget ...." Alena berdiri menggendong anaknya, mencoba mendiamkan meski rasanya mustahil karena bayi itu sedang demam tinggi.Alena melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul tujuh. Lalu dia meraih ponsel di atas nakas, mengecek pesan dari Andrio, tapi tidak ada.Alena menarik napas, lalu mengembuskannya kembali. Hal itu dia lakukan berkali-kali sampai perasaannya tenang. "Aku nggak boleh panik. Sebaiknya aku cari tahu di g****e pertolongan pertama waktu bayi lagi demam, apa, ya?" Sambil menggendong bayi dengan tangan sebelah, dia mengotak-atik ponselnya.Dia membaca sekilas informasi yang dia dapat dari g****e. Lalu dia menghubungi Bi Jum lewat chat, minta siapkan air hangat dan kain buat kompresan. "Sabar, ya, Nak. Mama siapin air ha

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 124

    Satu tahun kemudian ...."Kupandang langit penuh bintang bertaburan ... berkelap-kelip seumpama intan berlian ...." Alena bernyanyi kecil sambil mendorong baby stroller, berjalan mengelilingi taman rumah. Di dalam kereta bayi itu ada Anna dan Kenzy.Satu tahun berlalu, tidak banyak yang berubah dari kehidupan Alena dan Andrio selain anak-anak mereka yang sudah tumbuh besar. Alena yang juga sudah terbiasa mengurusi anak-anaknya.Kenzy sudah berusia satu tahun sepuluh bulan, sedangkan Anna berusia satu tahun satu bulan. Kenzy sudah biasa bicara dengan pengucapan yang jelas, sudah mengerti diajak bicara dan sudah bisa berjalan sendiri tanpa dipimpin, sedangkan Anna sudah bisa bicara namun masih tidak jelas pengucapannya, bisa berjalan dengan dipimpin dan bisa mengerti diajak bicara juga."Mau nyanyi apalagi?" tanya Alena pada anak-anaknya. "Lagu kupu-kupu yang lucu mau?""Mau ...," jawab Kenzy sambil mendongak menatapnya, sedangkan Anna hanya menatap ke segala arah."Oke, kita nyanyi lagu

DMCA.com Protection Status