Ayu menutup wjah Harsa. "GAK! GAK MUNGKIN! GAK SUKA NGOMONGIN KAYAK GINI! HARSA TERSENYUM PASRAH. Selain mereka berbincang masalah pakaian, tiba-tiba Ayu teringat lagi dengan perkara pindah rumah. Dulu perpindahan itu sudah dibicarakan dengan Zalfa dan Zulfikar, hanya saja hal tersebut tidak berhasil dengan alasan mereka bahwa tempat itu adalah tempat dari zaman nenek moyang keluarga Jayabaya. "Mas, bujuk Mama lagi dong," pinta Ayu. "Bujuk apa, Sayang?" tanya Harsa. "Kita pindah rumah boyongan aja. Lingkungannya benar-benar tidak aman untuk kita, apalagi dengan keadaan masalah yang ... sebenarnya belum tuntas. Takut ada pertikaian dalam aja, Mas. Aku sama Nyiur gapapa masih serumah, yang penting kita pergi dari lingkungan ini. Trenggalek itu nggak hanya di bagian ini saja bukan? Ayolah Mas, kita cari di bagian yang lain!" rengek Ayu. "Kamu baca kisah Nabi Yunus a. s sama kisah Nabi Muhammad SAW waktu hijrah coba," kata Harsa. "Untuk apa?" tanya Ayu. "Untuk memanta
Ayu dan Nyiur asyik berbincang mengenai banyak hal. Mereka itu walau sedang akrab, yang dibicarakan lumayan agak lain. Di saat mereka saling tertawa seperti ini sebenarnya hatinya juga terus bertanya-tanya mengapa mereka ini ketawanya terasa seperti terpaksa. Jika menuruti langkah egois tentu mereka tidak bisa seperti ini. Pasti di antara mereka ada yang sudah meninggalkan rumah tersebut dan merelakan rasa cinta untuk Harsa. Sebenarnya, Nyiur juga masih sangat ketakutan dengan chat dari seseorang yang mengaku bahwa dirinya bernama Zar'an. Namun, setelah bercanda dengan Ayu mengenai pembahasan konyol tentang oleh-oleh yang diberikan Harsa dari luar kota, pikirannya sekarang lebih kembali lega lagi. Apa mungkin sosok yang sudah dikabarkan meninggal itu hidup kembali? Ayu sengaja tidak membahas hal ini terlebih dahulu, mereka membicarakan masalah oleh-oleh dan melanjutkan untuk ghibahin sang suami. Orang sebaiknya Nyiur terlalu sayang jika dibiarkan larut kesedihannya seperti itu. B
Jika bisa berkata pada seseorang di masa kecil, mungkin diri tidak akan lengah untuk menikmati sebaik mungkin. Menjadi orang yang semakin tumbuh usia, tumbuh segala-galanya dalam kehidupan ini ternyata semakin hari juga semakin banyak tanggung jawab yang perlu digenggam. Jika sewaktu kecil ada satu mainan yang sangat mudah membuat bibir untuk tersenyum, belum tentu di masa dewasa ada 1000 perkara yang membuat bibir mampu tertarik untuk bisa tersenyum. Mungkin mudah tersenyumnya, tetapi hatinya tidak tersenyum tidak bisa menikmati tidak bisa merasakan perkara tersebut seperti yang dirasakan dulu sewaktu kecil. Waktu kecil itu sederhana, apapun itu hati masih sangat bersih, hati masih sangat mudah menyerap, hati masih utuh dan sama sekali sangat bisa tidak memikirkan luka. Mungkin banyak juga anak-anak yang pada masa kecilnya itu penuh dengan luka. Hanya saja dampak dari luka tersebut itu lebih sakit ketika ia sudah dewasa, yang mana masa kecil juga tetap merasakan cerita. Betapa m
Harsa dan Ayu kini sedang tidak bersama. Harus sedang berada di tempat kerjanya, sedangkan Ayu di rumah sendirian karena yang lain sedang bepergian ke rumah orang tua dari Nyiur. Ayu sengaja tidak ikut, dikarenakan ia ada acara mengenai seminar tentang desain yang baru saja ia launchingkan. Harsa tidak berminat untuk membuat istrinya marah atau niat iseng terhadap apapun yang dilakukan terhadap istrinya saat ini, tetapi karena sangat istri marah, jadilah lanjut menggoda. Harsa: "Selamat siang." Ayu: "Maaf, siapa ya? Anda salah kirim!" Harsa: "Suaminya Ayu Renjana ini." Berbicara romantis terhadap istri itu penting. Banyak hal yang disepelekan oleh para lelaki atau bahkan menurut orang laki-laki hal tersebut biasa, tetapi faktanya untuk perempuan perkataan-perkataan romantis yang dilontarkan dari suami ke istri itu adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Ayu: "Oh, tapi mohon maaf suamiku selalu pakai kata romantis kalau menyapa." Harsa: "Cintaku, Manisku, Sayangku, My Sunsh
KLING Nyiur: “Mas, aku udah pilih outfit untuk ke Bali. Ayu ikut membaca pesan tersebut karena ponsel Harsa berada di tengah-tengah antara mereka berdua. Ayu jadi berkecil hati, selama pernikahan honeymoon belum terlaksana sampai sekarang. Sedangkan Nyiur yang diberi pilihan untuk ke Bali itu karena mengakui kesalahan yang mana itu hadiah dari Harsa karena pengakuan diri memfitnah Ayu saja sudah akan terlaksana. Mungkin hal ini terkesan sepele, tetapi dampaknya besar bagi Ayu. Ayu merasa tidak dihargai dan tidak diperhatikan lagi oleh Harsa. Benar memang mereka merencanakan ke Madinah, tetapi Ayu juga ingin mereka berangkat berdua dulu di tempat-tempat yang lebih dekat. Yang membuat Ayu semakin kecewa itu tadi, Harsa sempat mengatakan iya dan seakan-akan mendukung, tetapi ujung-ujungnya memberhentikan hal tersebut. “Bales aja!” kata Ayu dengan sewot. Harsa menatap istrinya dengan tetap lembut sekalipun dibalas dengan cuek. Ternyata, mereka sudah pulang dari acara ke rumah N
“Mas! Jangan kayak gini!” Ayu berusaha memberontak saat wajah suaminya itu kembali menyerang badan. “Nikmat, Sayang! Ngapain coba dicegah-cegah?” tanya Harsa. “Dah ah! Salah siapa nggak peka!” kilah Ayu. REPLAY STORY OBAT NGAMBEK Zebra: “Kasih permen.” Zhimraan: “Ingatkan tentang mantan wkwk. “ Nyiur: “Ayu lagi ngambek Mas? Hahah, buat Ayu tertidur.” Zulkarnain: “Peluk, cium, manjain, jelajahi tubuhnya.” Zulfikar: “Ajak minum kopi di rumah pohon.” Zalfa: “Makanya jangan diledekin mulu, Har! Syukurin, rasain akibatnya.” Zahra: “Beri bisikan lembut.” Zuyyina: “Kasih buket keripik.” Zulkifli: “Ancam dia. Hahahha.” Jinan: “Nyanyiin.” Harsa terdiam sejenak dari menyentuh Ayu. Ia sangat terkekeh membaca pesan-pesan tersebut. Sebenarnya, Ayu juga demikian. Ia ingin tertawa lepas karena tanpa sengaja pun, ia juga ikut membaca karena tidak sengaja disediakan di depan Ayu, tetapi tentunya juga malu kalau langsung tertawa seperti kisahnya waktu di rumah p
BESOKNYA CHAT PANJANG NYIUR DAN HARSA TERLAKSANA Nyiur: "Kenapa tadi waktu di meja makan Mas kayak menghindar dari aku?" Harsa: "Masa gitu aja kamu baper, sih! Jelas-jelas ayamnya emang di dekat baru." Nyiur: "Lanjutkan." Kali ini mereka tidak bersandiwara. Nyiur benar-benar kecewa dengan sikap Harsa tadi pagi ketika di meja makan sampai Harsa berangkat. Begitu pula dengan Harsa, Ia sedang mengerjakan pekerjaan yang termasuknya rumit dan tergugah untuk emosi, jelas ini membuatnya sangat mudah untuk marah. Harsa: "Jangan besarkan permasalahan kecil, Sayang!" Meskipun demikian sudah terlanjur berkata yang seenaknya sendiri, dalam hati Harsa tetap menjadi orang yang sangat tulus untuk Nyiur. Konsentrasinya menjadi ambyar karena memikirkan ucapannya yang sudah menyakiti Nyiur. Nyiur: "Kalau mau marah, lanjutkan saja Mas marahnya." Harsa: "Saya nggak marah." Nyiur: "Yang penting gak lupa tanggung jawab. Harsa: "Ya." Nyiur: "Anak-anak kangen Mas." Harsa: "
Harsa: “Menjadi yang pertama itu istimewa. Kamu yang berhasil buka segel.” Nyiur: “Aaaah! Udah gak mood chat aku, Mas. Buka segelnya iya memang bareng aku, tapi bersatunya kulit? Udah dipuaskan terlebih dahulu dengan Ayu. Harsa: “Sayang, kalau urusan ini yang menang tetap yang buka segel. Saya paling sedih kalau kamu udah masuk ke kawasan rendah diri.” Memang benar bahwasanya rasa rendah diri yang diungkapkan oleh Nyur itu sangat sakit untuk dirasakan Harsa. Pikirannya itu langsung tertuju pada dirinya yang seperti tidak mampu menjadi seorang suami yang benar-benar bisa melakukan tanggung jawab tersebut terhadap sang istri Karena posisinya ini bukan pernikahan yang biasa saja, tetapi pertanggungjawabannya juga lebih besar dalam sebuah poligami. Pikirannya itu langsung tertuju pada dirinya yang seperti tidak mampu menjadi seorang suami yang benar-benar tidak bisa melakukan tanggung jawab tersebut terhadap sang istri karena posisinya ini bukan pernikahan yang biasa saja, tetapi
Harsa: "Aman, Sayang. Kamu di belakang saja sama Nyiur." Ayu: "Huuh, iya-iya!" Harsa: "Hehe, bentar ya Sayang ya." Sejatinya, poligami itu pilihan. Pilihan yang bergantung pada kejadian apa yang menyebabkan diri tersebut harus, wajib, atau tidak dianjurkan poligami. Dalam Al-Qur'an memang poligami itu diperintahkan, Nabi Muhammad juga melakukan, tetapi tidak sekedar perintah mentah yang tak mempunyai syarat dan ketentuan. Dalam surat An-Nisa', poligami diperintahkan sampai maksimal empat, salah satu syaratnya yaitu dengan syarat adil terhadap para istri dan itu pun di ayat selanjutnya dipertegas bahwasannya laki-laki tidak akan bisa adil terhadap istri-istrinya. Itu artinya, poligami sifatnya kondisional. Penjelasan dari maksimal empat itu sendiri memliki maksud dalam sejarahnya sebagai batasan karena dulu di zaman Rosululloh itu laki-laki menikahnya dengan banyak sekali perempuan. Nabi Muhammad pun, melakukan poligami selepas istri pertamanya meninggal, poligami Nabi Mu
Poligami menjadi perbincangan besar mungkin dalam suatu kalangan ada yang berpikir bahwasanya poligami ini dianggap haram. Ada juga yang menganggap bahwasanya poligami itu justru dianjurkan. Saat ini harusnya berada di tengah orang yang menganggap bahwasanya poligami itu haram. Bisa dikatakan yang mengatakannya itu adalah orang baru di lingkungan tersebut. Bukan hanya berhasil menjadi orang baru yang memikat banyak perhatian karena ia adalah seorang yang kaya raya dan menjadi cucu dari kepala desa tersebut tetapi orang tersebut juga menjadi seorang yang terkenal agamanya kuat karena kabarnya juga dia ke situ itu setelah pulang dari pesantren serta kuliah juga di luar negeri. Mengetahui hari saya memang poligami seseorang tersebut mendatangi rumah Harsa dan mencoba mengatakan untuk menceraikan salah satu dari istrinya. Ayo langsung emosi Mendengar hal tersebut ya langsung ke belakang dan membicarakan hal tersebut dengan nyiur dengan keadaan wajah yang sa
Itu semua adalah bayangan harga dan akibatkanlah mereka saat ini sedang di kamar tidur. tiba-tiba teringat dengan putrinya, yaitu Aliza yang dijodohkan dengan Yudhistira. bentar lagi memang acara apa di pesantren tersebut itu terlaksana dan rencananya mereka akan membahas hal tersebut lagi. Mereka bercerita seperti itu seakan-akan sudah nyata. meskipun harus sah dan istri pertama usai honeymoon di Bobocabin Coban Rondo Malang mana tempat tersebut juga menjadi tempat yang Ayu inginkan saat mereka di sana Ayu merasa sangat iri sekali sangat ingin segera ke sana dengan Harsa setelah Harsa pulang ternyata keinginan tersebut sudah hilang juga Ayu tidak terlalu menginginkan untuk pergi ke sana bahkan sekarang yang ia bahas setelah hari Sabtu pulang itu bukannya menceritakan tentang bobo cabin Coban Rondo tersebut tetapi saat ini Ayu justru terbuka untuk saling ngobrol mengenai masa depan dari anak-anak mereka. tidak keberatan untuk Harsa
Saat acara haflah di pesantren Nyiur, Harsa, dan juga Ayu, mereka terlebih dahulu sowan ke ndalem dan di sana mereka juga bertemu Yudhistira Pamungkas yang menjadi pura kecil dari Bhima Purnama dan Tessa Soraya yang merupakan pengasuh cabang pesantren yang dulu ditempati oleh mereka bertiga. "Om Tila ayo main!" ajak Aliza. "Main apa Za?" Kini keakaraban Yudhistira dengan putri Harsa pun sudah sangat erat. Sebenarnya mereka itu dijodohkan dari kecil, Yudhistira menyadari itu karena saat ini dia sudah menginjak usia SMP. Jaraknya memang sangat jauh, tetapi orang tua mereka yakin untuk menjodohkan sejak dini. Yudhistira ini orangnya cool, tidak terlalu mengurusi juga apa yang orang tuanya rencanakan. Berbeda dengan Aurora Willona. Sosok cantik kembaran Yudhistira yang sangat cerewet dan nakal. Meskipun sudah ditegur beberapa kali, dihukum juga, ia tetap saja teguh pada apa yang menjadi keinginan. Cewek tomboi, andaikan dia tidak berada di lingkungan yang kenthal agama, mungkin
"Mas Harsaaaaaa! Ayu kangen banget banget banget!" Ayu langsung memeluk sang suami saat masih di depan pintu. "Kamu nggak kangen aku, Ay?" tanya Nyiur. Ayu beralih memeluk Nyiur. "Kangen dong! Kapan sih aku nggak kangen sama kamu!" "Huum, Ayu! Lihat nih Mas Harsa KDRT!" kata Nyiur. "Mas Harsa!" Ayo melotot keras saat melihat lebam di tangan Nyiur. "Kalian ini udah mau bikin saya naik daerah ya masih di depan pintu!" CUPP CUPP Harsa mengecup keduanya dan memberi senyuman desta merangkul mereka untuk segera masuk ke dalam rumah. Putri dan putra mereka tanpa senyum bahagia dan bersorak meskipun sang buah hati yang masih kecil masih bisa tertawa tawanya bayi. Raut wajah mereka tidak bisa bohong bahwa mereka itu sangat merindukan Nyiur dan juga Harsa. Meskipun saat berada di dalam telepon juga Mereka terlihat seperti negara-negara saja itu sebenarnya nyiur dan
"Hahah, iya-iya. Kita keluarkan bareng-bateng ya Sayang!" Harsa masih sempat mengecup Sudah sejauh ini ia melangkah dalam rumah tangganya. Pernah berpikir, dulu waktu kecil punya kesenangan yang luar biasa itu ketika berkumpul dengan teman dan bermain bersama. Harsa terbengong di depan cermin saat menunggu istrinya masih buang air besar. Waktunya cepat sekali berubah. Seakan-akan kita hidup di dunia ini hanya tentang kenikmatan sementara dan digantikan dengan kenikmatan lain seiring berjalannya waktu. Itu bukan seakan-akan, tetapi kenyataan. Yang sebenarnya, dari situ Tuhan sudah memberi peringatan. Ya, peringatan bahwasannya hidup di dunia hanya mampir. Kebahagiaan di setiap detiknya berubah. Ini juga tentang, bagaikan merawat waktu yang sedikit ini untuk bisa menyelaraskan antara kepuasan dan kebijaksaan. Hidup itu ya begitu-begitu saja. Ada ekspetasi, kepuasaan, kekecewaan, dan kekhilafan. Kecil adalah simulasi dari besar. Waktu
"Sayang, aku kebelet banget! Tapi males ini gimana?" tanya Nyiur. "Ya dilawan dong malasnya. Emangnya kamu mau jadi budaknya hawa nafsu? Mau jadi pembantunya? Baru aja semalam kita bahas di Qosidah Burdah pasal 2. Hati-hati sama nasihatnya hawa nafsu, hawa nafsu sesat Sayang!" Harsa menghentikan mobilnya. "Mas! Apa sih orang kebelet malah diceramahin! Bisa-bisa aku ngompol aja di mobil kamu ini!" sahut ketus Nyiur. "Hmmm, maaf Sayang nggak ada maksud Mas yang mau menghakimi kamu! Sini peluk dulu!" kata Harsa. Nyiur pun mengambil kesempatan yang diulurkan oleh tangan sang suami. "Ceramahin boleh banget, tapi Nyiur lagi sensitif hawanya Mas. Aku pengennya marah-marah, aaa nggak jelas deh. Aku jadi makin kangen Ayu kalau lagi nggak jelas kayak gini. Tahu gak Mas? Aku sama Ayu yuh kadang punya perasaan ngerasa gak jelas kayak gini barengan loh." Mungkin, efek akan datang bulan. Ini yang ada da
mereka sudah beberapa hari menginap di Bobocabin Coban Rondo. saat sore hari sudah waktunya mereka untuk pulang, rasanya ya seperti masih ingin berteduh di tempat tersebut lebih lama. akan tetapi tidak bisa dibohongi mereka juga merindukan yang di rumah entah itu Aliza dan Alifa Ayu Alil dan Aliq maupun orang tua dan mertuanya. Salah satu beredar mereka supaya bisa ikhlas atau menerima bahwa mereka itu tempatnya tidak bisa selalu di situ ya karena menyadari bahwa mereka itu sudah berkeluarga dan memiliki keluarga yang tempatnya tidak di situ. tempat tersebut memang memberi sebuah ketenangan yang luar biasa untuk mereka dibalik seluruh keresahannya selama ini. bukan hanya menyediakan tempat untuk bersenang-senang bagi mereka dalam menjalankan sesuatu yang memang menjadi misi akan tetapi mereka di sana Ini juga banyak belajar tentang sebuah kerukunan yang ternyata Puncak dalam mencapainya itu harus disertai effort yang luar biasa. Di sana mere
Endingnya selalu memuaskan. Mereka sama-sama puas dan merasakan apa yang memang menjadi tujuan. Namun, di sisi lain Harsa merasa dirinya terlalu keras terhadap sang istri dalam urusan dunia erotisnya. "Maaf ya kalau di sini Mas mainnya lumayan lebih keras," bisik Harsa. "Hemm, gapapa suamiku, Nyiur seneng kok. Cuman kalau jadi, Mas jangan marah," jawab Nyiur. "Jadi apanya?" tanya Harsa. "Ya jadi anaklah," jawab Nyiur terkekeh. Sebuah hal terjadi di dunia ini sudah banyak tipu dayanya. Harsa mencoba angkat bicara seperti apa yang dinasihatkan dalam Qosidah Burdah pasal dua. Salah satu baitnya mengatakan tentang tipu daya, di sana pakai kata lapar lebih sering dari kenyang. Ini artinya, godaan hawa nafsu itu lebih pintar menyusun godaan yang mana akibatnya tidak seberapa memberi keberuntungan. "Jadi kembalinya gini Sayang. Ya kalau nggak siap dengan akibat, ngapain berbuat?" "Kan bisa jadi karena ngga