Share

Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban
Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban
Author: Jinan

Bab 1

Author: Jinan
last update Last Updated: 2024-12-05 10:17:04
Pukul sepuluh malam, saat sedang lembur, aku menerima telepon dari anakku.

Aku terkejut, tetapi saat mengangkat telepon dan hendak menenangkan anakku, aku mendengar suaranya yang begitu lemah.

"Ibu, kalau Arya sudah nggak ada, Ibu harus menjaga diri baik-baik. Jangan biarkan orang lain mengganggu Ibu."

"Arya nggak bisa mengantar barang yang Ayah butuhkan. Arya sangat kedinginan dan kesakitan."

"Arya ingin tidur, Bu. Selamat malam, aku sayang Ibu."

Hatiku seketika terasa sangat sakit, seolah ada sesuatu yang buruk akan terjadi.

Dengan hati gelisah, aku terus memanggil Arya.

Namun, tidak ada respon.

"Aku harus melacak lokasinya ...."

Aku bergumam pada diri sendiri seolah aku menemukan secercah harapan. Dengan tangan gemetar, akhirnya aku berhasil menemukan lokasinya.

Di depan bar.

Anakku tergeletak di atas genangan darah, tanpa tanda-tanda kehidupan, dengan luka tikaman yang sangat mengerikan.

Darah menempel pada pakaian yang melekat di tubuhnya, dan mawar putih yang dia genggam juga telah ternoda oleh darah segar.

Pikiranku berputar hebat. Dengan tangan gemetar, aku meraba hidung Arya tetapi tidak ada sedikit pun napas yang terasa.

Aku langsung terjatuh lemas ke tanah, dan dengan panik menelepon Yudha.

Setelah terdengar nada sambung beberapa saat.

Nila menjawab dengan nada tidak senang, "Siapa ini?"

"Di mana Yudha?"

Nila terdiam sebentar, lalu tertawa ringan. "Oh, ternyata kamu. Kami ada di ruang 206 di Golden Bar, kamu bisa datang dan ikut bersenang-senang bersama kami."

Aku menutup telepon dan menggendong Arya dengan hati-hati seperti saat dia masih kecil.

Darah mengalir perlahan di sepanjang lenganku, tetapi aku tidak merasakannya.

Dengan begitu banyak darah dan luka, Arya pasti sangat kesakitan.

Tanpa sadar air mata mengalir dari mataku.

Saat mendekati ruang VIP, aku mendengar seseorang mengeluh. "Yudha, sepertinya Arya nggak akan datang, ya? Lalu bagaimana dengan bunga mawarku? Kukira istrimu mengajari Arya dengan baik, ternyata hal kecil seperti ini saja dia nggak bisa melakukannya."

"Jihan itu nggak berguna, bagaimana bisa mengajari anak dengan baik? Mereka berdua sama-sama nggak ada gunanya! Kalau bukan karena kamu yang ingin dia mengantarkannya, aku nggak akan membiarkan dia menyentuh barang-barangmu!"

Suara sinis Yudha membuat pikiranku terhenti seketika.

Semua suara di sekitarku menghilang, dan aku terdiam lama di tempat itu.

Tidak peduli dengan tatapan orang-orang di sekitarku, aku meletakkan anakku di tanah sambil bergumam pelan, “Nak, tunggu Ibu ya, kita pulang bersama.”

"Brak!"

Aku berdiri dan menendang pintu hingga terbuka lebar.

Suara pintu yang tiba-tiba terbuka membuat seluruh ruangan seketika sunyi.

Di tengah kerumunan, seorang pria dan wanita terlihat berciuman dengan begitu mesra, seolah tak ingin berpisah.

Dengan wajah dingin, aku membalikkan meja di depan mereka.

Saat minuman tumpah ke mana-mana, barulah mereka sadar aku ada di sana.

Nila berteriak kaget dan cepat-cepat bersembunyi di belakang Yudha dengan wajah penuh kepura-puraan.

"Jihan, maaf, ini semua gara-gara teman-teman yang menggodaku untuk mencium Yudha. Kalau kamu keberatan, kamu bisa menciumku untuk mengambil kembali ciuman itu ...."

Dia meminta maaf dengan wajah yang penuh rasa bersalah.

Yudha mengerutkan keningnya, dan berkata dengan nada tidak senang, "Kenapa harus menjelaskan padanya? Aku mencintaimu dengan terang-terangan, nggak ada yang perlu disembunyikan!"

Tiba-tiba pandangannya terpaku ke satu arah, dan wajahnya langsung berubah gelap.

Aku mengikuti pandangannya dan melihat setitik darah merembes dari lengan Nila.

Jika bukan karena kulitnya yang cukup putih, darah itu tidak akan terlihat jika tidak diperhatikan dengan seksama.

"Plak!"

Tanpa aba-aba, Yudha menampar wajahku dengan keras.

"Kalau kamu mau mengamuk, pergilah ke tempat lain untuk melampiaskan amarahmu. Kalau kamu sakit, pergilah berobat. Sekarang, cepat minta maaf pada Nila!"

Yudha berteriak dengan wajah penuh amarah.

Kebenciannya terlihat jelas di matanya.

Aku menatapnya sejenak, lalu tiba-tiba tertawa, meskipun air mata tetap mengalir dari mataku.

"Nggak akan!"

Aku mengambil seember air pel di sana dan menuangkannya ke atas kepala mereka berdua.

Nila terkejut dan kembali bersembunyi di belakang Yudha.

Yudha, yang tampak berantakan, menatapku dengan wajah muram. Saat aku mencoba mendekati Nila, dia segera menahanku.

Aku kemudian berbalik dan mengambil botol minuman di atas meja.

Ketika Yudha lengah, aku memukul bagian belakang kepalanya dengan keras.

Dia jatuh terduduk di lantai sambil memegangi kepalanya.

Dalam sesaat, dia tidak lagi memperhatikanku.

Aku berjongkok, mengambil sepotong pecahan dari lantai, dan perlahan mendekati Nila.

Orang-orang di sekitar terkejut dengan tindakanku yang begitu nekat dan tiba-tiba. Tidak ada satu pun di antara mereka yang berani mendekat.

Mereka hanya bisa melihatku membawa pecahan itu ke hadapan Nila, sambil memegang seikat bunga mawar di tangan lainnya.

"Nila, kamu suka mawar, 'kan? Menurutmu, apa warna mawar ini cukup cerah?"

"Sebenarnya, hanya mawar yang berwarna merah darah yang paling indah."

Wajah Nila terlihat pucat ketakutan. Dia mencoba melarikan diri, tetapi aku menariknya kembali dengan paksa.

Di hadapan semua orang, aku menggoreskan pecahan kaca itu ke kulitnya berulang kali.

Darah mulai merembes dari lengannya.

Aku mengangkat pergelangan tangan Nila tinggi-tinggi, dan membiarkan darah menetes sedikit demi sedikit ke bunga mawar.

Mawar putih itu menjadi sangat indah dengan warna darah. Namun, tatapan orang-orang di sekitar justru semakin ketakutan.

Aku merasa sedikit puas, tetapi juga sedih.

Andai saja aku datang lebih awal untuk membela Arya, mungkinkah dia masih hidup?

Satu goresan, dua goresan, tiga goresan ....

Aku terus menggores tanpa lelah, mewarnai bunga mawar itu dengan darah.

Orang-orang di sekitarku tidak berani bergerak sedikit pun.

Namun, tanganku tidak berhenti bergerak.

Tiba-tiba ....

Aku terhempas keras ke dinding.

Yudha yang duduk di lantai akhirnya sadar dan berkata, "Apa kamu benar-benar gila?"

"Nila memiliki gangguan pembekuan darah. Kalau terjadi sesuatu padanya, aku nggak akan memaafkanmu!"

Dia langsung menggendong Nila dan keluar dari ruangan.

"Bawa orang gila ini ke kantor polisi!"

Aku mengabaikan mereka, membersihkan darah di tanganku, dan berbalik untuk menggendong Arya pulang.

Orang-orang mengikutiku keluar dan menatap Arya yang berlumuran darah.

Beberapa dari mereka yang awalnya ingin menahanku kini terpaksa mundur.

Teriakan terdengar dari kerumunan, tetapi aku tidak peduli.

Arya yang berada dalam pelukanku terlihat berantakan, tetapi dia seperti sedang tidur dengan tenang.

Aku bergumam, "Arya, Ibu datang untuk membawamu pulang."

Setiap langkah yang kuambil terasa sangat berat.

Orang-orang terus mengikutiku keluar, tetapi aku mengabaikan mereka. Dengan nada dingin, aku berkata, "Siapa pun yang terus mengikutiku akan masuk rumah sakit bersama Nila."

Orang-orang yang awalnya sudah ketakutan langsung mundur, dan hanya bisa melihatku dan Arya berjalan pulang.

Aku tidak tahu berapa lama kami berjalan, atau bagaimana akhirnya kami tiba di rumah.

Tanpa memikirkan hal lain, aku segera membersihkan darah di tubuh Arya dengan penuh perhatian.

"Arya, kamu suka kebersihan. Noda ini nggak pantas ada di tubuhnya," bisikku lembut.

Pada hari pemakaman, Yudha yang sudah lama tidak terlihat muncul.

Dengan wajah penuh amarah, dia langsung meraih pergelangan tanganku.

"Ikut aku! Nila mengalami masalah karena kamu. Kamu harus bertanggung jawab dan mendonorkan sumsum tulangmu untuknya!"

Yudha berkata tanpa basa-basi, lalu segera berbalik untuk pergi.

Dia menarikku, tetapi aku tidak bergerak sedikit pun.

"Kalau sakit, ya berobat. Apa hubungannya dengan aku?" jawabku.

"Aku harap dia mati saja."

Aku berkata sambil menunduk dan melindungi kotak abu di pelukanku, tanpa sedikit pun menatap Yudha.

Seketika dia marah besar, suaranya semakin cemas dan penuh amarah, "Apa kamu nggak punya hati? Nila punya masalah pembekuan darah, tapi kamu sengaja melukainya begitu parah dan ingin dia mati? Kamu benar-benar kejam!"

Melihat aku tidak bereaksi, cengkeramannya di pergelangan tanganku semakin kuat. Giginya terkatup rapat, menunjukkan betapa marah dan putus asanya dia.

"Suka atau nggak, kamu akan tetap mendonorkan sumsum tulang untuknya!" Yudha bersikeras.

Aku menutup mata sejenak, lalu memandang kotak abu di pelukanku dengan hati yang berat.

Hari ini adalah pemakaman Arya. Tidak pantas bagiku untuk membuat masalah.

Aku menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Yudha. "Yudha, hari ini adalah hari pemakaman anakku. Aku nggak mau bertengkar denganmu. Pergilah."

Yudha terdiam sejenak, lalu tertawa sinis. "Jihan, kamu semakin gila. Kamu menggunakan alasan apapun untuk menipuku!"

Aku menahan amarah, dan berkata dengan suara berat. "Lihat sekelilingmu dengan baik. Apa aku sedang menipumu?"

Yudha memandang ke sekelilingnya, lalu melihat bunga putih di dadaku dan kotak abu di pelukanku.

"Kamu benar-benar totalitas ya dalam berakting? Apa yang kamu gunakan untuk mengisi kotak abu ini? Tepung?"

Yudha berkata sambil mencoba menjatuhkan kotak abu di pelukanku.

Dengan ekspresi tegang, aku langsung melindungi kotak abu itu. Saat memastikan tidak ada yang tumpah, aku pun merasa lega.

Namun, Yudha tidak menyerah. Dengan alis yang berkerut, dia mendorongku ke lantai.

Kemudian, dia merebut kotak abu dari pelukanku dengan paksa.

Hatiku berdebar kencang. Saat aku bangkit, aku melihat abu berhamburan keluar dari kotak itu.

"Aku ingin lihat apa ini benar-benar abu!" katanya.

Begitu melihatnya, dia terdiam.

Amarahku memuncak. Seperti binatang buas yang marah, aku langsung menyerang Yudha.

Dia terjatuh ke lantai, dan aku berhasil merebut kembali kotak abu itu.

Dengan hati-hati, aku mengumpulkan abu yang tumpah dan memasukkannya kembali ke kotak, memastikan Arya aman.

Ekspresiku seketika menggelap. Aku pergi ke dapur, mengambil sekantong tepung dan sebotol air panas.

Tanpa ragu, aku menuangkan seluruh tepung itu ke tubuhnya.

Aku juga menuangkan air panas ke kepalanya.

"Yudha, lihat baik-baik, apakah ini abu atau tepung?"

Tepung dan air itu membentuk pasta lengket.

Aku mengoleskan pasta itu ke wajahnya, menutupi matanya, mulutnya, dan hidungnya.

"Yudha, lihat baik-baik, ini abu atau tepung?"

Wajahnya memerah, dan dia hampir tak bisa bernapas.

Saat tenagaku mulai melemah, dia mendorongku dengan keras, hingga aku terhuyung menjauh darinya.

"Jihan, kamu benar-benar gila!" teriaknya.

"Aku benar-benar buta telah menikahimu! Kita cerai!"

Dia berbalik dan memerintahkan seseorang untuk membawa surat cerai, lalu melemparkannya di depanku.

"Cerai? Kamu mau cerai agar kamu dan anak dari selingkuhanmu bisa bebas? Jangan mimpi! Aku akan menghancurkan kalian! Kalian harus ikut mati bersama anakku!"

Related chapters

  • Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban   Bab 2

    Yudha diam selama beberapa hari, dan memberi kesempatan bagiku untuk menyelesaikan pemakaman anakku dengan lancar.Namun, suatu hari, saat aku keluar rumah seperti biasa, aku dipukul hingga pingsan.Ketika sadar, aku sudah berada di ruang operasi.Kali ini, tampaknya aku tidak bisa menghindar.Aku melihat Yudha berdiri di ruang operasi, dan tampak sedikit merasa bersalah. "Maaf, kali ini aku nggak bisa memikirkan hal lain. Aku akan ganti rugi atas apa yang terjadi padamu dan anakmu."Amarah menguasai pikiranku.Aku menatap Yudha dengan marah, tetapi tidak bisa bergerak.Hingga terdengar suara cemas, barulah aku merasa lega."Nggak bisa, Nyonya Jihan memiliki penyakit jantung serius. Dia nggak bisa mendonorkan sumsum tulang!"Aku tidak bisa melihat siapa yang menyelamatkanku. Aku hanya bisa melihat ekspresi marah Yudha.Dia memukul dinding dengan keras hingga darah merembes dari buku-buku jarinya.Dia terdiam lama, lalu dengan suara serak bertanya, "Bagaimana kalau kita paksakan saja?"

    Last Updated : 2024-12-05
  • Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban   Bab 3

    Saat perawat mengantarkan makanan, aku diam-diam meminjam ponselnya dan menghubungi orang luar.Keesokan harinya, anak dari selingkuhan Yudha, Raka, hilang.Nila datang ke rumah sakit dengan penuh amarah, dan sama sekali tidak mampu mempertahankan citra anggunnya seperti biasanya. "Di mana anakku?"Sikapnya yang seperti orang gila itu mengingatkanku pada diriku sendiri saat aku marah dulu.Aku tersenyum tipis, tetapi tidak bergeming."Anakmu hilang? Kenapa kamu mencariku? Apa kamu pikir aku yang dikurung seperti tahanan ini bisa terbang dan menculik anakmu?"Nila terdiam sejenak, lalu menatapku dengan marah. "Kalau sampai kamu yang melakukannya, aku akan mengulitimu hidup-hidup!"Setelah mengatakan itu, dia langsung berbalik dan pergi.Dia juga membawa orang-orang yang berjaga di pintu untuk ikut bersamanya.Bagaimanapun juga, mencari keberadaan seseorang membutuhkan banyak tenaga.Aku tersenyum menyaksikan mereka pergi, lalu diam-diam bangkit dan melarikan diri.Ketika akhirnya aku ke

    Last Updated : 2024-12-05
  • Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban   Bab 4

    Nila menjerit kesakitan, tetapi aku masih belum puas.Baru setelah melihat darah di tubuhnya, aku melepaskan tanganku.Aku takut membunuhnya.Mengorbankan hidupku untuk orang seperti dia tidaklah sepadan.Aku menatapnya lama, tetapi merasa ada sesuatu yang tidak beres.Nila memiliki gangguan pembekuan darah, sehingga lukanya sulit sembuh dan bisa berisiko fatal jika terluka.Namun, aku melihat sepertinya di tubuhnya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda darah yang mengalir deras.Aku langsung menarik lengannya untuk memeriksanya lebih jelas.Nila tampak terkejut dan ekspresinya berubah drastis. Kemudian, dia segera menarik kembali tangannya."Apa yang kamu lihat? Apa kamu belum pernah lihat orang berdarah?”Aku menatap Nila dengan senyum sinis.Aku memang pernah melihat darah, tetapi aku belum pernah melihat orang dengan gangguan pembekuan darah mengeluarkan darah sedikit.“Jadi, apa semua tentang gangguan pembekuan darah itu omong kosong belaka?"Aku merasa sangat marah dan tidak

    Last Updated : 2024-12-05
  • Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban   Bab 5

    Nila terdiam lama dengan wajah memerah dan napas terengah-engah, tetapi aku tetap tenang.Dia menatapku dengan mata terbelalak, seolah baru percaya bahwa aku benar-benar ingin membunuhnya.Saat aku melepaskan tanganku, dia akhirnya sadar.Dia langsung jatuh terduduk di lantai.Rasa sesak tadi jelas membuatnya ketakutan.Dia mencoba melarikan diri, tetapi aku menariknya kembali dengan kuat, dan menggenggam rambutnya.Di bawah tekananku, dia hanya bisa berlutut.Saat ini, dia hanya bisa menatapku dengan putus asa. Rasa sakit di kulit kepalanya membuat air matanya jatuh."Tolong, jangan bunuh aku. Aku bisa memberimu banyak uang yang cukup untuk membuatmu hidup nyaman seumur hidup ...."Aku menarik rambut Nila dan membawanya ke makam Arya.Aku memaksanya berlutut di depan makam Arya."Aku nggak akan membunuhmu. Aku ingin kamu hidup untuk menebus dosa-dosamu terhadap anakku!"Aku memaksanya berdoa untuk anakku dan menyesali perbuatannya di depan makam anakku.Setiap kali dia hampir menyerah

    Last Updated : 2024-12-05
  • Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban   Bab 6

    "Cepat lakukan tes DNA. kalau anak ini memang anakku, aku akan bertanggung jawab sepenuhnya. Kalau tidak, pergi dari kehidupanku!"Kedua pria itu tampaknya sepakat dan berbicara dengan nada yang sangat serasi.Aku menatap mereka seperti sedang menikmati sebuah drama.Ketika mereka berempat menuju rumah sakit, aku berbalik dengan wajah tanpa ekspresi.Sebelum menikmati keributan ini, aku bertekad untuk membersihkan nama Arya.Setelah meninggal, dia tidak boleh terus-menerus dicap sebagai anak haram, anak di luar nikah, atau pengkhianat.Aku tidak rela.Aku mengirim rekaman ini kepada Anjani dan Yudha.Aku tidak peduli bagaimana reaksi mereka.Aku kembali ke rumah dengan tenang, memeluk foto hitam putih Arya dan menangis dalam diam."Arya, maafkan Ibu. Ini semua salah Ibu."Apa pun hasilnya, kedua pelaku utama itu tidak boleh lolos.Aku menyelipkan foto Arya di dalam saku, dan buru-buru bersiap keluar.Namun, saat baru saja keluar, aku bertemu dengan Anjani.Dengan kecemasan dan kebahagi

    Last Updated : 2024-12-05
  • Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban   Bab 7

    Malam itu, Nila menerobos masuk ke rumahku.Saat itu, Nila sudah tidak lagi seperti dulu yang penuh semangat dan percaya diri. Dia terlihat sangat berantakan.Matanya penuh dengan kebencian terhadapku."Jihan, kamu pikir kamu sudah menang? Aku akan membuatmu hancur!"Dia mencengkeram leherku dengan erat, dan matanya yang merah tampak sangat menakutkan.Tepat ketika aku hampir kehabisan napas, tiba-tiba seseorang menariknya dan melemparnya keluar.Aku berhasil melepaskan diri.Saat melihat orang di hadapanku, aku merasa sedikit tidak senang.Meskipun hidupku diselamatkan oleh Yudha, masalah ini juga disebabkan olehnya."Maaf, aku akan menjaganya.""Mulai sekarang, dia nggak akan mengganggumu lagi."Sekarang, Yudha terlihat seperti saat pertama kali kami bertemu, tetapi perasaanku sudah berubah.Aku sudah jauh lebih tenang saat menghadapi Yudha."Jangan ganggu aku lagi mulai sekarang."Aku berkata dengan tenang, tetapi dalam hati, aku sedang merencanakan bagaimana caranya membunuh kedua

    Last Updated : 2024-12-05
  • Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban   Bab 8

    Pemantik itu jatuh ke lantai, dan api langsung menyala.Wajah Yudha berubah drastis, dan dia langsung memukul Nila hingga pingsan."Kalau Nila tetap hidup, kalian nggak akan bisa lepas dari hukum. Pikirkan baik-baik sebelum kalian ingin menyelamatkannya!"Yudha berkata dengan suara dingin, sambil menatap ke arah orang-orang di sekitarnya.Cahaya api memantul di wajahnya, memperlihatkan tatapan kejam di matanya.Mereka pun langsung pergi dan tidak ada yang berani tinggal lebih lama di tempat itu.Yudha melangkah cepat ke arahku, dan segera melepaskan tali yang mengikat tubuhku.Tanpa berkata apa-apa, dia langsung menggendongku dan berlari menuju pintu keluar.Api semakin membesar, dan asap tebal membuatku sulit bernapas.Untuk pertama kalinya, aku merasakan kematian begitu dekat.Namun, di tengah kobaran api, sebuah bayangan perlahan mendekat ke arah kami berdua."Duar!"Suara dentuman keras, diiringi langkah terhuyung Yudha dan teriakan tertahan, membuatku secara refleks menoleh ke bel

    Last Updated : 2024-12-05

Latest chapter

  • Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban   Bab 8

    Pemantik itu jatuh ke lantai, dan api langsung menyala.Wajah Yudha berubah drastis, dan dia langsung memukul Nila hingga pingsan."Kalau Nila tetap hidup, kalian nggak akan bisa lepas dari hukum. Pikirkan baik-baik sebelum kalian ingin menyelamatkannya!"Yudha berkata dengan suara dingin, sambil menatap ke arah orang-orang di sekitarnya.Cahaya api memantul di wajahnya, memperlihatkan tatapan kejam di matanya.Mereka pun langsung pergi dan tidak ada yang berani tinggal lebih lama di tempat itu.Yudha melangkah cepat ke arahku, dan segera melepaskan tali yang mengikat tubuhku.Tanpa berkata apa-apa, dia langsung menggendongku dan berlari menuju pintu keluar.Api semakin membesar, dan asap tebal membuatku sulit bernapas.Untuk pertama kalinya, aku merasakan kematian begitu dekat.Namun, di tengah kobaran api, sebuah bayangan perlahan mendekat ke arah kami berdua."Duar!"Suara dentuman keras, diiringi langkah terhuyung Yudha dan teriakan tertahan, membuatku secara refleks menoleh ke bel

  • Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban   Bab 7

    Malam itu, Nila menerobos masuk ke rumahku.Saat itu, Nila sudah tidak lagi seperti dulu yang penuh semangat dan percaya diri. Dia terlihat sangat berantakan.Matanya penuh dengan kebencian terhadapku."Jihan, kamu pikir kamu sudah menang? Aku akan membuatmu hancur!"Dia mencengkeram leherku dengan erat, dan matanya yang merah tampak sangat menakutkan.Tepat ketika aku hampir kehabisan napas, tiba-tiba seseorang menariknya dan melemparnya keluar.Aku berhasil melepaskan diri.Saat melihat orang di hadapanku, aku merasa sedikit tidak senang.Meskipun hidupku diselamatkan oleh Yudha, masalah ini juga disebabkan olehnya."Maaf, aku akan menjaganya.""Mulai sekarang, dia nggak akan mengganggumu lagi."Sekarang, Yudha terlihat seperti saat pertama kali kami bertemu, tetapi perasaanku sudah berubah.Aku sudah jauh lebih tenang saat menghadapi Yudha."Jangan ganggu aku lagi mulai sekarang."Aku berkata dengan tenang, tetapi dalam hati, aku sedang merencanakan bagaimana caranya membunuh kedua

  • Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban   Bab 6

    "Cepat lakukan tes DNA. kalau anak ini memang anakku, aku akan bertanggung jawab sepenuhnya. Kalau tidak, pergi dari kehidupanku!"Kedua pria itu tampaknya sepakat dan berbicara dengan nada yang sangat serasi.Aku menatap mereka seperti sedang menikmati sebuah drama.Ketika mereka berempat menuju rumah sakit, aku berbalik dengan wajah tanpa ekspresi.Sebelum menikmati keributan ini, aku bertekad untuk membersihkan nama Arya.Setelah meninggal, dia tidak boleh terus-menerus dicap sebagai anak haram, anak di luar nikah, atau pengkhianat.Aku tidak rela.Aku mengirim rekaman ini kepada Anjani dan Yudha.Aku tidak peduli bagaimana reaksi mereka.Aku kembali ke rumah dengan tenang, memeluk foto hitam putih Arya dan menangis dalam diam."Arya, maafkan Ibu. Ini semua salah Ibu."Apa pun hasilnya, kedua pelaku utama itu tidak boleh lolos.Aku menyelipkan foto Arya di dalam saku, dan buru-buru bersiap keluar.Namun, saat baru saja keluar, aku bertemu dengan Anjani.Dengan kecemasan dan kebahagi

  • Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban   Bab 5

    Nila terdiam lama dengan wajah memerah dan napas terengah-engah, tetapi aku tetap tenang.Dia menatapku dengan mata terbelalak, seolah baru percaya bahwa aku benar-benar ingin membunuhnya.Saat aku melepaskan tanganku, dia akhirnya sadar.Dia langsung jatuh terduduk di lantai.Rasa sesak tadi jelas membuatnya ketakutan.Dia mencoba melarikan diri, tetapi aku menariknya kembali dengan kuat, dan menggenggam rambutnya.Di bawah tekananku, dia hanya bisa berlutut.Saat ini, dia hanya bisa menatapku dengan putus asa. Rasa sakit di kulit kepalanya membuat air matanya jatuh."Tolong, jangan bunuh aku. Aku bisa memberimu banyak uang yang cukup untuk membuatmu hidup nyaman seumur hidup ...."Aku menarik rambut Nila dan membawanya ke makam Arya.Aku memaksanya berlutut di depan makam Arya."Aku nggak akan membunuhmu. Aku ingin kamu hidup untuk menebus dosa-dosamu terhadap anakku!"Aku memaksanya berdoa untuk anakku dan menyesali perbuatannya di depan makam anakku.Setiap kali dia hampir menyerah

  • Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban   Bab 4

    Nila menjerit kesakitan, tetapi aku masih belum puas.Baru setelah melihat darah di tubuhnya, aku melepaskan tanganku.Aku takut membunuhnya.Mengorbankan hidupku untuk orang seperti dia tidaklah sepadan.Aku menatapnya lama, tetapi merasa ada sesuatu yang tidak beres.Nila memiliki gangguan pembekuan darah, sehingga lukanya sulit sembuh dan bisa berisiko fatal jika terluka.Namun, aku melihat sepertinya di tubuhnya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda darah yang mengalir deras.Aku langsung menarik lengannya untuk memeriksanya lebih jelas.Nila tampak terkejut dan ekspresinya berubah drastis. Kemudian, dia segera menarik kembali tangannya."Apa yang kamu lihat? Apa kamu belum pernah lihat orang berdarah?”Aku menatap Nila dengan senyum sinis.Aku memang pernah melihat darah, tetapi aku belum pernah melihat orang dengan gangguan pembekuan darah mengeluarkan darah sedikit.“Jadi, apa semua tentang gangguan pembekuan darah itu omong kosong belaka?"Aku merasa sangat marah dan tidak

  • Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban   Bab 3

    Saat perawat mengantarkan makanan, aku diam-diam meminjam ponselnya dan menghubungi orang luar.Keesokan harinya, anak dari selingkuhan Yudha, Raka, hilang.Nila datang ke rumah sakit dengan penuh amarah, dan sama sekali tidak mampu mempertahankan citra anggunnya seperti biasanya. "Di mana anakku?"Sikapnya yang seperti orang gila itu mengingatkanku pada diriku sendiri saat aku marah dulu.Aku tersenyum tipis, tetapi tidak bergeming."Anakmu hilang? Kenapa kamu mencariku? Apa kamu pikir aku yang dikurung seperti tahanan ini bisa terbang dan menculik anakmu?"Nila terdiam sejenak, lalu menatapku dengan marah. "Kalau sampai kamu yang melakukannya, aku akan mengulitimu hidup-hidup!"Setelah mengatakan itu, dia langsung berbalik dan pergi.Dia juga membawa orang-orang yang berjaga di pintu untuk ikut bersamanya.Bagaimanapun juga, mencari keberadaan seseorang membutuhkan banyak tenaga.Aku tersenyum menyaksikan mereka pergi, lalu diam-diam bangkit dan melarikan diri.Ketika akhirnya aku ke

  • Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban   Bab 2

    Yudha diam selama beberapa hari, dan memberi kesempatan bagiku untuk menyelesaikan pemakaman anakku dengan lancar.Namun, suatu hari, saat aku keluar rumah seperti biasa, aku dipukul hingga pingsan.Ketika sadar, aku sudah berada di ruang operasi.Kali ini, tampaknya aku tidak bisa menghindar.Aku melihat Yudha berdiri di ruang operasi, dan tampak sedikit merasa bersalah. "Maaf, kali ini aku nggak bisa memikirkan hal lain. Aku akan ganti rugi atas apa yang terjadi padamu dan anakmu."Amarah menguasai pikiranku.Aku menatap Yudha dengan marah, tetapi tidak bisa bergerak.Hingga terdengar suara cemas, barulah aku merasa lega."Nggak bisa, Nyonya Jihan memiliki penyakit jantung serius. Dia nggak bisa mendonorkan sumsum tulang!"Aku tidak bisa melihat siapa yang menyelamatkanku. Aku hanya bisa melihat ekspresi marah Yudha.Dia memukul dinding dengan keras hingga darah merembes dari buku-buku jarinya.Dia terdiam lama, lalu dengan suara serak bertanya, "Bagaimana kalau kita paksakan saja?"

  • Demi Kekasih Gelap, Anak Menjadi Korban   Bab 1

    Pukul sepuluh malam, saat sedang lembur, aku menerima telepon dari anakku.Aku terkejut, tetapi saat mengangkat telepon dan hendak menenangkan anakku, aku mendengar suaranya yang begitu lemah."Ibu, kalau Arya sudah nggak ada, Ibu harus menjaga diri baik-baik. Jangan biarkan orang lain mengganggu Ibu.""Arya nggak bisa mengantar barang yang Ayah butuhkan. Arya sangat kedinginan dan kesakitan.""Arya ingin tidur, Bu. Selamat malam, aku sayang Ibu."Hatiku seketika terasa sangat sakit, seolah ada sesuatu yang buruk akan terjadi.Dengan hati gelisah, aku terus memanggil Arya.Namun, tidak ada respon."Aku harus melacak lokasinya ...."Aku bergumam pada diri sendiri seolah aku menemukan secercah harapan. Dengan tangan gemetar, akhirnya aku berhasil menemukan lokasinya.Di depan bar.Anakku tergeletak di atas genangan darah, tanpa tanda-tanda kehidupan, dengan luka tikaman yang sangat mengerikan.Darah menempel pada pakaian yang melekat di tubuhnya, dan mawar putih yang dia genggam juga tel

DMCA.com Protection Status