Beranda / Romansa / Dendam Anak Tiri / 28. Tulisan Berdarah

Share

28. Tulisan Berdarah

Penulis: Aprillia D
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-18 10:34:00
Pagi itu Alyssa menuruni tangga dengan semangat. Bagaimana tidak? Hari ini dia berangkat ke kampus bersama pujaan hatinya setelah seminggu mereka tak bertemu karena Andrio yang sibuk.

Dan sekarang kekasihnya itu sudah menunggu di halaman rumahnya sejak sepuluh menit lalu. Itulah mengapa gadis berambut panjang itu terburu-buru.

Sebelum pergi dia menghampiri orang tuanya--yang tengah sarapan di meja makan--untuk pamit.

"Papi, Mami, aku pergi dulu, ya?" Alyssa menyalami tangan papinya yang tengah membaca koran--rutinitas sehari-harinya setiap pagi karena tak mau ketinggalan berita.

"Kamu nggak sarapan dulu?" tanya Rista yang tengah menuang air ke gelas.

"Aku nggak sarapan, Mi. Aku buru-buru. Udah ditungguin Kak Andrio soalnya." Alyssa lalu menyalami maminya dan mencium pipi wanita itu. "Aku duluan, ya, Mi, Pi."

"Iya," sahut Bagas tanpa mengalihkan perhatiannya dari koran.

"Tapi jangan lupa sarapan di kampus, ya?" pesan Rista.

"Iya, Mi. Pasti. Dadah Papi, Mami."

"Dadah, Sayang. Ha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dendam Anak Tiri   29. Siapa Pelaku Teror Itu?

    Rista begitu syok sampai tidak bisa berkata-kata, bibirnya gemetar. "Bi-Bi-Bibi!" Dia terbata-bata memanggil asisten rumah tangganya. "Bibi!" Tergopoh-gopoh wanita bertubuh tambun itu mendatanginya dari dalam rumah. "Ada apa, Bu? Kenapa teriak-teriak?" wajah wanita paruh baya itu terlihat panik. Rista menunjuk ke arah kaca jendela di mana tulisan itu berada. "Tolong hapus tulisan itu. Hapus sebersih-bersihnya." Sang asisten memandang ke arah yang sama dan membelalak. "Astaghfirullah ... Siapa yang nulis itu, Bu?" "Saya nggak tahu. Kamu jangan banyak tanya! Cepat bersihkan saja tulisan itu!" "Iya, Bu, iya." "Dan ingat, Bi. Alyssa sama Bapak atau siapa pun jangan diberitahu, ya? Nggak ada yang boleh tahu tentang ini selain kita berdua. Paham, Bi?" "Tapi, Bu, masalah ini kayaknya serius. Ada orang yang mau menghancurkan keluarga ini. Sebaiknya Bapak perlu tahu." Rista menggeleng. "Untuk sementara mereka jangan tahu dulu. Janji, ya, Bi. Jangan kasih tahu mereka. Saya mau cari tahu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • Dendam Anak Tiri   30. Makan Siang Bersama Keluarga Kekasih

    "Hai, Sayang." Rista mendatangi anaknya. Lalu menatap seseorang di samping anaknya. "Eh, ada Andrio." "Iya, nih, Mi." "Hai, Tante," sapa Andrio malu-malu. Lalu menyalami tangan ibu kekasihnya itu. "Mi, Kak Andrio makan siang bareng kita, boleh, 'kan?" Rista memandangi Alyssa dan tersenyum tenang. "Ya, boleh, dong, Sayang." Lalu menatap Andrio. "Kebetulan Tante lagi masak banyak, langsung aja, yuk ke ruang makan." Andrio memandangi Alyssa yang mengangguk. Lalu mereka mengiringi Rista ke ruang makan. Alyssa mengedar pandang pada masakan yang tersaji di atas meja makan berbentuk persegi panjang dan berukir itu. Di sana ada sup buntut dalam mangkok keramik besar. Ada ikan goreng Nila beserta lalap dan sambalnya di atas piring keramik. Ada perkedel kentang, cah kangkung dan ikan salmon goreng. Semuanya terlihat menggugah selera, menggelitik perutnya yang memang lapar sejak tadi. "Mami masak banyak banget?" Alyssa memandangi maminya sekilas lalu menarik kursi dan duduk. Andrio juga d

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • Dendam Anak Tiri   31. Upaya Menolak Perjodohan

    Tiga Bulan Lalu "Kak Andrio?" "Alyssa?" Andrio dan Alyssa saling menatap penuh tanya. Tak Andrio sangka, perempuan yang ingin papanya jodohkan dengannya adalah Alyssa. Dan sebaliknya, Alyssa sungguh tak menduga kalau lelaki itu justru Andrio, lelaki yang memang dia idamkan selama ini. Setelah bersusah payah membujuk Andrio untuk menghadiri pertemuan ini di kediaman Bagaskara, di bantu oleh Marissa, akhirnya Andrio menyetujui pertemuan ini. Andrio tidak bisa menolak jika mamanya sudah angkat bicara. "Kalian sudah saling kenal?" heran Putra, menatap Andrio dan Alyssa bergantian. Begitu pun Marissa, Bagaskara, dan Rista yang berkumpul di ruang tamu nan luas itu. "Dia kakak tingkat aku di kampus," jawab Alyssa. Raut keheranan yang sempat tercipta di wajahnya berubah menjadi senyum senang. Kontras dengan wajah Andrio yang tampak biasa saja. "Oh, bagus kalau begitu. Lagi-lagi kebetulan yang luar biasa," jawab Putra. "Ya, perjodohan ini akan berjalan lancar karena kalian sudah saling

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-19
  • Dendam Anak Tiri   32. Tarik Ulur

    Alyssa mengamati pertengkaran Andrio dan orang tuanya dengan air mata berlinang. Dadanya sesak. Sakit sekali rasanya melihat lelaki yang dia harapkan justru mencampakkannya. Bahkan lelaki itu mempermalukannya di depan keluarganya dengan menolaknya mentah-mentah. "Kak Andrio, gue bakal buat lo nyesel," gumamnya di sela isak tangis. Lalu gadis bergaun putih itu kembali menghampiri orang tuanya. "Papi ...." Alyssa menghambur di pelukan Bagaskara sembari terisak. "Aku sayang banget sama Kak Andrio. Selama ini dia sosok yang aku idamkan. Papi tahu kenapa selama ini aku ngejomlo? Karena aku selalu nungguin Kak Andrio nembak aku, Pi." Alyssa meluapkan isi hatinya di dada bidang sang ayah. Bagaskara balas membelai bahu Alyssa lembut. "Iya, nanti Papi coba bujuk Andrio, ya, kamu tenang aja jangan nangis ...." Kemudian Bagas melepas pelukan putrinya. "Kamu masuk dulu sama Mami. Biar ini Papi yang urus." Alyssa mengangguk. Namun, ketika Bagas menghampiri orang tua Andrio, Alyssa bukannya ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-19
  • Dendam Anak Tiri   33. Bertukar Kabar

    "Alhamdulillah, gue baik. Aman kok semuanya aman." Alena sedang bertelepon dengan Farah sambil menelungkup di atas ranjang dan memeluk guling. "..." "Ada, namanya Mira. Hmm dia baik sih orangnya. Gue pulang kerja diantar dia." "..." "Iya, soalnya motor peninggalan Ibu gue udah gue jual lagi butuh duit banyak dan gue belum gajian." "..." "Nggak pa-pa lah. Do'ain gue dapat rezeki biar bisa beli motor baru." "..." "Ya, nggak juga. Sahabat gue tetap lo kok nomor satu. Nggak akan terganti." Alena tertawa. "..." "Yeee ... Gue serius, nih." "..." "Iya, iya. Kapan-kapan kita ketemuan, ya. See you." Sambungan terputus. Alena tersenyum menatap layar ponselnya. Setelah lama tak bertemu, perasaan Alena sedikit lega karena sudah bertukar kabar dengan sahabatnya meskipun hanya lewat telepon. Sebenarnya dia ingin sekali bertemu langsung dengan Farah, tapi keadaan belum memungkinkan. Farah masih disibukkan dengan tugas kuliahnya. Setelah meletakan ponselnya di atas meja, pikiran Alena

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-19
  • Dendam Anak Tiri   34. Chatingan

    From 08953477xxxx:Alena, ini gue Andrio. Sorry baru bisa chat sekarang. Hmm lagi ngapain?Alena pun mengetik.Nggak pa-pa. Lg habis teleponan sm Farah. Mau tidur jg, tapi pas lihat chat lo nggak jadi, deh.Kenapa nggak jd? Maaf ya gue ganggu Minta maaf muluk dari tadi. Gue mah seneng lo chat gue.Setelah mengirimkan chat tersebut, Alena membaca ulang pesannya. Dan sedikit membelalak. "Kok gue bilang seneng, sih? Tarik aja, deh." Alena baru akan menarik pesannya ketika centang dua pada pesan tersebut berubah biru. "Duh udah di baca lagi." Dia pun pasrah menatap tulisan mengetik pada pesan Andrio.Seriusan seneng gue chat?

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-19
  • Dendam Anak Tiri   35. Mimpi

    "Cewek yang gue suka adalah ... siswi kelas XII IPS 4. Namanya ... Alena!" Kalimat itu selesai terucap bersamaan dengan Alena menghentikan langkahnya di tepi lapangan yang sudah ramai murid-murid berkumpul. Alena menyadari dirinya terlambat menghentikan aksi lelaki itu. "Gila. Andrio beneran nekat," gumamnya. Sepersekian dektik kemudian siswi-siswi yang berdiri di sampingnya menoleh ke arahnya. "Cowok lo tuh. Kayaknya dia mau nembak lo," celetuk siswi itu. "Iya," sahut siswi yang disebelahnya. "Mending lo samperin gih." Alena hanya diam, melirik siswi-siswi itu sekilas. Tatapannya kini terfokus pada Andrio yang berdiri di tengah lapangan sana sembari memegangi toa. Andrio menyadari kehadiran Alena dan langsung tersenyum ke arah gadis itu. Dan mendekatkan toa ke mulutnya lagi. "Alena gue cinta sama lo! Gue sayang sama lo. Gue mau lo jadi pacar gue!" teriaknya sambil matanya tak lepas dari melirik Alena. Seluruh pasang mata yang ada di lapangan itu menatap Alena yang sudah membatu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-20
  • Dendam Anak Tiri   36. Paket Misterius

    Rista memarkirkan mobilnya langsung memasuki garasi. Lalu mematikan mesin dan mencabut kuncinya. Dan keluar dari sana. Nyonya Bagaskara itu baru saja pulang dari belanja bulanan di mall. Wanita mengenakan dress terusan lengan pendek itu langsung masuk melalui pintu ruang tengah yang terhubung dengan garasi. "Bibi!" Dari ambang pintu dapur wanita paruh baya terlihat tergopoh-gopoh menghampirinya. "Iya, Bu? Ada yang bisa dibantu?" "Ambil belanjaan di bagasi mobil, ya, Bi. Semuanya bawa ke dapur, simpan di tempat masing-masing, diatur seperti biasa," perintahnya. "Iya, Bu." Asisten rumah tangganya itu pun segera ke garasi melaksanakan perintah. Sementara dirinya duduk di kursi sofa ruang televisi, meraih majalah yang ada di atas meja dan meletakkannya di pangkuannya. Baru saja dia membuka cover majalah itu, tiba-tiba Bibi memanggilnya membuatnya menoleh ke belakang. "Ada apa lagi, Bi?" "Di depan ada kurir ngantarin paket. Katanya buat Ibu dan dia mau Ibu sendiri yang menerimanya la

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-20

Bab terbaru

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 132

    "Kamu nggak coba telepon suamimu?" tanya Mama Marissa.Alena hanya menggeleng."Ini Mama telepon dari tadi nggak diangkat-angkat." Wajah Mama Marissa tampak cemas sambil menatap layar ponsel. Hal itu juga menular ke Alena. Alena jadi mendadak khawatir. Kenapa suaminya tidak mengangkat telepon dari mamanya? Apa sengaja karena ingin memberi suprise? Alena masih berusaha berpikir positif."Mungkin masih di jalan kali, Ma." Putra ikut berbicara dan menenangkan."Aneh," gumam Marissa masih menatap layar ponsel. "Bikin khawatir aja ""Jangan mikir aneh-aneh deh, Ma. Berdoa aja semoga Andrio baik-baik aja dan segera sampai. Mungkin terjebak macet di jalan." Lagi sang papa mertua menenangkan istrinya.Mama Marissa hanya diam masih sibuk dengan ponselnya.Ting Tong!Tak lama kemudian terdengar suara bel menggema. Alena langsung menatap mama mertuanya. "Nah itu pasti Mas Andrio, Ma.""Biar saya ya yang bukain pintu," ucap Bi Jum yang kebetulan lewat di depan meja makan."I-iya, Bi," sahut Alena.

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 131

    Dua jam kemudian masakan Alena dan Bi Jum sudah terhidang rapi di meja makan bak sajian restoran yang siap disantap."Waduh enak nih keliatannya ...." Mama Marissa menatap hidangan makanan yang terlihat menggugah selera itu. "Oma jadi nggak sabar buat cicipin." Marissa menyengir lebar melirik cucu kesayangannya sudah duduk di kursi makan di sampingnya."Tunggu Papa!" seru balita itu semangat."Iya, Oma ngerti. Kita tunggu Papa dulu ya baru boleh makan?"Si bocah mengangguk antusias.Alena yang mendengar percakapan itu dari ambang pintu dapur hanya tersenyum simpul. Dia lalu teringat sesuatu dan merogoh ponsel di saku celana kainnya lalu perlahan berjalan ke arah ruang tengah. Hendak menelepon suaminya.***Pria itu duduk bersandar di kursi penumpang. Matanya sejak tadi memindai jalanan yang padat akan kendaraan di depannya. Sesekali macet menghampiri membuatnya semakin gelisah saja. Karena hal itu membuatnya makin lama untuk segera sampai ke rumah.Namun, dia tak lupa ada hal lain yang

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 130

    Dua tahun kemudianDua tahun sejak kepergian Andrio berlalu. Anak-anak mereka telah tumbuh kian besar dan bisa bicara dengan fasih. Hari-hari yang Alena lalui tanpa Andrio memang terasa berbeda. Walau kadang ditemani keluarganya yang membantunya--entah itu ibu mertuanya, mami dan papi. Malam-malam Alena dia lalui dengan tidur sendiri. Masalah-masalah yang menderanya dia hadapi sendiri.Walau hampir setiap hari mereka bertukar kabar melalui chat dan video call-an. Tetap saja Alena merasa berbeda. Dua tahun dia lewati semua penuh kesabaran dan harapan. Sampai tibalah hari ini. Hari di mana Andrio harusnya pulang."Pagi, Mama ...." Terdengar sayup-sayup suara mungil membangunkan, disusul kecupan hangat di pipi. Wanita itu sontak membuka mata. Lantas menoleh ke samping. Wajah balita mungil dan menggemaskan tersenyum menyambutnya.Alena tersenyum. "Pagi juga, Sayang ....""Bangun, Mama.""Iya, ini Mama udah bangun. Sini peluk dulu." Alena meraih badan mungil itu dan mendekapnya penuh cinta

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 129

    "Suami gue selingkuh, Al ....""Selingkuh gimana, Far? Lo tahu dari mana itu selingkuhannya? Siapa tahu emang cuman teman kan?""Bukan teman, Al. Tapi selingkuhannya. Udah setahun Al, gue sering baca chatingan mereka. Dari chatingannya jelas-jelas mereka ada hubungan spesial. Gue yang lebih tahu.”"Maaf, Far, co-coba sekarang lo cerita yang jelas sama gue ...."Alena sontak memejamkan mata dan menggelengkan kepala kencang-kencang setiap teringat cerita perselingkuhan sahabatnya itu.Waktu Farah memberitahu kalau pernikahannya sedang dilanda perselingkuhan oleh suaminya. Alena syok tak menyangka dan meminta sahabatnya itu bercerita dari awal pertemuannya dengan calon suaminya hingga bagaimana perselingkuhan itu terjadi. Farah mengadu padanya sambil menangis tersedu-sedu.Farah sudah menikah lima tahun lalu yang itu artinya Farah menikah beberapa bulan setelah dia menikah dengan Andrio, tepat mereka kehilangan kontak satu sama lain hingga Alena pun tidak tahu kapan Farah menikah. Farah j

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 128

    Mereka akhirnya tiba di rumah Alena. Farah begitu kagum melihat rumah Alena sampai-sampai perempuan itu membuka mulut. Rumah sahabatnya itu begitu mewah, bergaya minimalis modern.Dari depan, rumahnya terlihat tinggi dan megah karena berlantai tiga. Dinding dan tiang-tiang rumahnya terlihat kokoh karena dibangun dengan material batu. Dengan jendela lebar dan pintu yang terbuat dari kaca. Langit-langitnya tinggi. Sementara pagarnya terbuat dari besi yang tingginya melebihi kepala orang dewasa. Bahkan ketika dia sudah turun dari mobil itu pun dia masih saja terpana. "Rumah kalian semewah ini?" Farah menatap Alena tidak percaya.Alena tertawa. "Ah, elo mah berlebihan. Rumah lo emangnya nggak semewah ini?"Farah terdiam, mengingat sesuatu. Lebih tepatnya mengingat masa lalu sahabatnya itu. "Ya maksud gue ... Eng, iya Alhamdulillah kehidupan lo sekarang udah sukses dan nyaman banget." Farah tersenyum kaku. "Gue harus banget berterima kasih sama Andrio atas semua ini."Alena mengernyit hera

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 127

    "Farah?" tebak Andrio lebih dulu membuat Alena menoleh ke suaminya. Ternyata Andrio juga bisa mengenalnya."Iya, gue Farah," sahut perempuan itu kemudian.Alena kembali menatap perempuan yang mengaku Farah itu. Dia melotot tak percaya. "Farah?! Ya ampun!" Alena sontak berdiri. "Gue hampir nggak bisa ngenalin lo tahu, lo berubah banget!" Alena serta-merta memeluk Farah erat-erat. Sementara yang dipeluk juga membalas hal serupa.Mereka saling berpelukan erat. Tubuh kedua wanita itu bahkan bergerak-gerak ke kiri dan kanan karena Alena begitu antusias. Alena kemudian melepas pelukannya. "Apa kabar lo? Kebetulan banget ya kita ketemuan di sini?""Iya, maaf ya gue nggak ada kabar selama ini," jawab Farah. "Iya, nih. Nomor WA lo udah lama nggak aktif, abis itu nggak ada ngasih kabar ke gue juga. Sombong lo.""Bukannya gitu." Farah menyengir terlihat tak nyaman.Alena tertawa. "Iya, iya, gue cuman bercanda kok."Farah lalu menatap Andrio dan anak-anak mereka. "Kalian pada mau ke mana nih?""M

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 126

    "Pakaian udah, dalaman udah, pembersih muka udah, pomade udah, jam tangan udah, berkas-berkasnya udah, tiket udah, foto-foto aku sama anak-anak juga udah, hmmm apa lagi, ya ...." Alena mengecek barang-barang yang sudah dia masukkan dalam koper Andrio. "Iya semuanya udah beres."Setelah dirasa semuanya sudah lengkap, Alena pun menutup koper itu lalu menyeretnya dekat pintu agar mudah di bawa keluar. Ada dua koper yang siap Andrio bawa. Sebagian besar isinya adalah pakaian dan barang-barang penting.Bersamaan dengan itu, Andrio keluar dari kamar mandi yang ada di kamarnya. Pria itu baru saja selesai mandi, bertelanjang dada dengan handuk kecil melilit pinggangnya, sedangkan handuk kecil lain menyampir di bahunya. "Udah beresin semua? Makasih, ya, sayang," ucapnya saat melihat kesibukan istrinya menata koper. Dia lalu menatap cermin sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil.Alena menoleh. "Udah beres. Cepetan pakai bajunya. Udah kusiapin di lemari paling depan," beritahu Alena. "Ak

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 125

    Malam harinya, Alena gelisah seorang diri di kamar. Anna dalam gendongannya sejak tadi tak berhenti menangis kencang. Kekhawatiran Alena terjawab ketika dia menempelkan jemari di kening si bayi yang terasa sangat panas. "Ya ampun, Nak. Badanmu panas banget ...." Alena berdiri menggendong anaknya, mencoba mendiamkan meski rasanya mustahil karena bayi itu sedang demam tinggi.Alena melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul tujuh. Lalu dia meraih ponsel di atas nakas, mengecek pesan dari Andrio, tapi tidak ada.Alena menarik napas, lalu mengembuskannya kembali. Hal itu dia lakukan berkali-kali sampai perasaannya tenang. "Aku nggak boleh panik. Sebaiknya aku cari tahu di g****e pertolongan pertama waktu bayi lagi demam, apa, ya?" Sambil menggendong bayi dengan tangan sebelah, dia mengotak-atik ponselnya.Dia membaca sekilas informasi yang dia dapat dari g****e. Lalu dia menghubungi Bi Jum lewat chat, minta siapkan air hangat dan kain buat kompresan. "Sabar, ya, Nak. Mama siapin air ha

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 124

    Satu tahun kemudian ...."Kupandang langit penuh bintang bertaburan ... berkelap-kelip seumpama intan berlian ...." Alena bernyanyi kecil sambil mendorong baby stroller, berjalan mengelilingi taman rumah. Di dalam kereta bayi itu ada Anna dan Kenzy.Satu tahun berlalu, tidak banyak yang berubah dari kehidupan Alena dan Andrio selain anak-anak mereka yang sudah tumbuh besar. Alena yang juga sudah terbiasa mengurusi anak-anaknya.Kenzy sudah berusia satu tahun sepuluh bulan, sedangkan Anna berusia satu tahun satu bulan. Kenzy sudah biasa bicara dengan pengucapan yang jelas, sudah mengerti diajak bicara dan sudah bisa berjalan sendiri tanpa dipimpin, sedangkan Anna sudah bisa bicara namun masih tidak jelas pengucapannya, bisa berjalan dengan dipimpin dan bisa mengerti diajak bicara juga."Mau nyanyi apalagi?" tanya Alena pada anak-anaknya. "Lagu kupu-kupu yang lucu mau?""Mau ...," jawab Kenzy sambil mendongak menatapnya, sedangkan Anna hanya menatap ke segala arah."Oke, kita nyanyi lagu

DMCA.com Protection Status